Anda di halaman 1dari 22

Makalah

Penyimpangan Nilai Pancasila

(Study Kasus Pemberontakan PKI 1965)

Disusun Oleh:

1.Bintang Hamzah .F(6)

2.Juwita Pratiwi(10) .....

3.M.Rama Dhani(11).....

4.Naufal Adhyatma Ananta (22)

5.Sabrina Dama Maulida(25)

MAPEL PPKN

SMP N 23 SEMARANG

TAHUN 2023
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah dengan judul “Penyimpangan Nilai Pancasila (Study kasus
pemberontakan PKI tahun 1965)” ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa
juga kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam Pelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Selain itu, pembuatan makalah ini
juga bertujuan agar menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman maka kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempuraan makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.

Semarang, 28 Juli 2023

2
Daftar isi

Kata Pengantar..........................................................................................2

Daftar isi......................................................................................................3

BAB I Pendahuluan...................................................................................4

A. Latar Belakang...............................................................................4
B. Rumusan Masalah..........................................................................5
C. Tujuan............................................................................................6

BAB II Pembahasan ..................................................................................6

A. Komunis..........................................................................................6
B. Sejarah Singkat...............................................................................7
C. PKI Merasa Terancam.....................................................................8
D. Bentuk Penyimpangan....................................................................9
E. Analisis Penyimpangan Nilai Pancasila..........................................9
F. Orde Lama .....................................................................................10
G. Orde Baru........................................................................................11
H. Komunis Masuk Ke Indonesia........................................................12
I. Komunis Ideologi Terlarang...........................................................13
J. Dampak G30SPKI..........................................................................14
K. Tujuan PKI......................................................................................14
L. Mengatasi PKI................................................................................15
M. Tokoh Penting.................................................................................16

BAB III........................................................................................................20

A. Penutup...........................................................................................20

Daftar Pustaka............................................................................................22

3
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pemberontakan PKI tahun 1965 merupakan salah satu peristiwa bersejarah di


Indonesia yang terjadi pada masa Orde Lama di bawah pemerintahan Presiden
Soekarano. Peristiwa ini tidak hanya berdampak pada perubahan politik
Indonesia, tetapi juga menimbulkan dampak sosial,ekonomi, dan politik yang
sangat signifikan.

Latar belakang dari pemberontakan PKI (Partai Komunis Indonesia ) pada tahun
1965 adalah:

1. Perkembangan PKI: PKI adalah partai politik dengan orientasi komunis yang
didirikan pada tahun 1920 dan menjadi salah satu partai politik terbesar di
Indonesia pada masa itu. Partai ini memiliki dukungan yang kuat dari
kelompok buruh dan petani.
2. Persaingan politik dan kekuasaan: Pada masa itu, Indonesia mengalami
ketegangan politik yang cukup tinggi. Di satu sisi, ada kelompok-kelompok
sayap kiri, termasuk PKI, yang ingin menguatkan posisi mereka dalam
pemerintahan, sementara di sisi lain ada kelompok-kelompok sayap kanan dan
Militer yang bersikeras pada ideologi nasionalis atau agama.
3. Gerakan-gerakan sosial: Sebelum peristiwa 1965, terdapat serangkaian
gerakan nasional dan ekonomi yang diinisiasi oleh PKI dan anggota-
anggotanya, termasuk gerakan reforma agraria yang berusaha
mendistribusikan tanah dari tuan tanah ke petani. Namun, upaya ini dihadapi
perlawanan dari kelompok-kelompok yang berkepentingan dalam sistem
agraria yang ada.
4. Ketegangan antara PKI dan militer: Hubungan antara PKI dan militer
semangkin tegang seiring berjalannya waktu. Militer memiliki kekhawatiran
akan kekuatan dan pengaruh PKI, yang dilihat sebagai ancaman terhadap
stabilitas negara dan ideologi nasionalis.

4
5. Pembentukan "Dwifungsi ABRI": Presiden Soekarno pada tahun 1960-an
mengeluarkan kebijakan "Dwifungsi ABRI" (Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia), yang memberikan militer peran ganda sebagai kekuatan militer
dan sosial politik. Kebijakan ini memperkuat peran militer dalam kehidupan
politik dan sosial, tetapi juga menciptakan ketegangan dengan PKI yang
menolak hegemoni militer.

Peristiwa 30 September 1965 menjadi titik awal peristiwa yang mengubah sejarah
Indonesia. Pada malam itu, sekelompok perwira militer yang diduga pro-PKI
melakukan kudeta yang gagal. Akibatnya, enam jenderal terkemuka termasuk
Jenderal Ahmad Yani tewas. Pada akhirnya, Soeharto, seorang jenderal di militer
Indonesia, mengambil alih kekuasaan dan
menyalahkan PKI atas kudeta itu.

Dalam beberapa hari setelah peristiwa tersebut, pecahlah gelombang pembantaian


terhadap anggota PKI dan simpatisan-simpatisannya di seluruh Indonesia. Jumlah
korban diperkirakan mencapai jutaan orang. PKI dinyatakan sebagai organisasi
terlarang, dan anggotanya diburu dan ditahan.

Peristiwa pemberontakan PKI tahun 1965 ini berpengaruh pada seluruh tatanan
politik di Indonesia. Soeharto menjadi presiden dan memimpin pemerintahan
Orde Baru yang berlangsung hingga 1998. PKI yang pernah menjadi partai politik
yang kuat, hampir lenyap dari panggung politik Indonesia setelah peristiwa
tersebut, dan masih merupakan organisasi terlarang hingga saat ini. Dari latar
belakang tersebut PKI telah menyimpang dari Pancasila.
Rumusan Masalah
Dari Latar Belakang tersebut bisa di tarik menjadi beberapa rumusan masalah
berikut:
1. Apa itu Komunis?
2. Mengapa PKI merasa terancam?
3. Apa itu Orde Baru?
4. Apa itu Orde Lama?
5. Dari mana Komunis masuk ke Indonesia?
6. Kenapa Komunis menjadi ideologi terlarang di Indonesia?
7. Apa dampak dari G30SPKI?
8. Apa tujuan PKI yang sebenarnya?
9. Apa saja bentuk peyimpangan nilai Pancasila yang di lakukan PKI?
10. Bagaimana cara mengatasi pemberontakan G30SPKI?
11. Siapa tokoh-tokoh penting G30SPKI?

