Oleh :
RAEHAN MAULANA BAEHAQI
KELAS B
PRODI TEKNIK INFORMATIKA
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMASI
KOMUNIKASI (STMIK) MUHAMMADIYAH
PAGUYANGAN
1
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Tragedi
Gerakan 30 September PKI ” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bu
Nurlaeli pada Pancasila. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang sejarah Indonesia bagi para pembaca dan juga penulis.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Bu Nurlaeli, selaku Dosen Pancasila
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah wawasan dan
pengetahuan sesuai bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga menucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
JUDUL..................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR............................................................................ 2
DAFTAR ISI........................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. ..Latar Belakang Masalah................................................................ 4
B. ..Rumusan Masalah......................................................................... 4
C. ..Tujuan Pembahasan...................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Singkat PKI........................................................................ 5
B. Tragedi G30S/PKI........................................................................... 6
C. Tujuan G30S/PKI............................................................................ 8
D. Pengaruh G30S/PKI Bagi Bangsa Indonesia.................................. 8
E. Penumpasan G30S/PKI................................................................... 9
BAB III PENUTUP
A. ..Kesimpulan.................................................................................... 11
B. ..Saran.............................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 12
3
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu PKI ?
2. Apa itu komunisme ?
3. Bagaimana G30S/PKI bisa terjadi ?
C. Tujuan Masalah
1. Mendeskripsikan tentang PKI
2. Mendeskripsikan tentang komunisime
3. Menjelaskan secara rinci tentang G30S/PKI
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Komunis sendiri bahkan sempat menyusup ke tubuh kementerian Presiden
Soekarno yang mengakibatkan TNI angkatan darat merasa Presiden pertama RI
tersebut terkontaminasi paham komunis. Sebagai buktinya, PKI pernah menjadi
salah satu partai politik non pemerintah yang dipercaya menyelenggarakan
percaturan politik di Indonesia bersama sejarah partai Masyumi, Nahdlatul
Oelama, dan sejarah Partai Nasional Indonesia (PNI).
Partai Komunis Indonesia (PKI) awalnya berdiri dengan nama Indische
Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV) yang didirikan oleh Henk
Sneevliet. Organisasi ini merupakan gabungan dari Partai Sosialis Belanda
dengan SDAP yang kemudian bersatu di bawah nama SDP Komunis yang
beranggotakan 85 orang sosialis di Hindia-Belanda. Pembentukan ini
dilaksanakan pada tahun 1914 sebelum Indonesia melakukan persiapan matang
menuju kemerdekaan karena belum ada sejarah BPUPKI, sejarah PPKI, dan
sejarah perumusan UUD 1945.
B. Tragedi G30S/PKI
Pemberontakan PKI tanggal 30 September 1965 bukanlah kali pertama
bagi PKI. Sebelumnya, pada tahun 1948 PKI sudah pernah mengadakan
pemberontakan di Madiun. Pemberontakan tersebut dipelopori oleh Amir
Syarifuddin dan Muso. Tujuan dari pemberontakan itu adalah untuk
menghancurkan Negara RI dan menggantinya menjadi negara komunis.
Bahkan, dengan adanya ajaran dari presiden Soekarno tentang Nasakom
(Nasional, Agama, Komunis) yang sangat menguntungkan PKI karena
menempatkannya sebagai bagian yang sah dalam konstelasi politik Indonesia.
Hal ini hanya akan membukakan jalan bagi PKI untuk melancarkan rencana-
rencananya. Yang salah satunya sudah terbukti adalah pemberontakan G-30-S-
PKI yang dipimpin oleh DN. Aidit. Pemberontakan itu bertujuan untuk
menyingkirkan TNI-AD sekaligus merebut kekuasaan pemerintahan.
Selain karena ingin merebut kekuasaan, ada juga factor lain yang membuat
mereka melakukan pemberontakan itu, yakni :
Angkatan Darat menolak pembentukan Angkatan kelima
Angkatan Darat menolak Nasakomisasi karena ajaran ini dianggap hanya
akan menguntungkan kedudukan PKI untuk yang kesekian kalinya.
