Anda di halaman 1dari 12

Laporan Studi Kepustakaan

Peristiwa G30S/PKI

Tugas Kelompok

Kelas : XII IPS V

Nama :

1. Muhammad Rio Ferdiandika


2. Laurensia
3. Puji Hati
4. Viola Dwi Ananda

Mata Pelajaran : PPKN

SMA Negeri 2 Pangkalpinang

Tahun Ajaran 2022

1
Kata Pengantar
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Sehingga terselesainya laporan studi
kepustakaan ini. Melalui laporan ini kami ingin menjawab tentang beberapa pertanyaan
dalam buku paket PPKN halaman 112-13 mengenai peristiwa G30S/PKI. Namun meski
demikian, tentunya masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan dalam laporan ini,
karena itu kepada para pembaca khususnya guru mata pelajaran ini dimohon kritik dan saran
yang bersifat membangun demi bertambahnya wawasan kami di bidang ini.

Penulis

2
Daftar Isi

Laporan Studi Kepustakaan...................................................................................................................1


Kata Pengantar......................................................................................................................................2
Bab I......................................................................................................................................................4
Pengertian Studi Pustaka...................................................................................................................4
Tujuan Studi Kepustakan...................................................................................................................4
Bab II.....................................................................................................................................................5
Tugas Mandiri 4.1 (Soal dan Pembahasan)........................................................................................5
a. Faktor penyebab terjadinya peristiwa G30S/PKI............................................................................5
b. Pihak yang bertanggung jawab atas terjadinya peristiwa tersebut...............................................5
c. Dugaan terjadinya pelanggaran HAM..........................................................................................10
d. Pengaruh peristiwa tersebut terhadap persatuan dan kesatuan bangsa....................................10
e. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah pada waktu itu untuk menangani permasalahan
tersebut...........................................................................................................................................11
f. Bukti keberhasilan upaya yang dilakukan pemerintah untuk menghilangkan ideologi komunis..11
Bab III.................................................................................................................................................12
Daftar Pustaka.................................................................................................................................12

3
Bab I
Pengertian Studi Pustaka
Studi kepustakan adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun
informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti. Informasi
itu dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah,
tesis dan disertasi, peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia dan
sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik lain.

Studi kepustkaan merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari suatu penelitian.
Teori-teori yang mendasari masalah dan bidang yang akan diteliti dapat ditemukan dengan
melakukan studi kepustakan. Selain itu seorang penelitian dapat memperoleh informasi
tentang penelitian-penelitian sejenis atau yang ada kaitannya dengan penelitiannya. Dan
penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Dengan melakukan studi kepustakan
peneliti dapat memanfaatkan semua informasi dan pemikiran-pemikiran yang relevan dengan
penelitiannya.

Tujuan Studi Kepustakan


Penelti akan melakukan studi kepustakaan baik sebelum maupun selama dia melakukan
penelitian. Studi kepustakan memuat sitematis tentang kajian literatur dan hasil penelitian
sebelumnya yang ada hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan dan diusahakan
menunjukkan kondisi mutakhir dari bidang ilmu tersebut “the state of the art”, studi
kepustakaan yang dilakukan sebelum malakukan penelitian yang bertujuan untuk.

1. Menemukan sebuah masalah guna diteliti.

2. Mencari informasi yang relevan dengan masalah yang bakal diteliti.

3. Mengkaji sejumlah teori dasar yang relevan dengan masalah yang bakal diteliti.

4. Mencari landasan teori yang adalahpedoman untuk pendekatan solusi masalah dan
pemikiran guna perumusan hipotesis yang bakal diuji dalam penelitian.

5. Memperdalam pengetahuan peneliti mengenai masalah dan bidang yang bakal


diteliti.Mengkaji hasil-hasil riset terdahulu yang terdapat kaitannya dengan riset yang
bakal dilakukan.

