Anda di halaman 1dari 16

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................. 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2 Rumusan masalan.................................................................... 2
1.3 Tujuan........................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 3
2.1 Berdirinya Partai Komunis di Indonesia................................. 3
2.2 Pemberontakan Pertama........................................................ 4
2.3 Bangkitanya Partai Komunis ................................................. 6
2.4 Kronologi Peristiwa berdarah................................................ 6
2.5 Penumpasan G30S/PKI......................................................... 8
2.6 Proses Peralihan Kekuasaan Politik Setelah Peristiwa
G30S/PKI....................................................................................... 9
BAB III KESIMPULAN........................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
ii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Komunisme adalah paham atau ideologi politik yang menganut
ajaran Karl Marx dan Fredrich Engels yang ditulis dalam buku Menifesto
karya Karl Marx dan Frederick Engel serta pemikiran Sneevliet dan
Semaoen telah menjadi perspektifnya dalam memahami agama dalam
relasi sosial politik yang berkembang pada waktu itu.
Peristiwa G.30.S/PKI merupakan tragedi yang sangat memilukan
bagi perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara, ratusan ribu bahkan
jutaan jiwa anak bangsa menjadi korban dari peristiwa tersebut dan ini
merupakan tragedi kemanusian dan pelanggaran terhadap hak azasi
manusia.
Tragedi ini menjadikan trauma yang mendalam bagi Bangsa
Indonesia, sehingga Rezim Orde Baru mengetrapkan kebijakan
diskriminatif terhadap mantan tapol PKI dan keluarganya yang dianggap
pengkhianat terhadap bangsa dan negara, kebijakan itu dituangkan dalam
bentuk peraturan perundang-undangan yang bersifat membelenggu
mantan tapol dan keluarganya.
Runtuhnya Orde Baru dan terjadi pergantian pemerintahan, aturan-
aturan tersebut sudah tidak diberlakukan lagi demi keutuhan dan
kebersamaan dalam menatap masa depan berbangsa dan bernegara.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Dari latar belakang yang kami uraikan di atas, kami memperoleh
beberapa rumusan masalah yang antinya akan kami bahas dalam bab 2,
pembahasan, yaitu;

1. Sejarah terbentuknya partai komunis di Indonesia


2. Peristiwa G30S/PKI
3. Penumpasan G30S/PKI
4. Mengetahui proses perahilan kekuasaan politik setelah
peristiwa pemberontakan G30S/PKI

1.3 TUJUAN

Setiap sesuatu pasti mempunyai tujuan, begitu pula makalah


ini, tujuan pembuatan makalah ini ialah, diharapkan pembaca
mampu
1. Mengetahui tentang ideologi komunis dan proses
terbentuknya partaikomunis

2. Mengetahui peristiwa Pemberontakan G30S/PKI.


Mengetahui bagaimana proses penumpasan G30S/PKI.

3. Mengetui proses peralihan kekuasaan politik setelah


peristiwapemberontakan G30S/PKI

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 BERDIRINYA PARTAI KOMUNIS DI INDONESIA

Keberadaan paham komunis di Indonesia sudah berlangsung


lama, yaitu sejak zaman penjajahan Belanda di Indonesia. Hal itu
berawal dari berdirinya Indische sociaal-Democratishe Vereeniging
(ISDV), "ikatan sosial-demokrasi Hindia", di Surabaya yang didirikan
oleh H.J.F.M Sneevliet (1883-1942). Partai kecil beraliran kiri ini dengan
cepat beralih menjadi partai komunis pertama di Asia yang berada di
luar negeri Uni Soviet.

Sejak Revolusi Rusia tahun 1917, ISDV telah menjadi badan


komunis yang lebih nyata. Lingkungan politik berbalik menentang
radikalisme. Ironis nya, keadaan ini menempatkan ISDV dalam posisi
untuk memimpin gerakan politik rakyat. ISDV kini berada di tangan
Semaun. dan seorang pemuda bangsawan Jawa yang bernama Darsono
Notosudirdjo ( 1893-1976 ). Organisasi ini masih sangat kecil ( jumlah
anggotanya 269 orang pada tahun 1920 ), tetapi sekarang sebagian besar
anggotanya adalah orang Indonesia.

