Anda di halaman 1dari 14

"Gerakan 30 Septembe PKI (G30-S/PKI)"

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran "Sejarah Indonesia"

Guru Pembimbing: Hj Ulin Supriatin.S.Pd

Di susun oleh :

KELAS : XII MIPA 2

KELOMPOK: 3

1. Agischa Nathanael

2. Bagas Eka Yulianto

3. Firda Amelia

4. Lintang Shifa Prameswari

5. Wahidah Irfa D.M

SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI 1 PLUMBON

JL. YUDISTIRA 30, KARANGASEM, KECAMATAN PLUMBON

KABUPATEN CIREBON, JAWA BARAT. TLP. (0231) 3216


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas taufik dan rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam senantiasa kita sanjungkan
kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta semua umatnya
hingga kini. Dan semoga kita termasuk dari golongan yang kelak mendapatkan syafaatnya.
Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkenan membantu pada tahap penyusunan hingga selesainya makalah ini.
Harapan kami semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat sebagai salah satu
rujukan maupun pedoman bagi para pembaca, menambah wawasan serta pengalaman,
sehingga nantinya saya dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah ini menjadi lebih baik
lagi.
Kami sadar bahwa kami ini tentunya tidak lepas dari banyaknya kekurangan, baik dari
aspek kualitas maupun kuantitas dari bahan penelitian yang dipaparkan. Semua ini murni
didasari oleh keterbatasan yang dimiliki kami. Oleh sebab itu, kami membutuhkan kritik dan
saran kepada segenap pembaca yang bersifat membangun untuk lebih meningkatkan kualitas
di kemudian hari.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................................2


BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ............................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah .......................................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan .........................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................................................5
A. Peristiwa G30-S/PKI .................................................................................................................. 5
B. Tokoh-tokoh peristiwa G30-/PKI ............................................................................................... 8
C. Faktor-Faktor Terjadinya G30-S/PKI .......................................................................................10
D. .Kronologi Kejadian G30-S/PKI .............................................................................................. 11
E. .Dampak Setelah Kejadian G30-S/PKI .....................................................................................12
BAB III PENUTUP ...............................................................................................................................13
A. Kesimpulan ...............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Partai Komunis Indonesia (PKI) merupakan partai komunis yang terbesar di seluruh
dunia, di luar Tiongkok dan Uni Soviet. Sampai pada tahun 1965 anggotanya berjumlah
sekitar 3,5 juta, ditambah 3 juta dari pergerakan pemudanya. PKI juga mengontrol
pergerakan serikat buruh yang mempunyai 3,5 juta anggota dan pergerakan petani Barisan
Tani Indonesia yang mempunyai 9 juta anggota. Termasuk pergerakan wanita (Gerwani),
organisasi penulis dan artis dan pergerakan sarjananya, PKI mempunyai lebih dari 20 juta
anggota dan pendukung.
Pada bulan Juli 1959 parlemen dibubarkan dan Sukarno menetapkan konstitusi di
bawah dekret presiden sekali lagi dengan dukungan penuh dari PKI. Ia memperkuat tangan
angkatan bersenjata dengan mengangkat para jenderal militer ke posisi-posisi yang penting.
Sukarno menjalankan sistem “Demokrasi Terpimpin“. PKI menyambut “Demokrasi
Terpimpin” Sukarno dengan hangat dan anggapan bahwa dia mempunyai mandat untuk
persekutuan Konsepsi yaitu antara Nasionalis, Agama, dan Komunis yang
dinamakan NASAKOM.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu peristiwa G30-S/PKI?


2. Siapa saja tokoh yag terliat dalam peristiwa G30-S/PKI?
3. Apa saja faktor terjadinya peristiwa G30-S/PKI?
4. Bagaimana kronoligi peristiwa G30-S/PKI?
5. Apa saja dampak sosial dan politik yang didapat setelah kejadian G30-S/PKI?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui bagaimana peristiwa G30-S/PKI


2. Untuk mengetahui siapa saja yang terlibat dalam peristiwa G30-S/PKI
3. Untuk mengetahui dampak politik setelah kejadian G30-S/PKI