Tujuan
1. Menambah pengetahuan pembaca

5
2. Mengetahui tentang apa itu komunis
3. Mengetahui mengapa PKI merasa terancam
4. Mengetagui apa itu Orde Lama
5. Mengetahui apa itu Orde Baru
6. Mengetahui dari mana Komunis masuk ke Indonesia
7. Mengetahui siapa dalang pelaku di balik G30SPKI
8. Mengetahui mengapa komunis menjadi ideologi terlarang di Indonesia
9. Mengetahui dampak dari G30SPKI
10. Mengetahui tujuan PKI yang sebenarnya
11. Mengetahui bentuk-bentuk peyimpangan Nilai Pancasila yang di lakukan
PKI

BAB II

PEMBAHASAN

A. Komunis

Ideologi komunis adalah suatu sistem pemikiran, pandangan, dan prinsip politik
serta ekonomi yang mendasari paham komunisme. Ideologi ini menawarkan visi
tentang bagaimana masyarakat seharusnya diatur dan beroperasi, dengan tujuan
akhir mencapai masyarakat yang tanpa kelas dan berlandaskan pada prinsip
kesetaraan, keadilan, dan kepemilikan bersama.

Beberapa elemen kunci dalam ideologi komunis adalah sebagai berikut:

a. Kepemilikan Bersama: Ideologi komunis menolak kepemilikan pribadi atas


sumber daya produksi dan mengusulkan kepemilikan bersama atas tanah,
pabrik, dan perusahaan. Semua sumber daya dianggap sebagai milik kolektif
dan harus dikelola oleh negara atau masyarakat secara adil.
b. Penghapusan Kelas Sosial: Ideologi ini bertujuan menghapuskan perbedaan
kelas sosial, seperti pemilik modal dan buruh, serta menciptakan masyarakat
yang merata secara ekonomi dan sosial.
c. Keadilan Sosial: Ideologi komunis menekankan pentingnya keadilan sosial
dan distribusi kekayaan yang merata. Tujuan utamanya adalah mengurangi
atau menghilangkan kesenjangan ekonomi dan sosial antara warga
masyarakat.
d. Revolusi Sosial: Bagian penting dari ideologi komunis adalah revolusi sosial
untuk mencapai perubahan besar dalam masyarakat. Revolusi ini biasanya
bertujuan untuk menggulingkan sistem kapitalis dan menggantinya dengan
pemerintahan yang mengarah pada komunisme.

6
e. Partai Komunis: Dalam banyak negara, Partai Komunis menjadi pengusung
dan pelaksana ideologi komunis. Partai ini memiliki peran penting dalam
memperjuangkan tujuan-tujuan komunis melalui upaya politik dan revolusi.

B. Sejarah Singkat

Sejarah singkat lebih lanjut tentang pemberontakan PKI tahun 1965 adalah
sebagai berikut:

1.Awal Mula PKI: Partai Komunis Indonesia (PKI) didirikan pada tahun 1920
dan menjadi partai komunis terbesar di luar Uni Soviet dan Tiongkok. PKI
memiliki basis dukungan kuat dari buruh dan petani, dan menjadi kekuatan politik
yang signifikan di Indonesia.

2. Hubungan dengan Pemerintah Sukarno: Selama masa pemerintahan


Presiden Sukarno, PKI memiliki hubungan yang dekat dengan penguasa sipil dan
angkatan bersenjata. Presiden Sukarno memberi dukungan dan perlindungan bagi
PKI dan bahkan memasukkan anggota PKI ke dalam kabinetnya.

3. Peristiwa Gerakan 30 September (G30S): Pada 30 September 1965,


kelompok angkatan darat yang diduga pro-PKI melakukan kudeta yang gagal dan
membunuh enam jenderal termasuk Jenderal Ahmad Yani. PKI dituduh terlibat
dalam peristiwa ini, meskipun sejauh mana keterlibatannya masih diperdebatkan
hingga saat ini.

4. Pembersihan dan Pembantaian: Setelah peristiwa G30S, terjadi gelombang


pembantaian terhadap anggota PKI dan simpatisannya di seluruh Indonesia.
Kelompok anti-komunis, termasuk angkatan bersenjata dan organisasi sayap
kanan, melakukan pembantaian massal terhadap anggota PKI dan mereka yang
diduga terlibat dengan PKI. Jumlah korban diperkirakan mencapai jutaan orang.

5. Pengambilalihan Kekuasaan oleh Jenderal Soeharto: Jenderal Soeharto


mengambil alih kendali atas pemerintahan dari Presiden Sukarno dan membentuk
"Dewan Keselamatan Rakyat" (DKR) untuk menggantikan pemerintahan sipil
dengan pemerintahan militer. Soeharto menyatakan PKI sebagai organisasi
terlarang dan memulai kampanye anti-komunis yang keras.

6. Akibat dan Dampak: Pemberontakan PKI tahun 1965 menyebabkan


perubahan politik dan sosial yang signifikan di Indonesia. PKI dilarang dan
anggotanya ditindas, banyak yang ditahan atau dipenjarakan. Soeharto menjadi
Presiden dan memimpin pemerintahan Orde Baru yang berlangsung hingga tahun
1998.

7. Kontroversi dan Interpretasi Sejarah: Sejarah pemberontakan PKI tahun


1965 masih menjadi topik yang sensitif dan kontroversial di Indonesia. Pandangan

7
mengenai PKI dan peristiwa tersebut dapat berbeda-beda tergantung pada sudut
pandang dan latar belakang sosial-politik yang digunakan.

C. MENGAPA PKI MERASA TERANCAM

Ada beberapa faktor yang menyebabkan PKI (Partai Komunis Indonesia) merasa
terancam pada masa sebelum dan saat pemberontakan G30S/PKI tahun 1965.
Beberapa faktor ini dapat menjelaskan persepsi PKI bahwa mereka menghadapi
ancaman terhadap keberadaan dan eksistensinya:

1. Hubungan dengan Militer: PKI memiliki hubungan yang kompleks dengan


militer Indonesia. Sebagian anggota militer bersimpati dengan paham komunis,
sementara sebagian lain menentang pengaruh PKI dan pandangan komunis.
Terdapat perdebatan mengenai apakah PKI berusaha untuk mengendalikan militer
atau apakah militer yang merasa terancam oleh pengaruh PKI yang kuat dalam
pemerintahan.