Pada bulan Mei 1920, organisasi ini berganti nama menjadi


Perserikatan Kommunist di Hindia; pada tahun 1924, namanya berganti
lagi menjadi Partai Komunis Indonesia. PKI lahir. Setelah terbentuknya
PKI, organisasi tersebut segera mengadakan Kongres Istimewa pada
tanggal 24 Desember 1920. Dalam kongres tersebut diambil keputusan
akan memasukkan PKI dalam Komunis Internasional (Komintern)
sebagai satu seksi. Sesudah kongres tersebut serangan golongan
komunis terhadap pemerintah Belanda semakin tajam, bahkan haluan
perjuangan SI-pun telah berusaha mereka ubah. Melihat gelagat yang
kurang baik ini, maka kongres SI bulan Oktober 1921 di Surabaya
diambil keputusan akan dijalankan disiplin partai.
3

Selanjutnya pada bulan Februari 1923 mengadakan kongres di


Madiun; kongres itu mengambil dua keputusan penting ialah:

1. Merubah Central Serikat Islam, diganti Partai Serikat Islam. Jadi


Istilah “Partai” untuk Serikat Islam baru dimulai bulan Februari 1923.

2. Mempertahankan disiplin partai. Hal ini disebabkan karena


pihak Semaun berusaha menghapus disiplin Partai, maka kongres
tersebut memutuskan untuk mempertahankan displin partai

Dengan adanya "disiplin partai", maka seorang anggota SI tidak


mungkin menjadi anggota partai lain (walaupun ada beberapa yang
pengecualian, misalnya muhammadiyah). Anggota anggota PKI kini

dikeluarkan dari CSI, tetapi pertikaian harus diselesaikan disetiap


cabang SI. Sebagai akhirnya SI terbagi menjadi "si merah" dan "si putih".

2.2 PEMBERONTAKAN PERTAMA

PKI mulai mendorong dilakukannya demonstrasi -


demonstrasi dan pemogokan-pemogokan oleh kaum buruh dan petani.
kaum tani di daerah Surakarta, dan kemudian didaerah lainnya,
didorong supaya mengambil alih ladang ladang milik para tuan tanah
mereka. Masyumi mencela aksi komunisme tersebut dan para petani
santri tidak bersedia mendukung pemogokan. Semestara itu,
pernyataan Musso yang pro-soviet membuat para tuan tanah, para
kepala desa. Kaum birokrat, pimpinan pusat republik dan kekuatan
kekuatan militer yang pro-pemerintah, semuanya menyadari bahwa
mereka sedang menghadapi situasi yang serius. Pada bulan September,
Pemerintah membebaskan Tan Malaka dengan harapan menjauhkan
golongan kiri dari Musso, tetapi harapan ini tinggal harapan.
Pada pertengahan bulan September 1948, pertempuran terbuka
antara kekuatan kekuatan bersenjata yang pro-PKI dan pro-Pemerintah
meletua di Surakarta. Pada 17 September, Divisi Siliwangi berhasil
memukul mundur para pendukung PKI dari kota itu. Mereka mundur
ke Madiun dan bergabung dengga anggota pro-PKI lainnya.

4
Pada tanggal 18 September, para pendukung PKI tersebut merebut
tempat tempat yang strategis di Madiun, membunuh tokoh tokoh pro-
Pemerintah, dan mengumumkan melalui radio bahwa suatu pemerintah
Front Nasional yang baru telah terbentuk.

Pada tanggal 19 September. sekitar 200 orang anggota PKI dan


pemimpin-pemimpin golongan kiri lainnya yang masih berada di
Yogyakarta ditangkap. Malam itu. Soekarno mengecam para
pemberontak Madiun melalui radio dan mengimbau bangsa Indonesia
agar bergabung dengan dirinya dan Hatta daripada dengan Musso dan
rencana-rencananya membentuk pemerintahan gaya Soviet Kurangnya
pengalaman Musso di Indonesia selama dasa warsa-dasawarsa terakhir
mungkin membuatnya tidak dapat mengerti kekuatan dahsyat dari
imbauan Soekarno itu. Dia membuat kesalahan yang menimbulkan
bencana dengan menjawab melalui radio Madiun bahwa dia akan
berperang sampai titik darah penghabisan. Ketika menghadapi pilihan
yang tidak dapat dirujukkan lagi antara Musso dan Soekarno, maka
banyak satuan militer yang pada dasarnya bersimpati kepada pihak
antipemerin tah memutuskan untuk menjauhkan diri. Organisasi-
organisasi Front Demokrasi Rakyat di Banten dan Sumatera menyatakan
bahwa mereka tidak mempunyai hubungan apa-apa dengan gerakan
Madiun.

