Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

PROBLEMATIKA KRISIS IDENTITAS NASIONAL

DOSEN PEMBIMBING
Setyo Budi Santoso, Ir. Mp

DISUSUN OLEH
1. MUHAMMAD NOVIAN GILANG R 21013010069
2. ALIYA MURTHI ARIFAH 21013010073
3. DIVA ANNISA NAFTALI 21043010202
4. LAISYA KEZIA CLARINTA 21042010314
5. AZARINE TAHNIAH SETIAWAN 21042010288

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”


JAWA TIMUR
Tahun Ajaran
2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat serta
karunia-Nya sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik. Tak lupa pula kami
kirimkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok
pada mata kuliah Kewarganegaraan berjudul “Problematika Krisis Identitas Nasional” dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Problematika Krisis Identitas Nasional bagi para pembaca
dan juga bagi penyusun.

Kami mengucapkan terima kasih bapak Setyo Budi Santoso, Ir. Mp. Selaku dosen
Kewarganegaraan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai bidang studi yang kami tekuni.

Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menyadari bahwa masih ada kekurangan
dan kesalahan di dalamnya. Oleh karena itu, kami selaku penyusun memohon maaf atas
kesalahan tersebut. Kritik dan saran dari pembaca senantiasa ditunggu oleh penyusun guna
meningkatkan kualitas penyusunan makalah ke depannya.

Demikian, semoga tujuan dari penyusunan makalah ini dapat terwujud dan
memberikan manfaat bagi para pembaca. Akhir kata, Wassalamu‟alaikum Wr.Wb.

Surabaya, 22 Februari 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL................. ........................................................................... i

KATA PENGANTAR .................. ........................................................................... ii

DAFTAR ISI................................. ........................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............. ........................................................................... 1


1.1 Latar Belakang Masalah .... ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............. ........................................................................... 2
1.3 Tujuan ................................ ........................................................................... 2
1.4 Manfaat .............................. ........................................................................... 2

BAB II KERANGKA TEORI ..... ........................................................................... 3


2.1 Pengertian Identitas Nasional ........................................................................ 3
2.2 Faktor-faktor Pendukung Kelahiran Identitas Nasional ................................ 3

BAB III PEMBAHASAN ............ ........................................................................... 5


3.1 Problematika Krisis Identitas Nasional .......................................................... 5
3.1.1 Wayang .................. ........................................................................... 5
3.1.2 Problematika Wayang ........................................................................ 5
3.1.3 Batik ....................... ........................................................................... 6
3.1.4 Problematika Batik. ........................................................................... 6
3.1.5 Angklung................ ........................................................................... 7
3.1.6 Problematika Angklung ..................................................................... 7
3.1.7 Bendera Merah Putih ......................................................................... 7
3.1.8 Problematika Bendera Merah Putih ................................................... 7
3.1.9 Pancasila ................ ........................................................................... 8
3.1.10 Problematika Pancasila ...................................................................... 8

iii
3.2 Cara Menghadapi Problematika Krisis Indentitas di Indonesia ..................... 9
3.2.1 Solusi Untuk Problematika Kebudayaan ........................................... 9
3.2.2 Solusi Untuk Problematika Bendera dan Pancasila ........................... 10

BAB IV PENUTUP ...................... ........................................................................... 11


4.1 Kesimpulan............................. ................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA ...................... ........................................................................... 12

iv
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejatinya setiap negara memiliki identitasnya masing-masing, termasuk Indonesia.
Sejak merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia telah banyak diterpa oleh
masalah.baik yang datang dari eksternal maupun internal bangsa Indonesia itu sendiri. Seperti
yang kita semua ketahui, Indonesia terkenal dengan keberagamannya, akan tetapi Indonesia
tetap menjadi satu kesatuan yang utuh hingga sekarang. Keberagaman yang dimiliki bangsa
Indonesia diantaranya memiliki 1.239 Warisan Budaya Takbenda menurut kategori (2013-
2020) yang dicatat oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), tercatat
memiliki 17.000 pulau Dilansir dari antaranews.com pada September tahun 2021 lalu,
mengakui 6 agama berdasarkan Pasal 28E ayat (1) UUD 1945, dilansir dari
kemdikbud.go.id, Indonesia memiliki 718 bahasa daerah.