4
Bab II

Tugas Mandiri 4.1 (Soal dan Pembahasan)


a. Faktor penyebab terjadinya peristiwa G30S/PKI.
Faktor penyebab terjadinya peristiwa G30S/PKI antara lain karena PKI ingin mengubah
ideologi Indonesia menjadi negara komunis, adanya konflik dengan TNI Angkatan Darat
(TNI AD), dan ketidaksukaan Amerika Serikat terhadap Soekarno karena Soekarno yang
lebih condong kepada komunisme.

 Faktor yang melatarbelakangi terjadinya gerakan G30S/PKI sebagai berikut:

1. PKI memiliki cita-cita untuk mendirikan negara Indonesia dengan landasan komunis
mendorong terjadinya peristiwa G 30 S/PKI.

2. Kondisi politik, sosial dan ekonomi Indonesia pada waktu itu memberi kesempatan
kepada PKI untuk meluaskan pengaruhnya. Di bidang politik, organisasi yang anti-
komunis, dianggap anti pemerintah sehingga PKI bisa dengan mudah menyingkirkan
musuh politiknya. Di bidang Sosial PKI mulai menebar janji-janji kepada masyarakat
kecil tanpa mengetahui arti komunis yang sebenarnya, rakyat kecil pun terbujuk oleh
janji-janji PKI. Di bidang Ekonomi Indonesia sedang terpuruk pada tahun 1965
sehingga menyebabkan dukungan rakyat kepada Presiden Soekarno berkurang.

3. PKI memiliki kedudukan yang setara dengan angkatan darat, sehingga PKI
menganggap angkatan darat merupakan penghalang utama dalam mewujudkan cita-
citanya.

Dengan demikian, faktor terjadinya G30 S/PKI adalah PKI memiliki cita-cita untuk
mendirikan negara Indonesia dengan landasan komunis, Kondisi politik, sosial dan ekonomi
Indonesia pada waktu itu memberi kesempatan kepada PKI untuk meluaskan pengaruhnya
dan PKI menganggap angkatan darat merupakan penghalang utama dalam mewujudkan cita-
citanya.

b. Pihak yang bertanggung jawab atas terjadinya peristiwa tersebut.


Terdapat banyak versi dari siapa saja pihak yang bertanggung jawab atas terjadinya peristiwa
G30S/PKI, beberapa nama yang sering dikaitkan menjadi pihak yang bertanggung jawab
antara lain seperti Partai Komunis Indonesia (PKI), konflik internal yang terjadi di TNI AD,
Presiden Soekarno, Letjen Soeharto, hingga CIA milik Amerika Serikat.

5
Partai Komunis Indonesia (PKI)

DN Aidit, pemimpin PKI melambaikan tangannya. Ini merupakan versi rezim Orde Baru.

Literatur pertama dibuat sejarawan Nugroho Notosusanto dan Ismael Saleh bertajuk Tragedi
Nasional Percobaan Kup G30S/PKI di Indonesia (1968).

Intinya menyebut skenario PKI yang sudah lama ingin mengkomuniskan Indonesia.

Buku ini juga jadi acuan pembuatan film Pengkhianatan G30S/PKI garapan Arifin C. Noer.

Selain itu, rezim Orde Baru membuat Buku Putih yang dikeluarkan oleh Sekretariat Negara
dan Sejarah Nasional Indonesia suntingan Nugroho Notosusanto yang diajarkan di sekolah-
sekolah semenjak Soeharto berkuasa.

Oleh karena itu, versi Orde Baru ini mencantumkan “/PKI” di belakang G30S.

Para pelaku sendiri menamai operasi dan menyebutkannya dalam pengumuman resmi sebagai
“Gerakan 30 September” atau “G30S”.

Sebagai bagian dari propaganda Orde Baru, gerakan ini pernah disebut sebagai Gestapu
(Gerakan September Tigapuluh).

Penamaan ini adalah bagian dari propaganda untuk mengingatkan orang kepada Gestapo,
polisi rahasia Nazi Jerman yang terkenal kejam.