2. Konflik Ideologis dan Politik: PKI berhaluan kiri dan memiliki pandangan
yang berbeda dengan golongan-golongan politik lainnya di Indonesia yang
cenderung konservatif atau berhaluan kanan. Perbedaan pandangan ini
menyebabkan ketegangan politik dan ideologis, sehingga PKI merasa terancam
oleh kelompok-kelompok yang tidak setuju dengan paham komunis dan berusaha
menghalangi pengaruh PKI dalam pemerintahan dan masyarakat.

3. Dakwaan atas Keterlibatan dalam G30S:** Setelah peristiwa G30S/PKI


pada tahun 1965, PKI dituduh terlibat dalam kudeta yang gagal tersebut. Tuduhan
ini menyebabkan militer dan kelompok anti-komunis memandang PKI sebagai
ancaman terhadap stabilitas negara dan keamanan nasional.

4. Benturan dengan Kelompok Anti-Komunis: PKI terlibat dalam konflik dan


benturan dengan kelompok-kelompok anti-komunis yang memiliki pandangan
yang berseberangan dengannya. Konflik ini meningkatkan persepsi bahwa PKI
merupakan ancaman bagi stabilitas politik dan sosial.

5. Perang Dingin dan Konteks Internasional: Pada masa itu, dunia tengah
dilanda Perang Dingin antara blok Barat yang dipimpin Amerika Serikat dan blok
Timur yang dipimpin Uni Soviet. PKI dianggap sebagai ancaman karena dicurigai
memiliki koneksi dengan Uni Soviet dan mendukung paham komunisme
internasional.

6. Sikap Progresif PKI: PKI secara aktif mengadvokasi hak-hak buruh, petani,
dan kelas pekerja lainnya, yang membuat pihak-pihak yang memiliki kepentingan
ekonomi dan politik terancam oleh perjuangan sosial dan ekonomi yang
diberlakukan PKI.

D. BENTUK PENYIMPANGAN

8
Penyimpangan Nilai Pancasila yang dilakukan oleh PKI (Partai Komunis
Indonesia) pada tahun 1965 merupakan salah satu faktor penting yang memicu
konflik dan pemberontakan pada masa itu. Meskipun PKI secara resmi mengakui
Pancasila sebagai ideologi negara, namun dalam praktiknya, PKI diketahui telah
melakukan beberapa tindakan yang dapat dianggap sebagai penyimpangan
terhadap nilai-nilai Pancasila, khususnya pada aspek Bhinneka Tunggal Ika
(persatuan dalam keragaman) dan Ketuhanan Yang Maha Esa.

1.PKI adalah partai paham komunis yang artinya tidak meyakini agama manapun

2. Pembantaian yang di lakukan oleh PKI

3. Di tuduh mendukung gerakan-gerakan separatis

4. Mengabaikan Bhinneka Tunggal Ika

5. Mengadu domba antara anggota TNI dan PKI

E. ANALISA PENYIMPANGAN NILAI PANCASILA

1. PKI dikenal dengan orientasinya yang ateis dan materialis. Mereka memandang
agama sebagai "opium bagi rakyat" atau sarana untuk menindas dan mengontrol
massa. Sikap PKI yang anti-agama ini bertentangan dengan Ketuhanan Yang
Maha Esa, salah satu pilar Pancasila yang menegaskan keberadaan Tuhan sebagai
landasan moral dan spiritual bangsa Indonesia.

2. Peristiwa G30S/PKI menewaskan enam jenderal, tiga perwira, satu polisi, dan
satu putri jenderal. Aksi balasan atas peristiwa itu mengakibatkan puluhan ribu
hingga sejuta orang tewas dalam pembantaian massal. Peristiwa setelah G30S/PKI
itu biasa disebut sebagai peristiwa 1965, peristiwa pasca-'65, tragedi 1965, atau
pembantaian massal 1965-1966.

3. Di beberapa daerah, PKI dituduh mendukung gerakan-gerakan separatis yang


ingin memisahkan diri dari NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Dalam
praktiknya, hal ini bertentangan dengan prinsip keutuhan dan persatuan bangsa
Indonesia yang tercantum dalam Pancasila.

4. Mengabaikan Bhinneka Tunggal Ika: Walaupun Pancasila menekankan


persatuan dalam keragaman (Bhinneka Tunggal Ika), PKI dalam praktiknya sering
kali mengabaikan perbedaan dan keragaman budaya, agama, dan suku bangsa
yang ada di Indonesia. PKI lebih mementingkan agenda politiknya dan kadang-

9
kadang menggunakan cara-cara represif untuk menekan kelompok-kelompok
yang berbeda pendapat daripada berusaha mencari kesepahaman dan kerjasama.

5. Mengadu domba antara anggota TNI dan PKI: Beberapa anggota PKI diduga
terlibat dalam usaha mengadu domba antara militer dan PKI, termasuk dalam
peristiwa G30S (Gerakan 30 September). Konfrontasi antara PKI dan angkatan
bersenjata meningkatkan ketegangan dalam negeri dan menyebabkan konflik yang
berkepanjangan.

6. Pencurian senjata dan pembentukan milisi: PKI diduga terlibat dalam mencuri
senjata dan membentuk milisi bersenjata yang bertentangan dengan nilai-nilai
demokrasi yang dianut dalam Pancasila. Tindakan semacam ini menimbulkan
ketidakstabilan dan ancaman terhadap keamanan nasional.

F. APA ITU ORDE LAMA

Orde Lama adalah sebutan untuk masa pemerintahan di Indonesia pada periode
setelah kemerdekaan pada tahun 1945 hingga awal tahun 1966. Orde Lama
dipimpin oleh Presiden pertama Indonesia, Soekarno, dan ditandai oleh situasi
politik yang dinamis dan kompleks.

