Anda di halaman 1dari 54

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas IPS Penulis sangat berharap
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca mengenai
sejarah yang mungkin sebagian pembaca belum mengetahuinya. Selain itu,
penulis juga berharap dengan membaca makala ini dapat menjawab beberapa
pertanyaan yang mengganjal dipikiran pembaca.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

HORMAT SAYA

ZAHRATUL AINI

[i]
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI .....................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan Makalah ........................................................................ 2
1.4 Manfaat Penulisan Makalah ...................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 3
2.1 ISDV (Indischee Sociaal Demokratische Vereninging) .............................. 3
2.1.1 Pengertian ISDV ................................................................................ 3
2.1.2 Sejarah Berdirinya ISDV ................................................................... 3
2.2 PKH (Perserikatan Komunis di Hindia) .................................................... 5
2.2.1 Pengertian PKH ................................................................................. 5
2.2.2 Sejarah Perubahan Nama ISDV menjadi PKH .................................... 5
2.3 PKI (Partai Komunis Indonesia) ............................................................... 8
2.3.1 Pengertian PKI................................................................................... 8
2.3.2 Sejarah Berdirinya PKI ...................................................................... 8
2.3.3 Sejarah Simbol PKI............................................................................ 9
2.3.4 Tokoh PKI ....................................................................................... 10
2.3.4 Pemberontakan PKI 1926-1927........................................................ 21
2.3.5 Pemberontakan PKI Madiun 1948 .................................................... 26

[ii]
2.4 Gerakan 30 September PKI .................................................................... 28
2.4.1 Sejarah G30 S/PKI ........................................................................... 28
2.4.2 Latarbelakang G30 S/PKI ................................................................ 29
2.4.3 Tujuan G30 S/PKI............................................................................ 29
2.4.4 Kronologi G30 S/PKI....................................................................... 30
2.4.5 Korban G30 S/PKI ........................................................................... 31
2.5 Lubang Buaya ........................................................................................ 41
2.5.1 Asal Usul Disebut Lubang Buaya ..................................................... 42
2.5.2 Kondisi Lubang Buaya 1965 ............................................................ 42
2.5.3 Jejak Tragedi G30 S/PKI .................................................................. 43
2.6 Fakta dan Opini Peristiwa G30 S/PKI ..................................................... 43
2.6.1 Fakta Peristiwa G30 S/PKI............................................................... 43
2.6.2 Opini Peristiwa G30 S/PKI .............................................................. 45
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 47
3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 47
3.2 Saran ...................................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 49

[iii]
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


G 30 S/PKI merupakan gerakan yang bertujuan untuk menggulingkan
pemerintahan Presiden Sukarno dan mengubah Indonesia menjadi negara
komunis. Gerakan ini dipimpin oleh DN Aidit yang saat itu merupakan ketua
dari Partai Komunis Indonesia (PKI).
Peristiwa G 30 S/PKI telah memberikan dampak negatif dalam
kehidupan sosial dan politik masyarakat. Setelah peristiwa tersebut berakhir,
kondisi politik Indonesia masih belum stabil. Situasi Nasional sangat
menyedihkan, kehidupan ideologi nasional belum mapan. Sementara itu,
kondisi politik juga belum stabil karena sering terjadi konflik antar partai
politik. Demokrasi Terpimpin justru mengarah ke sistem pemerintahan
dictator.
Di masa sekarang, peristiwa bersejarah ini memberikan banyak
pembelajaran bagi generasi muda. Pemutaran ulang film G 30 S/PKI penting
sebagai pengingat sejarah terutama untuk generasi milenial serta tidak menjadi
polemik berkepanjangan di masyarakat. Penayangan film ini merupakan hal
penting karena peristiwa G 30 S/PKI sudah menjadi bagian sejarah bagi
bangsa, sehingga pemerintah perlu memiliki satu suara dalam menunjukkan
bahaya dari komunis dan gambaran bahwa tidak berlakunya sistem komunis
di Indonesia.
Generasi muda juga harus belajar bahwa sebagai penerus bangsa jangan
pernah melihat masa depan dengan buta, kita harus pergunakan peristiwa masa
lampau yang dapat dijadikan kaca bengala dari pada masa yang akan datang.
Bung Karno pernah berkata “’JasMerah”, jangan sekali kali lupakan
sejarah, karena itu, kita haruslah faham bagaimana penghianatan dan
kekejaman yang dilakukan PKI kepada bangsa Indonesia.

[1]
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah pembentukan ISDV (indischee sociaal demokratische


vereninging)?

2. Bagaimana sejarah pembentukan PKH (perserikatan komunis di hindia)?


3. Bagaimana sejarah pembentukan PKI (partai komunis indonesia)?

4. Mengapa terjadi Gerakan 30 September?

5. Apa yang dimaksud lubang buaya?

6. Apa saja fakta dan opini peristiwa G 30 S/PKI?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah

1. Untuk mengetahui sejarah pembentukan ISDV (indischee sociaal


demokratische vereninging).

2. Untuk mengetahui sejarah pembentukan PKH (perserikatan komunis di


hindia).

3. Untuk mengetahui sejarah pembentukan PKI (partai komunis indonesia).

4. Untuk mengetahui alasan terjadi Gerakan 30 September.

5. Untuk mengetahui asal mula nama lubang buaya.

6. Untuk mengetahui fakta dan opini peristiwa G30 S/PKI.

1.4 Manfaat Penulisan Makalah


Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah kita lebih memahami dan
mengetahui perjalanan Sejarah dari sebelum Negara Indonesia Merdeka
sampai saat ini dan kita juga dapat mengetahui pahlawan yang gugur dalam
peristiwa G30/SPKI. Kita juga dapat belajar untuk memahami masalalah dan
mencari solusinya, dan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan. Dan
Secara langsung otak kita akan dilatih untuk berfikir secara focus, teliti, dan
jeli karena setiap makala yang kita buat pasti mengalami koreksi.

[2]
BAB II PEMBAHASAN

2.1 ISDV (Indischee Sociaal Demokratische Vereninging)

2.1.1 Pengertian ISDV

Gambar 1 ISDV
(Sumber:https://www.arahjuang.com/tag/isdv/)

ISDV (Indischee Sociaal Demokratische Vereninging) merupakan


partai politik di Indonesia yang berpaham sosialis. Seiring berjalannya
waktu, partai ini mengubah haluan ke pandangan komunis dan lahirlah
PKI.

2.1.2 Sejarah Berdirinya ISDV


Paham Marxisme datang ke Indonesia pada Perang Dunia I yang
dibawa oleh H.J.F.M Sneevliet. Pada tanggal 9 Mei 1914, ia mendirikan
ISDV bersama orang sosialis lainnya yaitu J.A. Brandsteder, H.W.

[3]
Dekker dan P. Bregma. Perkembangan ISDV dianggap lambat, maka
dari itu mereka bersekutu dengan Insulinde. Persekutuan ini nampaknya
tidak membuahkan hasil dan tujuan ISDV tidak bisa tercapai, maka dari
itu bubarlah persekutuan diantara keduanya.
Selanjutnya ISDV bersekutu dengan Sarekat Islam, partai
terbesar di Jawa yang beranggotakn orang – orang Musllim. Sneevliet
berhasil menyusup dan menginfiltrasi ke dalam kubu SI dengan cara
bertukar keanggotaan antara SI dan ISDV. Pada beberapa tahun
selanjutnya, Sneevliet berhasil memberikan pengaruh pada partai SI.
Langkah selanjutnya pada tahun 1916, Sneevliet mengangkat pemimpin
muda SI yang bernama Semaun dan Darsono menjadi pemimpin ISDV.
Semaun yang juga menjadi anggota SI berhasil mengembangkan
keanggotaan SI Semarang menjadi 1700 orang pada 1916 dan 20.000
orang setelahnya. Karena ISDV memiliki pandangan Marxisme, mereka
kemudian bersebrangan dengan CSI (Central Sarekat Islam) yang
dipimpin oleh H.O.S. Cokroaminoto.
Ketika terjadi Revolusi Bolsyewick di Rusia pada tahun 1917,
ISDV telah bersih dari unsur moderat dan mulai pada sifat komunis.
Kemenangan Bolsyevick mendirikan negara komunis mendorong Baars
untuk menyerukan negara Hindia Belanda mengikuti jejaknya. Pada
tahun 1917, ISDV memprofokatori angkatan laut Belanda yang
berjumlah 3000 serdadu untuk ikut dalam gerakan demonstrasi ISDV.
Bentrokanpun tak terhindarkan. Disisi lain, partai moderat mendesak
pemerintah agar menggantikan Volksraad dengan parlemen pilihan
rakyat.
Krisis ini segera mereda setelah Gubernur Jenderal Hindia
Belanda yang menjabat, Van Limburg Stirum, bereaksi dengan
menjanjikan perubahan yang luas. Setelah semua kembali normal,
pemerintah kolonial mulai mengambil tindakan keras terhadap ISDV.
Anggota militer angkatan laut dihukum berat. Sneevliet diusir dari

[4]
Hindia Belanda, dan Darsono serta Semaun ditangkap. ISDV masuk
pada masa Depresi.
Tahun 1919 adalah tahun yang sulit bagi ISDV karena para
pemimpin mereka banyak yang ditangkap. Disisi lain, pada tahun 1918,
Darsono diangkat menjadi propagandis resmi SI sedangkan Semaun
diangkat menjadi Komisaris wilayah Jawa Tengah. Di dalam partai SI,
Semaun dan Darsono berusaha meningkatkan pengaruhnya agar SI
menjadi partai yang lebih radikal.
2.2 PKH (Perserikatan Komunis di Hindia)
2.2.1 Pengertian PKH

Gambar 2 Pelopor Revolusioner di Indonesia


(Sumber:https://www.arahjuang.com/2020/05/23/dari-isdv-ke-pkh-100-tahun-
pendiriankepeloporan-revolusioner-di-indonesia/)

PKH (Perserikatan Komunis di Hindia) adalah partai komunis


Asia pertama yang menjadi bagian dari Komunis Internasional. Semaun
adalah ketua partai dan Darsono menjabat sebagai wakil ketua.
Sekretaris, bendahara, dan tiga dari lima anggota komite adalah orang
Belanda.