Angkatan Darat menolak Poros Jakarta-Peking dan konfrontasi dengan
Malaysia. Hal ini merupakan suatu langkah yang bijak menyangkut adanya
Poros Jakarta-Peking dan konfrontasi dengan Malaysia hanya akan
6
membantu Cina meluaskan semangat revolusi komunisnya di Asia
Tenggara, dan akan merusak hubungan baik dengan negara-negara
tetangga.
Pada tanggal 1 Oktober 1965 dini hari, pasukan G-30-S-PKI mulai
bergerak dari Lubang Buaya dan menyebar ke segenap penjuru Jakarta. PKI
menduduki beberapa instalasi vital di Ibukota seperti Studio RRI, pusat Telkom
dan lain-lain. Pasukan Pasopati berhasil melakukan penculikan dan pembunuhan
terhadap para perwira TNI-AD yang menjadi target operasi. Enam Jenderal yang
menjadi korban keganasan G-30-S-PKI ialah sebagai berikut:
Letnan Jenderal Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala
Staf Komando Operasi Tertinggi)
Mayjen Haryono Mas Tirtodarmo (Deputi III Menteri/Panglima AD
bidang Perencanaan dan Pembinaan)
Mayjen R.Suprapto (Deputi II Menteri/Panglima AD bidang Administrasi)
Mayjen Siswono Parman (Asisten I Menteri/Panglima AD bidang
Intelijen)
Brigjen Donald Izacus Panjaitan (Asisten IV Menteri/Panglima AD bidang
Logistik)
Brigjen Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal
Angkatan Darat)
Sementara itu, Jenderal Abdul Haris Nasution berhasil meloloskan diri dari
penculikan. Akan tetapi, putrinya Ade Irma Suryani terluka parah karena
tembakan penculik dan akhirnya meninggal di rumah sakit.
Ajudan Nasution, Letnan Satu Pierre Andreas Tendean ikut menjadi sasaran
penculikan karena wajahnya mirip dengan Jenderal Nasution. Ketika itu juga
tertembak Brigadir Polisi Karel Satsuit Tubun, pengawal rumah Waperdam II
Dr.J. Leimena yang rumahnya berdampingan dengan rumah Nasution.
Lolosnya Nasution, membuat Aidit dan koleganya cemas karena akan
menimbulkan masalah besar. Untuk itu, Suparjo menyarankan agar operasi
dilakukan sekali lagi. Saat berada di istana, Suparjo melihat bahwa militer di kota
dalam keadaan bingung. Akan tetapi, para pemimpin gerakan pada saat itu tidak
melakukan apa-apa. Hal ini menjadi salah satu penyebab kehancuran operasi
mereka.
Sementara itu, sesudah PKI dengan G 30 S/PKI nya berhasil membunuh para
pimpinan TNI AD, kemudian pimpinan G 30 S/PKI mengumumkan sebuah
dektrit melalui RRI yang telah berhasil pula dikuasai. Dekrit tersebut diberinya
nama kode Dekrit No 1 yang mengutarakan tentang pembentukan apa yang
7
mereka namakan Dewan Revolusi Indonesia di bawah pimpinan Letkol Untung.
Berdasarkan revolusi merupakan kekuasaan tertinggi, dekrit no 1 tersebut, maka
Dewan Revolusi merupakan kekuasaan tertinggi, Dekrit no 2 dari G 30 S/PKI
tentang penurunan dan kenaikan pangkat (semua pangkat diatas Letkol
diturunkan, sedang prajurit yang mendukung G 30 S/PKI dinaikan pangkatnya 1
atau 2 tingkat).
C. Tujuan G30S/PKI
Berikut ini terdapat beberapa tujuan G30S/PKI, antara lain:
Bahwa Gerakan 30 September adalah perbuatan PKI dalam rangka
usahanya untuk merebut kekuasaan di negara Republik Indonesia dengan
memperalat oknum ABRI sebagai kekuatan fisiknya,
Bahwa tujuan tetap komunis di Negara Non Komunis adalah merebut
kekuasaan negara dan mengkomuniskannya.