Beberapa ciri khas Orde Lama adalah:

1. Paham Nasionalis: Orde Lama di bawah kepemimpinan Soekarno


menerapkan paham nasionalis yang kuat. Mereka menekankan pentingnya
kedaulatan dan integritas nasional serta mengutamakan kepentingan
bangsa Indonesia di atas segalanya.
2. Politik Konfrontasi: Pada era Orde Lama, Indonesia menganut kebijakan
politik konfrontasi, terutama dalam hubungannya dengan Belanda dan
Malaysia. Indonesia berusaha menghadapi klaim wilayah dan keberadaan
Malaysia dengan berbagai tindakan politik dan militer.
3. Nasionalisasi Perusahaan Asing: Pemerintahan Orde Lama menerapkan
kebijakan nasionalisasi, di mana beberapa perusahaan asing diambil alih
oleh pemerintah Indonesia tanpa ganti rugi. Hal ini dilakukan sebagai
bagian dari upaya untuk mencapai kemandirian ekonomi.
4. Konfrontasi dengan Pihak Barat: Pemerintahan Orde Lama, terutama
setelah gagalnya Konfrontasi dengan Malaysia, semakin menghadapi
tekanan dan penentangan dari pihak barat, termasuk Amerika Serikat dan
negara-negara Barat lainnya.
5. Sentralisasi Kekuasaan: Pada akhir 1950-an hingga awal 1960-an,
Soekarno mengkonsolidasikan kekuasaan dan menerapkan sistem
pemerintahan yang sentralistik dengan penekanan pada "Demokrasi
Terpimpin."

10
Orde Lama berakhir pada tahun 1966 setelah terjadinya pemberontakan
G30S/PKI (Gerakan 30 September/Partai Komunis Indonesia) yang gagal.
Jenderal Soeharto kemudian mengambil alih kekuasaan dari Soekarno dan
mendirikan pemerintahan Orde Baru yang berlangsung hingga tahun 1998.

Periode Orde Lama merupakan periode penting dalam sejarah Indonesia yang
gejalanya mencakup perjuangan untuk kemerdekaan, konfrontasi dengan kekuatan
asing, dan eksperimen politik yang beragam. Era ini juga mencerminkan dinamika
politik dan perubahan sosial di Indonesia pada masa setelah kemerdekaan.

G. APA ITU ORDE BARU

Orde Baru adalah istilah yang digunakan untuk menyebut masa pemerintahan di
Indonesia dari tahun 1966 hingga tahun 1998. Masa Orde Baru ditandai dengan
pemerintahan militer yang dipimpin oleh Jenderal Soeharto setelah mengambil
alih kekuasaan dari Presiden pertama Indonesia, Soekarno, pasca-pemberontakan
G30S/PKI pada tahun 1965.

Beberapa ciri khas Orde Baru adalah:

1. Kepemimpinan Otoriter: Pemerintahan Orde Baru dipimpin oleh


Presiden Soeharto dengan gaya kepemimpinan otoriter. Soeharto memiliki
kendali yang kuat atas pemerintahan dan militer, dan sistem politik
menjadi sangat sentralistik.
2. Penindasan Terhadap Lawan Politik: Selama Orde Baru, ada tindakan
keras terhadap kelompok-kelompok oposisi, termasuk anggota PKI (Partai
Komunis Indonesia) dan simpatisannya. Jutaan orang diperkirakan
ditahan, dipenjara, atau bahkan dibunuh dalam operasi anti-komunis.
3. Pembangunan Ekonomi: Salah satu fokus utama pemerintahan Orde
Baru adalah pembangunan ekonomi. Dalam periode ini, Indonesia
mengalami pertumbuhan ekonomi yang signifikan dan pembangunan
infrastruktur yang masif.
4. Pembangunan Industri dan Proyek Besar: Pemerintahan Soeharto
menggalakkan pembangunan sektor industri dan meluncurkan berbagai
proyek besar, seperti pembangunan transmigrasi, jalan tol, bendungan, dan
proyek infrastruktur lainnya.
5. Korporatisasi Politik: Pemerintahan Orde Baru didukung oleh Partai
Golkar yang merupakan partai penguasa dan menjadi satu-satunya partai
politik yang diakui. Partai Golkar menyatukan berbagai elemen
masyarakat dan korporasi dalam satu entitas politik yang mendukung
pemerintahan Soeharto.
6. Citra Pembangunan dan Stabilitas: Pemerintahan Orde Baru sangat
mengutamakan citra pembangunan dan stabilitas politik. Pada umumnya,
pemerintah mengendalikan media dan informasi yang beredar agar
mencerminkan citra positif tentang pemerintahan.

11
Pemerintahan Orde Baru berakhir pada tahun 1998 setelah terjadi demonstrasi
mahasiswa dan kerusuhan besar-besaran yang menuntut reformasi politik dan
ekonomi. Ketegangan politik dan krisis ekonomi menyebabkan Presiden Soeharto
mengundurkan diri pada bulan Mei 1998.

Periode Orde Baru memiliki dampak yang signifikan dalam sejarah Indonesia.
Meskipun ada pencapaian dalam pembangunan ekonomi, pemerintahan ini juga
dikritik karena pelanggaran hak asasi manusia, kurangnya kebebasan berpendapat,
dan korupsi yang merajalela. Setelah jatuhnya Orde Baru, Indonesia memasuki
era reformasi yang mengubah lanskap politik dan sosial negara tersebut.

H. DARI MANA KOMUNIS MASUK KE INDONESIA

Paham komunis masuk ke Indonesia pada awal abad ke-20 melalui berbagai jalur.
Berikut adalah beberapa jalur masuknya paham komunis ke Indonesia:

1. Melalui Migran dan Buruh Asing: Ideologi komunis pertama kali masuk
ke Indonesia melalui migran dan buruh asing yang datang dari Tiongkok
pada abad ke-19 dan awal abad ke-20. Beberapa dari mereka telah terpapar
ideologi komunis di Tiongkok dan membawa gagasan tersebut ke
Indonesia.
2. Pendidikan di Luar Negeri: Pada awal abad ke-20, beberapa intelektual
Indonesia bersekolah di luar negeri, terutama di Belanda, Uni Soviet, dan
Tiongkok. Beberapa dari mereka terpapar dan terpengaruh oleh ideologi
komunis selama belajar di negara-negara tersebut. Setelah kembali ke
Indonesia, mereka menjadi agen penyebaran paham komunis.
3. Gerakan Buruh dan Serikat Dagang: Gagasan komunis juga masuk ke
Indonesia melalui gerakan buruh dan serikat dagang. Pada awal abad ke-
20, gerakan buruh mulai muncul di Indonesia dan berjuang untuk hak-hak
pekerja. Beberapa pemimpin gerakan buruh ini terpapar ideologi komunis
dan berusaha menghubungkan perjuangan buruh dengan paham komunis.
4. Kontak dengan Aktivis Komunis di Luar Negeri: Beberapa aktivis
komunis dari luar negeri juga berhubungan dengan kelompok-kelompok di
Indonesia. Mereka memperkenalkan dan memperluas pengaruh ideologi
komunis di kalangan aktivis dan intelektual Indonesia.
5. Masa Pergerakan Nasional Indonesia: Paham komunis menjadi lebih
terorganisir dan memperoleh dukungan lebih luas selama masa pergerakan
nasional Indonesia, terutama pada masa perjuangan kemerdekaan. Partai
Komunis Indonesia (PKI) didirikan pada tahun 1920 dan menjadi salah
satu partai politik paling berpengaruh di Indonesia.

Seiring berjalannya waktu, paham komunis berkembang dan terbagi menjadi


berbagai aliran dan fraksi di Indonesia. PKI menjadi partai komunis terbesar di
luar Uni Soviet dan Tiongkok pada masanya dan memiliki pengaruh besar dalam
politik dan masyarakat Indonesia, terutama pada masa-masa awal kemerdekaan
dan sebelum pemberontakan G30S/PKI pada tahun 1965.

12
I. MENGAPA KOMUNIS MENJADI IDEOLOGI TERLARANG DI
INDONESIA

aham komunis menjadi ideologi terlarang di Indonesia terutama karena peristiwa


pemberontakan G30S/PKI pada tahun 1965 dan dampaknya yang berkepanjangan.
Berikut adalah beberapa alasan mengapa komunis menjadi ideologi terlarang di
Indonesia:

1. Pemberontakan G30S/PKI: Peristiwa G30S/PKI pada 30 September


1965 merupakan pemberontakan militer yang diduga dilakukan oleh
kelompok pro-PKI. Pemberontakan ini gagal dan menewaskan beberapa
jenderal dan perwira angkatan darat. Setelah peristiwa ini, PKI dituduh
sebagai dalang di balik pemberontakan, yang kemudian menjadi justifikasi
bagi pemerintah untuk memberangus dan melarang PKI.
2. Operasi Pembersihan Massal: Setelah G30S/PKI, pemerintahan Orde
Baru di bawah Jenderal Soeharto melancarkan operasi pembersihan massal
terhadap anggota PKI dan simpatisannya. Pembersihan ini menyebabkan
pembunuhan dan penangkapan massal, dengan perkiraan korban mencapai
jutaan orang. Trauma dan luka emosional yang diakibatkan oleh operasi
ini berdampak pada persepsi masyarakat tentang PKI dan komunisme.
3. Konteks Perang Dingin: Pada masa itu, dunia sedang mengalami
ketegangan antara blok Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan
blok Komunis yang dipimpin oleh Uni Soviet. Indonesia, sebagai negara
berdaulat dengan populasi yang mayoritas Muslim, merasa terancam oleh
ideologi komunis yang dianggap bertentangan dengan nilai-nilai
keagamaan dan ideologi nasionalis Indonesia.
4. Stigmatisasi dan Propaganda Anti-Komunis: Pemerintah Orde Baru
melakukan kampanye propaganda anti-komunis yang sangat efektif untuk
mengidentifikasi komunis sebagai musuh dan ancaman bagi bangsa. PKI
digambarkan sebagai organisasi jahat dan pengkhianat yang harus
dihilangkan.
5. Larangan Konstitusional: Pada tahun 1966, pemerintah Orde Baru
secara resmi melarang PKI dan semua kegiatan yang berkaitan dengan
komunisme melalui peraturan pemerintah.

Akibat dari alasan-alasan di atas, komunisme dan PKI menjadi ideologi terlarang
di Indonesia. Larangan ini berlangsung hingga saat ini, dan anggota atau
simpatisan PKI bisa menghadapi tindakan hukum dari pemerintah karena
dianggap melanggar hukum. Namun, pandangan terhadap PKI dan komunisme
tetap menjadi topik kontroversial, dan mungkin terus berubah seiring dengan
perkembangan sosial dan politik di Indonesia.

13
J. DAMPAK G30SPKI

Peristiwa G30S/PKI (Gerakan 30 September/Partai Komunis Indonesia) pada


tahun 1965 memiliki dampak yang sangat besar dan luas terhadap Indonesia
dalam berbagai aspek. Berikut adalah beberapa dampak utama dari G30S/PKI:

1. Pembantaian Massal dan Pelanggaran Hak Asasi Manusia: Setelah


pemberontakan G30S/PKI, pemerintahan Orde Baru melancarkan operasi
pembersihan massal terhadap anggota PKI dan simpatisannya. Operasi ini
menyebabkan pembantaian massal dan penahanan besar-besaran tanpa
proses hukum yang adil. Diperkirakan jutaan orang tewas dalam operasi
tersebut, dan pelanggaran hak asasi manusia yang serius terjadi.
2. Kekuasaan Orde Baru: Peristiwa G30S/PKI menjadi pemicu penguasaan
kekuasaan oleh Jenderal Soeharto dan berakhirnya pemerintahan Presiden
Sukarno. Orde Baru didirikan, dan Jenderal Soeharto menjadi Presiden
Indonesia selanjutnya. Pemerintahan Orde Baru berlangsung selama lebih
dari tiga dekade hingga tahun 1998.
3. Larangan PKI dan Komunisme: Pemerintahan Orde Baru secara resmi
melarang Partai Komunis Indonesia (PKI) dan kegiatan yang berkaitan
dengan komunisme. Hingga saat ini, PKI dan komunisme tetap menjadi
ideologi terlarang di Indonesia.
4. Dampak Politik dan Ideologis: Pemberontakan G30S/PKI menyebabkan
perubahan besar dalam lanskap politik Indonesia. PKI yang sebelumnya
merupakan partai besar dengan basis massa yang kuat, menjadi sangat
terpinggirkan dan tidak berdaya setelah peristiwa tersebut. Politik
Indonesia bergeser lebih jauh ke arah kanan, dengan pengaruh Islam dan
partai-partai nasionalis yang lebih dominan.
5. Dampak Ekonomi: Peristiwa G30S/PKI dan pembersihan massal yang
menyertainya menyebabkan gangguan besar pada perekonomian
Indonesia. Keadaan politik yang tidak stabil dan kekhawatiran tentang
investasi asing menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi.
6. Propaganda Anti-Komunis: Dampak dari propaganda anti-komunis
pemerintah Orde Baru berlangsung lama dan mengakar kuat dalam
masyarakat. Citra negatif tentang PKI dan komunisme terus berlanjut
hingga saat ini.
7. Reformasi Politik: Setelah jatuhnya pemerintahan Orde Baru pada tahun
1998, Indonesia memasuki era reformasi politik yang berarti. G30S/PKI
menjadi bagian penting dari peristiwa sejarah yang mempengaruhi
perjalanan politik dan sosial di Indonesia.