2.2.2 Sejarah Perubahan Nama ISDV menjadi PKH


Kongres VII ISDV 23 Mei 1920 menjadi medan keinginan
menarik garis pemisah yang jelas antara kaum Internasionalis, militan,

[5]
Marxis revolusioner, dengan kaum moderat-reformis. Apalagi karena
kaum Kanan dan Tengah pimpinan Schotman dan Westerveld yang dulu
keluar dari ISDV kemudian mendirikan ISDP yang singkatan maupun
pelafalannya susah dibedakan. Selain juga untuk memisahkan diri
dengan kaum Demokratis Sosial yang mendukung perang imperialis,
mengkhianati revolusi, dan menentang kediktatoran proletar, menyikapi
itulah kelompok mayoritas yang dipimpin Semaun dan Bergsma
mendorong ditinggalkannya nama Demokratis Sosial dan memakai
nama Komunis serta bergabung dengan Internasionale III.
Pandangan ini bentrok dengan Hartogh yang cenderung masih
ingin mempertahankan nama dan format ISDV. Dalihnya tingkat
kesadaran kelas anggota dan rakyat yang masih rendah, partisipasi lebih
karena faktor ekonomi bukan ideologis, sehingga lebih baik
memfokuskan pada pendidikan dan propaganda. Pandangan Hartogh ini
sebenarnya mencerminkan halangan intelektual yang tidak bisa
beranjak dari lingkar studi dan grup propaganda padahal pertumbuhan
organisasi sudah dimungkinkan bahkan dituntut menjadi partai.
Kongres VII ISDV tersebut mengangkat Semaoen sebagai Ketua namun
perdebatan perubahan nama belum selesai. Barulah pada Konferensi
Luar Biasa Desember 1920, cabang-cabang dalam referendum
memutuskan 33 setuju, 2 tidak setuju, dan 1 abstain. ISDV secara resmi
berubah menjadi Perserikatan Komunis di Hindia (PKH) yang dalam
bahasa Belanda ditulis Partij der Komunisten de Indie. Lewat
Konferensi Luar Biasa ini pula diputuskan untuk turut bergabung
dengan Internasionale III.
Perjalanan ISDV menjadi PKH mengandung tujuh poin penting,
yaitu:

1. Metamorfosis organisasi politik Marxis menempuh tiga babak


pertumbuhan yaitu:

[6]
A. Lingkar studi;

B. Grup Propaganda;

C. Partai;

2. Pemaduan pengajian dan penyebaran teori-teori Marxisme


dengan investigasi sosial dan analisis kelas terhadap masyarakat
di Hindia yang disemaikan, ditanam dan ditumbuhkan di medan
perjuangan buruh dan pergerakan pembebasan nasional;

3. Vitalnya penggunaan cara-cara organisasi modern dalam


pembangunan pergerakan melawan penindasan. Mulai dari
perekrutan, pendidikan, publikasi, pers partai dan pers
serikat/organisasi massa yang di bawah panduan partai, aksi
massa, rapat akbar, pemogokan, aliansi, dan sebagainya.

4. Organisasi Marxis harus bekerja di dalam, di luar, dan di antara


organisasi-organisasi massa;

5. Pembangunan organisasi Marxis berjalan di atas dua kombinasi:


persatuan (dengan elemen progresif atau maju) dan perpecahan
(dengan elemen korosif atau merusak). Dalam kasus
ISDV/PKH, mereka berhasil bersatu dengan bunga-bunga
revolusioner terbaik pribumi Hindia dalam pergerakan dan
memisahkan diri dari elemen moderat-reformis bahkan regresif-
revisionis.

6. Gerakan Marxis di negeri jajahan harus menggabungkan


perjuangan kelas dengan pembebasan nasional sembari tetap
menjunjung tinggi independensi kelas.

7. Penjunjungtinggian internasionalisme proletar dan Marxisme


revolusioner.

[7]
2.3 PKI (Partai Komunis Indonesia)
2.3.1 Pengertian PKI

Gambar 3 PKI
(Sumber: https://www.kompas.com/stori/read/2022/02/21/090000479/sejarah-lahirnya-partai-
komunis-indonesia-pki-?page=all)

Partai Komunis Indonesia atau PKI adalah sebuah partai


berideologi komunisme yang pernah ada di Indonesia. Partai ini
didirikan pada tahun 1914 oleh tokoh Sosialis Belanda, Hendricus
Josephus Franciscus Marie Sneevliet.
Dalam catatan sejarah, PKI menjadi salah satu partai tertua dan
terbesar di Indonesia. Bahkan keberadaan PKI saat itu menjadi partai
yang diikuti banyak orang dari berbagai kalangan mulai dari intelektual,
buruh, hingga petani.

2.3.2 Sejarah Berdirinya PKI


Pada kongres ISDV di Semarang, Mei 1920, ISDV diubah
menjadi Perserikatan Komunis di Hindia (PKH). Semaun menjadi
ketua dalam partai tersebut, dibantu Darsono sebagai wakil. Semaun
sendiri merupakan salah satu tokoh penting dalam sebuah organisasi
bernama Sarekat Islam. Di organisasi tersebut, Semaun juga berusaha
untuk menanamkan paham komunis yang kemudian menimbulkan
perpecahan dua kubu, SI Merah (Komunis) dan SI Putih (Agamis).

[8]
Pada tahun 1924 diadakan kongres Komintern kelima, di mana
hasil dari kongres tersebut adalah adanya pengubahan nama kembali
menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Semaoen dan Darsono
berperan dalam pendirian tersebut. Semaoen terpilih sebagai Ketua,
Darsono Wakil Ketua, Piet Bergsma sebagai Sekretaris, dan H.W.
Dekker sebagai Bendahara. Adolf Baars, J. Stam, Dengah, C. Kraan,
dan
Soegono menjadi komisaris partai.
Harry A. Poeze dalam bukunya “Tan Malaka: Pergulatan
Menuju Republik 1897-1925” menyebutkan Tan Malaka sempat
mengusulkan nama Partai Nasional Revolusioner Indonesia.
Menurut Malaka, memakai nama komunis akan membawa
kerugian taktis karena bisa muncul dugaan partai itu adalah alat Rusia.
Namun usul tersebut ditolak Semaoen. Tan Malaka sempat pula
menggantikan Semaoen sebagai ketua PKI pada 1921.
PKI sempat melancarkan pemberontakan pada pemerintah
kolonial Belanda pada 1926, tapi berhasil dipadamkan. Tokoh dan
ribuan anggota PKI dibuang ke Boven Digul.

2.3.3 Sejarah Simbol PKI

Gambar 4 Simbol PKI


(Sumber: https://www.zonasatu.co.id/2015/09/kedapatan-menyimpan-bendera-pki-seorang.html)

[9]
Komunis adalah cita-cita membentuk masyarakat tanpa kelas. Di
mana semua kepemilikan alat produksi dikuasai negara. Kepemilikan
individu tetap diakui, namun dengan batasan. Dalam sejarahnya,
perjuangan membentuk masyarakat tanpa kelas ini dilakukan oleh kaum
buruh dan petani. Keduanya adalah golongan ekonomi yang kerapkali
tertindas sehingga menginginginkan revolusi atau perubahan.
Simbol palu sendiri mewakili para kaum buruh industri,
sementara arit menggambarkan para kaum tani yang sebagian besar
hanya petani penggarap tanpa kepemilikan tanah yang cukup.
Dalam perjuangan revolusi Bolshevik di Rusia yang dimotori
Vladimir Lenin dan Joseph Stalin pada tahun 1917 di Rusia, kedua
lambang perjuangan kelas ini digabungkan. Kedua kelas di Rusia yakni
petani (arit) dan buruh (palu) bersatu menumbangkan kekuasaan
Kekaisaran Rusia (Tsar). Pasca revolusi Bolshevik, lambang palu arit
selalu diidentikan dengan pemberontakan dan perlawanan kelas.
Komunisme dengan cepat menyebar. Di China, komunis dengan
palu aritnya diperkenalkan secara luas setelah kemenangan Partai
Komunis China (PKC) pimpinan Mao Zedong mengalahkan Partai
Nasionalis China (Kuomintang).
Di Indonesia, lambang palu arit juga sempat digunakan oleh PKI
pimpinan D.N Aidit. Belakangan, semua lambang palu arit dilarang
keras pemerintah Orde Baru pasca peristiwa G30S.

2.3.4 Tokoh PKI


a) Musso

[10]
Gambar 5 Musso
(Sumber:https://manado.tribunnews.com/2021/09/29/kisah-musso-ketika-pimpin-
pemberontakan-
pki-madiun-sebelum-g30s-ketua-pki-akhirnya-dieksekusi-mati)

Musso atau Paul Mussotte bernama lengkap Muso Manowar


atau Munawar Muso lahir di Kediri, Jawa Timur Tahun 1897, Ia
adalah seorang tokoh komunis Indonesia yang memimpin Partai
Komunis Indonesia (PKI) pada era 1920-an dan dilanjutkan pada
Pemberontakan Madiun 1948.
Dia adalah pengikut Stalin dan anggota dari Komunis di
Moskow Pada tahun 1925 beberapa orang pemimpin PKI membuat
rencana untuk menghidupkan kembali partai pada tahun 1926,
meskipun ini ditentang oleh beberapa pemimpin PKI yang lain
seperti Tan Malaka.
Pada tahun 1926 Musso menuju Singapura dimana dia
menerima instruksi langsung dari Moskow untuk melakukan
pemberontakan kepada pemerintah Belanda. Musso dan pemimpin
PKI lainnya, Alimin, kemudian berkunjung ke Moskow, bertemu
dengan Stalin, dan menerima pemerintah untuk mengadakan
pemberontakan dan membatasi kegiatan dalam bentuk agitasi dan
propaganda dalam perlawananan nasional.