Sebagai negara yang memiliki keberagaman yang terbilang cukup banyak,


permasalahan atau problematika yang dihadapi Indonesia tentunya tidak dapat dihindari.
Salah satu yang menjadi fokus penulis adalah problematika mengenai krisis identitas
nasional. Problematika mengenai krisis identitas nasional yang kerap kali mewarnai bangsa
Indonesia adalah permasalahan tentang kebudayaan-kebudayaan bangsa yang diakui oleh
negara lain seperti wayang, angklung, dan batik, bahkan tidak jarang warga negara Indonesia
juga turut menjadi faktor dari adanya problematika akan krisis Identitas Nasional.

Sebagai individu yang menjalani kehidupan bermasyarakat, kita tentunya perlu


mengetahui apa yang menjadi identitas kita. Identitas sendiri berasal dari kata identity yang
memiliki arti mempunyai ciri, tanda, atau jatidiri yang melekat pada suatu individu,
kelompok atau suatu hal yang membedakannya dengan yang lain. Dengan kata lain, setiap
individu memiliki identitasnya masing-masing yang berbeda dengan individu lainnya. Di
Indonesia kita memiliki KTP atau Kartu Tanda Penduduk sebagai identitas yang dapat
membedakan satu individu dengan individu lain.

Sama dengan warga negara, Indonesia juga memiliki Identitasnya sendiri. Namun,
apa jadinya jika negara mengalami krisis identitas?. Identitas Nasional Indonesia dibuat dan
disetujui oleh tokoh-tokoh yang berperan sebagai pendiri bangsa Indonesia. Identitas nasional
Indonesia telah tercantum dalam konstitusi Indonesia yaitu UUD 1945 pasal 35-36C.
Identitas nasional Indonesia yang menunjukkan jatidiri Indonesia meliputi bendera merah

1
putih, Bahasa Indonesia, Pancasila sebagai lambing negara, lagu kebangsaan Indonesia Raya,
Undang-Undang Dasar 1945, serta kebudayaan yang telah diakui sebagai kebudayaan
nasional.

Pada makalah ini, penulis bermaksud mengetahui dengan lebih dalam mengenai
problematika apa saja yang mewarnai adanya krisis identitas nasional. Diharapkan dengan
adanya makalah ini, penulis dan para pembaca dapat lebih memahami apa itu identitas
nasional dan cara agar dapat mempertahankan identitas nasional Indonesia sehingga
permasalahan seperti krisis identitas dapat dihindari. Untuk mengupas tuntas mengenai hal
tersebut, penulis telah menuangkannya ke dalam rumusan masalah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja yang menjadi problematika krisis indentitas di Indonesia?
2. Bagaimana cara menghadapi problematika krisis indentitas di Indonesia?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan makalah ini untuk mengungkapkan
tentang:
1. Mengetahui hal-hal yang menjadi problematika krisis indentitas di Indonesia.

2. Mengetahui cara menghadapi problematika krisis indentitas di Indonesia.

1.4 Manfaat
Manfaat umum:

Sebagai dasar pengetahuan tentang hal yang menjadi problematika krisis indentitas di
Indonesia.

Manfaat khusus:

Sebagai bahan referensi tentang cara menghadapi problematika krisis indentitas di Indonesia.