Peristiwa G30S/PKI masih menjadi topik yang sensitif dan kontroversial di


Indonesia. Dampaknya masih terasa dalam dinamika politik dan sosial negara
tersebut hingga saat ini.

K. TUJUAN PKI SEBENARNYA

14
Tujuan PKI (Partai Komunis Indonesia) dalam memberontak pada peristiwa G30S
(Gerakan 30 September) pada tahun 1965 masih menjadi perdebatan dan
kontroversial. Berbagai interpretasi dan versi peristiwa tersebut telah diajukan
oleh berbagai pihak. Ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan tujuan PKI
dalam memberontak, meskipun belum ada kesepakatan yang menyeluruh tentang
hal ini. Berikut adalah beberapa teori tentang tujuan PKI dalam memberontak:

1. Mengambil Alih Kekuasaan: Salah satu teori menyatakan bahwa PKI


berusaha mengambil alih kekuasaan dengan menggunakan militer untuk
menjatuhkan pemerintahan Presiden Sukarno yang dianggap sudah tidak
mampu mengendalikan situasi politik dan sosial yang semakin memburuk.
PKI mungkin berharap bisa mendominasi pemerintahan dan menyebarkan
paham komunis di seluruh Indonesia.
2. Mendukung Presiden Sukarno: Teori lain mengemukakan bahwa PKI
tidak memiliki niat langsung untuk menggulingkan Sukarno, tetapi
bertujuan untuk membela dan melindungi presiden yang dianggap sebagai
pahlawan revolusi dan pemimpin nasionalis. Namun, kelompok pro-PKI
dalam militer kemungkinan besar lebih radikal daripada PKI itu sendiri
dan mungkin melampaui kendali PKI.
3. Menentang Peran Militer: Ada juga teori yang menyatakan bahwa PKI
berusaha untuk mengurangi peran militer dalam politik dan pemerintahan.
PKI berusaha untuk menghilangkan kekuatan militer dalam pengambilan
keputusan politik dan menjadikan angkatan bersenjata sebagai bagian dari
sistem yang dipimpin oleh Partai Komunis.

Perlu dicatat bahwa karena kontroversi dan kompleksitas peristiwa G30S/PKI,


hingga kini belum ada penjelasan yang definitif tentang tujuan sebenarnya dari
pemberontakan tersebut. Fakta bahwa peristiwa ini terjadi lebih dari lima puluh
tahun yang lalu, beberapa dokumen terkait peristiwa tersebut masih dirahasiakan,
dan banyak saksi mata yang tidak lagi hidup, semakin menyulitkan untuk
memahami tujuan yang tepat dari PKI dalam memberontak. Interpretasi dan
penelitian terus berlanjut untuk memahami peristiwa ini secara lebih mendalam.

L. BAGAIMANA CARA MENGATASI PEMBERONTAKAN G30SPKI

Pemberontakan G30S/PKI pada tahun 1965 telah berlangsung puluhan tahun yang
lalu, dan saat ini Indonesia sudah berada dalam era yang berbeda dengan
tantangan yang berbeda pula. Namun, kita dapat mengambil beberapa pelajaran
dari peristiwa tersebut dan mengidentifikasi beberapa langkah yang dapat diambil
untuk mencegah dan mengatasi pemberontakan atau konflik serupa di masa
depan:

1. Transparansi dan Demokrasi: Membangun dan memperkuat sistem


politik yang transparan, inklusif, dan demokratis adalah langkah penting
untuk mencegah pemberontakan. Partisipasi publik dalam proses
pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam pemerintahan dapat
mengurangi potensi ketidakpuasan dan konflik.

15
2. Reformasi Militer: Menyelenggarakan reformasi dalam angkatan
bersenjata dan menghilangkan politisasi militer adalah penting. Militer
harus berfungsi sebagai kekuatan pertahanan negara dan tetap netral dalam
politik, menghindari campur tangan dalam urusan sipil.
3. Toleransi dan Rekonsiliasi: Meningkatkan pemahaman dan toleransi
antara berbagai kelompok masyarakat dapat membantu mengurangi
ketegangan dan konflik. Proses rekonsiliasi dapat membantu
menyembuhkan luka-luka dari masa lalu dan membangun kesepahaman
antara pihak-pihak yang pernah berseteru.
4. Penghapusan Kemiskinan dan Kesenjangan Sosial: Melakukan upaya
untuk mengurangi kemiskinan dan kesenjangan sosial dapat membantu
mengatasi ketidakpuasan dan frustrasi yang sering menjadi penyebab
pemberontakan. Kebijakan yang berfokus pada pembangunan ekonomi
inklusif dan distribusi kekayaan yang lebih merata dapat membantu
menciptakan masyarakat yang lebih stabil dan harmonis.
5. Pendidikan dan Pengentasan Isu Ideologis: Meningkatkan akses
terhadap pendidikan berkualitas dan memerangi isu-isu ideologis ekstrem
dapat membantu menghindari manipulasi ideologi untuk tujuan
pemberontakan atau konflik. Pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai
pluralisme dan kesatuan dapat memperkuat semangat persatuan dan
kesatuan bangsa.
6. Keadilan dan Hak Asasi Manusia: Menegakkan keadilan dan hak asasi
manusia adalah hal penting dalam menjaga kepercayaan publik terhadap
pemerintah dan menghindari kemarahan massa yang dapat menyebabkan
konflik.
7. Dialog dan Negosiasi: Ketika ada perbedaan pandangan atau ketegangan,
menggunakan dialog dan negosiasi sebagai sarana penyelesaian konflik
dapat mencegah situasi yang lebih parah.