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Peristiwa G30-S/PKI

Gerakan 30 September (dahulu juga disingkat G 30 S PKI, G-30S/PKI), Gestapu


(Gerakan September Tiga Puluh), Gestok (Gerakan Satu Oktober) adalah sebuah peristiwa
yang terjadi selewat malam tanggal 30 September sampai di awal 1 Oktober 1965 di mana
enam perwira tinggi militer Indonesia beserta beberapa orang lainnya dibunuh dalam suatu
usaha percobaan kudeta yang kemudian dituduhkan kepada anggota partai komunis. PKI
merupakan partai Stalinis yang terbesar di seluruh dunia, di luar Tiongkok dan Uni Soviet.
Anggotanya berjumlah sekitar 3,5 juta, ditambah 3 juta dari pergerakan pemudanya. PKI juga
mengontrol pergerakan serikat buruh yang mempunyai 3,5 juta anggota dan pergerakan
petani Barisan Tani Indonesia yang mempunyai 9 juta anggota. Termasuk pergerakan wanita
(Gerwani), organisasi penulis dan artis dan pergerakan sarjananya, PKI mempunyai lebih dari
20 juta anggota dan pendukung serta tersebar di seluruh daerah yang luas.
Pada bulan Juli 1959 parlemen dibubarkan dan Sukarno menetapkan konstitusi di
bawah dekret presiden dengan dukungan penuh dari PKI. Ia memperkuat tangan angkatan
bersenjata dengan mengangkat para jendral militer ke posisi-posisi yang penting. Sukarno
menjalankan sistem “Demokrasi Terpimpin”. PKI menyambut “Demokrasi Terpimpin”
Sukarno dengan hangat dan anggapan bahwa dia mempunyai mandat untuk persekutuan
Konsepsi yaitu antara Nasionalis, Agama dan Komunis yang dinamakan NASAKOM. Pada
era “Demokrasi Terpimpin”, kolaborasi antara kepemimpinan PKI dan kaum borjuis nasional
dalam menekan pergerakan-pergerakan independen kaum buruh dan petani, gagal
memecahkan masalah-masalah politis dan ekonomi yang mendesak. Pendapatan ekspor
menurun, foreign reserves menurun, inflasi terus menaik dan korupsi birokrat dan militer
menjadi wabah.
PKI telah menguasai banyak dari organisasi massa yang dibentuk Soekarno untuk
memperkuat dukungan untuk rezim Demokrasi Terpimpin dan dengan persetujuan dari
Soekarno, memulai kampanye untuk membentuk “Angkatan Kelima” dengan mempersenjatai
pendukungnya. Para petinggi militer menentang hal ini. Dari tahun 1963, kepemimpinan PKI
makin lama makin berusaha menghindari bentrokan-bentrokan antara aktivis massanya dan
polisi dan militer. Pemimpin-pemimpin PKI mementingkan “kepentingan bersama” polisi
dan “rakyat”. Pemimpin PKI D.N. Aidit mengilhami slogan “Untuk Ketenteraman Umum

