Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KEWARGANEGARAAN
Gerakan 30 September PKI
Dosen pengampu : Sudaryanto,SH,MH

Disusun oleh
NAMA: Ardilia Gilang putri
NIM: 211140100002

PROGRAM STUDI DIII FSIOTERAPI


FAKULUTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDIOARJO
2
KATA PENGANTAR

segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
sehingga kita semua selalu bearada dalam keadan sehat jasmani dan rohani. Serta
sholawat serta salam kita ucapkan semoga selalu tercurah kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW. Akhirnya penulis dapat mennyelesaikan tugas makalah ini yang
berjudul ‘’ G 30 S PKI ’’ tepat pada waktunya. Adapun tujuan ini penmulis Menyusun
tugas makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas dari dosen mata kuliah
kewarganegaraan.

Dalam penyusun makalah ini, penulis menyadari terdapat banyak kekurangan yang
dibuat baik sengaja. Untuk itu penulis mohon maaf atas segala kekukarangan tersebut
serta berharap kepada semua untuk selalu memberikan saran, kritik, dan masukan
yang bersifat kontruktif bagi diri penulis agar dalam penyusunan tugas selanjutnya
akan dapat memberikan yang lebih baik lagi.

Akhir kata kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini, dari awal hingga menjadi makalah kami sangat
menghargai saran dan kritik yang membangun untuk pembuatan makalah berikutnya.
Terimah kasih.

Sidoarjo, 25 november 2021


DAFTAR ISI

COVER…………………………………………………………..……………………………I
KATA PENGANTAR…………………………………………………….…………………II

DAFTAR ISI…………………………………………………………………...……………III
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang………………………………………………………………………...…1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………….2
1.3 Tujuan Penulisan………………………………………………………………………...3
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Latar Belakang ………………………...…………………………………….…………...4
2.2 Sejarah G 30 S PKI……………...………………..………………………………………5
2.3 Peristiwa…………………………………………………………………………………..6
BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan………………………………………………………………………………….
Saran………………………………………………………………………………………….
Daftar Pustaka........................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemberontakan PKI tanggal 30 September 1965 bukanlah kali pertama bagi PKI.
Sebelumnya pada tahun 1948 PKI sudah pernah mengadakan peberontakan di
Madiun. Pemberontakan tersebut dipelopori oleh Amir Syarifuddin dan Muso.
Tujuan dari pemberontakan itu adalah untuk menghancurkan Negara RI dan
menggantinya menjadi negara komunis. Beruntunglah pada saat itu Muso dan
Amir Syarifuddin berhasil ditangkap dan kemudian ditembak mati sehingga
pergerakan PKI dapat dikendalikan. Namun. Secara umum, G30 S PKI
dilatarbelakangi oleh dominasi ideologi Nasionalsime, Agama, dan Komunisme (
NASAKOM ) yang berlangsung sejak era Demokrasi Terpimpin diterapkan, yakni
tahun 1959-1965 di bawah kekuasaan presiden Soekarno.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan permasalahan.
Permasalaham sebagai berikut :
1. Pengertian PKI
2. Sejarah singkat G 30 S PKI
3. Apa tujuan G 30 S PKI
4. Apa latar belakang dari G 30 S PKI
1.3 Tujuan penulis
Adapun tujuannya ialah penulis ingin mencari tahu tujuan, latar belakang dari G 30
S PKI, siapa saja tokoh-tokoh yang terlibat dan korban-korban, serta alasan
pemerintahan hingga akhirnya memutuskan untuk membubarkan Gerakan ini
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang G 30 S PKI

Secara umum, G 30 S PKI dilatarbelakangi oleh dominasi ideologi Nasionalisme,


Agama, dan Komunisme ( NASAKOM ) yang berlangsung sejak era Demokrasi
Terpimpin di terapkan, yakni tahun 1959-1965 di bawah kekuasaan Presiden
Soekarno. Beberapa hal lain yang menyebabkan Gerakan yang menewaskan para
jendral ini adalah ketidak harmonisan hubungan anggota TNI dan juga PKI.
Pertentangan itu muncul di antara keduanya. Selain itu, desas-desus Kesehatan
Presiden Soekarno juga turur melatarbelakangi pemberontakan G 30 S PKI. Itulah
sejarah G 30 S PKI. Setelah Gerakan tersebut berhasil ditumpas, mucul berbagai aksi
dari kalangan masyarakat untuk membubarkan PKI.