[11]
Musso akan tetapi menyebabkan hal lain. Pada bulan
November 1926 terjadi beberapa pemberontakan PKI di beberapa
kota termasuk Batavia (sekarang Jakarta), tetapi pemberontakan itu
dapat dipatahkan oleh penjajah Belanda. Musso dan Alimin
ditangkap. Musso setelah keluar dari penjara pergi ke Moskow, tetapi
kembali ke Indonesia pada tahun 1935 untuk menjelajahi “barisan
popular” yang dipimpin oleh 7 anggota Kongres Comintern. Akan
tetapi dia dipaksa untuk meninggalkan Indonesia dan kembali ke Uni
Soviet pada tahun 1936.

b) Amir Syarifuddin

Gambar 6 Amir Syarifuddin


(Sumber:https://en.wikipedia.org/wiki/Amir_Sjarifuddin_Harahap)

Mr. Amir Sjarifoeddin Harahap (Amir Syarifuddin Harahap; 27


April 1907 – 19 Desember 1948) adalah seorang politikus dan
jurnalis berkebangsaan Indonesia. Ia menjabat sebagai Perdana
Menteri ketika Revolusi Nasional Indonesia sedang berlangsung.
Berasal dari keluarga Angkola Muslim, Amir menjadi pemimpin
sayap kiri terdepan pada masa Revolusi. Pada tahun 1948, ia
dieksekusi mati oleh pemerintah karena terlibat dalam
pemberontakan komunis.

[12]
Setelah Peristiwa Madiun 1948, pada masa pemerintahan Hatta
PKI berupaya membentuk negara komunis di Madiun dan
menyatakan perang terhadap mereka. Amir Sjarifuddin, sebagai
salah seorang tokoh PKI, yang pada saat peristiwa Madiun meletus
sedang berada di Yogyakarta dalam rangka kongres Serikat Buruh
Kereta Api
(SBKA) turut ditangkap beserta beberapa kawannya

c) DN Aidit

Gambar 7 DN Aidit
(Sumber:https://en.wikipedia.org/wiki/D._N._Aidit)

Dipa Nusantara Aidit atau dikenal juga dengan D.N. Aidit (30
Juli 1923 – 22 November 1965) adalah seorang pemimpin senior
Partai Komunis Indonesia (PKI). Lahir dengan nama Achmad Aidit
di Pulau Belitung, ia akrab dipanggil "Amat" oleh orang-orang yang
akrab dengannya. Aidit mendapat pendidikan dalam sistem kolonial
Belanda.
Ayahnya, Abdullah Aidit, ikut serta memimpin gerakan
pemuda di Belitung dalam melawan kekuasaan kolonial Belanda,
dan setelah merdeka sempat menjadi anggota DPRS mewakili rakyat
Belitung. Abdullah Aidit juga pernah mendirikan sebuah

[13]
perkumpulan keagamaan, "Nurul Islam", yang berorientasi kepada
Muhammadiyah. Adapun ibu DN Aidit bernama Mailan.
Dalam kampanye Pemilu 1955, Aidit dan PKI berhasil
memperoleh banyak pengikut dan dukungan karena program-
program mereka untuk rakyat kecil di Indonesia. Dalam dasawarsa
berikutnya, PKI menjadi pengimbang dari unsur-unsur konservatif di
antara partai-partai politik Islam dan militer. Berakhirnya sistem
parlementer pada tahun 1957 semakin meningkatkan peranan PKI,
karena kekuatan ekstra-parlementer mereka. Ditambah lagi karena
koneksi Aidit dan pemimpin PKI lainnya yang dekat dengan
Presiden Sukarno, maka PKI menjadi organisasi massa yang sangat
penting di Indonesia.

d) Abdul Latief Hendraningrat

Gambar 8 Raden Mas Abdul Latief Hendraningrat


(Sumber:https://www.merdeka.com/peristiwa/6-sosok-dan-peran-tersembunyi-di-
balik-proklamasi-kemerdekaan.html?page=5)

Brigadir Jenderal TNI (Purn.) Raden Mas Abdul Latief


Hendraningrat (15 Februari 1911 – 14 Maret 1983) merupakan
seorang prajurit PETA berpangkat Sudanco (komandan Kompi) dan

[14]
juga pengerek bendera Sang Saka Merah Putih didampingi oleh
Soehoed Sastro Koesoemo, seorang pemuda dari Barisan Pelopor.
Pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56,
Jakarta Pusat. Saat menjadi petugas upacara bendera pertama
sesudah proklamasi kemerdekaan, Latief Hendraningrat memakai
seragam tentara Jepang karena Latief merupakan anggota pasukan
Pembela Tanah Air (PETA) bentukan Jepang. Sebelum masuk PETA,
Latief Hendraningrat sudah aktif di Pusat Latihan Pemuda (Seinen
Kunrenshoo) yang juga bentukan Jepang. PETA dibentuk pada 3
Oktober 1943, kemudian ia mendaftar dan diterima.
Kolonel Latief mengaku pertama kali diajak Letkol Untung
untuk masuk dalam tim yang belakangan hari menamai diri mereka
sebagai G30S. Meski Kolonel Abdul Latief sudah punya tiga melati
dipundak, namun dalam tim pasukan G30S ia menjadi bawahan
Untung yang baru punya dua melati.
Di saat Letkol Untung, Brigjen Supardjo dan pimpinan G30S
lainnya dihukum mati, Kolonel Latief bisa berumur panjang,
dihukum seumur hidup, dan bahkan bisa merasakan udara bebas saat
rezim Orde Baru tumbang pada 1998.

e) Alimin Prawirodirdjo

Gambar 9 Aimin

[15]
(Sumber:
http://civitasbook.com/singo.php?cb=non&_i=wall&id1=aaaaaaaatamu&id2=&id
3
=aaaaaqjp27_pahlawan)

Alimin bin Prawirodirdjo (lahir di Surakarta Jawa Tengah,


1889). Alimin meninggal di Jakarta, 24 Juni 1964) adalah seorang
tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia serta tokoh komunis
Indonesia. Pada 1964, Alimin ditetapkan sebagai salah satu
Pahlawan Nasional Indonesia.
Ketika organisasi komunis pertama di Indonesia bernama
Indische Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV) lahir, Alimin
bergabung di situ. Belakangan organisasi itu menjadi Partai Komunis
Indonesia. Dia menjadi pimpinan wilayah Jakarta sejak 1918.
Pada awal 1926, sebagai pimpinan PKI Alimin pergi ke
Singapura untuk berunding dengan Tan Malaka dalam rangka
menyiapkan pemberontakan. Tapi sebelum Alimin pulang,
pemberontakan sudah meletus 12 November 1926. Alimin dan
Musso ditangkap oleh polisi Inggris

f) Darsono

Gambar 10 Darsono

[16]
(Sumber:https://tribunlampungwiki.tribunnews.com/2021/09/08/biodata-darsonosalah-satu-tokoh-
generasi-pertama-partai-komunis-indonesia?page=all)

Raden Darsono Notosudirdjo lahir pada 1 Desember 1897. Ia


merupakan anak pegawai negeri, sehingga masa kecilnya ia bisa
merasakan duduk di bangku sekolah di bidang pertanian.
Pada bulan November 1921 Darsono menghadiri Kongres
Partai Komunis Belanda (Comunist Partij: CP) dan memberikan
pidatonya. Darsono meminta diadakannya kerjasama antara PKI
dengan CP.
Selain itu, Darsono juga pernah dicalonkan sebagai anggota
Tweede Kamer (Majelis Rendah) tahun 1929 oleh Partai Komunis
Belanda. Darsono didaftar urutan 3 dan Tan Malaka didaftar urutan
2, namun keduanya tidak terpilih.
Meski Semaun dan Darsono yang memulai didirikannya PKI
ini namun, keduanya pun memilih untuk keluar dari PKI.

g) Oetomo Ramelan

Gambar 11 Oetomo Ramelan


(Sumber:https://id.wikipedia.org/wiki/Oetomo_Ramelan)

Oetomo Ramelan (Utomo Ramelan) (Lahir di Surakarta, 1919.


Meninggal, kira-kira 1965) adalah Wali Kota Surakarta, Jawa Tengah

[17]
yang menjabat dari 17 Februari 1958 hingga 23 Oktober 1965. Ia
dikenal sebagai Wali Kota yang berasal dari PKI.
Utomo Ramelan awalnya adalah guru namun masuk politik
dan bergabung dengan PKI. Ketika G30SPKI meletus, Utomo
mendukung Dewan Revolusi. Saat G30S berhasil dipadamkan dan
tentara bergerak menuju Solo, Utomo Ramelan diciduk. Ketika para
tahanan PKI diikat, dan dibariskan oleh tentara (mungkin menuju
tempat eksekusi), Utomo Ramelan diperlakukan lain. Dirinya diikat
dan dimasukkan ke dalam kandang semacam kandang hewan di
kebun binatang. Nasibnya tak jelas, kemungkinan besar dieksekusi.

h) Misbach

Gambar 12 Misbach
(Sumber:https://wawasansejarah.com/biografi-haji-misbach/)

Misbach terlahir dengan nama Ahmad, di Kauman, Surakarta,


pada 1876. Ia besar di lingkungan keluarga pedagang batik. Sempat
berganti nama menjadi Darmodiprono menjelang dewasa, Ahmad
dikenal sebagai Haji Mohammad Misbach setelah menunaikan
ibadah haji ke tanah suci.
Ia pernah sukses meniti karier sebagai pedagang batik tapi pada
akhirnya lebih sering menggumuli dunia jurnalistik dan intelektual

[18]
di era pergerakan nasional itu. Ketika Sarekat Islam (SI) dibentuk di
Solo pada 1912, Misbach menjadi sebagai salah satu anggotanya.
Kekecewaannya terhadap lembaga-lembaga Islam yang tidak
tegas membela kaum dhuafa, membuat dia memilih ikut Perserikatan
Kommunist di Indie (PKI) ketika CSI (Central Sarekat Islam) pecah
melahirkan PKI/SI Merah, bahkan mendirikan PKI afdeling
Surakarta. Dia pun muncul sebagai pimpinan PKI di Surakarta, yang
kemudian mengubah surat kabar Islam Bergerak menjadi Ra’jat
Bergerak dan penyatuan secara de fakto organ PKI Yogyakarta
berbahasa Melayu, Doenia Baroe, ke dalam Ra’jat Bergerak pada
September 1923. Berjuang melawan kapitalisme, tak membuat dia
tidak menegakkan Islam. Baginya, perlawanan terhadap kapitalis
dan pengikutnya sama dengan berjuang melawan setan.