Pasukan-pasukan propemerintah yang dipelopori oleh Divisi


Siliwangi kini bergerak menuju Madiun, di mana terdapat sekitar 5.000
sampai 10.000 tentara pro-PKI. Ketika terdesak mundur. para
pemberontak mulai membunuh para pejabat pemerintah dan para
pemimpin dari masyumi dan PNI. Pada tanggal 30 September, kaum
pemberontak meninggalkan kota Madiun dan terus dikejar oleh
pasukan pasukan propemerintah ke wilayah wilayah pedesaan. Pada 31
September, Musso tewas saat berusaha malarikan diri dari tahanan.

Dalam aksi aksi penangkapan yang dilakukan setelah


pemberontakan di Madiun tersebut, sekitar 35.000 orang ditangkap.
Jumlah orang yang tewas pada peristiwa tersebut tidaklah diketahui,
tetapi diduga sekitar 8.000 orang tewas.

5
2.3 BANGKITNYA PARTAI KOMUNIS
Pada tahun 1951 D.N. Aidit terpilih menjadi ketua PKI, ia dengan
cepat membangun kembali PKI yang porak-poranda akibat kegagalan
pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948. Usaha yang dilakukan D.N.
Aidit berhasil dengan baik, sehingga dalam pemilihan umum tahun
1955, PKI berhasil meraih dukungan rakyat dan menempatkan diri
menjadi satu dari empat partai besar di Indonesia, yaitu PNI, Masyumi,
dan NV.

Dipa Nusantara Aidit hanya butuh waktu satu tahun untuk


membesarkan kembali PKI. Ia mengambil alih partai itu dari komunis
tua Alimin dan Tan Ling Djie pada 1954, dalam Pemilu 1955 partai itu
sudah masuk empat pengumpul suara terbesar di Indonesia. PKI
mengklaim beranggota 3,5 juta orang. Inilah partai komunis terbesar di
dunia setelah Uni Soviet dan Republik Rakyat Cina. Dalam kongres
partai setahun sebelum pemilu, Aidit berpidato tentang ”jalan baru
yang harus ditempuh untuk memenangkan revolusi”. Aidit punya
sejumlah modal untuk melancarkan revolusi sesuatu yang dipercaya
kaum komunis bisa menjadikan masyarakat lebih baik: masyarakat
tanpa kelas. Ia juga dekat dengan Soekarno hingga kedekatan itu
mempengaruhi kebijakan dalam memimpin Indonesia. Salah satu
buktinya adalah munculnya Nasakom (Nasionalisme, Sosial dan
Komunisme). Doktrit tersebut meyakinkan bahwa Soekarno berpindah
aliran ke Komunis sehingga banyak yang menentangnya. Angkatan
Darat merupakan penentang kedekatan Soekarno dan PKI yang paling
menonjol.

