Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

"DISINTEGRASI IDEOLOGI PADA


BANGSA INDONESIA"

Oleh:

Moh. Ismit Saiman

Muh. Syafi'i Alfaruq Dahlan

Hasyim Abdul Gani

Diva Syafira Erwin

Rasti Motorejo
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Disintegrasi dalam bidang
Ideologi " dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Sejarah. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang ancaman disintegrasi ideologi
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada


Ibu Santi Latitu selaku guru Mata Pelajaran Sejarah. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah
ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun di harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Banda Neira, 2 September 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………...........................1

DAFTAR ISI…………………………………………………………….2

BAB I PENDAHULUAN…………………..………..…………………3

A. Latar Belakang………………………………..….………..…….3
B. Rumusan Masalah………………………………………………3
C. Tujuan……………………………………..…...………….……..3

BAB II PEMBAHASAN…………………………………….…………4

A. Pemberontakan PKI (Partai Komunis Indonesia) Madiun.….4


B. Gerakan 30 September 1965 (G30S/PKI).............................4
C. Pemberontakan PRRI dan Permesta………………….….…..4

BAB III PENUTUP…………………………………………….....……5

A. Kesimpulan………………………..……….…………….……....5
B. Saran………………………………………………….……..……5
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia adalah Negara yang terdiri dari 17.500 pulau, lebih dari 300
kelompok etnik 1.340 suku bangsa, 6 agama resmi dan belum termasuk beragama
aliran kepercayaan, serta 737 bahasa. Kita harus bersyukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa, atas keberuntungan bangsa kita yang hingga kini tetap bersatu dalam
keberagaman meskipun berbagai konflik dan pergolakan sempat berlangsung di
masyarakat.
Dalam sejarah republik ini, konflik dan pergolakan dalam skala yang lebih
besar bahkan pernah terjadi. Bila sudah begitu, lantas siapa pihak yang paling
dirugikan? Tak lain adalah masyarakat, bangsa kita sendiri. Karenanya dalam bab ini
kita akan pelajari beberapa pergolakan besar yang pernah yang pernah berlangsung
di dalam negeri kita akibat ketegangan politik selama rentang tahun 1948-1965.
Tahun 1948 ditandai dalam pecahnya pemberontakan besar pertama setelah
Indonesia merdeka, yaitu pemberontakan PKI Madiun, sedangkan tahun 1965,
merupakan tahun di mana berlangsung G30S/PKI yang berusaha merebut
kekuasaan dan mengganti ideologi Pancasila, mengapa penting hal ini kita kaji agar
kita tahu, dan dapat menarik hikmah dan tragedi seperti itu tak terulang kembali. Di
sinilah pentingnya kita mempelajari sejarah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, kita dapat menarik rumusan masalah
dalam sebagai berikut:
1. Membahas konflik dan pergolakan yang berkaitan dengan ideologi
2. Membahas konflik dan pergolakan yang berkaitan dengan kepentingan
(vested interest)
3. Membahas konflik dan pergolakan yang berkaitan dengan sistem pemerintah

C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini untuk menambah wawasan para
pembaca tentang perjuangan menghadapi ancaman disintegrasi bangsa dan
berbagai pergolakan yang terjadi tahun 1948-1965.
1. Mengetahui berbagai konflik dan pergolakan yang berkaitan dengan ideologi.
2. Mengetahui pergolakan yang berkaitan dengan kepentingan (vested inteset).
3. Mengetahui berbagai konflik dan pergolakan yang berkaitan dengan sistem
pemerintahan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pemberontakan PKI (Partai Komunis Indonesia) Madiun


Pemberontakan PKI (Partai Komunis Indonesia) Madiun Sejak merdeka
sampai tahun 1948, PKI masih bersikap mendukung pemerintah, yang
dikuasai oleh golongan kiri. Hal ini gerakan komunis harus bekerja sama
dengan kapitalis dalam menghadapi kekuasaan fasis. Awal September 1948
pemimpin PKI dipegang Muso. Pemerintahan mengajak rakyat untuk memilih
Soekarno-hatta atau Muso gerakan operasi militer dan melakukan
pembredelan terhadap beberapa surat kabar berhaluan komunis. Dan
hasilnya seluruh kekuatan pemberontakan dapat ditumpas dan kota madiun
dapat direbut. Munculnya PKI merupakan perpecahan pada tubuh SI
(Syarikat Islam)yang mendapat pengaruh ISDV (Internasionalisme Sosialisme
Democratise Vereeniging) yang didirikan oleh HJFM

Pada tanggal 13 November 1926 melakukan pemberontakan terhadap


pemerintah Belanda. Pada tanggal 18 September 1948 Muso memimpin
pemberontakan terhadap RI di Madiun. Tujuannya ingin mengubah dasar
Negara Pancasila menjadi dasar komunis. Pemberontakan ini menyebar
hampir di seluruh daerah Jawa Timur namun berhasil digagalkan dengan
ditembak matinya Muso sedangkan Semaun dan Dharsono lari ke Rusia.

