Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“Pemberontakan G.30 S PKI 1966”

D
I
S
U
S
U
n
Oleh:
NAMA : MUHAMMAD DENY MUHLIS
KELAS : XII IIK
PELAJARAN : SEJARAH INDONESIA

MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 LAMPUNG UTARA


KABUPATEN LAMPUNG UTARA
KECAMATAN SUNGKAI UTARA
TAHUN PELAJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi kami kesempatan serta
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu
yang di tentukan. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan bisa
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan
syafa’atnya di dunia dan akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah
sebagai tugas sejarah Indonesia dengan judul " G,30 S PKI 1966".
Saya selaku penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan. Untuk itu, saya
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, agar makalah ini
nantinya bisa menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, apabila ada
kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................... II
DAFTAR ISI ....................................................................................... III
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG.................................................................... 1
B. Proses Terjadinya Pemberontakan................................................... 1
BAB II Pembahasan........................................................................... 4
A. Sebab Terjadinya Pemberontakan................................................. 4
B. Tokoh-tokoh Negara yang Menjadi Korban................................ 4
C. Tokoh-tokoh PKI Pelaku Pemberontakan.................................... 6
D. Penumpasan G.30 S PKI............................................................. 10
BAB III PENUTUP............................................................................. 12
A. Kesimpulan................................................................................... 12
B. Saran............................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................... 13
iii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Partai Komunis Indonesia (PKI) adalah partai politik di Indonesia yang
berideologi komunis. Dalam sejarahnya, PKI pernah berusaha melakukan
pemberontakan melawan pemerintah kolonial Belanda pada 1926, mendalangi
pemberontakan PKI Madiun pada tahun 1948, serta dituduh membunuh 6 jenderal
TNI AD di Jakarta pada tanggal 30 September 1965 yang di kenal dengan
peristiwa G30S/PKI. Partai Komunis Indonesia (PKI) adalah partai politik di
Indonesia yang berideologi komunis. Dalam sejarahnya, PKI pernah berusaha
melakukan pemberontakan melawan pemerintah kolonial Belanda pada 1926,
mendalangi pemberontakan PKI Madiun pada tahun 1948, serta dituduh
membunuh 6 jenderal TNI AD di Jakarta pada tanggal 30 September 1965 yang di
kenal dengan peristiwa G30S/PKI.