5
Bantu Polisi”. Di bulan Agustus 1964, Aidit menganjurkan semua anggota PKI
membersihkan diri dari “sikap-sikap sektarian” kepada angkatan bersenjata, mengimbau
semua pengarang dan seniman sayap-kiri untuk membuat “massa tentara” subyek karya-
karya mereka.
Di akhir 1964 dan permulaan 1965 ratusan ribu petani bergerak merampas tanah dari
para tuan tanah besar. Bentrokan-bentrokan besar terjadi antara mereka dan polisi dan para
pemilik tanah. Untuk mencegah berkembangnya konfrontasi revolusioner itu, PKI
mengimbau semua pendukungnya untuk mencegah pertentangan menggunakan kekerasan
terhadap para pemilik tanah dan untuk meningkatkan kerja sama dengan unsur-unsur lain,
termasuk angkatan bersenjata. Pada permulaan 1965, para buruh mulai menyita perusahaan-
perusahaan karet dan minyak milik AS. Kepemimpinan PKI menjawab ini dengan memasuki
pemerintahan dengan resmi. Pada waktu yang sama, jendral-jendral militer tingkat tinggi juga
menjadi anggota kabinet. Menteri-menteri PKI tidak hanya duduk di sebelah para petinggi
militer di dalam kabinet Sukarno ini, tetapi mereka terus mendorong ilusi yang sangat
berbahaya bahwa angkatan bersenjata adalah merupakan bagian dari revolusi demokratis
“rakyat”.
Aidit memberikan ceramah kepada siswa-siswa sekolah angkatan bersenjata di mana ia
berbicara tentang “perasaan kebersamaan dan persatuan yang bertambah kuat setiap hari
antara tentara Republik Indonesia dan unsur-unsur masyarakat Indonesia, termasuk para
komunis”. Rejim Sukarno mengambil langkah terhadap para pekerja dengan melarang aksi-
aksi mogok di industri. Kepemimpinan PKI tidak berkeberatan karena industri menurut
mereka adalah milik pemerintahan NASAKOM. Tidak lama PKI mengetahui dengan jelas
persiapan-persiapan untuk pembentukan rejim militer, menyatakan keperluan untuk pendirian
“angkatan kelima” di dalam angkatan bersenjata, yang terdiri dari pekerja dan petani yang
bersenjata. Bukannya memperjuangkan mobilisasi massa yang berdiri sendiri untuk melawan
ancaman militer yang sedang berkembang itu, kepemimpinan PKI malah berusaha untuk
membatasi pergerakan massa yang makin mendalam ini dalam batas-batas hukum kapitalis
negara.
Mereka, depan jendral-jendral militer, berusaha menenangkan bahwa usul PKI akan
memperkuat negara. Aidit menyatakan dalam laporan ke Komite Sentral PKI bahwa
“NASAKOMisasi” angkatan bersenjata dapat dicapai dan mereka akan bekerja sama untuk
menciptakan “angkatan kelima”. Kepemimpinan PKI tetap berusaha menekan aspirasi
revolusioner kaum buruh di Indonesia. Di bulan Mei 1965, Politbiro PKI masih mendorong
ilusi bahwa aparatur militer dan negara sedang diubah untuk memencilkan aspek anti-rakyat

6
dalam alat-alat negara. Menjelang dilancarkannya G 30 S/PKI, banyak sekali kegiatan-
kegiatan yang dilaksanakannya oleh Biro Khusus PKI yang telah dibentuk pada tahun 1964
dengan mengadakan beberapa kali rapat rahasia yang diikuti oleh beberapa orang oknum
ABRI. Rapat pertama 6 September 1965 yang dilaksanakan rumah Kapten Wahjudi Jl.
Sindanglaya 5, Jakarta, diikuti oleh:
1. Sjam Kamaruzaman.
2. Pono (Soepono).
3. Letnan Kolonel Untung Sutopo (Komandan Batalion I Kawal Kehormatan Resimen
Cakrabirawa).
4. Kolonel A. Latief (Komandan Brigade Infantri I Kodam V/Jaya).
5. Mayor Udara Suyono (Komandan Pasukan Pengawal Pangkalan (P3) PAU Halim).
6. Mayor A. Sigit (Komandan Batalion 203 Brigade Infantri I Kodam V/Jaya).
7. Kapten Wahjudi (Komandan Kompi Artileri sasaran Udara).
Rapat ini membicarakan tentang situasi umum sebelum gerakan dan isu sakitnya Bung
Karno. Selanjutnya Sjam melontarkan isu adanya Dewan Jendral yaitu yang mengungkapkan
adanya beberapa petinggi Angkatan Darat yang tidak puas terhadap Soekarno dan berniat
untuk menggulingkannya. Menanggapi isu ini, Soekarno disebut-sebut memerintahkan
pasukan Cakrabirawa untuk menangkap dan membawa mereka untuk diadili oleh Soekarno,
dan dari ABRI pun terhasut dan ikut dalam gerakan yaitu Letnan Kolonel Untung, Komandan
Batalion 1 Resimen Cakrabirawa (pasukan pengawal Presiden). Sjam kemudian
menyampaikan instruksi Aidit untuk mengadakan gerakan mendahului kudeta Dewan Jendral.
Setelah rapat pertama kemudian banyak diadakan lagi rapat-rapat selanjutnya guna
membahas persiapan serangan gerakan. Di antaranya rapat ke-2 pada tanggal 9 September
1965, rapat ke-3 tanggal 13 September 1965, rapat ke-4 tanggal 15 September 1965, rapat ke-
5 tanggal 17 September 1965, rapat ke-6 19 September 1965, dan rapat ke-7 tanggal 22
September 1965, ke-8 24 September 1965, ke-9 tanggal 29 September 1965.
Pada rapat-rapat setelah rapat ke -6 membahas tentang penetapan sasaran gerakan bagi
masing-masing pasukan yang akan bergerak menculik atau membunuh para jendral Angkatan
Darat yang diberi nama Pasukan Pasopati. Pasukan teritorial dengan tugas menduduki gedung
RRI dan gedung Telekomunikasi di beri nama Pasukan Bimasakti kemudian pasukan yang
mengkoordinasi lubang Buaya di beri nama Pasukan Gatotkaca. Setelah persiapan terakhir
selesai, rapat terakhir di adakan tanggal 29 September 1965 yang dilaksanakan di rumah
Sjam, gerakan itu dinamakan “Gerakan 30 September” (G 30 S/PKI atau Gestapu/PKI).