i) Semaun

Gambar 13 Semaun
(Sumber:https://id.wikipedia.org/wiki/Semaun)

Semaun lahir pada 1899 di Curahmalang, Sumobito, Jombang,


Jawa Timur. Ayahnya, Prawiroatmodjo bekerja sebagai pegawai
kereta api rendahan. Dia hanya belajar di sekolah dasar bumiputera
kelas dua (Tweede Klas, Ongko Loro), tetapi sempat kursus bahasa

[19]
Belanda di HIS (Holland Inlandsche School), sekolah dasar bagi
anak priyayi dan orang berpunya. Selulus dari Tweede Klas, dia
bekerja sebagai klerk (juru tulis) di stasiun kereta api Surabaya pada
1912, saat usia 13 tahun.
Semaun menjadi ketua Partai Komunis Indonesia (PKI) pada
1920. Pada musim gugur 1921, dia berangkat ke Uni Soviet untuk
menghadiri kongres Komunis Internasional ketiga. Tan Malaka
ditunjuk untuk menggantikan posisinya. Tan kemudian
menyelenggarakan sekolah gratis bagi anak-anak buruh anggota SI
di Semarang.
Pada 1922, terjadi pemogokan besar-besaran serikat buruh
pegadaian yang dipimpin Abdoel Moeis dari CSI. PKI mendukung
pemogokan ini yang kemudian berhasil digagalkan oleh pemerintah
dan memecat para pegawai yang mogok. Tan Malaka diusir dari
Hindia Belanda selagi Semaun masih di luar negeri.

j) Henk Sneevliet

Gambar 14 Henk Sneevliet


(Sumber:https://id.wikipedia.org/wiki/Henk_Sneevliet)

Pria dengan nama pendek Henk Sneevliet ini merupakan Ketua


Serikat Buruh Kereta Api Belanda atau Nederlandse Vereniging van

[20]
Spoor en Tramweg Personeel (NVSTP). Ruth T. McVey dalam
bukunya The Rise of Indonesian Communism menggambarkan
Sneevliet sebagai seorang propagandis berbakat dan penuh
semangat.
Pada 9 Mei 1914 Henk Sneevliet mendirikan Indische
SociaalDemocratische Vereeniging (ISDV) atau Persatuan Sosial
Demokrat Hindia Belanda. Keanggotaan awal ISDV pada dasarnya
terdiri atas 85 anggota dari dua partai sosialis Belanda, yaitu SDAP
(Partai Buruh Sosial Demokratis) dan SDP (Partai Sosial
Demokratis), yang aktif di Hindia Belanda.
Semaoen mewujudkan cita-cita Sneevliet untuk memperbesar
dan memperkuat gerakan komunis di Hindia Belanda. Sikap dan
prinsip komunisme yang dianut Semaoen membuat renggang
hubungannya dengan anggota SI lainnya. Pada 23 Mei 1920,
Semaoen mengganti ISDV menjadi Partai Komunis Hindia. Tujuh
bulan kemudian, namanya diubah menjadi Partai Komunis Indonesia
dan Semaoen sebagai ketuanya.

2.3.4 Pemberontakan PKI 1926-1927


Pasca perang Dunia I pecah krisis kapitalisme. Di Eropa ini
memicu perlawanan berupa gelombang revolusi dan perlawanan rakyat
dari tahun 1917 hingga 1923. Depresi ekonomi tahun 1920-1921 turut
merembet ke Hindia Belanda. PKI memimpin sejumlah pemogokan
besar. Seperti pemogokan buruh pegadaian tahun 1922 dan pemogokan
buruh perkeretaapian tahun 1923. Sayangnya pemogokan ini gagal.
Kemampuan Hindia Belanda memulihkan ekonomi beriringan dengan
pemulihan kapitalisme dari krisis. Gelombang balik reaksioner berupa
represi, intimidasi, dan pemberangusan demokrasi dilancarkan
pemerintahan koloni. Perkampungan buruh disisir, para aktivis terutama

[21]
kader PKI ditangkapi. Para pimpinan PKI seperti Sneevliet, Semaun,
Bergsma, dan Tan Malaka terasingkan ke luar negeri.
Dalam situasi kondisi begini sayangnya metode sentralisme
demokrasi justru ditanggalkan. PKI memutuskan tiap cabang bisa
bergerak sendiri tanpa konsolidasi asalkan sesuai dengan AD-ART PKI
dan sesuai peraturan. Pertengahan 1925 muncul kembali
pemogokanpemogokan yang skalanya lebih kecil dan kembali gagal. Ini
dimanfaatkan rezim kolonial untuk menghabisi PKI dan Sarekat Rakjat
yang dipengaruhinya. Dilancarkanlah provokasi-provokasi rezim,
seperti peraturan pelarangan sekolah liar dan turut menutup Sekolah
RakyatSekolah Rakyat dan menangkapi para aktivis buruh dan petani.
Selain itu Rezim juga menggeledah kantor PKI, Sarekat Rakyat, dan
serikat-serikat buruh serta membentuk kelompok premanisme yaitu
Sarekat Hedjo. Media revolusioner dilarang. VSTP atau Serikat Buruh
Perkeretaapian yang jadi tulang punggung basis massa proletar PKI
mengalami kehancuran.
Provokasi itu memicu perlawanan balik namun karena tidak
diikuti pengorganisiran yang rapi menimbulkan aksi spontan yang
menjadi tak terkendali. Banyak kader PKI ditangkap dan diasingkan.
PKI yang semakin terdesak kemudian mengadakan konferensi di Candi
Prambanan (Surakarta). Hasilnya: Putusan Prambanan 25 Desember
1925 memandatkan memberontak menggulingkan rezim kolonial
Hindia Belanda pada Juni 1926. Pertemuan itu dihadiri oleh anggota
Hoofdbestuur (CC) ditambah pimpinan-pimpinan daerah yang dibuka
oleh ketua Hoofdbesruur Sardjono. Para pimpinan mengusulkan
perlawanan dimulai dengan aksi pemogokan-pemogokan dan
dilanjutkan aksi bersenjata. Setelah diputuskan, Comite Pemberontak
(CP) pun dibentuk dengan pusatnya di Bandung.
April 1926, Sardjono, Budisutjitro, Musso, Alimin, Subakat dan
anggota Hooffdbestuur lain bertemu di Singapura. Dalam suatu

[22]
pertemuan Alimin datang menemui Tan Malaka. Tan Malaka, salah satu
tokoh utama PKI yang mempunyai banyak massa terutama di Sumatra,
tidak menyetujui Putusan Prambanan. Ia menulis Aksi Massa sebagai
bantahan teoretis mengenai persoalan perebutan kekuasaan.
Internasional Komunis (Komintern) juga menentang itu dan
memperingatkan akan bahaya avonturisme. Kader-kader PKI terpecah
antara mereka yang mendukung pemberontakan dan yang
menentangnya.
Comite Pemberontak yang telah dibentuk sebelumnya,
melakukan berbagai persiapan untuk pemberontakan dengan
mengumpulkan senjata, uang dan mengadakan pertamuan-pertemuan
untuk memobilisasi massa. Kemarahan rakyat atas tindakan kolonial
Hindia Belanda semakin memanas sehingga pemberontakan tidak lagi
bisa dihindarkan. Pemberontakan mulanya meletus pada 12 November
1926 di Jakarta, dan Banten, kemudian diikuti Priangan, Surakarta,
Banyumas Pekalongan, Kediri dan di Jawa lainnya. Selanjutnya tanggal
1 Januari 1927 di Sumatra Barat. Permberontakan dilakukan oleh massa
dari berbagai kalangan.
Perlawanan rakyat tersebut terjadi secara sembunyi-sembunyi
maupun terbuka seperti serangan bersenjata. Pemberontakan di Jakarta
(yang dulu bernama Batavia) mengakibatkan melukai serdadu-serdadu
Belanda. Banyak juga terjadi penggropyokan di rumah asisten residen
Belanda, diserbu dan dibakar. Di Solo-Yogyakarta hubungan telepon
diputus, gedung Tembakau dibakar Namun rencana membongkar rel
kereta serta menyerbu pos polisi gagal karena rencananya bocor. Korban
yang tidak sedikit datang dari massa rakyat. Di Sumatra Barat, 1 Januari
1927 Pemberontakan terjadi di Sawahlunto dan diikuti di Silukang.
Massa bergerak menangkapi alat-alat pemerintah kolonial, memutus
jalan-jalan, merebut kantor telepon, menduduki stasiun kereta api dan
lain sebagainya. Pemberontakan nasional itu didukung dengan bantuan

[23]
moral maupun material orang-orang komunis berupa uang, senjata, dan
bantuan yang diperlukan.
Pemberontakan 1926-1927 PKI melawan kolonial Belanda
gagal karena banyak faktor. Meletusnya pemberontakan yang tidak
serentak mengakibatkan pemerintahan kolonial memusatkan
kekuatannya untuk menindas gerakan di daerah dengan mengerahkan
lima kompi infanteri dan 100 orang marsose dan kaveleri dibawah
pimpinana Overste D Engelbonner.
Kegagalan pemberontakan itu berdampak ke pergerakan
nasional, banyak buruh maupun aktivis kiri yang ditangkap dan
diasingkan ke Digul oleh Kolonial Hindia Belanda. Pemerintah
kolonial
Belanda merespon pemberontakan itu dengan mengeluarkan pasal-pasal
karet agar mudah menjerat orang-orang yang berpotensi melahirkan
perlawanan. Sasarannya bukan hanya komunis tapi semua yang
dianggap membahayakan rezim.
PKI hancur, babak belur dan orang-orang partai paska
pemberontakan 1926/ 27 diburu dan sebagian besar aktivis partai
dibuang ke Digul. Kegagalan pemberontakan itu ternyata berbuntut
panjang. Orang-orang PKI menuduh Tan Malaka sebagai penyebab
kegagalan pemberontakan, dan sejak itu dia dimusuhi dan dicap
pengkhianat partai, atau disebut sebagai Trotsky-nya Indonesia. Apalagi
setelahnya pada 1 Juni 1927 Tan Malaka bukannya menyelamatkan PKI
malah mendirikan partai baru Partai Republik Indonesia (PARI) dengan
program untuk mendirikan uni tandingan di luar Uni Soviet yaitu
Proletaris Aslia (Asia-Australia) Republik Internasional.
Pelemahan kekuatan revolusioner besar-besaran akhirnya terjadi
pasca-pemberontakan PKI 1926. Diantaranya, 4.500 orang buruh dan
aktivis kiri dijebloskan ke penjara, empat hukuman mati, 1.300 dibuang
ke Boven Digoel. Sementara Petrus Blumberger, tidak menyebutkan

