Anda di halaman 1dari 11

Tugas Makalah Sejarah Peminatan

“RESPON DUNIA INTERNASIONAL


TERHADAP KEMERDEKAAN INDONESIA”

NAMA KELOMPOK

1. LENI
2. NADIA DWI RIZKY
3. SEPTINA MAHARANI
4. RESI SELPIA AMANDA

KELAS : XII IIS 2

SMA NEGERI 1 SUNGKAI UTARA


KECAMATAN SUNGKAI UTARA
KABUPATEN LAMPUNG UTARA
TAHUN AJARAN 2020/2021

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Karna berkat Rahmat dan Hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik dan untuk memenuhi nilai Mata Pelajaran
Sejarah Peminatan. Dikesempatan ini kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada
Bapak/Ibu Guru yang telah membimbing kami serta semua pihak yang membantu dan juga
teman-teman semua sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Respon Dunia Internasional terhadap kemerdekaan Indonesia”

Kami menyadari masih banyak kekurangan di dalam makalah ini. Untuk itu kami
sangat mengharapkan saran dan kritiknya agar di kemudian hari makalah yang kami buat
lebih baik lagi. Sekian dan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

ii
DAFTAR ISI
COVER............................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG PENULISAN........................................................................ 1
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................................... 1
C. TUJUAN PENULISAN............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................. 2
A. Pengakuan Mesir terhadap kemerdekaan Indonesia.................................................. 2
B. Pengakuan India terhadap kemerdekaan Indonesia................................................... 3
C. Pengakuan Australia terhadap kemerdekaan Indonesia............................................. 3
D. Pengakuan PBB terhadap Proklamasi kemerdekaan Indonesia................................. 4
E. Menuju Konferensi Meja Bundar............................................................................... 5
F. Berunding dengan Belanda dan sikap Belanda terhadap Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia ............................................................................................ 5
BAB III PENUTUP......................................................................................................... 7
A. KESIMPULAN......................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 8

iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penulisan
Pencapaian kemerdekaan memerlukan perjuangan yang sangat gigih dari para pahlawan
yang ditandai dengan Proklamasi. Proklamasi merupakan suatu simbol yang sangat penting
artinya bagi bangsa Indonesia karena dari situlah bangsa Indonesia baru akan dapat menata
diri untuk diakui keberadaannya oleh dunia internasional.1 Akan tetapi kemerdekaan yang
diraih Indonesia pada tahun 1945 tidak serta merta mendapatkan pengakuan dari negara-
negara di seluruh dunia. Beberapa ancaman setelah kemerdekaan Indonesia diumumkan
masih dirasakan oleh bangsa Indonesia sehingga masih harus berjuang untuk
mempertahankannya. Di berbagai daerah muncul perlawanan-perlawanan melawan penjajah
yang kembali lagi ke Indonesia setelah kekalahan Jepang dari Sekutu pada Perang Dunia
Ke-2.

B. Rumusan Masalah
1. Pengakuan Mesir terhadap kemerdekaan Indonesia
2. Pengakuan India terhadap kemerdekaan Indonesia
3. Pengakuan Australia terhadap kemerdekaan Indonesia
4. Pengakuan PBB terhadap Proklamasi kemerdekaan Indonesia
5. Menuju Konferensi Meja Bundar
6. Berunding dengan Belanda dan sikap Belanda terhadap Proklamasi kemerdekaan
Indonesia 

C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan Pengakuan Mesir terhadap kemerdekaan Indonesia
2. Menjelaskan Pengakuan India terhadap kemerdekaan Indonesia
3. Menjelaskan Pengakuan Australia terhadap kemerdekaan Indonesia
4. Menjelaskan Pengakuan PBB terhadap Proklamasi kemerdekaan Indonesia
5. Menjelaskan Proses Menuju Konferensi Meja Bundar
6. Menjelaskan Berunding dengan Belanda dan sikap Belanda terhadap Proklamasi
kemerdekaan Indonesia 