2
BAB II

KERANGKA TEORI
1.3 Pengertian Identitas Nasional
Istilah identitas nasional (national identity) berasal dari kata identitas dan nasional.
Identitas (identity) secara harfiah berarti ciri-ciri, tanda-tanda atau jatidiri yang melekat pada
seseorang atau sesuatu yang membedakannya dengan yang lain. Sedangkan kata nasional
(national) merupakan identitas yang melekat pada kelompok-kelompok yang lebih besar yang
diikat oleh kesamaan-kesamaan, baik fisik seperti budaya, agama, bahasa maupun non fisik
seperti keinginan, cita-cita dan tujuan. Identitas nasional pada hakikatnya adalah manisfestasi
nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan satu bangsa (nation)
dengan ciri-ciri khas, dan dengan ciri-ciri yang khas tadi suatu bangsa berbeda dengan bangsa
lain dalam kehidupannya (Kaelan 2007). Identitas nasional (national identity) adalah
kepribadian nasional atau jati diri nasional yang dimiliki suatu bangsa yang membedakan
bangsa satu dengan bangsa yang lain. Ada beberapa faktor yang menjadikan setiap bangsa
memiliki identitas yang berbeda-beda. Faktor-faktor tersebut adalah: (1)keadaan geografi,
(2)ekologi, (3)demografi, (4)sejarah, (5)kebudayaan, dan (6)watak masyarakat. Watak
masyarakat di negara yang secara geografis mempunyai wilayah daratan akan berbeda
dengan negara kepulauan.Keadaan alam sangat mempengaruhi watak masyarakatnya.

1.4 Faktor-faktor Pendukung Kelahiran Identitas Nasional


Kelahiran identitas nasional suatu bangsa memiliki sifat, ciri khas serta keunikan
sendiri-sendiri, yang sangat ditentukan oleh faktor-faktor yang mendukung kelahiran identitas
tersebut. Adapun faktor-faktor yang mendukung kelahiran identitas nasional bangsa
Indonesia meliputi dua faktor penting. Pertama, faktor obyektif, yang meliputi faktor
geografis, ekologis dan demografis. Kedua, faktor subyektif, yaitu faktor historis, sosial,
politik dan kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia. Robert de Ventos, sebagaimana
dikutip Manuel Castells dalam bukunya The Power of Indety,mengemukakan teori tentang
munculnya identitas nasional suatu bangsa sebagai hasil interaksi historis antara empat faktor
penting, yaitu (1)faktor primer, (2)faktor pendorong, (3)faktor penarik dan (4)faktor reaktif.
(1) faktor pertama, mencakup etnisitas, teritorial, bahasa, agama, dan sejenisnya. Bagi bangsa
Indonesia yang tersusun atas berbagai macam etnis, bahasa, agama wilayah serta bahasa
daerah, merupakan suatu kesatuan meskipun berbeda-beda dengan kekhasan masing-masing.
(2) Faktor kedua meliputi pembangunan komunikasi dan tekhnologi lahirnya angkatan
bersenjata modern dan pembangunan lainnya dalam kehidupan negara. Dalam hubungan ini

3
bagi suatu bangsa kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta pembangunan negara dan
bangsanya juga merupakan suatu identitas nasional yang bersifat dinamis. (3) Faktor ketiga
mencakup modifikasi bahasa dalam gramatika yang resmi, tumbuhnya birokrasi, dan
pemantapan sistem pendidikan nasional. Bagi bangsa Indonesia, unsur bahasa telah
merupakan bahasa persatuan dan kesatuan nasional, sehingga bahasa Indonesia merupakan
bahasa resmi negara dan bangsa Indonesia. Bahasa melayu telah dipilih sebagai bahasa antara
etnis yang ada di Indonesia, meskipun masing-masing etnis atau daerah di Indonesia telah
memiliki bahasa daerah masing- masing. Demikian pula menyangkut birokrasi dan
pendidikan nasional telah dikembangkan sedemikian rupa, meskipun sampai saat ini masih
senantiasa dikembangkan. (4) Faktor keempat meliputi penindasan, dominasi dan pencarian
indetitas alternatif melalui memori kolektif rakyat. Bangsa Indonesia hampir tiga setengah
abad dikuasai oleh bangsa lain sangat dominan dalam mewujudkan faktor keempat melalui
memori koletif rakyat Indonesia. Semangat perjuangan dan pengorbanan menegakkan
kebenaran dapat menjadi identitas untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan
negara Indonesia.