[24]
4.500 buruh dan aktivis kiri, namun akibat dari pemberontakan itu
kirakira 1.300 orang yang ditangkap dan dimasukkan ke dalam berbagai
penjara di Nusantara yang luas itu akibat kegiatan komunis mereka.
Adapula versi yang mengatakan pada Maret 1928, ada 823 orang yang
dikirim ke Digul. 15 orang perempuan dan 10 orang Tionghoa,
diantaranya 629 orang Jawa, 77 dari Sumatera dan 33 dari Maluku,
diantaranya 383 pegawai rendah, 79 petani, 361 guru, supir dan pegawai
kecil.
Lebih lanjut, informasi mengatakan pada Februari 1928 orang di
Digul ada sekitar 1.139, terdiri dari 666 internir dan 473 keluarga. W.P.
Hillen menyatakan bulan April 1930 penghuni Digul ada sekitar 2.000
orang, termasuk 1.308 interniran. Pembuangan para aktivis serikat
buruh dan kaum komunis pergerakan buruh di Hindia belanda semakin
melemah. Pada 1927 PKI dinyatakan terlarang oleh pemerintahan
Belanda. Karena itu, PKI kemudian bergerak di bawah tanah.
Pemberontakan 1926 PKI melawan Hindia Belanda gagal.
Kegagalan pemberontakan bisa dinilai diakibatkan bukan hanya karena
kesalahan penilaian situasi kondisi kapitalisme yang telah memulihkan
diri dari krisisnya, redanya gelombang revolusioner di dunia yang
berujung dengan banyaknya kekalahan revolusi-revolusi sosialis dan
pemberontakan rakyat di Eropa, dan pulihnya kekuatan rezim kolonial,
melainkan juga kurang kuatnya cengkeraman ideologi dan ketepatan
organisasional partai, kurangnya kejernihan mengenai persoalan
perebutan kekuasaan serta pendirian negara sosialis, sekaligus absennya
kepeloporan revolusioner atas persatuan nasional anti-kolonialisme
yang berbasiskan kekuatan buruh dan tani.
Secara ideologi, politik, organisasi, Pemberontakan PKI tahun
1926-1927 memang merupakan kekeliruan. Tetapi dari segi moral, ia
merupakan hal mulia karena perwujudan perlawanan bersenjata untuk
mengusir penjajahan Belanda dengan berlandaskan kekuatan rakyat

[25]
demi pendirian suatu negara bangsa yang baru dan merdeka. Bukan
berdasarkan kepengikutan terhadap para bangsawan untuk memulihkan
kerajaan.

2.3.5 Pemberontakan PKI Madiun 1948


Pemberontakan PKI Madiun terjadi pada 18 September 1948.
PKI melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan Indonesia yang
saat itu dipimpin oleh Presiden Sukarno.
PKI Madiun sebuah gerakan yang bertujuan menggulingkan
pemerintahan yang sah yakni Republik Indonesia dan mengganti
landasan negara. Gerakan ini diketuai oleh Amir Sjarifuddin dan Muso.
PKI di Madiun muncul dengan tujuan yang kuat serta memiliki
beberapa latar belakang. Berikut ini peristiwa yang melatarbelakangi
PKI Madiun 1948:
1. Jatuhnya Kabinet Amir Sjarifuddin akibat ditandatanganinya
perjanjian Renville yang sangat merugikan Republik Indonesia.
Setelah tidak lagi menjadi Perdana Menteri, Amir membentuk
Front Demokrasi Rakyat (FDR) yang kemudian bekerja sama
dengan organisasi berpaham kiri seperti Partai Komunis
Indonesia, Barisan Tani Indonesia (BTI), Pemuda Sosialis
Indonesia
(Pesindo) dll.

2. Kedekatan Amir Syarifuddin dengan tokoh PKI Muso dan


bercitacita menyebarkan ajaran komunisme di Indonesia.

3. Propaganda kekecewaan terhadap Perdana Menteri selanjutnya


yakni Kabinet Hatta akibat programnya untuk mengembalikan
100.000 tentara menjadi rakyat biasa dengan alasan penghematan
biaya.

[26]
Tak hanya berusaha menggulingkan pemerintahan Indonesia,
pemberontakan PKI di Madiun juga bertujuan untuk:

• Membentuk negara Republik Indonesia Soviet.


• Mengganti dasar negara Pancasila dengan Komunisme.
• Mengajak petani dan buruh untuk melakukan pemberontakan

Untuk mengatasi pemberontakan PKI Madiun, pemerintah


melakukan beberapa cara untuk mengakhiri pemberontakan, di
antaranya:

1. Soekarno memperlihatkan pengaruhnya dengan meminta rakyat


memilih Soekarno-Hatta atau Muso-Amir.

2. Panglima Besar Sudirman memerintahkan Kolonel Gatot Subroto


di Jawa Tengah dan Kolonel Sungkono di Jawa Timur untuk
menjalankan operasi penumpasan dibantu para santri.

Tokoh Madiun yang Jadi Korban PKI Terdapat 17 Tokoh yang


namanya disebut sebagai 'Korban Keganasan PKI Tahun 1948 yang
Gugur di Desa Kresek' di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Kolonel Inf Marhadi

2. Letkol Wiyono

3. Insp Pol Suparbak


4. May Istiklah

5. R.M. Sardjono (Patih Madiun)

6. Kiai Husen (Anggota DPRD Kabupaten Madiun)

7. Mohamad (Pegawai Dinas Kesehatan)

8. Abdul Rohman (Assisten Wedono Jiwan)

9. Sosro Diprodjo (Staf PG Rejo Agung)

10. Suharto (Guru Sekolah Pertama Madiun)

[27]
11. Sapirin (Guru Sekolah Budi Utomo)

12. Supardi (Wartawan freelance Madiun)

13. Sukadi (Tokoh masyarakat)

14. KH Sidiq

15. R. Charis Bagio (Wedono Kanigoro)

16. KH Barokah Fachrudin (Ulama)

17. Maidi Marto Disomo (Agen Polisi).


Dari 17 korban pemberontakan PKI Madiun, sosok Kiai Husen
direpresentasikan sebagai patung yang menjadi ikon Monumen Kresek
yang berada di puncak bukit.

2.4 Gerakan 30 September PKI

2.4.1 Sejarah G30 S/PKI

Gambar 15 Misteri PKI


(Sumber: https://www.gramedia.com/blog/menguak-kebenaran-sejarah-g30s-pki-lewat-buku/)

Peristiwa G30S PKI terjadi pada tahun 1965 dan dimotori oleh
Dipa Nusantara Aidit atau DN Aidit, pemimpin terakhir PKI. Di bawah
kendali DN Aidit, perkembangan PKI semakin nyata walaupun
diperoleh melalui sistem parlementer.
Dikutip dari buku Api Sejarah 2 oleh Ahmad Mansur
Suryanegara, menurut Arnold C. Brackman, DN Aidit mendukung
konsep Khrushchev, yakni "If everything depends on the communist,

[28]
we would follow the peaceful way (bila segalanya bergantung pada
komunis, kita harus mengikuti dengan cara perdamaian)."
Pandangan itu disebut bertentangan dengan konsep Mao Ze
Dong dan Stalin yang secara terbuka menyatakan bahwa komunisme
dikembangkan hanya dengan melalui perang.
G30S PKI terjadi pada malam hingga dini hari, tepat pada akhir
tanggal 30 September dan masuk 1 Oktober 1965.Gerakan
pemberontakan yang dilakukan oleh PKI mengincar perwira tinggi TNI
AD Indonesia. Tiga dari enam orang yang menjadi target langsung
dibunuh di kediamannya. Sedangkan lainnya diculik dan dibawa
menuju Lubang Buaya.

2.4.2 Latarbelakang G30 S/PKI


Secara umum, G30S PKI dilatarbelakangi oleh dominasi
ideologi Nasionalisme, Agama, dan Komunisme (NASAKOM) yang
berlangsung sejak era Demokrasi Terpimpin diterapkan, yakni tahun
1959-1965 di bawah kekuasaan Presiden Soekarno.
Beberapa hal lain yang menyebabkan mencuatkan gerakan yang
menewaskan para Jenderal ini adalah ketidakharmonisan hubungan
anggota TNI dan juga PKI. Pertentangan pun muncul di antara
keduanya. Selain itu, desas desus kesehatan Presiden Soekarno juga
turut melatarbelakangi pemberontakan G30S PKI.

2.4.3 Tujuan G30 S/PKI


Tujuan utama G30S PKI adalah menggulingkan pemerintahan
era Soekarno dan mengganti negara Indonesia menjadi negara komunis.
Seperti diketahui, PKI disebut memiliki lebih dari 3 juta anggota dan
membuatnya menjadi partai komunis terbesar ketiga di dunia, setelah
RRC dan Uni Soviet.

[29]
Selain itu, dikutip dari buku Sejarah untuk SMK Kelas IX oleh
Prawoto, beberapa tujuan G30S PKI adalah sebagai berikut:

1. Menghancurkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)


dan menjadikannya sebagai negara komunis.

2. Menyingkirkan TNI Angkatan Darat dan merebut kekuasaan


pemerintahan.

3. Mewujudkan cita-cita PKI, yakni menjadikan ideologi komunis


dalam membentuk sistem pemerintahan yang digunakan sebagai
alat untuk mewujudkan masyarakat komunis.