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengakuan Mesir terhadap kemerdekaan Indonesia
Pada Tahun 1945 di Bulan Agustus Tanggal 17 terdapat Sebuah Negara yang terletak di
antara Benua Asia dan Benua Australia serta Samudera Hindia dan Samudera Pasifik yang
mayoritas penduduknya memeluk agama islam telah memproklamasikan kemerdekaan
bangsanya. Sebuah Negara baru muncul setelah dijajah oleh 2 negara yaitu Jepang dan
Belanda. Dengan munculnya Negara baru bernama Indonesia, Di Mesir sebuah Organisasi
Islam, Al- Ikhwan Al-Muslimun yang dipimpin Syaikh Hasan Al- Banna telah
memperlihatkan respon positif terhadap kemerdekaan Indonesia. Ia menggalang opini umum
lewat pemberitaan media yang memberikan kesempatan luas kepada para Mahasiswa
Indonesia yang berada di Mesir untuk menulis tentang kemerdekaan Indonesia untuk
disebarluaskan baik melalui Koran lokal ataupun acara tabligh akbar. Hal lain juga dilakukan
oleh para pemuda Mesir dengan berdemo di Kedutaan Belanda di Kairo. Mereka tidak hanya
menggunakan slogan atau spanduk tetapi juga melakukan pelemparan batu, aksi pembakaran,
dan teriakan permusuhan terhadap Belanda.Hal ini membuat Kedutaan Belanda di Kairo
ketakutan.Mereka langsung mencopoti lambang Negara Belanda dan menurunkan Bendera
Belanda yang berkibar di puncak gedung.Hal itu dilakukan agar tidak mudah dikenali oleh
para demonstran.Reaksi kuat yang ditunjukkan Mesir atas kemerdekaan Indonesia itulah
yang membuat Mesir pada 22 Maret 1946 mengakui kedaulatan pemerintah
Indonesia.Dengan demikian Mesir menjadi satu-satunya Negara pertama yang mengakui
kemerdekaan Indonesia. Pengakuan Mesir terhadap Indonesia tidak serta merta didapatkan
dengan cara yang mudah, tetapi melewati proses yang cukup panjang dan heroik. Begitu
mendapatkan informasi bahwa Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaan ke seluruh
dunia, Mesir langsung mengirimkan Konsul Jenderalnya bernama Abdul Mun’im ke
Yogyakarta yang dulunya menjadi ibu kota Indonesia. Setelah Mesir mengirimkan Konsul
Jenderal mereka ke Indonesia, Pengakuan Mesir terhadap Indonesia diperkuat dengan
ditandatanganinya Perjanjian Persahabatan antara Indonesia dengan Mesir di
Kairo.Menjelang ditandatanganinya Perjanjian tersebut Duta Besar Belanda melakukan
protes sebelum ditandatanganinya perjanjian tersebut. Menanggapi protes tersebut PM Mesir
menjawabnya “Menyesal kami harus menolak protes Tuan, sebab Mesir selaku Negara
berdaulat dan sebagai Negara yang berdasarkan Islam tidak bisa tidak mendukung perjuangan
bangsa Indonesia yang beragama islam. Ini adalah tradisi bangsa Mesir dan tidak dapat
diabaikan.Selain dukungan yang diberikan Mesir terhadap Kemerdekaan Indonesia Liga Arab
pun juga mendukung. Disebabkan Karena persaudaran sesama islam, Liga Arab mendukung
dan mengakui kedaultan Indonesia. Pemerintah Indonesia dalam hal ini Ir. Soekarno
langsung mengirimkan delegasi Indonesia ke Mesir pada tanggal 7 April 1946 sebagai rasa
terimakasih Pemerintah Indonesia terhadap Pemerintah Mesir.Pengiriman Delegasi Indonesia
pada tanggal tersebut menjadikan delegasi pertama yang dilakukan pemerintah RI ke luar
negeri setelah merdeka.