Presiden Soekarno mengajukan penamaan menurut versinya sendiri, yakni “Gerakan Satu
Oktober” atau “Gestok.” 

Menurutnya, Gestok jauh lebih tepat menggambarkan peristiwanya karena kejadian


penculikan para jenderal dilakukan lewat tengah malam 30 September yang artinya sudah
memasuki tanggal 1 Oktober dini hari.

Penyebutan G30S/PKI sebagai bagian propaganda untuk menegaskan bahwa satu-satunya


dalang di balik peristiwa penculikan dan pembunuhan para jenderal Angkatan Darat adalah
PKI.

Penamaan peristiwa ini selama bertahun-tahun digunakan dalam pelajaran sejarah sebagai
satu-satunya versi yang ada.

Penamaan tersebut menutup kemungkinan munculnya versi lain yang memiliki sudut
pandang berbeda atas peristiwa yang terjadi.

Kesimpulan tersebut diambil tanpa terlebih dahulu melewati sebuah penyelidikan.

Sejarawan John Roosa dalam Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta
Suharto mengemukakan bahwa PKI sama sekali tidak terlibat secara kelembagaan.

6
Sebagaimana semestinya sebuah keputusan resmi partai yang harusnya diketahui oleh semua
pengurus, rencana gerakan Untung hanya diketahui oleh segelintir orang saja.

Struktur kepengurusan partai mulai dari Comite Central (CC) sampai dengan Comite Daerah
Besar (CDB) tak mengetahui sama sekali adanya rencana itu.

“Karena dia (Roosa) menggunakan sumber-sumber yang sangat kuat. Misalnya, keterangan
pengakuan Iskandar Subekti, orang yang menulis pengumuman-pengumuman G30S di
(Pangkalan) Halim.

Dia juga menggunakan keterangan pengakuan Brigjen Supardjo. Artinya orang-orang yang
betul-betul terlibat secara meyakinkan dalam kejadian tanggal 30 September 1965 sampai
paginya itu,” kata Asvi.

Konflik Internal Angkatan Darat

Ahmad Yani dan Abdul Haris Nasution.

Sejarawan Cornell University, Benedict ROG Anderson dan Ruth McVey, mengemukakan
dalam A Preliminary Analysis of the October 1 1965, Coup in Indonesia atau dikenal sebagai
Cornell Paper (1971), bahwa peristiwa G30S merupakan puncak konflik internal Angkatan
Darat.

Dalam Army and Politics in Indonesia (1978), sejarawan Harold Crouch mengatakan,
menjelang tahun 1965, Staf Umum Angkatan Darat (SUAD) pecah menjadi dua faksi.

Kedua faksi ini sama-sama anti-PKI, tetapi berbeda sikap dalam menghadapi Presiden
Sukarno.

Kelompok pertama, “faksi tengah” yang loyal terhadap Presiden Sukarno, dipimpin Letjen
TNI Ahmad Yani, hanya menentang kebijakan Soekarno tentang persatuan nasional karena
PKI termasuk di dalamnya.

Kelompok kedua, “faksi kanan” bersikap menentang kebijakan Ahmad Yani yang
bernafaskan Sukarnoisme.

Dalam faksi ini ada Jenderal TNI AH Nasution dan Mayjen TNI Soeharto.

Peristiwa G30S yang berdalih menyelamatkan Soekarno dari kudeta Dewan Jenderal,
sebenarnya ditujukan bagi perwira-perwira utama “faksi tengah” untuk melapangkan jalan
bagi perebutan kekuasaan oleh kekuatan sayap kanan Angkatan Darat.

Selain mendukung versi itu, WF Wertheim menambahkan, Sjam Kamaruzaman yang dalam
Buku Putih terbitkan Sekretariat Negara disebut sebagai Kepala Biro Chusus Central PKI
adalah “agen rangkap” yang bekerja untuk DN Aidit dan Angkatan Darat.

Presiden Soekarno

Presiden Soekarno dan Presiden John F. Kennedy dalam lawatan tahun 1961.

