Disusun oleh :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan anugerah
Nya lah kami dapat menyelesaikan Laporan ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang
kita dimiliki. Dan juga kami berterimakasih kepada Ibu Dra. C. Wiwik Haryanti, M.Pd selaku
guru SMA Negeri 3 Pekalongan yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap Laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan. Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan
kekurangan dan jauh dari apa yang diharapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan dimasa yang akan datang. mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga Laporan yang kami buat dapat dipahami bagi para pembaca. Sekiranya Laporan
yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami, maupun para pembaca. Sebelumnya kami
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan , dan kami akan
senantiasa menerima kritik dan saran dari kekurangan kami.
DAFTAR ISI
BAB 1 ………………………………………………………………………………………………………………………………………. 4
PENDAHULUAN ………………………………………………………………………………………………………………………. 4
BAB II ……………………………………………………………………………………………………………………………………… 6
KAJIAN PUSTAKA…………………………………………………………………………………………………………………….. 6
BAB IV …………………………………………………………………………………………………………………………………… 11
BAB V …………………………………………………………………………………………………………………………………… 12
PENUTUPAN ..……..………………………………………………………………………………………………………………… 12
KESIMPULAN ..…………………………………………………………………………………………………………………… 12
SARAN ………………………………………………………………………………………………………………………………. 13
LAMPIRAN ….………………………………………………………………………………………………………………………… 14
DAFTAR PUSAKA …………………………………………………………………………………………………………………… 15
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Demokrasi Terpimpin berlangsung di Indonesia sejak dikeluarkannya Dekrit
Presiden 5 Juli 1959 sampai dikeluarkannya Surat perintah 11 Maret 1966. Dalam
pelaksanaannya Demokrasi Terpimpin berkembang menjadi demokrasi yang ditandai
dengan adanya pemusatan kekuasaan pada presiden. Hal ini berpengaruh pada
kehidupan politik dan pemerintahan bangsa Indonesia. Berbagai kebijakan yang
dikeluarkan pemerintah pada masa itu memungkinkan Partai Komunis Indonesia (PKI)
yang dipimpin DN Aidit untuk memperluas pengaruhnya dalam bidang politik di
Indonesia. Kondisi sosial, politik, dan ekonomi yang tidak menentu membuat PKI
mendapat simpati dari masyarakat, terutama masyarakat lapisan bawah yang sedang
mengalami tekanan berat.Kemudian pada akhir 1963, gerakan yang disebut aksi sepihak
mulai dilancarkan oleh PKI dan pendukungnya terutama di Jawa, Bali, dan Sumatra
Utara. Beberapa contoh aksi sepihak antara lain Peristiwa Jengkol (15 November 1961),
Peristiwa Indramayu (15 Oktober 1964), Peristiwa Boyolali (November 1964), Peristiwa
Kanigoro (13 Januari 1965), dan Peristiwa Bandar Betsi (14 Mei 1965). Kemampuan PKI
memanfaatkan kondisi pada saat itu terlihat dari semakin meluasnya pengaruh partai
tersebut dan organisasi pendukungnya, terutama dalam komponen masyarakat, seperti
petani, buruh, pegawai rendah sipil maupun militer, seniman,wartawan,guru,mahasiswa
, dosen , intelektual, dan TNI. Tindakan dan perluasan pengaruh komunis yang dilakukan
oleh PKI menimbulkan kecurigaan kelompok anti komunis dan mempertinggi persaingan
di antara elite politik nasional. Kecurigaan dan persaingan tersebut terlihat dari dalam
berbagai polemik yang menonjolkan pendapat masing-masing baik melalui surat kabar
maupun media massa yang dimiliki oleh tiap-tiap kelompok serta aktivitas
kemasyarakatan lainnya. Kecurigaan dan persaingan semakin meningkat dengan
munculnya desas-desus adanya Dewan Jenderal di Angkatan Darat. Desas-desus ini
berdasarkan Dokumen Gilchrist yang diungkapkan oleh PKI. Menurut PKI, Dewan
Jenderal akan mengadakan kudeta dengan bantuan Amerika Serikat. Tuduhan ini
ditolak oleh angkatan darat yang kemudian secara resmi mengumumkan penolakan
terhadap penerapan prinsip Nasakom ke dalam jajaran TNI dan pembentukan 'angkatan
kelima' pada 27 September 1965. Hal ini secara langsung mempertinggi ketegangan dan
persaingan politik antara angkatan darat dan PKI.
4
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas,
terdapat beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini.