Perlu diingat bahwa masing-masing konflik memiliki konteks dan penyebab yang
unik, dan tidak ada pendekatan satu ukuran untuk mengatasi pemberontakan atau
konflik. Upaya mencegah konflik dan membangun masyarakat yang stabil dan
harmonis memerlukan kerja keras dan kerjasama dari seluruh elemen masyarakat
dan pemerintah.

M. TOKOH TOKOH PENTING G30S PKI

a. Tokoh Utama yang Terlibat G30S PKI

Berikut nama-nama tokoh kunci yang terlibat dalam pemberontakan G30S PKI.

1. D.N Aidit

Pemilik nama lengkap Dipa Nusantara Aidit adalah sosok yang diduga dalang di
balik peristiwa G30S PKI. Ia merupakan Ketua Umum Comite Central (CC)

16
Partai Komunis Indonesia (PKI). Di masa kepemimpinannya, ia berhasil
membawa PKI menjadi partai ketiga terbesar di dunia setelah Uni Soviet dan
Tiongkok. Pada saat pemerintahan Orde Baru di bawah pimpinan Jenderal
Soeharto, mengeluarkan versi resmi bahwa PKI adalah pelaku pemberontakan
G30S. Aidit yang saat itu menjabat sebagai ketua PKI dituduh sebagai dalang
peristiwa tersebut. Mengetahui dirinya sedang dicari, ia lantas melarikan diri
hingga ditangkap di tempat persembunyianya di Solo yaitu di rumah
Kasim/Harjomartono. Setelah itu, Aidit dieksekusi oleh beberapa militer di
sebuah sumur tua di belakang markas TNI di Boyolali.

2. Syam Kamaruzaman

Tak hanya Aidit, sosok Syam Kamaruzaman yang merupakan Ketua Biro Khusus
PKI juga diduga sebagai dalang dari kudeta dan pembunuhan yang terjadi pada
peristiwa G30S PKI. Biro Khusus yang ia pimpin merupakan sebuah organisasi
rahasia PKI yang bertujuan untuk merancang dan mempersiapkan kudeta. Salah
satu strategi yang dilakukan adalah dengan cara menyusup dan memengaruhi
kelompok tentara berhaluan kiri. Setelah peristiwa G30S terjadi, Syam tertangkap
di Cimahi, Jawa barat pada 9 Maret 1967. Di meja pengadilan, Syam mengakui
bahwa ia bergerak di bawah perintah Aidit. Atas pengakuannya tersebut ia
dijatuhi hukuman mati hingga dieksekusi pada 1986.

3. Letkol Untung Syamsuri

Letnan Kolonel Untung Syamsuri adalah kunci di balik gerakan G30S. Ia


merupakan seorang Komandan Batalyon KK I Cakrabirawa, pengawal Presiden
Sukarno. Dalam peristiwa G30S, Letkol Untung diduga sebagai penggerak
pasukan Cakrabirawa untuk melakukan penculikan dan pembunuhan yang terjadi
terhadap tujuh jenderal militer. Setelah peristiwa itu terjadi, Letkol Untung
melarikan diri dan menghilang hingga pada akhirnya ia tertangkap di Brebes,
Jawa Tengah dan berujung eksekusi mati pada 1966, setahun setelah peristiwa
G30S

b. Tokoh yang Gugur dalam G30S PKI

Sejarah mencatat ada sepuluh orang yang menjadi korban dari peristiwa kudeta
PKI yang terjadi dalam Gerakan 30 September.

17
1. Mayjen TNI (Anumerta) Soetojo Siswomihardjo

Sutoyo Siswomiharjo lahir di Kebumen pada 28 Agustus 1922. Ia merupakan


perwira tinggi TNI AD yang gugur dalam peristiwa G30S. Sutoyo ditemukan
meninggal di Lubang Buaya pada 1 Oktober 1965. Ia dibunuh oleh PKI karena
disebut menentang pembentukan Angkatan Kelima PKI.

2. Mayjen TNI (Anumerta) D.I Panjaitan

Donald Ignatius Panjaitan lahir di Balige, Tapanuli pada 19 Juni 1925 dan
meninggal pada 1 Oktober 1965 akibat peristiwa G30S PKI. Sebelum meninggal,
Mayjen Panjaitan memiliki karier yang cemerlang di bidang militer. Ia pernah
diangkat menjadi Asisten IV Menteri/Panglima Angkatan Darat hingga
mendapatkan tugas untuk belajar ke Amerika Serikat.

3. Letjen TNI (Anumerta) R. Soeprapto

Raden Soeprapto Lahir di Purwokerto pada 20 Juni 1920, ia menjadi salah satu
korban PKI dalam peristiwa G30S karena menolak PKI yang saat itu berencana
untuk mendirikan Angkatan Kelima. Ia diculik dan dibunuh di Lubang Buaya
pada 1 Oktober 1965 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata,
Jakarta pada 5 Oktober 1965.

4. Jenderal TNI (Anumerta) Ahmad Yani

Jenderal Ahmad Yani lahir di Purworejo pada 19 Juni 1922 dan ditemukan
meninggal pada 1 Oktober 1965 di Lubang Buaya. Semasa hidupnya, ia pernah
mengikuti militer dan turut berperan dalam pemberantasan PKI Madiun pada
1948, Agresi Militer Belanda II, hingga penumpasan DI/TII di Jawa Tengah.

5. Letjen TNI (Anumerta) M.T. Haryono

Mas Tirtodarmo Haryono lahir di Surabaya pada 20 Januari 1924 dan gugur
dalam peristiwa G30S PKI. Sebelum masuk militer, M.T. Haryono lebih dulu
masuk Perguruan Tinggi Kedokteran untuk meneruskan studinya. Letjen Haryono
dikenal akan kepandaiannya menguasai tiga bahasa internasional yaitu Belanda,
Inggris, dan Jerman.