2.4 KRONOLOGI PERISTIWA BERDARAH

Menjelang pelaksanaan Gerakan 30 September 1965,


pimpinan PKI telah beberapa kali mengadakan pertemuan
rahasia. Tempat pertemuan terus berpindah dan satu tempat ke
tempat yang lainnya. Melalui serangkaian pertemuan itu,
pimpinan PKI menetapkan bahwa Gerakan 30 September 1965
secara fisik dilakukan dengan kekuatan militer yang dipimpin
oleh Letnan Kolonel Untung, Komandan Batalyon I Resimen
Cakrabirawa (Pasukan pengawal Presiden) yang bertindak
sebagai pimpinan formal seluruh gerakan.
6
Sesuai rapart terakhir persiapan pemberontakan tanggal 29
September 1965 malam, Sjam beserta Kolonel Latief, Letkol
Untung, Mayor Udara Sujono nememui D.N. Aidit untuk
melaporkan secara rinci seluruh persiapan gerakan di Jakarta dan
didaerah-daerah. Pada pukul 01.30 tanggal 1 Oktober 1965 para
pemimpin pelaksanagerakan mengikuti Letkol Untung untuk
melihat persiapan terakhir di lubang buaya. Sementara itu tanggal
30 September malam terjadi kesibukan yang luar biasa diLubang
buaya. Pasukan-pasukan yag akan digunakan oleh gerakan sudah
berkumpul. Antara lain dari kompi Brigif I Kodam V/Jaya,
Pemuda Rakyat, Gerwani, kompi dariYon 454/Diponegoro dan
Yon 530/Brawijaya, Resimen Cakrabirawa, yang tergabungdalam
Divisi Ampera.
Pada pukul 02.30 pagi tanggal 1 Oktober 1965 Lettu Dul
Arief KomandanPasukan Pasopati, yang bertugas menculik para
Jenderal, mengumpulkan paraanggotanya. Ia memberikan briefing
kepada para Komandan Peleton, dan kemudianmembagi tugas
Pasukan Pasopati. Ia menjelaskan, bahwa mereka yang akan
diculikadalah tokoh-tokoh Dewan Jenderal yang akan
mengadakan kup terhadap Presiden Soekarno. Oleh karena itu,
mereka harus ditangkap hidup atau mati.Taktik penculikan ialah
mengatakan bahwa mereka diperintahkan menghadap oleh
Presiden. G30S/PKI terjadi pada malam hingga dini hari, tepat
pada akhir tanggal 30 September dan masuk 1 Oktober 1965.
Gerakan pemberontakan yang dilakukan oleh PKI mengincar
perwira TNI AD Indonesia. Tiga dari enam orang yang menjadi
target langsung dibunuh di kediamannya. Sedangkan lainnya
diculik dan dibawa menuju Lubang Buaya.

Ketujuh korban G30S/PKI antara lain Letnan Jenderal


Ahmad Yani, Mayor Jenderal R. Soeprapto, Mayor Jenderal
Haryono Mas Tirto haryono, Mayor Jenderal Siswondo Parman,
Brigadir Jenderal Donald Izacus Panjaitan, Brigadir Jenderal
Soetojo Siswomiharjo.

7
2.5 PENUMPASAN G30S/PKI

Operasi penumpasan G3OS/PKI yang dilancarkan pada tanggal 1


Oktober 1965 diusahakan sedapat mungkin tidak menimbulkan
bentrokan senjata. Langkah yang pertama kali dilakukan adalah
menetralisasi pasukan yang berada di sekitar Medan Merdeka yang
dimanfaatkan atau dipergunakan oleh kaum Gerakan 30 September.
Pasukan tersebut berasal dari anggota pasukan Batalyon 503/Brawijaya
dan anggota pasukan Batalyon 545/Diponegoro. Anggota pasukan
Batalyon 503/Brawijaya berhasil disadarkan dari keterlibatan Gerakan
30 September tersebut dan kemudian mereka ditarik mundur sekitar
pukul 17.00 WIB oleh pihak Gerakan 30 September ke Lapangan Udara
Halim Perdana Kusuma.

- Pasukan RPKAD berhasil menduduki kembali gedung RRI


Pusat, gedung telekomunikasi dan mengamankan seluruh wilayah
Medan Merdeka tanpa terjadi bentrokan bersenjata atau pertumpahan
darah.

Operasi militer tentang penumpasan Gerakan 30 September mulai


dilakukan sore hari, tanggal 1 Oktober 1965 pukul 19.15 WIB. Sementara
itu, pasukan Batalyon 238 Kujang/Siliwangi berhasil menguasai
Lapangan Banteng dan mengamankan Markas Kodam V/Jaya dan
sekitarnya. Batalyon I Kavaleri berhasil mengamankan BNI Unit I dan
percetakan uang negara di daerah Kebayoran.

Diketahui bahwa basis utama dari G3OS/PKI berada di sekitar


lapangan udara Halim Perdana Kusuma. maka Iangkah berikutnya
adalah berupaya membebaskan pangkalan tersebut dari tangan
G3OS/PKI. Presiden Soekarno dihimbau untuk meninggalkan daerah
Halim Perdana Kusuma. Kemudian presiden soekarno meninggalkan
Halim Perdana Kusuma menuju Istana Bogor. Sedangan pasukan
RPKAD yang dibantu oleh pasukan batalyon 238 Kujang/Siliwangi dan
Batalyon 1 Kavaleri diperintahkan bergerak menuju sasaran. Juga
didatangkan bantuan kekuatan pasukan sebanyak tiga kompi tempur
Kavaleri pengintai yang langsung dipimpin oleh komandan
Kesejahteraan Kavaleri (Dansenkav) Kolonel Subiantoro.