B. Proses Terjadinya Pemberontakan


Pada hari Kamis malam, tanggal 30 September 1965 PKI mulai
melaksanakan gerakan perebutan dengan nama Gerakan 30 September yang
kemudian dikenal dengan singkatan G.30.S/PKI. Gerakan ini telah dipersiapkan
oleh PKI beberapa tahun sebelumnya. Tujuan G.30.S/PKI adalah untuk merebut
kekuasaan dan akan merubah dasar negara Pancasila dan UUD 1945.
Cara-cara yang ditempuh antara lain mengadakan intimidasi terhadap lawan-
lawan politiknya. Lawan-lawan politik praktis hampir tak berdaya, kecuali TNI
Angkatan Darat, yang pimpinannya tetap dipegang oleh perwira-perwira
Pancasilais.
Sebab itu para Jenderal Pancasialis ini dipandang oleh PKI sebagai musuh yang
berat. Klimaks dari gerakan perebutan kekuasaan dari pemerintah yang syah ini,
G.30.S/PKI mengadakan gerakan fisik/militer yang dipimpin oleh Letnan Kolonel
Untung Sutopo, Komandan Batalyon atau Resimen Cakrabirawa, yaitu pasukan
pengawal presiden.
Mereka mulai bergerak dengan mengadakan penculikan dan pembunuhan pada
tanggal 1 Oktober 1965 waktu dini hari. Enam orang perwira tinggi dan segenap
perwira pertama Angkatan Darat diculik ditempat kediamannya masing-masing.
Kemudian dibunuh secara kejam diluar batas perikemanusiaan oleh anggota-
anggota Pemuda Rakyat, Gerwani dan lain-lain ormas PKI yang telah menunggu
di Lubang Buaya, sebuah desa yang terletak di sebelah selatan Pangkalan Udara
Utama (Lanuma) Halim Perdana Kusumah, Jakarta.
Bersama-sama dengan para korban lainnya yang telah dibunuh ditempat
kediaman mereka, jenasah dimasukkan ke dalam sebuah lubang sumur tua di desa
tersebut. Yang menjadi korban pengkhianatan G.30.S/PKI di pusat ialah :
1. Letnan Jenderal Ahmad Yani
2. Mayor Jenderal R. Soeprapto
3. Mayor Jenderal Harjono Mas Tridarmo
4. Mayor Jenderal Suwondo Parman
5. Brigadir Jenderal Donald Izacus Pandjaitan
6. Brigadir Jenderal Soetojo Siswomiharjo
7. Letnan Satu Pierre Andreas Tendean
8. Brigadir Polisi Karel Satsuit Tubun
9. Ade Irma Suryani
Sedangkan Jenderal Abdul Haris Nasution yang pada waktu itu menjabat sebagai
Menteri Komparteman Hankam/Kepala Staf Angkatan Bersenjata, yang
sebenarnya menjadi sasaran utama dari gerakan 30 S PKI berhasil meloloskan diri
dari usaha penculikan dan pembunuhan. Tetapi putri beliau Ade Irma Suryani
Nasution tewas karena tembakan-tembakan para penculik.
Para Jenderal yang diculik dan berusaha dibunuh ini dituduh mengadakan
Coup dengan pemerintah. Mereka menyebut ada "Dewan Jendral" yang akan
mengambil alih kekuasaan Presiden Soekarno. Tetapi ternyata tuduhan ini tidak
benar. Bahkan hanya untuk mengelabuhi pengkhianatan G.30.S/PKI itu sendiri.
G 30 S/PKI inilah yang sebenarnya mengadakan Coup terhadap Pemerintah
yang syah. Ini terbukti setelah dapat menguasai 2 buah sarana komunikasi yang
sangat vital yaitu Studio RRI Pusat Jakarta yang berada di Jl. Merdeka Barat dan
Kantor Telekomunikasi yang berada di Jl. Merdeka Selatan, Jakarta Pusat
mengeluarkan pengumuman dan dekrit sebagai berikut :
1. Pada pagi hari tanggal 1 Oktober 1965 pukul 07.20 WIB kemudian
diulang pada jam 08.15 WIB mengeluarkan pengumuman bahwa Gerakan
mereka ditujukan kepada Jendral-jendral anggota Dewan Jendral yang
akan mengadakan coup terhadap Pemerintah.
2. Pada siang hari jam 13.00 WIB disiarkan sebuah dekrit tentang
pembentukan selanjutnya "Dewan Revolusi adalah sumber segala
kekuasaan dalam negara Republik Indonesia dan kegiatan sehari-hari
diwakili oleh Presidium Dewan yang terdiri dari Komandan Gerakan 30
September yang juga merupakan Ketua dan wakil-wakil Ketua Dewan
Revolusi".
3. Kemudian pada pukul 14.00 pengumuman berikutnya yaitu
dikeluarkannya 2 buah keputusan dewan Revolusi, yaitu :
Pertama : Dewan Revolusi terdiri dari 45 orang. Ketuanya adalah Letnan
Kolonel Soepardjo. Letnan Kolonel Udara Heru, Kolonel Laut Sumardi
dan Ajun Komisaris Besar Polisi Anwas.
Kedua : Pengumuman tentang penghapusan pangkat jendral dan mengenai
pangkat yang tertinggi dalam Angkatan Bersenjata yaitu Letnan Kolonel.
Mereka yang berpangkat Letnan Kolonel harus menyatakan kesetiaannya
kepada Dewan Revolusi. Selanjutnya baru berhak memakai tanda pangkat
Letnan Kolonel. Sedangkan Bintara dan Tamtama ABRI yang ikut
melaksanakan Gerakan 30 September pangkatnya dinaikkan satu tingkat
dan yang ikut gerakan pembersihan Dewan Jendral pangkatnya dinaikkan
2 tingkat.
Pengkhianatan G.30.S yang didalangi oleh PKI ini ternyata sudah matang
dipersiapkan dan tidak hanya di Jakarta saja. Di berbagai daerah PKI dan anggota-
anggota ABRI yang telah dibina melakukan perebutan kekuasaan.