Rumusan masalah dilakukan agar permasalahan tetap berada pada lingkup
Yang sesuai serta terarah. Adapun rumus masalah akan dituangkan dalam
Beberapa pertanyaan, sebagai berikut :
1. Bagaimana latar belakang kehidupan DN Aidit?
2. Bagaimana peran pemerintah dalam memberantas Partai Komunis tersebut?
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penyusunan proposal penelitian sejarah ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tentang sejarah G30S PKI
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya G30S PKI
D. MANFAAT PENULISAN
1. Dapat mengetahui tentang sejarah G30S PKI
2. Dapat mengetahui penyebab terjadinya G30S PKI
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Teori ini, langsung terpatahkan dengan Dekrit No.1 Dewan Revolusi. Dekrit ini
menyatakan bahwa G30S PKI mempunyai jangkauan kekuasaan yang sangat jauh. Ia
tidak hanya menyingkirkan Dewan Jenderal yang melakukan kudeta terhadap Bung
Karno, tapi juga sebuah gerakan perebutan kekuasaan. Hal ini dapat disimpulan dari
1. Bahwa Dewan Revolusi akan dibentuk seluruh Indonesia dan akan merupakan sumber
segala kekuasaan.
Sekilas teori tersebut sangat logis. Namun apa yang terjadi tidak sesederhana
teori itu. Proses pergantian kepemimpinan berjalan sangat alot bahkan melelahkan.
Sebabnya, Pak Harto saat itu belum siap atau bahkan tidak bersedia untuk mengganti
Presiden Soekarno. Pak Harto sebenarnya sangat loyal kepada Bung Karno. Sanggahan
saya didukung dengan gambaran fakta saat itu, bagaimana Pak Harto mendapat dukun-
gan penuh semua elemen bangsa (militer, birokrat, masyarakat, dan rakyat). Mereka
mendorongnya untuk “mengganti” Presiden Sukarno pada tahun 1967 dan 1968.
6
III. PERISTIWA G30S PKI ADALAH REKAYASA SOEKARNO
1. Bung Karno sangat berhati-hati dengan berbagai isu yang memicu terjadinya G30S,
khususnya isu Dewan Jenderal dan Dokumen Gilchrist.
2. Pada tanggal 1 Oktober 1965 Bung Karno diagendakan menerima Jenderal Ahmad
Yani. Namun pertemuan itu gagal karena terjadi peristiwa G30S. Pertemuan itu juga
tidak mustahil dimaksudkan untuk mengecek isu Dewan Jenderal.
3. Apa yang terjadi pada tanggal 1 Oktober, sangat mengejutkan Bung Karno
(Compleet Overrompeling). Ketika berada di Air Mancur Monas hendak ke Istana
pada pagi hari tanggal 1 Oktober, Bung Karno tidak tahu peristiwa apa yang terjadi.
4. Di Lanud Halim Perdanakusuma, setelah menerima laporan dari Brigjen Supardjo,
Bung Karno menolak memberikan dukungan kepada G30S. Sikap Bung Karno ini,
salah satu faktor yang menyebabkan gagalnya G30S.
5. Dekrit No.1 Dewan Revolusi sangat jelas menggambarkan sebagai kudeta, sebab
Kabinet Dwikora di-demisioner-kan dan nama Bung Karno tidak ada dalam susunan
Dewan Revolusi. Sementara Dewan Revolusi sumber dari segala kekuasaan.
6. Tidak benar bahwa Bung Karno menerima laporan dari Letkol Untung (Ketua Dewan
Revolusi Nasional) melalui seorang utusan ketika sedang berada di Istora Senayan.
7. Dari aspek sifat dan kepribadian, Bung Karno adalah seorang humanis, yang tidak
mungkin menyetujui tindak kekerasan untuk mencapai ambisi pribadi.
7
IV. Teori Keempat: G30S adalah konspirasi DN Aidit/ Sukarno dan Mao Ze Dong.
1. Informasi yang tidak akurat tentang sakitnya Bung Karno pada 4 Agustus 1965 yang diterima
DN Aidit. Tidak benar hari itu Bung Karno collaps (pingsan) sebagaimana berita atau rumor saat
itu.
2. Benarkah ada “kesepakatan” antara DN Aidit, Bung Karno, dan Mao Ze Dong bahwa akan
dibentuk Kabinet Gotong-Royong dan Bung Karno bersedia “istirahat”di Swanlake, Cina? Berita
itu sangat sulit dipercaya karena seorang pejuang besar seperti Bung Karno bersedia “istirahat”
ketika bangsanya masih memerlukan dirinya.