4
BAB III

PEMBAHASAN
3.1 Problematika Krisis Indentitas di Indonesia
3.1.1 Wayang
Wayang merupakan salah satu seni pertunjukan tradisional indonesia yang terkenal
dan berkembang pesat di jawa dan bali. Wayang merupakan warisan budaya indonesia.
Pertunjukan wayang pada zaman dahulu biasanya diartikan sebagai pertunjukan dari
gambaran sikap atau sifat-sifat manusia. Wayang pada zaman dahulu digunakan sebagai
media untuk menyebarluaskan agama hindu dan budha. Wali songo juga memanfaatkan
wayang untuk menyebarkan agama islam di pulau jawa. Selain itu, wayang juga memiliki
peranan sebagai media komunikasi, media pendidikan, serta hal hal mistis seperti mitos kuno
tradisional yang dipercaya oleh masyarakat pada zaman dulu.

Wayang disebut seni pertunjukkan yang ada sebagai budaya Indonesia. Kata wayang
memiliki arti teknik pertunjukkan bayangan. Wayang dimainkan di balik layar oleh dalang
dengan aluanan atau iringan musik tradisional. Pertunjukkan wayang kerap mengangkat
cerita mitos seperti cerita pahlawan dan cerita rakyat. Wayang merupakan salah satu
identitas nasional yang ada di indonesia, wayang sudah diresmikan oleh UNESCO, dilansir
dari laman UNESCO, pertunjukkan wayang kulit telah diakui menjadi Masterpiece of Oral
and Intangible Heritage of Humanity atau karya kebudayaan yang mengagumkan di bidang
cerita narasi dan warisan budaya yang indah dan berharga. Ditetapkan UNESCO pada 7
November 2003.

3.1.2 Problematika Wayang


Warisan budaya indonesia ini sempat diklaim oleh negara tetangga yaitu Malaysia.
Mereka mengklaim bahwa wayang adalah kebudayaan asli Malaysia. Hal ini bermula dari
beberapa orang Indonesia yang menetap di Malaysia, mereka pernah mengadakan
pertunjukan wayang kulit sehingga Malaysia mengkalim wayang kulit sebagai budayanya.
Baru-baru ini, Adidas juga telah menyebut bahwa wayang kulit merupakan bagian dari
budaya Malaysia dalam produk terbarunya.”Desainnya berbicara tentang penghormatan
kepada Wayang Kulit, bagian penting dari identitas dan warisan budaya Malaysia”

Konsep yang diusung oleh brand sepatu ternama ini adalah dengan menggabungkan
unsur-unsur Wayang Kulit dengan palet warna modern, dalam postingan terbarunya Adidas

5
menuliskan “pendekatan „lama-bertemu-baru‟ pada DNA UltraBOOST,” melalui akun
@adidassg. Namun, Adidas telah meminta maaf dan mengganti keterangan di unggahan
produknya. Pengeklaiman sepihak tersebut tentu saja salah karena wayang sudah lebih dulu
di akui oleh UNESCO. Pada tanggal 27 November 2003 wayang ditetapkan sebagai warisan
budaya oleh UNESCO.

3.1.3 Batik

Batik merupakan kain tradisional khas dari daerah daerah yang ada di indonesia.
Hasil karya seni bangsa Indonesia ini merupakan perpaduan antara seni dan teknologi oleh
leluhur bangsa Indonesia. Dalam pembuatan batik, hingga saat ini tidak ada yang bisa
menyamai teknik pembuatannya serta proses sehingga tak ada tandingannya. Corak ragam
batik yang mengandung makna dan filosofi yang sangat berkesan. Hal ini akan terus digali
dari berbagai adat yang ada di daerah maupun adat budaya yang berkembang di Indonesia.
Batik merupakan warisan budaya tak benda dari indonesia, yang diresmikan oleh UNESCO
pada tahun 2009.