Di Yogyakarta, tanggal 1 Oktober 1965 melalui RRI Yogya diumumkan telah


terbentuk dewan Revolusi daerah Yogyakarta. Ketuanya Mayor Mulyono, kepala
seksi Teritorial Korem 072/Yogyakarta. Komandan Korem 072, Kolonel Katamso
dan Kepala Staf Korem 072 Letnan kolonel Sugiyono, masing-masing diculik dari
rumah dan markas Korem 072 pada sore hari tanggal 1 Oktober 1965.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sebab Terjadinya Pemberontakan


a. PKI merupakan partai terbesar di Indonesia
Dengan melakukan pendekatan kepada kaum berjunis, PKI berhasil menarik
anggota cukup besar, tercatat pada tahun 1965, anggota PKI sudah mencapai 3,5
juta. Hal ini membuat PKI menjadi partai yang besar dan kuat.
PKI melakukan beberapa cara untuk mengembangkan diri, antara lain :
 Melakukan gerakan gerilia dipedesaan dan melakuan prapaganda-
propaganda menyesatkan.
 Melakukan gerakan revosioner oleh kaum buruh di perkotaan.
 Membentukan pekerja intensif dikalangan ABRI.
 Menyusup ke berbagai organisasi lain untuk mentransparansikan
organisasi PKI.
 Mendekati Presiden Soekarno.
b. Politik luar negeri Indonesia yang lebih condong pada blok timur
Pada masa demokrasi terpimpin, indonesia menganut politik NEFO, sehingga
PKI dapat memperoleh dukungan dari Cina dan Unisoviet.
c. Konsep Naskom (Nasionalis, Agama, Komunis)
Dengan konsep ini, PKI dapat memperkuat kedudukannya di Indonesia,
sehingga PKI memiliki kekuatan yang sangat besar untuk mengadakan aksi
kudeta.