8
Gerakan penumpasan selanjutnya adalah menuju desa Lubang
Buaya yangdiperkirakan sebagai tempat pembunuhan terhadap 7 orang
Perwira Tinggi AngkatanDarat. Tembak-menembak terjadi di Lubang
Buaya antara RPKAD dengan satuan-satuan Yon 454, sehingga jatuh
korban seorang gugur dan dua orang luka-luka. Pada pukul 14.00
gerakan pembersihan oleh satuan-satuan RPKAD dan Yon 328 Kujang
di sekitar Cililitan dan Lubang Buaya dihentikan karena para
pemberontak telah buyar melarikan diri ke luar kota. Saat telah
mengusai Halim dan bubarnya pasukan pemberontak, maka gagallah
kudeta Gerakan 30 September yang didalangi PKI itu. Para pemimpin
pemberontak meninggalkan Halim menuju ke Pondok Gede, dan
selanjutnya menyelamatkan diri dari kejaran RPKAD.

Kemudian pada tanggal 3 Oktober 1965 berhasil menemukan


jenazah para perwira tinggi Angkatan Darat yang dikuburkan dalam
sumur tua. Pengangkatan jenazah baru berhasil dilaksanakan pada
tanggal 4 Oktober 1965 oleh anggota RPKAD dan KKOAL (marinir).
Seluruh jenazah dibawa ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat
(sekarang RSPAD Gatot Subroto) untuk dibersihkan dan kemudian
disemayamkan di Markas Besar Angkatan Darat. Keesokan harinya
bertepatan dengan ulang tahun ABRI tanggal 5 oktober 1965, jenazah
para perwira tinggi angkatan darat itu di makamkan di Taman Makam
Pahlawan kalibata dan dianugrahi gelar Pahlawan Revolusi, serta diberi
kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi, anumerta.

2.6 Proses Peralihan Kekuasaan Politik Setelah Peristiwa G30S/PKI

Proses Peralihan Peristiwa G30S Proses peralihan kekuasaan


politik setelah peristiwa G30S PKI merupakan momen penting yang
menandai tumbangnya rezim orde lama yang akan digantikan oleh orde
baru Pasca proses peralihan kekuasaan setelah peristiwa G30S PKI
keadaan justru menjadi semakin rumit dan sulit untuk ditebak dan
keadaan inilah yang membuat masyarakat Jakarta, umumnya rakyat
Indonesia semakin marah. Proses peralihan kekuasaan politik bagi
militer, proses peralihan ini merupakan momentum untuk atas nama
rakyat kemudian membangun citra baru, menjadi pihak yang secara
emosional sama sama merasa disakiti dan dikhianati.
9
Pergolakan, Pasca G30S/PKI berhasil ditumpas dan telah diketahui
bahwa PKI di indikasikan terlibat dalam peristiwa tersebut. Akhirnya,
masyarakat kala itu menuntut pemerintah untuk membubarkan PKI dan
menyeret para tokoh yang terlibat di balik peristiwa tersebut. Ini yang
kemudian menimbulkan kondisi chaos di Jakarta dan beberapa kota di
Indonesia. Masyarakat dan partai-partai yang tidak sepaham dengan
PKI, secara spontan mulai bersatu membentuk berbagai kelompok yang
menuntut pertanggung jawaban PKI dan simpatisannya. Pada 8
Oktober 1965, massa mulai melakukan demonstrasi menuntut
pertanggung jawaban PKI. Namun ketidak tegasan Soekarno saat itu
dianggap sebagai sikap menunda, sehingga setelah peralihan kekuasaan
politik setelah peristiwa G30S PKI masyarakat berhadap-hadapan
dengan soekarno dengan penuh kemarahan.

Beberapa kelompok kesatuan aksi yang saat itu, antara lain


Kesatuan.Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI), Kesatuan Aksi Pelajar
Indonesia (KAPI), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI),
Kesatuan Aksi BuruhIndonesia (KABI), Kesatuan Aksi Guru Indonesia
(KAGI), dan lain-lain.

Menghadapi situasi politik yang semakin memanas, presiden


Soekarno memanggil seluruh menterinya untuk mengadakan sidang
kabinet di Istana Bogor. Dalam sidang tersebut, banyak tokoh dari
KAMI yang diundang. Akan tetapi di luar Istana Bogor, masyarakat
yang berdemonstrasi bertambah banyak dan menuntut dilaksanakannya
TRITURA. Soekarno mengahadapi situasi politik yang sulit hingga ia
masuk pada pusaran yang tidak menguntungkan.