B. Pengakuan India terhadap kemerdekaan Indonesia


Bangsa India dan bangsa Indonesia sama-sama pernah dijajah oleh bangsa asing.India
dijajah oleh Inggris dan Indonesia dijajah oleh Belanda Inggris dan Jepang. Sebagai bangsa
yang sama-sama menentang penjajahan, terjalin rasa yang sama, senasib, dan sependeritaan.
Oleh karena itu ketika pemerintah dan rakyat India mengalami bahaya kelaparan pemerintah
Indonesia menawarkan bantuan berupa padi 500.000 ton. Peristiwa tersebut terkenal
dengan india rice. India rice selain untuk memberikan bantuan kepada India yang sedang
dilanda kelaparan, juga merupakan cara dari pemerintah untuk mendapatkan dukungan dari
negara lain.
Perjanjian bantuan Indonesia kepada India ditandatangani oleh Perdana Menteri Sjahrir dan
K.L. Punjabi, wakil pemerintah India (18 Mei 1946) Kesepakatan ini sebenarnya ialah barter
antara Indonesia dengan India. Hal ini terbukti dari dikirimkannya obat-obatan ke Indonesia
oleh India untuk membalas bantuan Indonesia.Hal ini juga dimaksudkan untuk menembus
blokade yang dilakukan Belanda terhadap Indonesia.
Penyerahan padi ini dilakukan pada tanggal 20 Agustus 1946 d Probolinggo Jawa Timur,
yang kemudian diangkut ke India dengan kapal laut yang disediakan oleh pemerintah India
sendiri. Diplomasi beras in sebenarnya ditentang oleh Belanda, karena gaung yang
ditimbulkan menyebabkan Indonesia semakin mendapat simpati dari negara lain.
  Ketika Jenderal Spoor melakukan Agresi Belanda ke-II tanggal 19 Desember 1948,
India merupakan salah satu negara yang mengkutuk tindakan Belanda tersebut. Reaksi keras
itu diwujudkan dalam penyelenggaraan Konferensi Asia di New Delhi atas prakarsa Perdana
Menteri India, Pandit Jawaharlal Nehru dan Perdana Menteri Birma U Aung San. Konferensi
ini dihadiri oleh negara-negara asia, seperti: Pakistan, Afganistan, Sri Lanka,Nepal, Libanon,
Siria, dan Irak. Delegasi Afrika berasal dari Mesir dan Ethiopia.Konferensi ini juga dihadiri
utusan dari Australia, sedang Indonesia dalam ini diwakili oleh Dr. Sudarsono.
Konferensi Asia di New Delhi ini dilaksanakan selama empat hari, mulai dari tanggal 20
sampai dengan tanggal 25 Januari 1949. Resolusi yang dihasilkan mengenai masalah
Indonesia adalah sebagai berikut:
pengembalian pemerintah Republik Indonesia ke Yogyakartapembentukan Pemerintah ad
interim yang mempunyai kemerdekaan dalam politik luar negeri, sebelum tanggal 15 Maret
1949penarikan tentara Belanda dari seluruh Indonesiapenyerahan kedaulatan kepada
pemerintah Indonesia Serikat paling lambat 1 Januari 1950