B. Tokoh-tokoh Negara Yang Menjadi Korban


Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia atau G30S/PKI 1965
merupakan sejarah kelam bangsa Indonesia yang tak mudah dilupakan dari benak
kita semua. Saat itu terjadi pemberontakan PKI dengan menculik beberapa
petinggi TNI Angkatan Darat di zamannya. Mereka lalu dibantai secara keji di
sebuah tempat yang kini dikenal dengan nama Monumen Lubang Buaya.
Gugurnya mereka menjadi tombak peprlawanan bangsa ini pada kekejaman PKI.
Mereka mendapat gelar Pahlawan Revolusi.
1. Jenderal TNI Anumerta Ahmad Yani. Lahir pada 19 Juni 1922 di Purworejo
merupakan komandan TNI AD. Pembunuhan atas dia dilakukan sebab sang
jenderal menentang keras keberadaan faham komunis. Ahmad Yani diculik
dari kediamannya dan dibantai di Lubang Buaya.
2. Mayor Jenderal TNI Anumerta Donald Isaac Pandjaitan. Lahir di Balige,
Sumatera Utara. Dia salah satu otak di balik lahirnya TNI. Bersama dengan
pemuda lain dia membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR) cikal bakal
TNI. Kematiannya mengenaskan. Sekelompok anggota PKI menyergap ke
rumahnya dan membunuh para pelayan serta ajudan. Merasa tahu ajalnya
tiba, DI Pandjaitan menemui penyergap itu dengan seragam militer lengkap.
Segera dia diberondong peluru dan mayatnya dibawa ke Lubang Buaya.
3. Brigadir Jenderal TNI Anumerta Katamso Darmokusumo. Dia lahir di
Sragen, 5 Februari 1923. Berbeda dengan dua pahlawan revolusi sebelumnya
yang mayatnya dibawa ke Lubang Buaya, Brigjen Katamso saat itu bertugas
di Yogyakarta. Dia diculik lalu tubuhnya dipukuli dengan mortar motor, baru
dimasukkan ke dalam lubang yang telah disiapkan. Peristiwa ini terjadi di
daerah Kentungan. Jenazahnya baru ditemukan beberapa hari kemudian
tepatnya 21 Oktober 1965.
4. Letnan Jenderal TNI Anumerta Mas Tirtodarmo Haryono (MT Haryono)
lahir di Surabaya pada 20 Januari 1924. Letjen yang paham 3 bahasa asing ini
juga diculik dari rumahnya dan dibantai di Lubang Buaya.
5. Letnan Jenderal TNU Anumerta Suprapto lahir di Purwokerto pada 20 Juni
1920. Dia juga diculik dari rumahnya dan dibantai di Lubang Buaya.
Sebelum akhirnya tewas di tangan PKI, dia pernah meredam beberapa
pemberontakan PKI di berbagai wilayah seperti Semarang dan Medan.
6. Letnan Jenderal TNI Anumerta Siswondo Parman (S. Parman) lahir di
Wonosobo, 4 Agustus 1918. Dia merupakan perwira intelijen yang
sebenarnya dekat dengan PKI serta mengetahui kegiatan rahasia mereka. Saat
ditawari bergabung dengan faham komunis itu, S. Parman menolak. Karena
itulah dia masuk daftar target pembunuhan PKI lantaran mengetahui banyak
hal. S. Parman dibantai di Lubang Buaya. Otak pembantaiannya yakni
kakaknya sendiri Ir. Sakirman yang merupakan petinggi PKI saat itu.
7. Mayor Jenderal TNI Anumerta Sutoyo Siswomiharjo lahir di Kebumen, 23
Agustus 1922. Dia juga diculik di rumahnya dan dibantai di Lubang Buaya.
Para penculik mengatakan Mayjen Sutoyo dipanggil oleh Presiden Republik
Indonesia pertama Ir. Soekarno, tapi ternyata itu bohong.
8. Kolonel Infanteri Anumerta R Sugiyono Mangunwiyoto lahir di Gunung
Kidul, Yogyakarta, 12 Agustus 1926. Dia bersama Brigjen Katamso menjadi
korban penculikan PKI di Yogyakarta. Keduanya dikuburkan dalam lubang
yang sama dan mayatnya baru ditemukan setelah 20 hari kemudian.
9. Ajun Inspektur Polisi Dua Anumerta Karel Satsuit Tubun (KS Tubun)
merupakan satu-satunya perwira selain TNI yang menjadi korban keganasan
PKI. Dia lahir di Maluku Tenggara pada 14 Oktober 1928. Saat peristiwa
berlangsung dia merupakan ajudan dari Johanes Leimena. Salah satu menteri
di kabinet Soekarno. Nah, pak Leimena ternyata tetangga samping rumah
Jenderal Abdul Haris Nasution (A.H Nasution) yang jadi incaran PKI. Saat
itu gerombolan PKI mengepung rumah pak Nasution dan didengar oleh KS
Tubun. Dia langsung melepas tembakan namun sayang jumlah anggota PKI
terlalu banyak, jadilah KS Tubun tewas di tangan mereka namun tidak sampai
dibawa ke Lubang Buaya.
10. .Kapten Anumerta Pierre Tendean merupakan satu-satunya pahlawan revolusi
yang tidak punya pangkat jenderal namun keberaniannya sungguh luar biasa.
Dia ajudan Jenderal A.H Nasution. Berkat keberaniannya dia berhasil
meloloskan atasannya dan mengaku menjadi Nasution. Tendean dibunuh dan
dibantai di Lubang Buaya.