6. Letjen TNI (Anumerta) S. Parman

18
Siswondo Parman lahir di Wonosobo, Jawa Tengah pada 4 Agustus 1918. Ia
merupakan petinggi TNI AD pada masa Orde Lama yang mengurusi bidang
intelijen. Letjen Parman gugur dalam G30S PKI, ia diculik dan dibunuh karena
telah mengetahui rencana PKI yang saat itu berencana membentuk Angkatan
Kelima.

7. Kapten Czi (Anumerta) P.A. Tendean

Pierre Andries Tendean lahir di Jakarta pada 21 Februari 1939. Ia merupakan


ajudan dari jenderal A.H Nasution pada tahun 1965. Kala itu, ia ditangkap oleh
pasukan G30S PKI karena dikira Jenderal A.H Nasution. Saat ditangkap ia tidak
melakukan pemberontakan hingga akhirnya dia dibunuh dan dimasukkan ke
dalam sumur tua di Lubang Buaya.

8. Brigjen (Anumerta) Katamso

Katamso lahir di Sragen pada 5 Februari 1923 dan ditemukan meninggal pada 22
Oktober 1965 akibat G30S PKI. Katamso merupakan TKR yang kemudian
bergabung menjadi TNI setelah proklamasi kemerdekaan. Pada 1958, Katamso
dikirim ke Sumatera Barat sebagai Komandan Batalyon A Komando Operasi 17
Agustus untuk melakukan penumpasan pemberontakan PRRI.

9. A.I.P II (Anumerta) K.S. Tubun

Karel Satsuit Tubun lahir di Tual, Maluku Tenggara pada 14 Oktober 1928.
Setelah menyelesaikan sekolah polisi di Ambon, ia diangkat menjadi Agen Polisi
Tingkat II. K.S Tubun gugur dalam peristiwa G30S PKI karena ia melakukan
perlawanan saat sedang bertugas di kediaman Dr. Y. Leimena yang berada di
dekat rumah dinas Jenderal A.H Nasution.

10. Kolonel (Anumerta) Sugiyono

Sugiyono lahir pada 12 Agustus 1926 di Gunung Kidul. Pada 1 Oktober 1965
Sugiyono ditangkap di Markas Korem 072 yang pada saat itu telah dikuasai PKI.
Ia kemudian dibunuh dan jasadnya ditemukan pada 22 Oktober 1965 di
Kentungan, utara Yogyakarta.

19
BAB III

Penutup

Kesimpulan

Pemberontakan PKI tahun 1965 merupakan salah satu peristiwa bersejarah yang
menunjukkan adanya penyimpangan terhadap nilai-nilai Pancasila di Indonesia.
PKI, sebagai partai politik dengan orientasi komunis, secara resmi mengakui
Pancasila sebagai ideologi negara, namun dalam praktiknya, terdapat sejumlah
tindakan dan sikap yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Pancasila.

Pertama, PKI terlibat dalam sikap anti-agama dengan memandang agama sebagai
"opium bagi rakyat." Hal ini bertentangan dengan Ketuhanan Yang Maha Esa,
yang menjadi salah satu pilar Pancasila. Penyimpangan ini menunjukkan
ketidaksesuaian dalam mengakui pentingnya peran agama sebagai landasan moral
dan spiritual bangsa Indonesia.

Kedua, PKI terlibat dalam pembentukan milisi bersenjata dan pencurian senjata,
yang bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi dalam Pancasila. PKI juga diduga
terlibat dalam menciptakan ketegangan antara angkatan bersenjata dan kelompok-
kelompok politik, yang merusak persatuan dan kesatuan bangsa.

Ketiga, PKI cenderung mengabaikan Bhinneka Tunggal Ika dengan


mengutamakan agenda politiknya daripada menghormati keberagaman budaya,
agama, dan suku bangsa yang ada di Indonesia. Hal ini bertentangan dengan
semangat persatuan dalam keragaman yang menjadi jiwa Pancasila.

Peristiwa pemberontakan PKI tahun 1965 memiliki dampak yang sangat besar
terhadap sejarah Indonesia. Jutaan orang diperkirakan menjadi korban
pembantaian dan penindasan. PKI dinyatakan sebagai organisasi terlarang, dan
anggotanya diburu dan ditahan. Presiden Soeharto mengambil alih kekuasaan dan
memimpin pemerintahan Orde Baru yang berlangsung hingga tahun 1998.

Peristiwa ini menyisakan catatan pahit dalam sejarah bangsa Indonesia dan
merupakan pelajaran berharga tentang pentingnya menghormati dan menerapkan
nilai-nilai Pancasila dengan baik. Sebagai ideologi negara, Pancasila harus
dijunjung tinggi dan diaplikasikan secara konsisten dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Menghargai keberagaman, mencegah
adanya sikap diskriminasi, serta menjunjung tinggi toleransi dan kerukunan
antarumat beragama menjadi penting untuk mewujudkan cita-cita bangsa
Indonesia yang berdasarkan Pancasila.

20
Dalam upaya memahami sejarah pemberontakan PKI tahun 1965, penting untuk
mengedepankan keterbukaan, obyektivitas, dan kajian yang mendalam dari
berbagai sumber yang beragam. Penilaian historis yang tepat dan akurat akan
membantu memahami kompleksitas peristiwa ini, sehingga pembelajaran dari
masa lalu dapat digunakan untuk membangun masa depan yang lebih baik,
berlandaskan persatuan, keadilan, dan kemajuan bagi seluru

21
DAFTAR PUSTAKA

"The Indonesian Genocide: Killing of 1965-1966" oleh Robert Cribb, Ann


Gennerich, and Jess Melvin

"The Army and Politics in Indonesia" oleh Harold Crouch

"Indonesia, 1965: The Year of Living Dangerously" oleh Peter Dale Scott

"Pengakuan Pemberontakan G 30 S PKI" oleh John Roosa

"After the Affair: The Repression of the Left in Post-Suharto Indonesia" oleh
Karen Strassler

"The Indonesian Massacres 1965–1966: New Approaches" disunting oleh Jess


Melvin dan Daniel S. Lev

"September 30th Movement and the Making of New Order Indonesia" oleh Ariel
Heryanto

"Indonesia's 1965-66 Mass Killings and the Cold War" oleh Robert Cribb

"The Killing Season: A History of the Indonesian Massacres, 1965-66" oleh


Geoffrey B. Robinson

22

Anda mungkin juga menyukai