2.2 Sejarah G 30 S PKI

Peristiwa G 30 S PKI terjadi pada tahun 1965 dan dimotori oleh Dipa Nusantara
Aidit atau DN Aidit, pemimpin terakhir PKI. Dibawah kendali DN Aidit, perkembangan
diperoleh melalui system perlementer. Gerakan pemberontakan yang dilakukan oleh
PKI mengincar perwira TNI AD Indonesia. Tiga dari enam orang yang menjadi target
langsung dibunuh di kediamannya. Sedangkan lainnya diculik dan dibawah menuju
lubang buaya.

Keenam perwira tinggi yang menjadi korban G 30 S PKI antaara lain yang menjadi
korban G 30 S PKI antara lain letnan Jenderal Anumerta Ahmad Yani, Mayor Jenderal
Raden Soeprapto, Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono, Mayor Jenderal
Siswondo Parman, Brigadir Jenderal Donald Isaac Panjaitan dan Brigadir Jenderal
Sutoyo Siswomiharjo.

Peristiwa Madiun ( Madiun Affairs) adalah sebuah konflik kekerasan atau situasi chaos
yang terjadi di Jawa Timur bulan September – Desember 1948. Peristiwa ini diawali
dengan diproklamasikannya negara Soviet Republik Indonesia pada tanggal 18
September 1948 di Madiun oleh Muso, seorang tokoh partai komunis Indonesia
dengan dukungan pula oleg Menteri pertahanan saat itu, Amir Sjarifudin.
Pada saat itu hingga era Orde Lama peristiwa ini dinamakan peristiwa Madiun (
Madiun Affaris),, dan tidak pernah disebut sebagai pemboerontakan Partai Komunis
Indonesia ( PKI). Bersama dengan itu terjadi penculikan tokoh-tokoh masyarakat yang
ada di Madiun, baik itu tokoh sipil maupun militer di pemerintahan ataupun tokoh-tokoh
masyarakat dan agama. Masih ada kontroversi mengenai peristiwa ini. Sejumlah
pihak merasa tuduhan bahwa PKI yang mendalangi peristiwa ini. Sejumlah pihak
mersa tuduhan bahwa PKI yang melindungi peristiwa ini sebetulnya adalah rekayasa
pemerintahan Orde Baru ( dan Sebagian perlaku Orde Lama).

2.3 Peristiwa
A. Isu Dokumen Gilchrist
Dokumen Gilehrist diambil dari nama duta besar Inggris untuk Indonesia,
Andrew Gilchirst. Beredar hamper bersamaan waktunya dengan isu Dewan
Jederal. Dokumen ini oelh beberapa pihak dianggap pemalsuan. Di babah
pengawasan Jenderal Agayant dari KGB Rusia, dokumen ini menyebutkan
bahwa perwira-perwira Angkatan Darat telah dibeli oleh pihak Barat. Kedutaan
Amerika Serikat juga dituduh memberi daftar nama anggota PKI kepda tentara
untuk’’ ditindak lanjuti’’.
B. Isu Dewan Jendral
Pada saat saat-saat genting sekitar September 1965 muncul isu adanya
Dewan Jenderal, yang mengungkapkan bahwa petinggi Angkatan Darat tidak
puas terhadap Soekarno dan berniat untuk menggulingkannya. Mengapa isu
ini, Soekarno memerintahkan pasukan Cakrabirawa untuk menangkap dan
membawa mereka untuk diadili. Namun secara tak terduga, dalam oeprasi
pengungkapan tersebut Jederal tersebut terbunuh.
C. Isu Keterlibatan Soeharto
Menurut isu yang beredar,Soeharto saat itu menjabat sebagai pangkostrad (
Panglima Komando Strategi Cadangan Angkatan Darat) tidak membawahi
pasukan.
D. Korban
Keenam penjabat tinggi yang dibunuh tersebut adalah:
1. Letjen TNI Ahmas Yani ( Materi Panglima Angkatan Darat/ Kepala Staf
Komando Operasi Tertinggi).
2. Mayjen TNI Raden Suprapto ( Deputi II Manteri/Panglima AD bidang
Administrasi)
3. Mayjen TNI Mas Titrodarmo ( Deputi III Menteri/Panglima AD bidang
Perencanaan dan Pembinaan)
4. Mayjen TNI Siswondo Parman ( Asisten I Menteri/Panglima AD bidang
Intelijen)
5. Brigjen TNI Donald Issac Panjaitan ( Asisten I Materi/Panglima AD bidang
Logistik)
6. Jenderal TNI Abdul Harris Naasition yang menjadi sasaran utama, selamat
upaya pembunuhan tersebut. Sebaiknya, putrinya Ade Irma Suryani
Nasution dan ajudan beliau, Lettu CZI Pierre Andreaas Tendean tewas
dalam usaha pembunuhan tersebut.
7. Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo ( Inspektur Kehakiman/Oditur Jendral
Angkatan Darat).