C. Tokoh-tokoh PKI Pelaku Pemberontakan


Partai Komunis Indonesia (PKI) adalah sebuah partai politik di Indonesia
yang telah bubar. PKI adalah partai komunis non-penguasa terbesar di dunia
setelah Rusia dan Tiongkok sebelum akhirnya PKI dihancurkan pada tahun 1965
dan dinyatakan sebagai partai terlarang pada tahun berikutnya.
Menyambut diperbolehkannya kembali penayangan Film G30S/PKI oleh
pemerintah yang sempat mengundang kontroversi, ada baiknya kita mengenal 5
tokoh PKI berikut ini.
1. Musso
Musso alias Munawar Muso adalah tokoh komunis Indonesia yang
memimpin Partai Komunis Indonesia (PKI) pada era 1920-an. Ia
memproklamirkan Pemerintahan Republik Soviet Indonesia pada 18 September
1948 di Madiun. Tujuannya untuk meruntuhkan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan menggantinya dengan Negara Komunis.
Namun dalam waktu tidak lebih dari dua minggu, kekuatan bersenjata
tentara Muso dihancurkan pasukan TNI yang menyerang dari Jawa Timur
(pimpinan Kol. Sungkono) dan Jawa Tengah (pimpinan Kol. Gatot Subroto).
Muso dan pimpinan PKI Madiun melarikan diri.
Tanggal 31 Oktober 1948, pasukan TNI di bawah pimpinan Kapten
Sumadi memergoki Muso di Purworejo. Muso menolak menyerah dan melarikan
diri. Dia bersembunyi di sebuah kamar mandi. Di sana dia terlibat baku tembak
hingga tewas.
Muso dilahirkan di Kediri, Jawa Timur 1897, adalah anak Rono Wijoyo, seorang
pelarian pasukan Diponegoro. Saat di Surabaya Musso pernah kos di rumah milik
HOS Tjokroaminoto, guru sekaligus bapak kosnya. Selain Musso di rumah kos itu
juga ada Soekarno , Alimin, Semaun, dan Kartosuwiryo.
Musso, Alimin, dan Semaun kemudian dikenal sebagai tokoh kiri
Indonesia. Sedangkan Kartosuwiryo menjelma menjadi tokoh Darul Islam,
ekstrem kanan. Mereka dicatat dalam sejarah perjalanan revolusi di Indonesia.
Muso sempat menjadi pengurus Sarekat Islam pimpinan HOS.
Tjokroaminoto. Selain di Sarekat Islam, Musso juga aktif di ISDV (Persatuan
Sosial Demokrat Hindia Belanda).