7
Secara fisik-militer gerakan di pimpin oleh Letnan Kolonel Untung, Komandan Batalion 1
Resimen Cakrabirawa (Pasukan Pengawal Presiden) selaku pimpinan formal seluruh gerakan.
Pelaksanaan G30S/PKI 1965 Pada 1 Oktober 1965 dini hari, enam jenderal senior dan
beberapa orang lainnya dibunuh dalam upaya kudeta yang disalahkan kepada para pengawal
istana (Cakrabirawa) yang dianggap loyal kepada PKI dan pada saat itu dipimpin oleh Letkol
Untung. Panglima Komando Strategi Angkatan Darat saat itu, Mayjen Soeharto kemudian
mengadakan penumpasan terhadap gerakan tersebut. Tahunya Aidit akan jenis sakitnya
Sukarno membuktikan bahwa hal tersebut sengaja dihembuskan PKI untuk memicu
ketidakpastian di masyarakat. Pada tahun 1960 keluarlah Undang-Undang Pokok Agraria
(UU Pokok Agraria) dan Undang-Undang Pokok Bagi Hasil (UU Bagi Hasil) yang
sebenarnya merupakan kelanjutan dari Panitia Agraria yang dibentuk pada tahun 1948.
Panitia Agraria yang menghasilkan UUPA terdiri dari wakil pemerintah dan wakil berbagai
ormas tani yang mencerminkan 10 kekuatan partai politik pada masa itu.

B. Tokoh-tokoh peristiwa G30-/PKI

1. Jenderal Ahmad Yani


Jenderal Ahmad Yani lahir di Jenar, Purworejo pada tanggal 19 Juni 1922. Awalnya
Jenderal Ahmad Yani mengikuti pendidikan Heiho di Magelang dan PETA (Pembela Tanah
Air) di Bogor. Mengutip dari laman kemdikbud.go.i, Ahmad Yani mengikuti militer sampai
ikut dalam pemberantasan PKI Madiun tahun 1948, Agresi Militer Belanda II, dan
penumpasan DI/TII di Jawa Tengah. Tahun 1958 dia diangkat menjadi Komandan Komando
Operasi 17 Agustus di Padang Sumatera Barat untuk menumpas pemberontakan PRRI.
Sampai tahun 1965, Ahmad Yani tewas ketika pemberontakan G30S pada 1 Oktober 1965.

2. Letnan Jenderal TNI Anumerta R. Suprapto


Lahir di Purwokerto 20 Juni 1920, R. Suprapto mengikuti kursus Pusat Latihan
Pemuda, latihan Keibodan, seinendan, dan syuisyintai. Kemudian dia bekerja di kantor
Pendidikan Masyarakat. Mengutip jurnal "Pembangunan Aplikasi Pembelajaran Pengenalan
Pahlawan Revolusi Indonesia Berbasis Android" yang ditulis Rudy Hartanto Wijaya, pada
awal kemerdekaan dia ikut berjuang merebut senjata pasukan Jepang di Cilacap. Kemudian
dia masuk menjadi anggota Tentara Keamanan Rakyat di Purwokerto. Itulah awal R.
Suprapto menjadi anggota militer. Tetapi ketika PKI mengajukan pembentukan angkatan

8
perang kelima, Suprapto menolaknya. Akibatnya dia menjadi korban G30S bersama petinggi
TNI AD lainnya. Suprapto dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.