C. Pengakuan Australia terhadap kemerdekaan Indonesia


Sebelum 17 Agustus 1945, warga Australia mengenal wilayah kepulauan di sebelah utara
benua itu dengan nama Hindia Belanda atau Netherland East Indies. Setelah proklamasi
dibacakan, maka barulah Australia mengenal tetangganya dengan nama Indonesia. Segera
setelah negara baru ini diproklamirkan, Australia langsung menyusun langkah-langkah untuk
mengakui kedaulatan negara tetangga terdekatnya.Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia yang dibacakan Soekarno-Hatta langsung menarik perhatian dunia.Peristiwa
tersebut menjadi bentuk perlawanan pertama kali dari sebuah negara jajahan yang ingin
merdeka.Australia, yang saat itu bersekutu dengan Belanda, terpaksa membuat kebijakan
baru soal hubungannya dengan Indonesia.Terlebih sebelumnya Australia hanya
mengutamakan hubungan politik dan ekonomi dengan Inggris.Sejarah mencatat Belanda
telah berulang kali mencoba melakukan agresi militer untuk merebut kembali kekuasaannya
di Indonesia.Beberapa tokoh nasionalis Indonesia, termasuk yang sedang berada di Australia,
mencoba melobi pemerintah Australia. Sementara di pihak Australia, untuk menunjukkan
solidaritasnya, sekitar 4.000 pekerja kelautan bekerjasama dengan pelaut Indonesia
melancarkan aksi pemogokan dengan menolak bongkar muat kapal-kapal yang membawa
persenjataan milik Belanda. Pada 1945, Sutan Sjahrir pernah memberikan pidato untuk warga
Australia.Sjahrir menyatakan Australia sebagai 'teman', dengan merujuk pada pengalaman
kedua negara dalam perang Pasifik melawan Jepang.Sjahrir juga mengakui kesuksesan
Australia yang berhasil memukul mundur pasukan Jepang dari sejumlah kawasan di Pasifik.
Dalam pidatonya, Sjahrir juga berjanji Indonesia yang merdeka akan selalu membantu
membela kedaulatan Australia. Inilah, yang menurut saksi sejarah Joe Isaac sebagai tonggak
awal hubungan antara Indonesia dan Australia.Professor Joe Isaac pernah menjadi asisten
pribadi William Macmahon Ball, seorang dosen senior ilmu politik di Universitas of
Melbourne.Pasca-proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, Macmahon Ball dipercaya
memimpin delegasi Australia ke Indonesia.Joe yang saat itu menjadi asisten dosen di jurusan
ekonomi Universitas of Melbourne terpilih mendampingi Macmahon Bell karena bisa
berbahasa Belanda dan Indonesia.Joe juga pernah menulis hubungan perdagangan Australia
dan Hindia Belanda untuk tesisnya."Delegasi Australia bertemu Soekarno dan kabinetnya,
khususnya (Sutan) Sjahrir, perdana menteri saat itu, menjadi awal penting dalam hubungan
diplomatik kedua negara," kata Profesor Joe. Salah satu permintaan yang diajukan PM Sjahrir
adalah meminta masukan soal apa yang bisa dilakukan Australia untuk bisa menyelesaikan
masalah dengan pemerintah Belanda. "Australia memiliki peranan penting untuk
memfasilitasi konsiliasi, bahkan ada permintaan untuk membantu dan mengatur perdamaian
disana," jelas Profesor Joe.

D. Pengakuan PBB terhadap Proklamasi kemerdekaan Indonesia


Kemerdekaan Indonesia diakui oleh Belanda, melalui Konferensi Meja Bundar di Den
Haag, padatanggal 3 Agustus - 2 November 1949.Setelah pengakuan ini negara-negara
Baratdan Perserikatan Bangsa-Bangsa juga mengakui kemerdekaan Indonesia.
Pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui ResolusiDewan
Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa nomor 86, yang diadopsi pada tanggal26 September
1950.
Resolusi ini dibuat setelah PBB menemukan bahwa “Republik Indonesia adalah negara
yangmencintai perdamaian yang memenuhi persyaratan yang diatur dalam Pasal 4
PiagamPerserikatan Bangsa-Bangsa”.
Dengan resolusi ini Dewan keamanan PBB merekomendasikan agar Majelis Umum
PBB mengakuiRepublik Indonesia untuk menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Menindak lanjuti resolusi ini, Indonesia menjadi anggota PBB, dan Indonesia mengirim
duamisi diplomatik permanen ke PBB, yaitu di di New York City, Amerika Serikat
danJenewa, Swiss.
Misi ini dipimpin oleh Perwakilan Tetap dan Duta Besar. Pemerintah Republik
Indonesiamenunjuk Lambertus Nicodemus Palar sebagai Wakil Tetap pertama Indonesia
untukPerserikatan Bangsa-Bangsa.Sebelumnya LN Palar juga berperan
mengajukanpermintaan pengakuan kedaulatan Indonesia kepada PBB.LN Palar kemudian
memimpindelegasi pertama Indonesia sebagai anggota baru PBB pada sesi Majelis Umum
PBBtahun 1950.