B. Gerakan 30 September 1965 (G30S/PKI)


Gerakan 30 September (G30S/PKI) adalah sebuah peristiwa
berlatar belakang kudeta yang dimotori oleh Dipa Nusantara Aidit atau
DN Aidit, pemimpin terakhir PKI. Di bawah kendali DN Aidit,
perkembangan PKI semakin nyata walaupun diperoleh melalui sistem
parlementer terjadi selama satu malam pada tanggal 30 September
hingga 1 Oktober 1965 yang mengakibatkan gugurnya enam jenderal
serta satu orang perwira pertama militer Indonesia dan jenazahnya
dimasukkan ke dalam suatu lubang sumur lama di area Lubang Buaya,
Jakarta Timur Penyebutan peristiwa ini memiliki ragam jenis, Presiden
Soekarno menyebut peristiwa ini dengan istilah GESTOK (Gerakan Satu
Oktober), sementara Presiden Soeharto menyebutnya dengan istilah
GESTAPU (Gerakan September Tiga Puluh), dan pada Orde Baru,
Presiden Soeharto mengubah sebutannya menjadi G30S/PKI (Gerakan
30 September PKI). Sejarah penghianatan terbesar yang ada dalam
sejarah Indonesia PKI atau Partai komunis Indonesia dianggap
bertanggung jawab atas peristiwa ini. Korban kekejaman tragedi ini
berada di Yogyakarta dan Jakarta, Salah satu korban kekejaman tragedi
ini di Yogyakarta adalah Katamso Darmokusumo dan Sugiyono
Mangunwiyoto.

Tujuan G30S PKI


Tujuan utama G30S PKI adalah menggulingkan pemerintahan era
Soekarno dan mengganti negara Indonesia menjadi negara komunis.
Seperti diketahui, PKI disebut memiliki lebih dari 3 juta anggota dan
membuatnya menjadi partai komunis terbesar ketiga di dunia, setelah
RRC dan Uni Soviet.

Selain itu, dikutip dari buku Sejarah untuk SMK Kelas IX oleh Prawoto,
beberapa tujuan G30S PKI adalah sebagai berikut:
1. Menghancurkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan
menjadikannya sebagai negara komunis.
2. Menyingkirkan TNI Angkatan Darat dan merebut kekuasaan
pemerintahan.
3. Mewujudkan cita-cita PKI, yakni menjadikan ideologi komunis
dalam membentuk sistem pemerintahan yang digunakan sebagai
alat untuk mewujudkan masyarakat komunis.
4. Mengganti ideologi Pancasila menjadi ideologi komunis.
5. Kudeta yang dilakukan kepada Presiden Soekarno tak lepas dari
rangkaian kegiatan komunisme internasional.

Secara umum, G30S PKI dilatarbelakangi oleh dominasi ideologi


Nasionalisme, Agama, dan Komunisme (NASAKOM) yang berlangsung
sejak era Demokrasi Terpimpin diterapkan, yakni tahun 1959-1965 di
bawah kekuasaan Presiden Soekarno.

Beberapa hal lain yang menyebabkan mencuatkan gerakan yang


menewaskan para Jenderal ini adalah ketidakharmonisan hubungan
anggota TNI dan juga PKI. Pertentangan pun muncul di antara
keduanya. Selain itu, desas desus kesehatan Presiden Soekarno juga
turut melatarbelakangi pemberontakan G30S PKI.

Itulah sejarah G30S PKI. Setelah gerakan tersebut berhasil ditumpas,


muncul berbagai aksi dari kalangan masyarakat untuk membubarkan
PKI.

C. Pemberontakan PRRI dan Permesta


Munculnya pemberontakan PRRI dan Permesta adanya persoalan di
dalam tubuh angkatan darat, berupa kekecewaan atas minimnya
kesejahteraan tentara di Sumatera dan Sulawesi. Kekecewaan tersebut
diwujudkan dengan pembentukan dewan-dewan daerah sebagai alat
perjuangan tuntutan pada Desember 1965 dan Februari 1957 seperti:
1. Dewan Banteng di Sumatera Barat yang dipimpin oleh Letkol
Ahmad Husein.
2. Dewan Gajah di Sumatera Utara yang dipimpin oleh Kolonel
Maludin Simbolon.
3. Dewan Garuda di Sumatera Selatan yang dipimpin oleh Letkol
Barlian.
4. Dewan Manguni di Sulawesi Utara yang dipimpin oleh Kolonel
Ventje Sumual.Tuntutan tersebut jelas di tolak pemerintah. Krisis
pun akhirnya memuncak ketika pada tanggal 15 Februari 1958
Ahmad Husein memproklamasikan berdirinya pemerintahan
Revolusioner Republik
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kondisi NKRI secara nyata harus diakui oleh setiap warga Negara
bila ditinjau dari kondisi geografi, demografi dan kondisi sosial yang ada
akan terlihat bahwa pluralistis, suku, agama, ras dan antar golongan
dijadikan pangkal penyebab konflik atau kekerasan massal, tidak bisa
diterima begitu saja. Pendapat ini bias benar untuk sebuah kasus tapi
belum tentu benar untuk sebuah kasus yang lain namun ada
kondisi-kondisi struktural dan kultural tertentu dalam masyarakat yang
beranak ragam yang terkadang terjadi akibat dari suatu proses sejarah
atau peninggalan penjajah masa lalu, sehingga memerlukan
penanganan khusus dengan pendekatan yang aktif dan tegas walaupun
aspek hukum, keadilan dan sosial budaya merupakan faktor
berpengaruh dan perlu pemikiran sendiri. Pemerintah harus dapat
merumuskan kebijakan yang tegas dan tepat dalam aspek kehidupan
dan pembangunan bangsa yang mencerminkan keadilan bagi semua
pihak dan semua wilayah.

B. Saran
Untuk mendukung terciptanya keberhasilan suatu kebijakan dan
strategi pertahanan serta upaya-upaya yang akan ditempuh. Disarankan
pemerintah perlu mengadakan kajian secara akademik dan terus
menerus agar didapatkan suatu rumusan bahwa nasionalisme yang
berbasis multikultural dapat dijadikan ajaran untuk mengelola setiap
perbedaan agar muncul pengakuan secara sadar/tanpa paksaan dari
setiap warga Negara atas kemajemukan dengan segala perbedaan.

Anda mungkin juga menyukai