2. Amir Syarifuddin
Saat Indonesia baru merdeka, Amir Syarifuddin menempati sejumlah
posisi penting di pemerintahan. Dia pernah menjadi Menteri Penerangan, Menteri
Pertahanan, dan bahkan Perdana Menteri RI.Saat berlangsung Perjanjian Renville
dengan Belanda, Amir bertindak sebagai negosiator utama RI. Hasil perjanjian
Renville ternyata tak menguntungkan RI, karena Belanda hanya mengakui
Yogyakarta, Jawa Tengah dan Sumatera. Maka Amir pun dikecam oleh banyak
kalangan, mengakibatkan Kabinet Amir Syarifudin jatuh.
Untuk merebut kembali kedudukannya, pada tanggal 28 Juni 1948 Amir
Syarifuddin membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) yang mengorganisir
kaum tani dan buruh dalam rangka memperkuat basis massa. FDR berhasil
menghasut buruh, hingga terjadi pemogokan di pabrik karung Delanggu (Jawa
Tengah) pada tanggal 5 Juli 1959.
Ketika Musso tiba dari Moskow (11 Agustus 1948), Amir dan FDR
segera bergabung dengan Musso. Untuk memperkuat organisasi, maka disusunlah
doktrin bagi PKI. Doktrin itu bernama Jalan Baru. Selanjutnya PKI banyak
melakukan kekacauan, terutama di Surakarta. Oleh PKI daerah Surakarta
dijadikan daerah kacau (wildwest), sementara Madiun dijadikan basis gerilya.
Dia menyertai Muso memproklamirkan Pemerintahan Republik Soviet
Indonesia di Madiun tanggal 19 September 1948. Saat pasukan TNI menyerbu,
Amir Syarifuddin, Muso dan pimpinan PKI Madiun lainnya melarikan diri.
Sebulan kemudian Amir ditangkap TNI di hutan kawasan Purwodadi.
Amir dieksekusi mati bersama para pemberontak Madiun yang tertangkap.
Sebelum meninggal Amir menyanyikan lagu internationale, yang merupakan lagu
komunis. Tapi peluru seorang polisi militer mengakhiri hidupnya sebelum ia
menyelesaikan nyanyiannya.

3. DN. Aidit
Dipa Nusantara (DN) Aidit adalah Ketua Umum Comite Central (CC)
Partai Komunis Indonesia. Ia mengambil alih partai itu dari komunis tua -- Alimin
dan Tan Ling Djie -- pada 1954. Aidit hanya butuh waktu setahun untuk
membesarkan kembali PKI.
Di bawah kepemimpinannya, PKI menjadi partai komunis ketiga terbesar
di dunia, setelah Uni Soviet dan Tiongkok. Ia mengembangkan sejumlah program
untuk berbagai kelompok masyarakat, seperti Pemuda Rakyat, Gerwani, Barisan
Tani Indonesia (BTI), Lekra, dan lain-lain.
Dalam Pemilu 1955 partai itu sudah masuk empat pengumpul suara
terbesar di Indonesia. PKI mengklaim beranggota 3,5 juta orang. Inilah partai
komunis terbesar di dunia setelah Uni Soviet dan Republik Rakyat Cina.
Dalam kongres partai setahun sebelum pemilu, Aidit berpidato tentang
"jalan baru yang harus ditempuh untuk memenangkan revolusi." DN Aidit bercita-
cita menjadikan Indonesia negara komunis. Ketika partai-partai lain tertatih-tatih
dalam regenerasi kader, PKI memunculkan anak-anak belia di tampuk pimpinan
partai: D.N. Aidit, 31 tahun, M.H. Lukman (34), Sudisman (34), dan Njoto (27).
Tapi semuanya berakhir pada Oktober 1965, ketika Gerakan 30 September
gagal. DN Aidit langsung melarikan diri dari Jakarta ke daerah basis PKI di
Yogyakarta. Aidit lalu berkeliling ke Semarang dan Solo. Dia masih sempat
menemui beberapa pengurus PKI di daerah untuk melakukan koordinasi.Melalui
peran intelijen, akhirnya DN Aidit ditangkap aparat militer pada tanggal 22
November 1965 jam 23:00 WIB. Aidit ditangkap dari tempat persembunyiannya
di rumah Kasim alias Harjomartono di Kp. Sambeng, Solo. Aidit bersembunyi
dalam sebuah ruangan yang ditutup lemari. Kepada Komandan Brigif IV, Kolonel
Jasir Hadibroto, Aidit minta dipertemukan dengan Soekarno. Aidit mengaku
sudah membuat pengakuan tertulis soal G30S. Dokumen itu rencananya akan
diberikan pada Soekarno.
Tapi keinginan Aidit tak pernah terpenuhi. Keesokan harinya, Jasir dan
pasukannya membawa Aidit ke sebuah sumur tua di belakang markas TNI di
Boyolali. Aidit berpidato berapi-api sebelum ditembak. Berondongan AK-47
mengakhiri hidup Ketua Comite Central PKI itu. Kuburan pasti Aidit tak
diketahui hingga kini.
Riwayat DN Aidit adalah pemuda asal Belitung yang masuk ke Jakarta
pada 1940. Ia belajar teori politik Marxis melalui Perhimpunan Demokratik
Sosial Hindia Belanda (yang belakangan berganti nama menjadi Partai Komunis
Indonesia). ia mulai berkenalan dengan orang-orang politik Indonesia, seperti
Adam Malik, Chairul Saleh, Bung Karno, Bung Hatta, dan Muhammad Yamin.
Dan ia kemudian menjadi anak didik kesayangan Hatta. Namun belakangan
mereka berseberangan jalan dari segi ideologi politiknya.
Saat usianya baru 25 tahun, ia telah terlibat pemberontakan PKI di Madiun, 1948.
Setelah itu, ia raib tak tentu rimba. Sebagian orang mengatakan ia kabur ke
Vietnam Utara, sedangkan yang lain mengatakan ia bolak-balik Jakarta-Medan.
Dua tahun kemudian, dia "muncul" kembali. Tahun 1954 Aidit berhasil
mengambil alih pimpinan PKI.