Selain itu beberapa orang lainnya juga turut menjadi korban:

1. Bripka Karel Stasiun Tubun ( pengawal kediaman resmi Wali Perdana


Mentri II dr. j. Leiman)
2. Kolonel Katamso Darmakusumo ( Kepala Staf Korem 072/pamungkas,
Yogtyakarta)
3. Para korban tersebut kemudian dibuang ke suatu lokasi di Podok Gede,
Jakarta yang dikenal sebagai Lubang buaya. Mayat mereka ditemukan
pada 3 Oktober.
E. Penangkapan dan pembantaian PKI
Dalam bulan-bulan setelah peristiwa ini, semua anggota dan pendukung PKI,
atau meraka yang dianggap sebagai anggota dan simpatisan PKI, semua
partai kelas buruh yang diketahui dan ratusan ribu pekerja dan petani
Indonesia yang lain dibunuh atau dimasukan ke kamp-kamp tahanan untuk
disiksa dan di interogasi. Pembunuhan-pembunuhan ini terjadi di Jawa
Tengah ( bulan Oktober), Jawa Timur ( bulan November) dan Bali ( bulan
Desember). Berapa jumlah orang yang dibantai tidak diketahui dengan persis,
perkiraan yang konservatif menyebutkan 500.000 orang, sementara perkiraan
lain menyebutkan dua sampai tiga juta orang. Namun, diduga setidak-tidaknta
satu juta orang menjadi korban dalam bencana enam bulan yang mengikuti
kudeta itu.
Dihasut dan bantu oleh tentara, kelompok-kelompok pemuda dari organisasi-
organisasi muslim sayap – kanan seperti Barisan Ansor NU dan Taamneg
Marhaenis PNI melakukan pembunuhan-pembunuhan massal, terutama di
Jawa Tengah dan Jawa Timur ada laporan-laporan bahwa sungai Brantas di
dekat Surabaya menjadi penuh mayat-mayat sampai di tempat – tempat
tertentu sungai itu ‘’ tebendung mayat’’, pada akhir 1965, antara 500,000 dan
satu juta anggota-anggota dan pendukung-pendukung PKI telah menjadi
korban pembunuhan dan ratusan ribu lainya dipenjarakan di kamp-kamp
kosentrasi, tanpa adanya perlawanan sama sekali. Sewaktu regu-regu militer
yang didukung dana CIA menangkapi semua anggota dan pendukung PKI
yang terketahui dan melakukan pembantaian keji terhadap mereka,
majalah’’Time’’ memberitakan:
Pembunuhan-pembunuhan itu dilakukan dalam skala yang demikian sehingga
pembuangan mayat menyebabkan pesoalan santitasi yang serius di Sumatera
Utara, di mana Udara yang lembap membawa bau mayat membusuk. Orang-
orang dari daerah -daerah sungai – sungai kecil yang benar-benar terbendung
oleh mayat- mayat. Trasnportasi sungai menjadi terhambat secara serius.
Di pulau Bali, yang sebelum itu dianggap sebagai kunu PKI, paling sedikit
35.000 orang menjadi korban di permulaan 1996. Disana para Tamin, pasukan
komando elite partai Nasional Indonesia, adalah pelaku pembunuhan-
pembunuhan ini. Koresponden khusus dari Frankfurter Allgiemeine Zeitung
bercerita tentang mayat-mayat di pinggir jalan atau dibuang ke dalam galian-
galian dan tentang desa-desa yang separuh dibakar di mana para petani tidak
berani meninggalkan kerangka-kerangka rumah mereka yang sudah hangus.
Didaerah-daerah lain, para terdakwa dipaksa untuk membunuh teman-teman
mereka untuk membuktikan kesetiaan mereka. Di kota- kota besar
pemburuan-pemburuan rasialis’’anti – Tinghoa’’ terjadi. Pekerja-pekerja dan
pegawai-pergawai pemerintahan yang mengadakan aksi mogok sebagai
protes atas kejadian-kejadian kotra-revolusioner ini dipecat.
Paling sedikit 250,000 orang pekerja dan petani dipekerjakan di kamp-kamp
konsentrasi. Dipekirakan sebagai tahanan politik pada akhir 1969. Eksekusi-
eksekusi masih dilakukan sampai sekarang termasuk belasan orang sejak
tahun 1980-an. Empat tahanan politik, Johannes Surono Hadiwiyino, Safar
Suryanto, Simon Pertus Sulaeman, dan Nobertus Rohayan, dihukum mati
hamper sejak kudeta itu.