7
Setidaknya ada tiga buku yang menuding Presiden Sukarno terlibat dalam peristiwa G30S:
Victor M. Fic, Anatomy of the Jakarta Coup, October 1, 1965 (2004); Antonie C.A.
Dake, The Sukarno File, 1965-67: Chronology of a Defeat (2006) yang sebelumnya terbit
berjudul The Devious Dalang: Sukarno and So Called Untung Putsch: Eyewitness Report by
Bambang S. Widjanarko (1974); dan Lambert Giebels, Pembantaian yang Ditutup-tutupi,
Peristiwa Fatal di Sekitar Kejatuhan Bung Karno.

Menurut Asvi ketiga buku tersebut “mengarah kepada de-Sukarnoisasi yaitu menjadikan
presiden RI pertama itu sebagai dalang peristiwa Gerakan 30 September dan bertanggung
jawab atas segala dampak kudeta berdarah itu.”

Ketika buku Dake terbit di Indonesia dengan judul Sukarno File (2005), keluarga Soekarno
protes keras dan menyebutnya sebagai pembunuhan karakter terhadap Sukarno.

Untuk menyanggah buku-buku tersebut, Yayasan Bung Karno menerbitkan buku Bung
Karno Difitnah pada 2006.

Cetakan kedua memuat bantahan dari Kolonel CPM Maulwi Saelan, wakil komandan
Resimen Tjakrabirawa.

Letjen Soeharto

Letjen TNI Soeharto, waktu itu menjabat Menpangad, menerima delegasi KAMI (Kesatuan
Aksi Mahasiswa Indonesia), salah satu organisasi antikomunis.

Komandan Brigade Infanteri I Jaya Sakti Komando Daerah Militer V, Kolonel Abdul Latief
dalam Pledoi Kolonel A. Latief: Soeharto Terlibat G30S (1999) mengungkapkan bahwa dia
melaporkan akan adanya G30S kepada Soeharto di kediamannya di Jalan Haji Agus Salim
Jakarta pada 28 September 1965, dua hari sebelum operasi dijalankan.

Bahkan, empat jam sebelum G30S dilaksanakan, pada malam hari 30 September 1965, Latief
kembali melaporkan kepada Soeharto bahwa operasi menggagalkan rencana kudeta Dewan
Jenderal akan dilakukan pada dini hari 1 Oktober 1965.

Menurut Latief, Soeharto tidak melarang atau mencegah operasi tersebut.

Menurut Asvi, fakta bahwa Soeharto bertemu dengan Latief dan mengetahui rencana G30S
namun tidak melaporkannya kepada Ahmad Yani atau AH Nasution, menjadi titik masuk
bagi analisis “kudeta merangkak” yang dilakukan oleh Soeharto.

Ada beberapa varian kudeta merangkak, antara lain disampaikan oleh Saskia Wierenga, Peter
Dale Scott, dan paling akhir Soebandrio, mantan kepala Badan Pusat Intelijen (BPI) dan
menteri luar negeri.

Dalam Kesaksianku tentang G30S (2000) Soebandrio mengungkapkan rangkaian peristiwa


dari 1 Oktober 1965 sampai 11 Maret 1966 sebagai kudeta merangkak yang dilakukan
melalui empat tahap:

8
1. menyingkirkan para jenderal pesaing Soeharto melalui pembunuhan pada 1 Oktober 1965;

2. membubarkan PKI, partai yang memiliki anggota jutaan dan pendukung Soekarno;

3. menangkap 15 menteri yang loyal kepada Presiden Soekarno;

4. mengambilalih kekuasaan dari Soekarno.

Central Intelligence Agency (CIA).

Sebagai konsekuensi dari Perang Dingin tahun 1960-an, Amerika Serikat dan negara-negara
Barat seperti Australia, Inggris, dan Jepang berkepentingan agar Indonesia tidak jatuh ke
tangan komunis.

Amerika Serikat menyiapkan beberapa opsi terkait situasi politik di Indonesia.