4. MH. Lukman
Muhammad Hatta (HM) Lukman, adalah orang kedua di Partai Komunis
Indonesia setelah Aidit. Bersama Njoto dan Aidit, ketiganya dikenal sebagai
triumvirat, atau tiga pemimpin PKI. Lukman mengikuti ayahnya yang dibuang ke
Digoel, Papua. Sejak kecil dia terbiasa hidup di tengah pergerakan. Nama
Muhammad Hatta diberikan karena Lukman sempat menjadi kesayangan
Mohammad Hatta, proklamator RI.
Setelah pemberontakan Madiun 1948, triumvirat ini langsung melejit, mengambil
alih kepemimpinan PKI dari para komunis tua. Di pemerintahan, Lukman sempat
menjabat wakil ketua DPR-GR.Tak banyak data mengenai kematian Lukman.
Saat itu beberapa hari setelah Gerakan 30 September gagal, Lukman diculik dan
ditembak mati tentara. Mayat maupun kuburannya tak diketahui.
Tokoh Politbiro Comite Central PKI Sudisman di pengadilan menyebut
tragedi pembunuhan Aidit, Lukman dan Njoto, sebagai 'jalan mati'. Karena
ketiganya tak diadili dan langsung ditembak mati.

5. Nyoto Njoto
Atau Lukman Njoto adalah Wakil Ketua II Comite Central (CC) PKI.
Orang ketiga saat PKI menggapai masa jayanya periode 1955 hingga 1965. Njoto
juga kesayangan Soekarno. Njoto menjadi menteri kabinet Dwikora, mewakili
PKI. Dia salah satu orang yang dipercaya Soekarno untuk menulis pidato
kenegaraan yang akan dibacakan Soekarno.
Kematian Njoto pun simpang siur. Kabarnya tanggal 16 Desember 1965, Njoto
pulang mengikuti sidang kabinet di Istana Negara. Di sekitar Menteng, mobilnya
dicegat. Njoto dipukul kemudian dibawa pergi tentara. Diduga dia langsung
ditembak mati.
Sama dengan kedua sahabatnya, Aidit dan Lukman, kubur Njoto pun tak
diketahui.