4. Meskipun DN Aidit dan Bung Karno berada di Halim Perdanakusuma, namun kedua orang itu
tidak sempat bertemu. Suatu hal yang sangat tidak logis, apabila keduanya telah menyepakati
sebuah “komitmen” bersama.
Teori ini lemah. Karena tidak mungkin intelejen lalai dan kecolongan di saat kritis pada
peristiwa besar. Saat itu, Dr. Subandrio adalah Ketua BPI (Badan Pusat Intelegen) yang pasti
lebih tahu apa yang terjadi di negara ini. Demikian juga isu Dokumen Gilchrist dan Dewan
Jenderal. BPI tidak memberikan klarifikasi autentik.
Dokumen Gilchrist (Gilchrist document) adalah sebuah dokumen yang dahulu banyak dikutip
surat kabar era tahun 1965-an. Dokumen Gilchrist sering digunakan untuk mendukung argumen
keterlibatan Blok Barat dalam penggulingan Soekarno di Indonesia. Namun dokumen tersebut
kemungkinan besar palsu atau sebenarnya tidak ada.
Dokumen ini sebenarnya berasal dari sebuah telegram dari Duta Besar Inggris di Jakarta yang
bernama Andrew Gilchrist. Telegram ini ditujukan kepada Kantor Kementerian Luar Negeri
Inggris. Isinya, berupa rencana operasi gabungan militer AS-Inggris di Indonesia untuk
menjatuhkan Bung Karno.
8
Pertama kali keberadaan dokumen diumumkan oleh Soebandrio, Menteri Luar Negeri
Indonesia saat itu, dalam perjalanannya ke Kairo, Mesir. Soebandrio adalah kepala Biro Pusat
Intelijen (BPI). BPI merupakan lembaga super karena mengendalikan kesatuan intel di tiga
angkatan (kepolisian negara, kejaksaan, dan intelijen Hankam). Setibanya di Kairo, Kedutaan
Besar AS berusaha mendapatkan foto salinan dokumen tadi. Setelah diteliti, ternyata dokumen
tersebut palsu.
Di kemudian hari, seorang agen rahasia Cekoslowakia bernama Vladislav Bittman yang
membelot ke Barat tahun 1968 menyatakan bahwa biro agensinya-lah yang melakukan
pemalsuaan dokumen Gilchrist. Tujuannya untuk melindungi nama PKI sekaligus menjatuhkan
AS.
9
BAB III
METODE PENELITIAN
10
BAB IV
A.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui latar belakang Persitiwa G-30-S/PKI di Balik Penetapan
Hari Kesaktian Pancasila Tahun 1965. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode
analisis kualitatif dengan menggunakan pendekatan histories (sejarah), sebab untuk
mengungkapkan kejadian masa lalu harus menggunakan metode yang tepat . Dalam penelitian
ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: Teknik studi kepustakan,
teknik dekumentasi, dan teknik studi komperatif. Hasil penelitian ini akan menjelaskan latar
belakang Peristiwa G-30-S/PKI yang terjadi di Balik Penetapan Hari Kesaktian Pancasila pada
Tahun 1965 tersebut yang bersangkutan dengan pemberontakan dan pengkhianatan PKI
“Gerakan 30 September”nya merupakan ujian yang berat bagi ketangguhan dan keampuhan
Pancasila. Pemberontakan itu, yang jelas ingin merebut pimpinan negara dan mengkomuniskan
Indonesia, di awal dengan penculikan, penganiayan diluar prikemanusian dan pembunuhan
terhadap tujuh Pahlawan Revolusi pada dini hari 1 Oktober 1965. Kemudian 1 Oktober
diperingati sebagai hari Kesaktian Pancasila oleh bangsa Indonesia.
11
BAB V
PENUTUPAN
KESIMPULAN
Berdasarkan keterangan dan analisis yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya
peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut :
2. Dengan unjuk rasa yang dilakukan mahasiswa sebagai bentuk provokasi saat
meruntuhkan kekuasaan rezim Orde lama akan sulit tercapai tanpa adanya
12
B. SARAN
1. Kita harus hargai perjuangan para terdahulu kita untuk menjaga kesatuan
2. Kita harus menjaga Bhinneka Tunggal Ika. Karena bangsa ini milik semua
suku, agama dan ras. Untuk itu mari kita bangun bangsa ini demi
kemakmuran rakyat
dan tidak akan dapat bangkit kembali, serta kenangan ini untuk generasi
penerus bangsa.
4. Diharapkan agar para sejarawan lebih banyak lagi menulis tentang sejarah
13
LAMPIRAN
14
DAFTAR PUSTAKA
Gramedia.
Penerbit Ombak.
Galang Press.
15