3. Letjen S.Parman
Dikenal dengan nama Siswondo Parman merupakan petinggi TNI Ada ketika orde
lama. Dia lahir di Wonosobo, Jawa Tengah 4 Agustus 1918. S. Parman pernah mengikuti
pendidikan SD, SMP, sampai sekolah tinggi kedokteran. Tetapi ketika itu tentara Jepang
menduduki Republik sehingga S. Parman gagal meraih gelar dokter. S. Parman lalu memulai
pendidikan di bidang intelijen. Dia pernah dikirim ke Jepang untuk memperdalam intelijen.
Setelah proklamasi kemerdekaan dia mengabdi pada Indonesia. Pengalamannya di bidang
intelijen bermanfaat bagi TNI terutama mengetahui rencana PKI. Namun pada 1 Oktober
1965, dia diculik dan dibunuh bersama para jenderal lainnya.

4. Letjen M.T. Haryono


Letnan Jenderal TNI Anumerta Mas Tirtodarmo Haryono lahir di Surabaya, 20
Januari 1924. Termasuk salah satu dari 7 pahlawan revolusi. Sebelumnya dia menempuh
pendidikan di ELS (setingkat Sekolah Dasar) dan ELS (setingkat Sekolah Dasar). Kemudian
M.T. Haryono, menempuh pendidikan sekolah kedokteran selama pendudukan Jepang tetapi
tidak tamat. M.T. Haryono lalu bergabung menjadi perwira yang fasih berbicara dalam 3
bahasa Belanda, Inggris, dan Jerman. Kemampuannya berbahasa ini menjadi penghubung
perundingan dan komunikasi.M.T. Haryono pernah menjadi Sekretaris Delegasi Militer
Indonesia pada Konferensi Meja Bundar, Atase Militer RI untuk Negeri Belanda dan Deputi
III Menteri/ Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad). Tahun 1965, M.T. Haryono bersama
petinggi lain gugur akibat pemberontakan G30S.

5. Mayor Jenderal D. I. Panjaitan


Mayor Jenderal TNI Anumerta Donald Isaac panjaitan, lahir di balige Sumatera Utara
19 Juni 1925. Dia meninggal di umur 40 tahun pada 1 Oktober 1965. D. I. Panjaitan
mengikuti pendidikan militer Gyugun ketika masa pendudukan Jepang. Kemudian dia
ditempatkan di Pekanbaru, Riau ketika proklamasi kemerdekaan. Kemudian D. I. Panjaitan
mengikuti TKR dan memiliki karir di bidang militer. Sebelum meninggal dunia, dia diangkat
sebagai Asisten IV Menteri/Panglima Angkatan Darat. D. I. Panjaitan juga mendapat tugas
belajar ke Amerika Serikat

9
6. Mayor Jenderal TNI Anumerta Sutoyo Siswomiharjo
Sutoyo Siswomiharjo lahir di di Kebumen, Jawa Tengah, 28 Agustus 1922. Dia adalah
seorang perwira tinggi di TNI-AD. Brigjen Sutoyo pernah menjadi atase militer di Inggris
pada 1956-1959. Sutoyo Siswomiharjo menempuh pendidikan di balai Pendidikan Pegawai
Tinggi di Jakarta. Setelah itu melanjutkan menjadi pegawai negeri pada Kantor Kabupaten di
Purworejo. Ketika proklamasi kemerdekaan, dia masuk menjadi TKR bagian Kepolisian.
Setelah itu Sutoyo Siswomiharjo menjadi anggota Korps Polisi Militer dan diangkat menjadi
ajudan Kolonel Gatot Subroto. Sutoyo Siswomiharjo kemudian menjadi kepala bagian
Organisasi Resimen II Polisi Tentara di Purworejo. Sutoyo ditemukan meninggal di Lubang
Buaya pada 1 Oktober 1965, di usia 43 tahun. Ketika itu Sutoyo menentang pembentukan
angkatan kelima dan gugur dalam G30S.