D. Penumpasan G.30 S PKI 1966


Penumpasan G30S/PKI 1965 Dalam bulan-bulan setelah peristiwa ini,
semua anggota dan pendukung PKI, atau mereka yang dianggap sebagai anggota
dan simpatisan PKI, semua partai kelas buruh yang diketahui dan ratusan ribu
pekerja dan petani Indonesia yang lain dibunuh atau dimasukkan ke kamp-kamp
tahanan untuk disiksa dan diinterogasi. Pembunuhan-pembunuhan ini terjadi di
Jawa Tengah (bulan Oktober), Jawa Timur (bulan November) dan Bali (bulan
Desember). Berapa jumlah orang yang dibantai tidak diketahui dengan persis -
perkiraan yang konservatif menyebutkan 500.000 orang, sementara perkiraan lain
menyebut dua sampai tiga juga orang. Namun diduga setidak-tidaknya satu juta
orang menjadi korban dalam bencana enam bulan yang mengikuti kudeta itu.
Dihasut dan dibantu oleh tentara, kelompok-kelompok pemuda dari organisasi-
organisasi muslim sayap-kanan seperti barisan Ansor NU dan Tameng Marhaenis
PNI melakukan pembunuhan-pembunuhan massal, terutama di Jawa Tengah dan
Jawa Timur. Ada laporan-laporan bahwa Sungai Brantas di dekat Surabaya
menjadi penuh mayat-mayat sampai di tempat-tempat tertentu sungai itu
"terbendung mayat". Pada akhir 1965, antara 500.000 dan satu juta anggota-
anggota dan pendukung-pendukung PKI telah menjadi korban pembunuhan dan
ratusan ribu lainnya dipenjarakan di kamp-kamp konsentrasi, tanpa adanya
perlawanan sama sekali. Sewaktu regu-regu militer yang didukung dana CIA
menangkapi semua anggota dan pendukung PKI yang terketahui dan melakukan
pembantaian keji.

BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Peristiwa G 30S/PKI yang lebih dikenal dengan peristiwa pemberontakan
yang dilakukan PKI, bertujuan untuk menyebarkan paham komunis di Indonesia.
Pemberontakan ini menimbulkan banyak korban, dan banyak korban berasal dari
para Jendral AD. Gerakan PKI ini menjadi isu politik untuk menolak laporan
pertanggungjawaban Presiden Soekarno kepada MPRS. Dengan ditolaknya
laporan Presiden Soekarno ini, maka Indonesia kembali ke pemerintahan yang
berazaskan kepada pancasila dan UUD 1945. Peristiwa G30S/PKI 1965 yang
terjadi di Indonesia telah memberi dampak negatif dalam kehidupan sosial dan
politik masyarakat Indonesia yaitu Dampak politik dan Dampak Ekonomi. Setelah
supersemar diumumkan, perjalanan politik di Indonesia mengalami masa transisi.
Kepemimpinan Soekarno kehilangan supermasinya. MPRS kemudian meminta
Presiden Soekarno untuk mempertanggung jawabkan hasil pemerintahannya,
terutama berkaitan dengan G30S/PKI. Dalam Sidang Umum MPRS tahun 1966,
Presiden Soekarno memberikan pertanggung jawaban pemerintahannya,
khususnya mengenai masalah yang menyangkut peristiwa G30S/PKI.
b. Saran
Saran saya tetap lestarikan budaya dan sejarah bangsa indonesia, sebab itu akan
bermanfaat bagi kita dan orang-orang atau generasi berikutnya untuk mengetahui
sejarah bangsanya.
Penulis juga mengharapkan agar pembaca bisa memberikan saran apapun untuk
karya tulis ini, sebab karya tulis ini tak luput dari kesalahan dan kehilafan, saran
dan kritik pembaca pasti dapat membantu sedikit banyaknya. Terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA
Drs. C.T.R.Kansil,SH. 1992. Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa. Jakarta
:Erlangga
a. http://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_30_September

b. http://www.indonesiaindonesia.com/f/2390-indonesia-era-orde-baru/

c. http://soeharto.co/mengungkap-fakta-g-30-spki

d. http://www.kumpulansejarah.com/2012/11/sejarah-peristiwa-g30s-pki.html

e. http://integralkuadrat.blogspot.com/2011/04/sejarah-dan-kronologis-
peristiwa-g-30.html

Anda mungkin juga menyukai