Menurut David T Johnson dalam Indonesia 1965: The Role of the US Embassy, opsinya
adalah membiarkan saja, membujuk Soekarno beralih kebijakan, menyingkirkan Soekarno,
mendorong Angkatan Darat merebut pemerintahan, merusak kekuatan PKI dan merekayasa
kehancuran PKI sekaligus menjatuhkan Sukarno.

Opsi terakhir yang dipilih.

Keterlibatan Amerika Serikat melalui operasi CIA (Dinas Intelijen Amerika Serikat) dalam
peristiwa G30S telah terang benderang diungkap berbagai sumber.

Peter Dale Scott, profesor dari University of California, menulis US and the Overthrow of
Sukarno 1965-1967 yang diterbitkan dengan judul CIA dan Penggulingan Sukarno (2004).

Menurut Dale, CIA membangun relasi dengan para perwira Angkatan Darat dalam Seskoad
(Sekolah Staf Komando Angkatan Darat). Salah satu perwiranya adalah Soeharto.

Sumber lain Di Balik Keterlibatan CIA: Bung Karno Dikhianati (2001) karya wartawan
Belanda Willem Oltmans. Juga buku Bung Karno Menggugat: Dari Marhaen, CIA,
Pembantaian Massal ’65 hingga G30S (2006) karya sejarawan Baskara T Wardaya.

Sejarawan John Roosa juga mengungkap bahwa pada akhir 1965 Amerika Serikat
memberikan perangkat komunikasi radio lapangan yang sangat canggih ke Kostrad.

Antenanya dipasang di depan markas besar Kostrad. Wartawan investigasi, Kathy Kadane
dalam wawancaranya dengan para mantan pejabat tinggi Amerika Serikat di akhir 1980-an
menemukan bahwa Amerika Serikat telah memantau komunikasi Angkatan Darat melalui
radio-radio tersebut.

CIA memastikan frekuensi-frekuensi yang akan digunakan Angkatan Darat sudah diketahui
oleh National Security Agency (Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat).

NSA menyadap siaran-siaran radio itu di suatu tempat di Asia Tenggara, dan sesudah itu para
analis menerjemahkannya.

9
Hasil sadapan itu kemudian dikirim ke Washington.

Dengan demikian Amerika Serikat memiliki detil bagian demi bagian laporan tentang
penyerangan Angkatan Darat terhadap PKI, misalnya, mendengar “komando-komando dari
satuan-satuan intelijen Soeharto untuk membunuh tokoh-tokoh tertentu di tempat-tempat
tertentu.”

Amerika Serikat juga memberikan bantuan dana sebesar Rp50 juta (sekitar $10.000) untuk
membiayai kegiatan KAP (Komite Aksi Pengganyangan Gerakan September Tiga Puluh)
Gestapu.

Selain itu, CIA juga memberikan daftar nama-nama tokoh PKI kepada Angkatan
Darat. (Putra Dewangga Candra Seta

c. Dugaan terjadinya pelanggaran HAM.


Pelanggaran HAM yang terjadi dalam G30S/PKI adalah pembunuhan dan penyiksaan
terhadap para korban gerakan ini,yang terdiri dari 7 orang pahlawan revolusi yaitu Jenderal
Ahmad Yani, Mayjen R. Suprapto, Mayjen MT Haryono, Mayjen S. Parman, Brigjen D.I
Panjaitan, Brigjen Sutoyo Siswomiharjo, dan Lettu Pierre Andreas Tendean.

d. Pengaruh peristiwa tersebut terhadap persatuan dan kesatuan bangsa.


Terdapat banyak pengaruh yang terjadi di persatuan dan kesatuan Indonesia setelah
G30S/PKI terjadi, antara lain adanya persaingan antar golongan dan antar suku, pelanggaran
HAM dan kemanusiaan, dan hampir terjadinya perang saudara.

Kekuatan politik di Indonesia sudah hancur setelah kegagalan kudeta tersebut.