Motif batik adalah corak yang ada dalam sebuah kain, motif batik bisa saja berupa
perpaduan antara garis, bentuk dan isen menjadi satu kesatuan yang mewujudkan batik secara
keseluruhan. Motif-motif batik itu beragam antara lain seperti motif hewan, manusia, dan
geometris Motif batik sering juga dipakai untuk menunjukkan status atau kasta seseorang.
Oleh karena itu, motif batik mempunyai ciri khas tersendiri

Indonesia mempunyai beberapa motif batik yang berkaitan dengan budaya yang ada.
Faktor yang mempengaruhi adanya motif-motif batik adalah letak geografis, misalnya di
daerah pesisir pantai akan menghasilkan motif batik yang berhubungan dengan laut, sama
halnya dengan yang tinggal di pegunungan akan terinspirasi oleh alam sekitarnyaseperti flora
dan fauna

3.1.4 Problematika Batik

Warisan budaya Indonesia ini juga pernah diklaim oleh Malaysia sebagai warisan
budaya mereka. Pada Oktober 2021 lalu, Miss World Malaysia 2021, Lavanya Sivaji juga
menggegerkan publik lantaran mengatakan bahwa gaun batik dipersembahkan untuk Miss
World Malaysia 2021 dengan kain batik Malaysia.

6
3.1.5 Angklung

Angklung merupakan alat musik tradisional yang berasal dari bambu. Alat musik ini
merupakan salah satu identitas nasional bangsa. Salah satu alat musik tradisional dan berasal
dari Jawa Barat. Alat musik yang terbuat dari bambu ini dimainkan dengan cara
digoyangkan.

Menurut sejarahnya, angklung dulu hanya digunakan untuk upacara yang


berhubungan dengan padi. Yang bisa di artikan, angklung bukanlah kesenian murni,
melainkan kesenian yang berfungsi dalam kegiatan ritual kepercayaan. Angklung sudah ada
sejak zaman Hindu dan biasa digunakan untuk upacara ritual keagamaan, seperti pengganti
genta atau bel oleh pendeta Hindu.

3.1.6 Problematika Angklung

Angklung merupakan alat musik asal Jawa Barat yang pernah diklaim sebagai
warisan budaya mereka. Namun, permasalahan itu telah berakhir pasca Angklung terdaftar di
UNESCO sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia pada
November 2010.

3.1.7 Bendera Merah Putih


Bendera Indonesia memiliki makna filosofi sendiri, yaitu merah berarti berani dan
putih berarti suci. Merah melambangkan tubuh manusia, sedangkan putih melambangkan
jiwa manusia. Keduanya saling melengkapi dan menyempurnakan,untuk,Indonesia. Bendera
Merah Putih termasuk salah salah satu identitas nasional bagi bangsa Indonesia.

Bendera Merah Putih memiliki kedudukan khusus sebagai identitas kebangsaan yang
diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 35 yang berbunyi, “Bendera Negara
Indonesia ialah sang Merah Putih”. Kedudukan Bendera Merah Putih sebagai bendera
Indonesia pun diperjelas melalui Undang-Undang (UU) No. 24 Tahun 2009 yang mengatur
tentangg Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan.

3.1.8 Problematika Bendera Merah Putih


Kasus ini sempat viral di salah satu aplikasi social media, yakni pembakaran bendera
merah putih dibakar WNI yang tinggal di Malaysia. Dalam video tersebut bendera merah
putih awalnya dikibarkan pada tiang terbuat dari kayu. Lalu, seorang pria yang berasal dari

7
Aceh. Pria tersebut menyiramkan minyak ke bendera dengan botol air mineral dan bendera
pun hangus terbakar.

Kasus ini langsung ditelusuri oleh Polda Aceh. Di Indonesia, kasus terkait
penghinaan lambang Negara akan berlanjut ke proses. Penghinaan terhadap lambang Negara
lazimnya akan dicap menghina Negaranya sendiri. Ancaman yang sudah melanggar aturan ini
akan dikenakan sanksi pidana bagi pelaku pembakaran merah putih. Berdasarkan Bab VII
Pasal 66 mengatakan bahwa setiap orang yang merusak, merobek, menginjak-
injak,membakar atau melakukan perbuatan lain dengan maksud menodai, menghinda, atau
merendahkan kehormatan Bendera Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf A,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun atau denda paling banyak Rp.
500.000.000.