7. Kapten (Anumerta) Pierre Tendean


Kapten CZI Anumerta Pierre Andreas Tendean lahir pada 21 Februari 1939. DIa
adalah seorang perwira militer di Indonesia, yang meninggal akibat G30S di usia 26 tahun.
Pierre Andreas Tendean adalah pahlawan revolusi yang dipromosikan menjadi kapten
Anumerta setelah dirinya meninggal. Sebelumnya, Pierre Tendean sekolah dari SD sampai
tamat SMA di Semarang. Lalu dia melanjutkan pendidikan di akademi teknik angkatan darat
atau ATEKAD di Bandung sampai lulus. Dia mengikuti pendidikan Jurusan Teknik tahun
1962, lalu menjabat komandan Peleton Batalyon Zeni Tempur 2 Komando Militer II/Bukit
Barisan di Medan. Tahun 1965, perwira muda ini kemudian diangkat menjadi ajudan Menteri
Koordinator Pertahanan Keamanan/ Kepala Staf Angkatan Bersenjata Jenderal Nasution.
Tetapi ketika bertugas dia tertangkap oleh kelompok G30S dan mengaku sebagai A. H.
Nasution dan terbunuh. Sementara itu Jenderal A.H Nasution bisa berhasil melarikan diri.

C. Faktor-Faktor Terjadinya G30-S/PKI

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya gerakan G30S/PKI sebagai berikut:

• PKI memiliki cita-cita untuk mendirikan negara Indonesia dengan landasan komunis
mendorong terjadinya peristiwa G 30 S/PKI.

• Kondisi politik, sosial dan ekonomi Indonesia pada waktu itu memberi kesempatan kepada
PKI untuk meluaskan pengaruhnya. Di bidang politik, organisasi yang anti-komunis,
dianggap anti pemerintah sehingga PKI bisa dengan mudah menyingkirkan musuh politiknya.
Di bidang Sosial PKI mulai menebar janji-janji kepada masyarakat kecil tanpa mengetahui

10
arti komunis yang sebenarnya, rakyat kecil pun terbujuk oleh janji-janji PKI. Di bidang
Ekonomi Indonesia sedang terpuruk pada tahun 1965 sehingga menyebabkan dukungan
rakyat kepada Presiden Soekarno berkurang.

• PKI memiliki kedudukan yang setara dengan angkatan darat, sehingga PKI menganggap
angkatan darat merupakan penghalang utama dalam mewujudkan cita-citanya.

D. .Kronologi Kejadian G30-S/PKI

Tindakan dan penyebarluasan ideologi komunis yang dilakukan oleh PKI


menimbulkan kecurigaan dari kelompok anti-komunis. Tindakan tersebut juga mempertinggi
persaingan antara elit politik nasional. Kecurigaan semakin mencuat dan memunculkan
desas-desus di masyarakat, terlebih menyangkut kesehatan Presiden Soekarno dan Dewan
Jenderal Angkatan Darat.

Di tengah kecurigaan tersebut, Letnan Kolonel Untung, Komandan Batalyon I Kawal


Resimen Cakrabirawa, yakni pasukan khusus pengawal Presiden, memimpin sekelompok
pasukan dalam melakukan aksi bersenjata di Jakarta. Pasukan tersebut bergerak
meninggalkan daerah Lubang Buaya. Peristiwa ini terjadi pada tengah malam, pergantian hari
Kamis, 30 September 1956 menuju hari Jumat, 1 Oktober 1965. Kudeta yang sebelumnya
dinamakan Operasi Takari diubah menjadi gerakan 30 September. Mereka menculik dan
membunuh para perwira tinggi Angkatan Darat. Aksi tentara tersebut pada tanggal 30
September berhasil menculik enam orang perwira tinggi Angkatan Darat.