Usaha tersebut dilakukan dalam jangka panjang dari generasi ke generasi
secara berlanjut.
Selanjutnya bahwa kegiatan yang dilakukan tidak pernah terlepas dari
rangkaian kegiatan komunisme internasional.
8
Pembubaran PKI
Pembersihan Kabinet Dwikora dari unsur-unsur PKI.
Penurunan harga – harga (Perbaikan Ekonomi).
Tindakan Pemerintah lainnya adalah mengadakan reshuffle (perombakan)
Kabinet Dwikora. Pembaharuan Kabinet Dwikora terjadi tanggal 21 Februari
1966 dan kemudian disebut dengan Kabinet Dwikora Yang Disempurnakan.
Mengingat jumlah anggota mencapai hampir seratus orang, maka kabinet itu
sering disebut dengan Kabinet Seratus Menteri.
Menjelang pelantikan Kabinet Seratus Menteri pada tanggal 24 Februari 1966,
KAMI melakukan aksi serentak. Dalam demonstrasi itu gugur seorang
mahasiswa Universitas Indonesia, Arief Rahman Hakim.
Peristiwa itu berpengaruh besar terhadap maraknya gelombang aksi demonstrasi.
Di Istana Bogor ketiga perwira tinggi itu mengadakan pembicaraan langsung
dengan Presiden yang didampingi oleh Dr. Subandrio, Dr. J. Leimena dan Dr.
Chaerul Saleh. Sesuai dengan kesimpulan pembicaraan, maka ketiga perwira TNI
– AD itu bersama dengan Komandan Resimen Cakrabirawa, Brigjen Sabur
diperintahkan membuat konsep surat perintah kepada Letjen Soeharto yang
kemudian Surat Perintah itu lebih dikenal dengan sebutan Surat Perintah 11 Maret
(SUPERSEMAR). Isi pokoknya adalah memerintahkan kepada Letjen Soeharto
atas nama Presiden untuk mengambil tindakan yang dianggap perlu untuk
terjaminnya keamanan dan ketertiban serta kestabilan jalannya pemerintahan dan
jalannya revolusi serta menjamin keselamatan pribadi dan kewibawaan presiden.
E. Penumpasan G30S/PKI
Berikut ini terdapat beberapa penumpasan G30S/PKI, antara lain:
Menetralisipasi pasukan yang berada di sekitar Medan Merdeka yang
dimanfaatkan oleh kaum G30S/PKI.
Operasi militer tentang penumpasan G30S/PKI mulai dilakukan sore hari.
Pasukan RPKAD berhasil menduduki kembali gedung RRI pusat, gedung
telekomunikasi dan mengamankan seluruh wilayah Medan Merdeka tanpa
terjadi bentrokan senjata.
Pasukan Batalyon 238 Kujang/Siliwangi berhasil menguasai lapangan
banteng dan mengamankan markas Kodam V/Jaya dan sekitarnya.
Presiden Soekarno meninggalkan Halim Perdana Kusuma menuju Istana
Bogor. Pasukan RPKAD bergerak menuju sasaran dipimpin oleh Kolonel
Subiantoro.
9
Dalam gerakan pembersihan ke kampung-kampung di sekitar lubang
buaya, Ajun Brigadir Polisi Sukitman yang sempat ditawan oleh regu
penculik berhasil meloloskan diri.
Pada tanggal 3 Oktober 1965 berhasil ditemukan jenazah para perwira
tinggi AD yang telah dikuburkan dalam sumur tua.
Keesokan harinya bertepatan dengan HUT ABRI tanggal 5 Oktober
jenazah mereka dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.
Mereka dianugerahi gelar pahlawan Revolusi.
10
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi sebagai warga negara Indonesia kita harus berpedoman pada ideologi
pancasila, dan jangan sampai terkontaminasi paham-paham lainnya yang
bertentangan dengan nilai-nilai pancasila.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka
dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah
dalam kesimpulan di atas.
11
Daftar Pustaka
https://sejarahlengkap.com/organisasi/sejarah-pki
https://kelasips.co.id/sejarah-g30s-pki/
12