3.1.9 Pancasila
Istilah Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu
Panca berarti lima dan sila berarti dasar. Pancasila merupakan dasar ideologi Negara yang
diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia, sebagai pemersatu, lambang
persatuan dan kesatuan, serta bagian pertahanan bangsa dan Negara. Sejak zaman dahulu,
nilai-nilai Pancasila telah dimiliki oleh bangsa Indonesia. Nilai-nilai tersebut meliputi nilai
budaya, adat istiadat dan religiusitas yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari
yang dijadikan pandangan hidup. Maka dari itu, perilaku masyarakat sejak dahulu sudah
tercermin dalam nilai-nilai Pancasila.

Pancasila juga sebagai identitas nasional bagi negara Indonesia karena bangsa
Indonesia salah satu dari masyarakat internasional yang punya sejarah dan prinsip yang
berbeda dengan bangsa-bangsa di dunia. Pancasila juga sebagai alat pemersatu Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan kepribadian bangsa yang dapat mendorong bangsa
Indonesia agar tetap berjalan tetapi tidak melawan arus globalisasi, melainkan bangsa
menjadi lebih cermat dan bijak dalam menjalani dan menghadapi tantangan dan juga peluang
yang ada.

3.1.10 Problematika Pancasila


Pancasila pada sila pertama sempat menajdi buah bibir antara tokoh-tokoh nasional
saat sidang pertama PPKI. Sebelum sidang dimulai, Ir. Soekarno dan Drs. Moh Hatta
meminta Ki Bagus Hadikusumo, KH Wahid Hasyim, Mr Kasman Singodimedjo dan Mr.
Teuku Mohammad Hasan untuk membahas kembali mengenai rancangan UUD. Hal tersebut

8
karena adanya kelompok yang tidak setuju dengan kalimat sila pertama naskah piagam
Jakarta yang ”Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya”.

Sila pertama pun diubah menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa” dikarenakan rakyat
Indonesia tidak hanya berasal dari kalangan muslim saja. Sila tersebut mengatakan bahwa
bangsa Indonesia mempunyai kebebasan untuk menganut agama dan menjalankan ibadah
yang sesuai dengan ajaran agamanya. Bukan hanya itu, sila pertama ini juga mengajak rakyat
Indonesia untuk mewujudkan kehidupan yang selaras antar sesame rakya Indonesia, sehingga
timbul rasa saling menyayangi dan menghargai. Maka dari itu, permasalahan ini termasuk ke
dalam problematika identitas nasional.

3.2.Cara Menghadapi Problematika Krisis Indentitas di Indonesia


3.2.1 Solusi Untuk Problematika Kebudayaan
Pemerintah 9epublic indonesia sudah melakukan upaya, dengan cara: membuat
inventarisasi WBT milik bangsa Indonesia dengan mendaftarkan mata budaya Indonesia
sebagai warisan budaya dunia di UNESCO. Dan menjadi anggota UNESCO Convention for
the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage pada tahun 2003. Semua itu tidak akan
memadai, dikarenakan perlindungan Warisan Budaya memiliki esensi sebagai upaya
penanaman kembali keyakinan pada bangsa Indonesia bahwa kebudayaan asli kita adalah
sesuatu yang sangat luhur serta membanggakan memerlukan apresiasi. Dalam proses ini
dibutuhkan biaya yang cukup besar dan membutuhkan keterlibatan anggota masyarakat
secara serentak dan berkala. Jika hanya mengandalkan upaya Pemerintah dengan anggaran
yang terbatas untuk saat ini, hal itu tidak dapat dilakukan. Jika tidak, maka masyarakat
Indonesia akan “tergiur perangai kehidupan barat” dengan berbagai tayangan yang berbau
budaya Barat, sehingga ada seorang budayawan bernama Gaura Mancacaritadipura, pernah
menyampaikan bahwa saat ini sudah terlalu banyak anak muda Indonesia yang memiliki
american brain dalam pengertian mengabaikan nilai-nilai luhur yang dimiliki oleh
kebudayaan bangsa sendiri.