4. Mengganti ideologi Pancasila menjadi ideologi komunis.

5. Kudeta yang dilakukan kepada Presiden Soekarno tak lepas dari


rangkaian kegiatan komunisme internasional.

2.4.4 Kronologi G30 S/PKI


Tindakan dan penyebarluasan ideologi komunis yang dilakukan
oleh PKI menimbulkan kecurigaan dari kelompok anti-komunis.
Tindakan tersebut juga mempertinggi persaingan antara elit politik
nasional.
Kecurigaan semakin mencuat dan memunculkan desas-desus di
masyarakat, terlebih menyangkut kesehatan Presiden Soekarno dan
Dewan Jenderal Angkatan Darat.
Di tengah kecurigaan tersebut, Letnan Kolonel Untung,
Komandan Batalyon I Kawal Resimen Cakrabirawa, yakni pasukan
khusus pengawal Presiden, memimpin sekelompok pasukan dalam
melakukan aksi bersenjata di Jakarta.
Pasukan tersebut bergerak meninggalkan daerah Lubang Buaya.
Peristiwa ini terjadi pada tengah malam, pergantian hari Kamis, 30
September 1956 menuju hari Jumat, 1 Oktober 1965.

[30]
Kudeta yang sebelumnya dinamakan Operasi Takari diubah
menjadi gerakan 30 September. Mereka menculik dan membunuh para
perwira tinggi Angkatan Darat. Aksi tentara tersebut pada tanggal 30
September berhasil menculik enam orang perwira tinggi Angkatan
Darat.
Enam Jenderal yang gugur dalam peristiwa G30S PKI antara
lain Letnan Jenderal Anumerta Ahmad Yani, Mayor Jenderal Raden
Soeprapto, Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono, Mayor Jenderal
Siswondo Parman, Brigadir Jenderal Donald Isaac Panjaitan dan
Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo.
Di samping itu, gugur pula ajudan Menhankam/Kasab Jenderal
Nasution, Letnan Satu Pierre Andreas Tendean dan pengawal Wakil
Perdana Menteri II Dr. J. Leimena, Brigadir Polisi Satsuit Tubun.
Salah satu Jenderal yang berhasil selamat dari serangan PKI
adalah AH Nasution. Namun, putrinya yang bernama Ade Irma Suryani
Nasution tidak bisa diselamatkan. Sementara itu, G30S PKI di
Yogyakarta yang dipimpin oleh Mayor Mulyono menyebabkan
gugurnya TNI Angkatan Darat, Kolonel Katamso dan Letnan Kolonel
Sugiyono.
Kolonel Katamso merupakan Komandan Korem
072/Yogyakarta. Sedangkan Letnan Kolonel Sugiyono merupakan
Kepala Staf Korem. Keduanya diculik dan gugur di Desa Kentungan,
sebelah utara Yogyakarta.

2.4.5 Korban G30 S/PKI


10 pahlawan revolusi korban kekejaman G30S/PKI tentu diingat
oleh bangsa Indonesia. Nama mereka pun diabadikan di berbagai
tempat, termasuk menjadi nama jalan. Peristiwa G30S PKI menjadi
kenangan kelam bagi Indonesia. Saat itu terjadi pemberontakan oleh
Partai

[31]
Komunis Indonesia (PKI) yang ingin mengubah ideologi bangsa
Indonesia. Tidak sedikit korban tewas berjatuhan. Bahkan, para petinggi
Angkatan Darat (AD) juga ikut menjadi korban kekejaman G30S/PKI.
Para petinggi AD itu ditetapkan sebagai Pahlawan Revolusi. Berikut 10
Pahlawan Revolusi korban kekejaman G30S/PKI:

1) Jenderal (Anumerta) Ahmad Yani

Gambar 16 Jendral Ahmad Yani


(Sumber:https://haloedukasi.com/biografi-ahmad-yani-peran-dan-
perjuangannya)

Pria kelahiran Jenar, Purworejo pada 19 Juni 1922 itu adalah


seorang petinggi TNI AD di masa Orde Lama. Ahmad Yani pada
tahun 1965 mendapatkan fitnah ingin menjatuhkan Presiden
Soekarno. Dia harus tewas saat pemberontakan G30S pada 1
Oktober 1965. Semasa hidupnya, dia pernah ikut dalam
pemberantasan PKI Madiun 1948, penumpasan DI/TII di Jawa
Tengah, dan Agresi Militer Belanda II. Selain itu, dia juga pernah
ikut pendidikan Heiho di Magelang dan Pembela Tanah Air
(PETA) di Bogor. Ahmad Yani pada tahun 1958 diangkat sebagai
Komandan Komando Operasi 17 Agustus di Padang Sumatera
Barat untuk menumpas pemberontakan Pemerintah Revolusioner
Republik Indonesia (PRRI).

[32]
2) Letjen (Anumerta) Suprapto

Gambar 17 Suprapto
(Sumber:https://id.wikipedia.org/wiki/R._Suprapto_(pahlawan_revolusi))

Jasad Suprapto ditemukan di Lubang Buaya, Jakarta. Pria


kelahiran Purwokerto pada 20 Juni 1920 itu dimakamkan di
Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta Selatan. Semasa
hidupnya, dia pernah ikut pendidikan di Akademi Militer
Kerajaan Bandung. Karena pendaratan Jepang di Indonesia,
pendidikannya itu harus terhenti. Dia tercatat aktif dalam usaha
merebut senjata pasukan Jepang di Cilacap pada awal
kemerdekaan Indonesia. Selanjutnya, dia memasuki Tentara
Keamanan Rakyat (TKR) di Purwokerto dan menjadi ajudan
Panglima Besar Sudirman dalam pertempuran di Ambarawa.
Suprapto juga tercatat menolak ketika PKI mengajukan
pembentukan angkatan perang kelima.
Pada saat peristiwa G30 S/PKI Mayjen Soeprapto yang
kebetulan malam itu tidak bisa tidur akibat karena giginya baru
saja dicabut keluar rumah dengan hanya mengenakan sarung,
sandal, dan kaos oblong.
Kopral dua Suparman menyambut Soeprapto dan
mengatakan bahwa presiden ingin segera bertemu. Soeprapto

[33]
tidak diizinkan untuk berganti pakaian dan langsung saja dibawa
ke dalam truk Toyota.

3) Mayjen (Anumerta) D. I. Panjaitan

Gambar 18 D.I Pandjaitan


(Sumber:https://id.wikipedia.org/wiki/D.I._Pandjaitan)

Pria kelahiran 9 Juni 1925 di Balige, Tapanuli, Sumatera


Utara ini memiliki nama lengkap Donald Isaac Panjaitan.
Kariernya di militer cemerlang. Dia pernah memasuki pendidikan
militer Gyugun di masa pendudukan Jepang. Dia kemudian
ditempatkan di Pekanbaru, Riau hingga proklamasi kemerdekaan.
Dia pun ikut membentuk Tentara Keamanan Rakyat setelah
Indonesia merdeka. Jabatan terakhirnya adalah Asisten IV
Menteri/Panglima AD Bidang Logistik.
D.I. Panjaitan masuk sebagai salah satu target untuk
dibunuh karena telah berhasil membongkar rahasia pengiriman
atau penyelendupan senjata dari Republik Rakyat Cina (RRC)
untuk PKI.
Pada saat peristiwa G30 S/PKI D.I Panjaitan Mendengar
suara tembakan, dia turun kebawah dari lantai dua rumahnya dan
mencoba melarikan diri. Namun usahanya gagal, Ia di tembak

[34]
mati dan mayatnya di masukan kedalam truk untuk di bawa ke
Lubang Buaya.

4) Kolonel (Anumerta) Sugiyono Mangunwiyoto

Gambar 19 Sugiono
(Sumber:https://tirto.id/m/r-sugiyono-mangunwiyoto-9X)

Dia tewas di Kentungan, Yogyakarta, 1 Oktober 1965.


Sugiyono yang baru saja kembali dari Pekalongan ditangkap di
Markas Korem 072 yang telah dikuasai gerombolan PKI pada 1
Oktober 1965. Jenazahnya ditemukan pada 22 Oktober 1965 dan
dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta.
Dia dibunuh pada tanggal 1 Oktober 1965. Oleh PKI dia
dimasukkan dalam lubang kotak segi panjang berukuran 3 X 5
meter. Selain Letkol Sugiyono, Kolonel Inf Katamso juga dibunuh
dan dimasukkan dalam lobang yang sama.
Pria kelahiran 12 Agustus 1926 di Desa Gendaran, daerah
Gunung Kidul, Yogyakarta ini pernah mendapat pendidikan
militer pada Pembela Tanah Air (PETA) pada masa pendudukan
Jepang. Dia juga pernah diangkat menjadi Budanco di Wonosari.
Sugiyono juga mengikuti beberapa penumpasan pemberontakan
di Tanah

[35]
Air.

5) Letjen (Anumerta) Siswondo Parman

Gambar 20 Siswondo Parman


(Sumber:https://id.wikipedia.org/wiki/Siswondo_Parman)

Pria kelahiran Wonosobo, Jawa Tengah, 4 Agustus 1918 ini


mengetahui rencana-rencana PKI yang ingin membentuk
angkatan kelima. Hal ini yang membuat S. Parman dimusuhi oleh
PKI. Karena itulah ia masuk dalam daftar nama pejabat Angkatan
Darat yang akan dilenyapkan pada aksi G30S.Dia juga termasuk
yang dibuang ke Lubang Buaya, Jakarta Timur, 1 Oktober 1965.
Semasa hidupnya, dia pernah dikirim ke Jepang untuk
memperdalam ilmu intelijen pada Kenpei Kasya Butai. Setelah
Proklamasi Kemerdekaan ia mengabdi kepada Indonesia untuk
memperkuat militer Tanah Air.