E. Menuju Konferensi Meja Bundar


Konferensi Meja Bundar adalah sebuah pertemuan yang dilaksanakan di Den Haag,
Belanda, dari 23 Agustus hingga 2 November1949 antara perwakilan Republik
Indonesia, Belanda, dan BFO (Bijeenkomst voor Federaal Overleg), yang mewakili berbagai
negara yang diciptakan Belanda di kepulauan Indonesia.[1] Sebelum konferensi ini,
berlangsung tiga pertemuan tingkat tinggi antara Belanda dan Indonesia, yaitu Perjanjian
Linggarjati (1947), Perjanjian Renville (1948), dan Perjanjian Roem-Royen (1949).
Konferensi ini berakhir dengan kesediaan Belanda untuk menyerahkan kedaulatan
kepada Republik Indonesia Serikat.
Hasil dari Konferensi Meja Bundar (KMB) adalah:
1. Belanda mengakui RIS sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.
2. Pengakuan kedaulatan dilakukan selambat-lambatnya tanggal 30 Desember 1949.
3. Masalah Irian Barat akan diadakan perundingan lagi dalam waktu 1 tahun setelah
pengakuan kedaulatan RIS.
4. Antara RIS dan Kerajaan Belanda akan diadakan hubungan Uni Indonesia Belanda
yang dikepalai Raja Belanda.
5. Kapal-kapal perang Belanda akan ditarik dari Indonesia dengan catatan beberapa
korvet akan diserahkan kepada RIS.
6. Tentara Kerajaan Belanda selekas mungkin ditarik mundur, sedang TentaraKerajaan
Hindia Belanda (KNIL) akan dibubarkan dengan catatan bahwa paraanggotanya yang
diperlukan akan dimasukkan dalam kesatuan TNI.