Kewibawaan Presiden Soekarno berkurang.

Bersatunya TNI dan kaum agama untuk membalas PKI.

Pembantaian orang-orang yang berhubungan dengan PKI atau dianggap pendukung PKI
secara besar-besaran. Bahkan pembantaian ini dikenal di dunia sebagai anti-communist
purge.

Pasca pembantaian orang PKI atau yang dianggap PKI, TNI menjadi kekuatan baru.

Kondisi politik bangsa menjadi tidak stabil karena adanya pertentangan di para
penyelenggara dan lembaga negara.

Presiden Soekarno membubarkan KAMI karena dianggap sebagai provokator timbulnya


demonstrasi. Dengan kata lain, KAMI yang menyebabkan mahasiswa turun ke jalan.

Presiden Soekarno mengeluarkan Surat Perintah Sebelas Maret atau yang sering disebut
Supersemar. Supersemar ini memberikan kewenangan pada Soeharto untuk menertibkan
keamanan dan kelancaran pemerintahan.

Pelarangan organisasi dan partai berhaluan marxisme, leninisme dan komunisme hingga saat
ini.

10
e. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah pada waktu itu untuk menangani
permasalahan tersebut.
Upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi permasalahan G30S/PKI adalah
dengan melakukan operasi militer guna memburu dan mengejar semua pemimpin serta
orang-orang yang memiliki kaitan dengan PKI.

Upaya pemerintah mengatasi G30S/PKI adalah

1.Mayor Jenderal Soeharto sebagai panglima Kostrad segera mengambil langkah-langkah


untuk memulihkan keamanan ibu kota.  

2.Menyelamatkan dua objek vital, yaitu Gedung RRI dan pusat telekomunikasi

3.Operasi penumpasan dilanjutkan dengan sasaran Pangkalan Udara Utama/Lanuma Halim


Perdanakusuma, yang menjadi basis kekuatan G30S/PKI. Operasi ini bertujuan untuk
mencari tempat dan mengusut nasib jenderal yang diculik.

4.Operasi Lubang Buaya

f. Bukti keberhasilan upaya yang dilakukan pemerintah untuk


menghilangkan ideologi komunis.
Bukti keberhasilan upaya pemerintah adalah dengan berkurangnya pihak-pihak yang
mendukung pandangan komunisme di Indonesia serta serangan-serangan yang
mengatasnamakan komunis.

dengan melakukan perumusan arah kebijakan umum pembinaan ideologi Pancasila melalui
UKP Pembinaan Ideologi Pancasila. Pemerintah juga melakukan penyusunan garis-garis
besar haluan ideologi Pancasila dan road map pembinaan ideologi Pancasila, koordinasi,
sinkronisasi, dan pengendalian pelaksanaan pembinaan ideologi Pancasila

11
Bab III
Daftar Pustaka
1. https://kumparan.com/berita-hari-ini/latar-belakang-g30s-pki-mengapa-bisa-terjadi-
1uIHiL567GN/full
2. https://aceh.tribunnews.com/2020/09/30/benarkah-pki-bukan-satu-satunya-yang-
bertanggung-jawab-atas-tragedi-g30s-berikut-5-versi-dalangnya?page=all
3. https://www.kompasiana.com/arielguns/5c012ab3ab12ae4f53598482/g30s-pki-
melanggar-ham
4. https://roboguru.ruangguru.com/question/pengaruh-peristiwa-g30s-pki-terhadap-
persatuan-dan-kesatuan-bangsa-adalah-_QU-43Q49TX9
5. https://roboguru.ruangguru.com/question/apakah-upaya-pemerintah-dalam-meredam-
gerakan-g-30-s-pki-_QU-NYQXV27C

Buku :
Bicara tentang G30S/PKI karya Anton Abah
Dokumen CIA: Melacak Penggulingan Soekarno dan Konspirasi editor Edward C. Keefer
BANJIR DARAH karya Anab Afifi-Thowal Zuharon

12

Anda mungkin juga menyukai