6) Mayjen (Anumerta) Sutoyo Siswomiharjo

[36]
Gambar 21 Sutoyo Siswomiharjo
(Sumber:https://kumparan.com/kumparannews/cerita-putra-mayjen-sutoyo-
saat-ayahnya-dijemput-pasukan-g30s)

Dia juga termasuk yang dibunuh dan dibuang ke sumur tua


di Lubang Buaya, Jakarta Timur, 1 Oktober 1965. Pria kelahiran
28 Agustus 1922 di Kebumen, Jawa Tengah itu juga menentang
pembentukan angkatan kelima. Jabatan terakhirnya adalah
Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat. Dia juga
termasuk ikut TKR bagian Kepolisian setelah Proklamasi
Kemerdekaan. Dia juga pernah menjadi ajudan Kolonel Gatot
Subroto dan Kepala Bagian Organisasi Resimen II Polisi Tentara
di Purworejo.

7) Brigjen (Anumerta) Katamso Darmokusumo

[37]
Gambar 22 Katamso Darmokusumo
(Sumber:https://www.merdeka.com/katamso-darmokusumo/profil)

Brigjen Katamso tidak sepakat dengan pembentukan Dewan


Revolusi di Yogyakarta. Dia tidak setuju. Atas sikapnya tersebut,
dia pun diincar oleh PKI. PKI menculik dan membunuh Brigjen
Katamso pada 1 Oktober 1965.
Dia meninggal di Kentungan, Yogyakarta, 1 Oktober 1965.
Jasadnya ditemukan pada 22 Oktober 1965 dan dimakamkan di
Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta. Jabatan
terakhirnya adalah Komandan Korem 072/Pamungkas,
Yogyakarta. Pria kelahiran 5 Februari 1923 di Sragen, Jawa
Tengah ini pernah mengikuti pendidikan militer pada PETA di
Bogor di masa pendudukan Jepang. Lalu, Katamso diangkat
menjadi Shodanco Peta di Solo. Dia juga pernah dikirim ke
Sumatera Barat dan menjadi Komandan Batalion A Komando
Operasi 17 Agustus saat menumpas pemberontakan PRRl. Dia
juga pernah menjadi Kepala Staf Resimen Team Pertempuran
(RIP) II Diponegoro di
Bukittinggi.

[38]
8) Kapten (Anumerta) Pierre Tendean

Gambar 23 Pierre Tendean


(Sumber:http://sosok-tokoh.blogspot.com/2016/04/biografi-singkat-kapten-czi-
anumerta.html)

Jenazahnya termasuk yang dimasukkan ke dalam sumur tua


di Lubang Buaya, Jakarta Timur, 1 Oktober 1965. Saat tertangkap
oleh kelompok G30S, dia mengaku sebagai A. H. Nasution, sang
jenderal yang berhasil melarikan diri. Jabatan terakhirnya adalah
Ajudan Menteri Pertahanan dan Keamanan/Kepala Staf Angkatan
Bersenjata Jenderal TNI Abdul Harris Nasution. Pria kelahiran 21
Februari 1939 di Jakarta ini pernah menjabat Komandan Peleton
Batalyon Zeni Tempur 2 Komando Daerah Militer II/Bukit
Barisan di Medan. Dia juga pernah ikut bertugas menyusup ke
daerah Malaysia saat sedang berkonfrontasi dengan Malaysia.

9) A.I.P. II (Anumerta) K. S. Tubun

[39]
Gambar 24 K.S Tubun
(Sumber:http://sosok-tokoh.blogspot.com/2016/04/biografi-singkat-ajun-
inspektur-polisi.html)

Pria kelahiran Tual, Maluku Tenggara pada 14 Oktober


1928 ini memiliki nama lengkap Karel Satsuit Tubun. Saat
pemberontakan G30S meletus, dia sedang bertugas sebagai
pengawal di kediaman Dr. Johannes Leimena yang berdampingan
dengan rumah Jenderal A. H. Nasution. Saat itu dia sempat
melawan namun akhirnya ditembak dan gugur di kediaman Dr.
Johannes Leimena, Jakarta, 1 Oktober 1965. Dia dimakamkan di
Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Semasa hidupnya, dia
pernah ditempatkan pada kesatuan Brimob Dinas Kepolisian
Negara di Jakarta. Kemudian, tahun 1955 dia dipindahkan ke
Medan Sumatera Utara dan dipindahkan ke Sulawesi pada tahun
1958.

10) Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono

[40]
Gambar 25 Mas Tirtodarmo Haryono
(Sumber:http://sosok-tokoh.blogspot.com/2016/04/biografi-singkat-letnan-
jenderal_28.html)

Pangkat terakhirnya adalah Deputi III Menteri/Panglima


AD Bidang Perencanaan dan Pembinaan. Ada 16 orang pasukan
yang ditugaskan untuk menculiknya. Pasukan itu berhasil
memasuki rumah dan mendobrak secara paksa pintu kamar tidur
Haryono sambil melepaskan tembakan. Haryono tewas dengan
beberapa peluru melukai tubuhnya. Jenazahnya kemudian
dimasukkan ke dalam sumur tua di Lubang Buaya bersama mayat
perwira-perwira lainnya.

2.5 Lubang Buaya

Gambar 26 Sumur Lubang Buaya

[41]
(Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Lubang_Buaya)

2.5.1 Asal Usul Disebut Lubang Buaya


Asal mula Lubang Buaya adalah nama sebuah jalan sekaligus
kelurahan yang ada di Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Di daerah
itu dulunya ada sungai yang dipenuhi hewan buaya.
Akan tetapi di sana tidak hanya ada buaya yang tampak mata saja.
Ada pula buaya tak kasatmata, yaitu siluman buaya putih.
Buaya-buaya gaib itu dapat diatasi oleh ulama yang bernama
Pangeran Syarif atau Datok Banjir. Maka sejak itulah daerah tersebut
dinamakan sebagai Lubang Buaya.
Selanjutnya, para warga yang ada di Lubang Buaya juga
memanggil Pangeran Syarif sebagai Datok Banjir. Mereka yakin sosok
tersebut punya kemampuan yang tidak dimiliki oleh orang lain.
Daerah Lubang Buaya akhirnya jadi tempat pembunuhan dan
pembuangan 6 perwira tinggi dan 1 perwira menengah TNI AD. Mereka
adalah Letjen Ahmad Yani, Mayjen MT Haryono, Mayjen S. Parman,
Mayjen R. Suprapto, Brigjen DI Pandjaitan, Brigjen Sutoyo
Siswomiharjo, dan Lettu Pierre Tendean.

2.5.2 Kondisi Lubang Buaya 1965


Desa Lubang Buaya pada tahun 1965 tidak ramai seperti
sekarang. Saat itu di Jakarta Timur masih berupa kebun dan hutan,
termasuk di dalamnya hutan karet dan kondisinya masih sepi.
Selain itu, di Desa Lubang Buaya pada waktu itu hanya ada 13
rumah yang letaknya saling terpencar jauh. Satu kawasan juga hanya
ada tiga rumah dan satu sumur.

[42]
2.5.3 Jejak Tragedi G30 S/PKI
Peristiwa berdarah G30 S/PKI masih dikenang setiap tahun dan
nama Lubang Buaya pun kembali dibicarakan. Untuk mengenang
peristiwa tersebut, nama Lubang Buaya diabadikan jadi Monumen
Pancasila Sakti atau Museum Lubang Buaya yang di dalamnya terdapat
sumur tempat korban G30S/PKI dibuang.
Dilansir dari berbagai sumber, Lubang Buaya merupakan sumur
berdiameter 75 sentimeter dengan kedalaman 12 meter dan menjadi
sumur maut bagi para korban kekejian PKI. Mereka dibuang ke dalam
sumur dalam posisi ditimbun karena ukuran diameter tersebut.
Monumen yang dibangun di atas tanah seluas 14,6 hektare ini
awalnya tanah kosong. Pembangunan monumen ini diprakarsa Presiden
ke-2 RI, Soeharto. Tujuan pembangunan monumen ini untuk
mengenang perjuangan para Pahlawan Revolusi dalam
mempertahankan ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI).
Museum ini terletak di Kelurahan Lubang Buaya, Kecamatan
Cipayung, Jakarta Timur. Di sebelah selatan monumen ini terdapat
Markas Besar Tentara Nasional Indonesia (TNI), Cilangkap. Di sebelah
utara monumen terdapat Lapangan Udara Halim Perdanakusuma. Lalu,
di sebelah timur monumen ini terletak Pasar Pondok Gede, sedangkan
di sebelah barat terdapat Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

2.6 Fakta dan Opini Peristiwa G30 S/PKI

2.6.1 Fakta Peristiwa G30 S/PKI


Tragedi G30 S/PKI sebenarnya terjadi selama 2 hari yaitu pada
tanggal 30 September 1965 yang merupakan kegiatan kordinasi dan
persiapan, serta tanggal 1 Oktober 1965 dini hari kegiatan pelaksanaan
penculikkan dan pembunuhan.
Berikut 7 fakta tragedi G30S-PKI yang patut kita ketahui:

[43]
1) Gerakan 30 September 1965 ini berada dibawah pimpinan Letkol.
Untung dari Komando Balation I resimen Cakrabirawa.

2) Dalam aksi penculikan ini, Letkol Untung menunjuk Lettu Dul Arief
menjadi ketua pelaksanaan penculikkan.
3) Pasukan bergerak mulai pukul 03.00, enam Jendral menjadi korban
penculikkan dan pembunuhan yakni:

- Letjen. Ahmad Yani,

- Mayjen. R. Soeprapto,

- Mayjen. Harjono,

- Mayjen. S. Parman,

- Brigjen D.I. Panjaitan

- Brigjen Sutoyo

- Lettu Pirre Tandean.


Keseluruhan korban penculikan tersebut, dimasukan ke
dalam lubang di kawasan Pondok Gede, Jakarta.

4) Satu Jenderal selamat dalam penculikkan ini yakni Jendral A.H.


Nasution, namun putrinya menjadi korban yakni Ade Irma Suryani
serta ajudannya Lettu. Pierre Tandean.

5) Korban lain ialah, Brigadir Polisi K.S. Tubun wafat ketika


mengawal rumah Dr. J. Leimana.

6) Gerakan ini menyebar juga di Jawa Tengah dan D.I Yogyakarta,


Kolonel Katamso dan Letkol. Sugiono menjadi korban karena tidak
mendukung gerakan ini.