F. Pasca Kejadian
Pasca pembunuhan beberapa perwira TNI Angkatan Darat, PKI mampu
menguasai dua sasaran komunikasi vital, yaitu studio RRI di jalan Merdeka
Barat dan kantor Telekomunikasi yang terletak di jalan Merdeka Selatan.
Melalui RRI, PKI menyiarkan pengumuman tentang Gerakan 30 September
yang ditunjukan kepada para perwira tinggi anggota’’ Dewan Jendral’’ yang
akan mengadakan kudera terhadap pemerintahan. Diumumkan pula
terbentuknya ‘’ Dewan Revolusi’’ yang diketuai Lektol Untung Sutopo.
Di Jawa Tengah dan DI. Yogyakarta, PKI melakukan pembunuhan terhadap
Kolonel Katanso (Komandan Koren 072/Yogyakarta) dan Letnan Kolonel
Sugiono ( Kepala Staf Korem 072/ Yogyakarta). Mereka diculik PKI pada sore
hari 1 oktober 1965. Kedua perwira ini dibunuh karena secara tegas menolak
berhubungan dengan Dewan Revolusi. Pada tanggal 1 Oktober 1965 Sukarno
dan Sekretaris Jendral PKI Aidit menanggapi pembentukan Dewan
Revolusioner oleh para ‘’ pemberontak’’ dengan berpindah ke Pangkalan
Angkatan Udara Halim di Jakarta untuk mencari perlindungan. Pada tanggal 6
Oktober, Sukarno mengimbau rakyat menciptakan “ persatuan nasional’’ ,
yaitu persatuan antara Angkatan bersenjata dan para korbanya untuk
penghentian kekerasan. Biro politik dari Komite Sentral PKI segera
menganjurkan semua anggota dan organisasi-organisasi massa
untuk’’pemimpinan revolusi Indonesia’’ dan tidak melawan Angkatan
bersenjata.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Perisriwa G 30 S PKI yang lebih dikenal dengan peristiwa pemberontakan
yang dilakukan PKI, yang bertujuan untuk menyebarkanpaham komunis di
Indonesia. Pemberontakan ini menimbulkan banyak korban, dan banyak
korban berasal dari para Jenderal Angkatan Darat Indonesia. Gerakan PKI ini
menjadi isu politik untuk menolak laporan pertanggung jawaban Presiden
Soekarno ini, maka Indonesia Kembali ke pemerintahan yang berasaskan
kepada Pancasila dan UUD 1945.
Peristiwa G 30 S PKI 1965 yang terjadi di Indonesia telah memberi dampak
negative dalam kehidupan sosial dan politik dampak ekonomi. Setelah
supersemar diumumkan, perjalan politik di Indonesia mengalami masa
transisi. Kepemimpinan Soekarno kehilangan supermasinya. MPRS kemudian
meminta Presiden Soekarno untuk mempertanggung jawabkan hasil
pemerintahanya, khusunya mengenai masalah yang menyangkut peristiwa
G30 S PKI.

B. Jangan sekali-kali meningkatakan sejarah. Bangsa yang melupakan


sejarah, akan dengan mudah tercabut dari akar sejarah itu sendiri, dan
menjadi bangsa antah beran
DAFTAR PUSTAKA

Https://id.wikipedia.org/wiki/gerakan-30-september
Https://id.wikipedia.org/wiki/pahlawan-revolusi-indonesia
Https://materiku89.blogspot.co.id/2026/03/peristiwa-lengkap-gerakan-
30-september-1965.html

Anda mungkin juga menyukai