Dalam sidang kabinet, Presiden Soekarno kembali berjanji akan


memberikan penyelesaian politik Janji politik tersebut diwujudkan
dengan reshuffle susunan Kabinet Dwikora menjadi Kabinet Dwikora
yang disempurnakan. Rakyat sangat marah melihat penyelesaian politik
yang dilakukan Presiden Sockano tidak sesuai dengan kehendak rakyat.
Kemudian terjadilah gelombang demonstrasi yang semakin besar dan
ditujukan langsung kepada Presiden Sockarno.

10
Arus demonstrasi semakin deras membanjiri Jakarta sehingga
keadaan kota semakin tidak menentu. Ada yang mengira inilah akhir
dari kecemerlangan karir politik Presiden Soekarno yang dibesarkan
oleh suasana revolusi, namun tak berhasil mengerucutkan masalah yang
terjadi di dalam negeri sendiri pasca terjadinya proses peralihan
kekuasaan politik setelah peristiwa G30S/PKI. Letjen Soeharto
memberikan izin kepada ketiga perwira TNI - AD. yaitu Mayjen Basuki
Rahmat, Brigjen M. yusuf, dan Brigjen Amir Mahmud, untuk menemui
Presiden Sockamo di Istana Bogor. ketiga perwira TNI AD tersebut
menyampaikan pesan dari Letjen Soeharto bahwa beliau sanggup
menyelesaikan kemelut politik dan memulihkan keamanan dan
ketertiban di ibukota. Inilah langkah strategis yang dilakukan Letjen
Soeharto pada situasi pasca G30S / PKI . Kecerdasan Socharto yang
terkenal sebagai ahli strategi itu tidak terbantahkan di sini dan rupanya
Sockamo juga lalai menghadapi strategi yang sedang dikembangkan
oleh prajurit yang pernah dimaki - makinya itu.

Setelah melakukan pembicaraan dengan ketiga perwira tersebut ,


akhirnya Presiden Soekarno setuju untuk memberikan perintah kepada
Letjen Soeharto untuk memulihkan keadaan dan wibawa pemerintahan
pada 11 Maret 1966. Dalam menjalankan tugasnya, Letjen Soeharto
harus melaporkan segala sesunya kepada Presiden Sockamo. Surat yang
dibuat pada tanggal 11 maret itu hingga sekarang terkenal dengan
sebutan Surat Perintah Sebelas Maret ( Supersemar ). Dengan surat
perintah itu, Letjen Soeharto memiliki kekuatan hukum untuk
memenuhi tuntutan rakyat. Turunnya Supersemar merupakan jawaban
terhadap berbagai macam tuntutan mahasiswa dan rakyat yang
menginginkan pembubaran PKI.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Paham komunis berkembang diIndonesia sejak masa


penjajahan Belanda di Indonesia, dalam perkembangannya
membawa bencana pada bumi pertiwi ini, ribuan bahkan jutaan
nyawa manusia menjadi korban akibat dari paham ini, yang
menorehkan kepedihan dan kepiluan bagi perjalanan berbangsa
dan bernegara. Berakhirnya peristiwa G30S/PKI tersebut tidak
membuat bernafas lega, dendam dan kepedihan itu masih terasa,
banyak tuntutan keadilan yang disuarakan. Proses peralihan
kekuasan politik bukan hal yang mudah, hingga akhirnya semua
selesai dengan satu surat perintah yaitu Supersemar.
12
DAFTAR PUSAKA

Dr. Syamsul Bakri, Gerakan komunisme islam surakarta


1914-1942, https://scholar.google.com

Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, PT Serambi


Ilmu Semesta, 2008, Jakarta. Google.book

G30S/PKI dan peran Aidit [Sumber elektronis]


https://edeposit.perpusnas.go.id/collection/g30spki-dan-peran-
aidit-sumber-elektronis/11962

Peristiwa G30S/PKI, http://ejournal.upm.ac.id


Makalah G30S/PKI, Universitas Negeri Malang,
https://www.studocu.com/id/document/universitas-negeri-
malang/pendidikan-pancasila/makalah-g30s-pki-tentang-
peristiwa-g30s-pki/55634101

Rachmat Susatyo, Pemberontakan PKI-Musso di Madiun


http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/12/pember
ontakan_pki_musso_di_madiun.pdf

Anda mungkin juga menyukai