7) Setelah berhasil menculik dan membunuh petinggi AD, PKI


menguasai gedung Radio Republik Indonesia (RRI) dan
mengumumkan sebuah Dekrit yang diberi nama Dekrit no.1, yakni
pernyataan bahwa gerakan G30S adalah upaya penyelematan negara
dari Dewan Jendral yang ingin mengambil alih negara.

[44]
2.6.2 Opini Peristiwa G30 S/PKI
Secara umum, G30S PKI dilatarbelakangi oleh dominasi
ideologi Nasionalisme, Agama, dan Komunisme (NASAKOM) yang
berlangsung sejak era Demokrasi Terpimpin diterapkan, yakni tahun
1959-1965 di bawah kekuasaan Presiden Soekarno. Beberapa hal lain
yang menyebabkan mencuatkan gerakan yang menewaskan para
Jenderal ini adalah ketidakharmonisan hubungan anggota TNI dan juga
PKI. Pertentangan pun muncul di antara keduanya. Setelah gerakan
tersebut berhasil ditumpas, muncul berbagai aksi dari kalangan
masyarakat untuk membubarkan PKI.
Dari peristiwa yang sadis ini, berikut beberapa pendapat
masyarakat sekitar tentang peristiwa G30S PKI tersebut:
“Menurut saya peristiwa G30S PKI ini merupakan peristawa
yang sangat bersejarah sekaligus sadis yang ada di Indonesia,
bagaimana tidak, para pasukan Cakra Birawa yang tergabung dengan
PKI membantai para jendral dalam satu malam dengan tidak manusiawi.
Dari situ kita bisa mengetahui bahwa musuh sebenarnya rakyat
Indonesia bukanlah para penjajah, melainkan rakyat nya sendiri.” Tutur
Totti.
“Siapa dalang dari pembantaian jendral tersebut belum diketahui
dan kabarnya masih simpang siur. Pembantaian yang tidak manusiawi
ini sangat perlu diperingati karena mengingat para jendral yang dibantai
merupakan pahlawan yang sangat berpengaruh di Indoensia.” Tutur
Hendi.
Selain pendapat masyarakat yang berbeda-beda tanggapan
pelajar mengenai Peristiwa G30 S/PKIpun tak kalah berbeda juga.
Banyak pelajar dan mahasiswa baru yang hanya mengetahui peristiwa
tersebut melalui buku atau cerita dari orang tua mereka. Menurut

[45]
pengetahuan mereka, PKI merupakan organisasi yang berpaham
ideologi terlarang di Indonesia.
"Saya tahunya dari buku pelajaran sejarah di sekolah, juga cerita
orang tua, bahwa PKI organisasi terlarang di Indonesia," kata Fitri,
mahasiswa angkatan baru tahun 2015 di Universitas Lampung, Rabu
(30/9). Ia tidak mengetahui persis ada pembunuhan para jenderal saat
peristiwa 30 September, 50 tahun silam.
Menurut dia, PKI berpaham ideologi yang merusak umat dan
bangsa, dan pada zaman sebelum reformasi tidak ada tempat di
Indonesia yang berkehidupan Pancasila. Sejarah PKI zaman dulu, tutur
dia, tidak mengetahui persis dibentuk untuk apa. Ia hanya tahu orang-
orang PKI berjiwa komunis, berperilaku tidak manusiawi.
Shafira, siswi di Madrasah Aliyah swasta di Metro, mengaku
tidak mengetahui persis apa dan siapa PKI tersebut. Ia hanya tahu bahwa
PKI tidak boleh ada di Indonesia, dan tidak boleh menyebut-nyebut
PKI.
"Saya tahunya dari cerita orangtua saya. Soalnya, waktu di
sekolah tidak pernah dijelaskan detil soal PKI. Pokoknya, PKI itu tidak
boleh, terlarang," kata pelajar kelas III kelahiran tahun 1999.
Sedangkan Tia, pelajar yang duduk di kelas III MTs, juga tidak
mengetahui persis PKI dan paham yang dianut PKI. Ia tahu setelahh saat
ini banyak berita soal PKI di televisi, koran, dan media sosial. "Saya
terpaksa tanya sama orang tua apa itu PKI, dan kenapa ada pembunuhan
tanggal 30 September 1965. Jadi, kata orangtua saya, PKI itu terlarang,"
katanya.

[46]
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Peristiwa G30 S/PKI atau yang lebih dikenal dengan peristiwa
pemberontakan yang dilakukan PKI bertujuan untuk menggulingkan
pemerintahan era Soekarno dan mengganti negara Indonesia menjadi negara
komunis. Pemberontakan ini menimbulkan banyak korban. Korban tersebut
banyak berasal dari Jendral AD. Peristiwa ini memberikan dampak negatif
dalam kehidupan sosial dan politik masyarakat Indonesia.
Tragedi G30 S/PKI sudah terjadi hampir 56 tahun yang lalu. Setelah
kejadian tersebut, setiap 30 September diperingati sebagai Hari Peringatan
Gerakan 30 September. Hari berikutnya, 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari
Kesaktian Pancasila.
Pada masa pemerintahan Soeharto, biasanya dilakukan upacara
bendera di Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya dan dilanjutkan
dengan tabur bunga, namun setelah era reformasi bergulir, film itu sudah tidak
ditayangkan lagi dan hanya melakukan tradisi tabur bunga.
Gerakan G30 S/PKI yang gagal dalam mengganti ideologi negara
menujukan bahwa Pancasila memang kokoh. Itulah sebabnya tanggal 1

[47]
Oktober merupakan titik tolak kehancuran G30 S/PKI dan kemenangan
Pancasila, sehingga dijadikan sebagai Hari Kesaktian Pancasila.

3.2 Saran

1. Sebagai pemuda generasi bangsa kita harus mempertahankan kenangan


masa lampau untuk mereka yang sudah mati dan tidak bisa bangkit lagi,
serta kenangan ini untuk generasi penerus bangsa.

2. Kita harus menjaga Bhinneka Tunggal Ika karena bangsa ini milik kita
semua tidak ada perbedaan dalam suku, agama dan ras. Kita semua satu
dan harus membangun bangsa ini bersama-sama demi kemakmuran
rakyat.
3. Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah. Bangsa yang melupakan sejarah
akan dengan mudah tercerabut dari akar sejarah itu sendiri dan menjadi
bangsa antah berantah.

4. Sebagai warga negara yang sopan dan beradap. Kita semua harus
melaksanakan setiap upacara peringatan dengan khitmat untuk menghargai
jasa para pahlawan.

5. Jika tidak bisa memiliki sikap seperti para pahlawan, jangan merusak
bangsa dengan hal-hal yang dapat memecah persatuan.

[48]
DAFTAR PUSTAKA

Afrido Simanjuntak, Rico. 2021. 10 Pahlawan Revolusi Korban Kekejaman


G30S/PKI. Diakses pada 9 Mei 2022 melalui
https://nasional.sindonews.com/read/555522/14/10-pahlawan-
revolusikorban-kekejaman-g30spki-1632992990.

Idsejarah. 2017. Sejarah Organisasi ISDV – Berdiri, Aliansi dengan PKI dan
Demo
Pemogokan. Diakses pada 9 Mei 2022 melalui
https://idsejarah.net/2017/10/sejarah-organisasi-isdv.html

Anggraeni, Rika. 2021. 5 Fakta tentang Lubang Buaya: Nama Legenda hingga
Museum Pancasila Sakti. Diakses pada 9 Mei 2022 melalui
https://kabar24.bisnis.com/read/20210927/15/1447408/5-fakta-
tentanglubang-buaya-nama-legenda-hingga-museum-pancasila-sakti.

Kastayudha, Leon. 2018. Dari ISDV ke PKH: 98 Tahun Pendirian Kepeloporan


Revolusioner di Indonesia. Diakses pada 9 Mei 2022 melalui

[49]
https://www.arahjuang.com/2020/05/23/dari-isdv-ke-pkh-100-
tahunpendirian-kepeloporan-revolusioner-di-indonesia/.

Zulfikar, Fahri. 2021. Sejarah PKI: Tujuan, Tokoh, Pemberontakan Madiun, dan
Gerakan 30 September. Diakses pada 9 Mei
2022 melalui https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-
5744199/sejarah-pki-tujuan-tokohpemberontakan-madiun-dan-gerakan-30-
september.

Zulfikar, Fahri. 2021. Pemberontakan PKI Madiun: Latar Belakang, Tujuan, dan
Tokoh yang Jadi Korban. Diakses pada 9 Mei 2022 melalui
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5688948/pemberontakan-
pkimadiun-latar-belakang-tujuan-dan-tokoh-yang-jadi-korban.

Adryamarthanino, Verelladevanka. 2021. PKI: Asal-usul, Pemilu,


Pemberontakan, Tokoh, dan Pembubaran. Diakses pada 9 Mei 2022 melalui
https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/02/205652579/pki-asal-
usulpemilu-pemberontakan-tokoh-dan-pembubaran?page=all.

Kristina. 2021. G30S PKI: Sejarah, Tujuan, Kronologi, dan Latar Belakangnya.
Diakses pada 9 Mei 2022 melalui
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d5747435/g30s-pki-sejarah-tujuan-
kronologi-dan-latar-belakangnya.

Aisyah, Novia. 2021. Kenapa Disebut Lubang Buaya? Sejarah Sumur Maut
Pahlawan Revolus. Diakses pada 9 Mei 2022
melalui https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5861963/kenapa-
disebutlubang-buaya-sejarah-sumur-maut-pahlawan-revolusi.

Meilia, Dini. 2021. 7 Fakta Tragedi Pemberontakan G30S-PKI, Sejarah Kelam

[50]
Bangsa Indonesia. Diakses pada 10 Mei 2022 melalui
https://kabarlumajang.pikiran-rakyat.com/iptek/pr-422683576/7-
faktatragedi-pemberontakan-g30s-pki-sejarah-kelam-bangsa-indonesia?.

Yoga Ardani, Prisma. 2021. Bagaimana Pendapat Masyarakat Tentang G30S


PKI???. Diakses pada 9 Mei 2022 Melalui
https://www.kompasiana.com/prisma63906/61b5601875ead6483a12a5e2/b
a gaimana-pendapat-masyarakat-tentang-g30s-pki.

[51]

Anda mungkin juga menyukai