F. Berunding dengan Belanda dan sikap Belanda terhadap Proklamasi kemerdekaan


Indonesia 
  Pada bulan pertama tahun 1949 karena di desak oleh resolusi Dewan Keamanan PBB,
Belanda mengadakan pendekatan-pendekatan politis.Perdana Menteri Belanda Dr. Drees
mengundang Prof. Dr. Supomo salah satu anggota delegasi RI dalam perundingan
lanjutan Renvilleuntuk berunding. Berdasarkan kenyataan dan penjajagan politis oleh pihak
Belanda bahwa pada dasarnya pemimpin-pemimpin RI bersedia berunding, maka tanggal 26
Februari 1949 mereka mengumumkan niatnya akan melakukan Konferensi Meja
Bundar  (KMB) pada 12 Maret 1949 guna membicarakan masalah Indonesia dan
merundingkan syarat-syarat “penyerahan” kedaulatan serta pembentukan Uni Indonesia-
Belanda.
Pemerintah Belanda mengutus Dr. Koets sebagai Wakil Tinggi Mahkota untuk menemui Ir.
Soekarno yang bersama beberapa pembesar RI lainnya ditawan di Bangka.Kedatangannya di
Bangka juga untuk menjelaskan maksud pemerintah Belanda dan mengundang Ir. Soekarno
untuk menghadiri konferensi di Den Haag. Isi penjelsan yang disampaikan yakni:
Pemerintah Belanda akan mengadakan KMB di Den Haag guna membahas “penyerahan”
kedaulatan yang dipercepat. Penarikan pasukan-pasukan Belanda secepat-cepatnya setelah
“penyerahan kekuasaan”. Tentang pengembalian pemerintahan RI ke Yogya dinyatakan
bahwa hal itu tidak mungkin dilaksanakan.Tanggal 3 Maret 1949 Presiden Soekarno
mengadakan pembicaraan dengan penghubung BFO (Bijeenkomst voor Federal Overleg)  dan
menegaskan akan pentingnya kedudukan pemerintahan RI. Tanggal 4 Maret 1949, Presiden
Soekarno membalas undangan Wakil Tinggi Mahkota yang berisi penolakan menghadiri
KMB kecuali dengan syarat yakni:
Pengembalian kekuasaan RI adalah syarat mutlak untuk memulai perundingan
Kedudukan dan kewajiban Komisi PBB untuk Indonesia dalam membantu melaksanakan
resolusi PBB tidak akan terganggu.
Dari pihak BFO dikeluarkan pernyataan yang berisi pemberitahuan bahwa BFO tetap pada
pendirian semula yakni:
Supaya pemerintah RI dikembalikan ke Yogyakarta, Komisi PBB untuk Indonesia agar
membantu melaksanakan resolusi, RI memerintahkan gencatan senjata. Dari pihak Komisi
PBB akan memberikan bantuan terhadap:
Tercapainya persetujuan sebagai pelaksanaan resolusi Dewan Keamanan tanggal 28 Januari
1949 paragraf 1 dan 2 yakni menghentikan aksi militer oleh Belanda dan pengembalian para
pemimpin RI ke Yogyakarta menetapkan tanggal dan waktu serta syarat untuk mengadakan
KMB di Den Haag agar dapat diselenggarakan seleksanya.
Dengan adanya petunjuk dari Dewan Keamanan dan adanya pendekatan politis antara
RI dengan Belanda maka pada tanggal 14 April 1949 atas inisiatif PBB untuk Indonesia
diadakan perundingan antara RI-Belanda (Nugroho Notosusanto, 1993: 162-165). KMB
berlangsung dari 23 Agustus sampai 2 November 1949.Yang menjadi ketua KMB adalah PM
Belanda, Drees. KMB menghasilkan naskah-naskah hubungan antara Indonesia (RI dan
BFO) dan Belanda yakni:
Belanda mengakui Republik Indonesia Serikat (RIS) sebagai Negara yang merdeka dan
berdaulat
Status Irian Barat diselesaikan dalam waktu setahun sesudah pengakuan kedaulatan akan
dibentuk Uni Indonesia-Belanda berdasarkan kerjasama sukarela dan sederajat. RIS
mengembalikan hak milik Belanda dan memberikan hak konsesi dan izin baru untuk
perusahaan-perusahaan Belanda. RIS harus membayar semua utang Belanda yang ada sejak
tahun 1942 (Moedjanto, 1988: 57-59).
Dengan keputusan itu maka Republik Indonesia (RI) menjadi satu negara bagian
dalam RIS yang statusnya sama dengan negara-negara ciptaan Belanda. Pada tanggal 27
Desember 1949 di ibukota Belanda Amsterdam diadakan penyerahan kedaulatan dari
Belanda yang diwakili oleh Ratu Juliana kepada Indonesia diwakili Drs Moh Hatta sebagai
Ketua Delegasi RI, sedangkan di Jakarta pada hari sama dilakukan penyerahan kedaulatan itu
dengan menurunkan bendera Belanda depan Istana Merdeka dan Bendera Sang Saka Merah
Putih berkibar sebagai tanda kedaulatan Indonesia. Dalam upacara tersebut Belanda diwakili
Wakil Mahkota Agung Lovink sedangkan Indonesia diwakili Sultan Hamangku Buwono IX.
BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah melakukan proklamasi tentu ada respon internasional terhadap proklamasi
kemerdekaan Indonesia. Untuk menjadi Negara Indonesia tidak hanya sekedar sudah
melakukan proklamasi namun perlu pengakuan lain dari beberapa negara untuk mengakui
kedaulatan Indonesia.Mesir merupakan salah satu bagian sekutu yang mengakui
kemerdekaan Indonesia dan mereka menggalang dukungan dengan liga Arab untuk menerima
kedaulatan Indonesia.Australia memberikan dukungan kemerdekaan kepada Indonesia. Hal
ini karena hubungan yang sudah terjalin semenjak Indonesia dijajah oleh Jepang.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.quipper.com/id/blog/mapel/sejarah/respon-internasional-terhadap-kemerdekaan-
indonesia/

https://www.sma1banda.sch.id/artikel/175/respon-internasional-terhadap-proklamasi-
kemerdekaan-indonesia-materi-kelas-xii-ips

https://www.academia.edu/34116064/Respon_Internasional_Terhadap_Proklamasi_Kemerdekaan_
Indonesia

https://nusacaraka.com/2019/04/15/respon-internasional-terhadap-proklamasi-kemerdekaan-
indonesia/

http://belajarsejarahuntukkemanusiaan.blogspot.com/2019/09/respon-internasional-terhadap.html

Anda mungkin juga menyukai