Enam Jenderal yang gugur dalam peristiwa G30S PKI antara lain Letnan Jenderal Anumerta
Ahmad Yani, Mayor Jenderal Raden Soeprapto, Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono,
Mayor Jenderal Siswondo Parman, Brigadir Jenderal Donald Isaac Panjaitan dan Brigadir
Jenderal Sutoyo Siswomiharjo. Di samping itu, gugur pula ajudan Menhankam/Kasab
Jenderal Nasution, Letnan Satu Pierre Andreas Tendean dan pengawal Wakil Perdana
Menteri II Dr. J. Leimena, Brigadir Polisi Satsuit Tubun. Salah satu Jenderal yang berhasil
selamat dari serangan PKI adalah AH Nasution. Namun, putrinya yang bernama Ade Irma
Suryani Nasution tidak bisa diselamatkan. Sementara itu, G30S PKI di Yogyakarta yang
dipimpin oleh Mayor Mulyono menyebabkan gugurnya TNI Angkatan Darat, Kolonel
Katamso dan Letnan Kolonel Sugiyono. Kolonel Katamso merupakan Komandan Korem
072/Yogyakarta. Sedangkan Letnan Kolonel Sugiyono merupakan Kepala Staf Korem.
Keduanya diculik dan gugur di Desa Kentungan, sebelah utara Yogyakarta.

11
E. .Dampak Setelah Kejadian G30-S/PKI

Dampak sosial politik G 30 S/PKI yaitu

 Secara politik telah lahir peta kekuatan politik baru yaitu tentara AD

 Sampai bulan Desember 1965 PKI telah hancur sebagai kekuatan politik di Indonesia

 Kekuasaan dan pamor politik Presiden Soekarno memudar

 Secara sosial telah terjadi penangkapan dan pembunuhan terhadap orang-orang PKI
atau ”dianggap PKI”, yang tidak semuanya melalui proses pengadilan dengan jumlah
yang relatif banyak

 Semakin menguatnya pengaruh Soeharto

 Dalam bidang politik Indonesia menjauh dari blok timur dan mendekat pada blok barat.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Peristiwa G 30S/PKI yang lebih dikenal dengan peristiwa pemberontakan yang


dilakukan PKI, yang bertujuan untuk menyebarkan paham komunis di Indonesia.
Pemberontakan ini menimbulkan banyak korban, dan banyak korban berasal dari para Jendral
Angkatan Darat Indonesia. Gerakan PKI ini menjadi isu politik untuk menolak laporan
pertanggung jawaban Presiden Soekarno kepada MPRS. Dengan ditolaknya laporan Presiden
Soekarno ini, maka Indonesia kembali ke pemerintahan yang berasaskan
kepada Pancasila dan UUD 1945.
Peristiwa G30S/PKI 1965 yang terjadi di Indonesia telah memberi dampak negatif dalam
kehidupan sosial dan politik masyarakat Indonesia yaitu dampak politik dan dampak ekonomi.
Setelah Supersemar diumumkan, perjalanan politik di Indonesia mengalami masa transisi.
Kepemimpinan Soekarno kehilangan supremasinya. MPRS kemudian meminta Presiden
Soekarno untuk mempertanggungjawabkan hasil pemerintahannya, terutama berkaitan
dengan G30S/PKI. Dalam Sidang Umum MPRS tahun 1966, Presiden Soekarno memberikan
pertanggung jawaban pemerintahannya, khususnya mengenai masalah yang menyangkut
peristiwa G30S/PKI.

13
DAFTAR PUSTAKA

Kristina, 2022. https://www.google.com/amp/s/www.detik.com/edu/detikpedia/d-


Diakses pada 13 Agustus 2022, pukul 17.40
Putri Aini Yasmin, 2022. https://www.inews.id/news/nasional/g30s-pki-fakta-sejarah-
Diakses pada 13 Agustus 2022, pukul 17.40
Isti Nurhafiah, 2017. https://www.slideshare.net/istinurhafiyah/gerakan-30-september-1965-
Diakses pada 13 Agustus 2022, pukul 17.52
Doni Setyawan, 2020. https://www.donisetyawan.com/dampak-sosial-politik-g-30-s-pki/
Diakses pada 13 Agustus 2022, pukul 17.52
Anonim, 2022. https://roboguru.ruangguru.com/question/jelaskan-faktor-terjadinya-gerakan-
Diakses pada 13 Agustus 2022, pukul 17.55
Kristina, 2021. https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5747435/g30s-pki-sejarah-tujuan-
Diakses pada 13 Agustus 2022, pukul 18.28

14

Anda mungkin juga menyukai