Faktor ini juga menjadi salah satu sebab kuat, karena PKI lah yang
menghasut Presiden Soekarno untuk bersikap lebih tegas dan
menolak negosiasi yang diusulkan oleh Presiden Pilipina dan
Perdana Mentri Malaysia saat itu. Tentu saja hal ini tidak lepas
dari tindakan rakyat Malaysia saat itu yang menyerbu gedung
KBRI dan membuat PM Malaysia saat itu Tunku Abdul Rahman
dipaksa menginjak lambang negara Indonesia. Aksi ini membuat
Presiden Soekarno sangat murka dan membuat gerakan “Ganyang
Malaysia” untuk balas dendam terhadap aksi itu, tentu saja hal ini
tidak didukung penuh oleh Militer. Salah satu alasannya adalah
karena Malaysia memiliki bantuan dari Inggris, dan Indonesia
dengan kondisi ekonomi dan tentara yang kurang memadai dirasa
oleh para Jendral angkatan darat tidak bisa menyaingi kekuatan
militer mereka.
Tentu saja kita tahu bahwa Ameria Serikat sebagai negara liberal
tentunya anti komunisme, oleh karena itu melalui CIA mereka
berusaha agar pemerintahan Indonesia saat itu tidak jatuh
kedalam kuasa PKI yang merupakan partai komunis. Dengan
kedekatan Presiden Soekarno yang sangat erat dengan PKI.
Banyak dokumen dokumen dari FBI CIA yang telah disebarkan
untuk mengungkapkan keterlibatan mereka dalam insiden G30S
PKI, dimana memang benar kalau mereka yang memberikan list
anggota PKI kepada pemerintah Soeharto sehingga terjadi
pembantaian yang keji itu. Dari sini memang patut dicurigai
apakah ada andil Amerika dalam kenaikan posisi Soeharto yang
bisa menjadi presiden karena peristiwa ini. Sayangnya hal ini tidak
memiliki bukti yang cukup, mungkin suatu saat setelah semua
dokumen CIA telah di publikasi maka kebenaran akan terbukti.
Bahan masukan
Dengan berbagai bukti ini, Komnas HAM meminta Kejaksaan
Agung untuk menggunakan hasil penyelidikan ini sebagai bahan
untuk melakukan penyidikan.
Ragam komentar
"Saya sependapat bahwa peristiwa setelah G30S/PKI, merupakn
satu kejahatan kemanusiaan terbesar di republik. Maka saya
mendukung hal ini diungkap dengan mengadili para pelaku sesuai
hukum yang berlaku. Siapapun harus diadili dan dihukum."
Samuel, Wamena.
"Omong kosong semua. Kemana aja dari dulu Pak? Saya yang orng
desa saja tau kalo bnyk terjadi kesalahan sejarah,apalagi anda yg
notabene orng intelektual. Knp baru sekarang diungkit,mimpi
kali." Mujek, Jakarta.