Salah satu upaya untuk melindungi Warisan Budaya bangsa dari klaim sepihak oleh
pihak asing adalah dengan mempromosikannya baik di dalam maupun di luar negeri melalui
berbagai macam cara. Aktivitas tersebut harus dilakukan secara terus menerus dan berkala
hingga terbentuk citra yang baik. Bahwa kebudayaan tersebut identik dengan Indonesia. Jika

9
kita ingin melindungi dan mempromosikan kebudayaan kita, maka perlu dilakukan berbagai
hal di bawah:

1. Menampilkan budaya kita kepada pihak asing sesering mungkin.


2. Sebagai perwakilan indonesia yang ada luar negeri, usahaka dalam berbagai kesempatan
mengenakan atribut yang menggambarkan kesenian
3. Diusahakan agar iklan komersial dapat menunjukkan kesenian
4. Menayangkan cerita tentang kesenian di media TV internasional. Serta melakukan
produksi produk atau barang yang menggambarkan kesenian, seperti suvenir, kaos, kemeja,
CD musik, film.

Apabila Warisan Budaya itu sendiri tidak tertanam secara mendalam di dalam jati diri
masyarakat hal ini akan sia sia. Oleh sebab itu dilakukan upaya lain diantaranya:

2. Meningkatkan upaya untuk menemukan berbagai nilai luhur yang ada dan dapat
memberikan kebanggaan kepada bangsa indonesia.
3. Memberikan penghargaan kepada para seniman atau human living treasure yang telah
berjasa melestarikan dan mengembangkan Warisan Budaya bangsa indonesia.
4. Secara sistematis menanamkan kembali nilai-nilai luhur yang ada dari Warisan Budaya
bangsa ke dalam perilaku masyarakat sekarang.
5. Meningkatkan integritas kearifan lokal di dalam berbagai perencanaan kebijakan dan
perlindungan kepada budaya bangsa indonesia.

3.2.2 Solusi Untuk Problematika Bendera dan Pancasila


Warga masyarakat Indonesia harus terus berusaha menemukan kembali dan
mengembangkan jati diri yang berarti membangun karakter agar kita terus-menerus
menghargai setiap dalam nilai-nilai Pancasila. Dengan cara menerapkan nilai-nilai pancasila
ke dalam kehidupan sehari-hari agar warga Negara Indonesia bisa mengerti pentingnya
lambang Negara kita sendiri. Salah satu contohnya, yaitu dalam pendidikan kita harus terus
mengajarkan dan membimbing generasi muda mengenai pentingnya pancasila, bhineka
tunggal ika, dan identitas nasional Negara kita sendiri.

10
BAB IV

PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang bisa kami ambil dari pembahasan ini adalah kita harus bisa melestarikan
budaya Indonesia yang sangat beragam. Dari berbagai pulau suku provinsi yang ada di
Indonesia. Warga Masyarakat Indonesia harus terus berusaha menemukan kembali dan
mengembangkan jati diri yang berarti membangun karakter agar kita bisa juga menghargai
Pancasila. Jangan sampai dengan adanya globalisasi menjadikan generasi muda melupakan
budaya Indonesia yang sudah menetap sejak dahulu.

11
DAFTAR PUSTAKA

Tri, Dwi Sulisworo. 2012. Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan.


Yogyakarta: Hibah Pembelajaran Konvensional.

Gunadha, Reza. 2021. “6 Warisan Budaya Indonesia Pernah Diklaim Malaysia”,


https://hits.suara.com/read/2021/11/16/155636/6-warisan-budaya-indonesia-pernah-diklaim-
malaysia-wayang-kulit-hingga-reog-ponorogo?page=1, diakses pada 20 Februari 2022 pukul
12.54.

SINDOnews. 2021. “8 Budaya Indonesia Pernah Diklaim Malaysia”,


https://nasional.sindonews.com/read/601555/15/8-budaya-indonesia-pernah-diklaim-malaysia-
dari-batik-hingga-wayang-kulit, diakses pada 20 Februari 2022 pukul 12.54.

Anonim. 2020. “Pancasila sebagai Salah Satu Identitas Nasional Bangsa Indonesia”,
https://www.kompasiana.com/kimaerynanarghiyayuan/5e651d96d541df6bff3211e2/pancasila
-sebagai-salah-satu-identitas-nasional-bangsa-indonesia, diakses pada 20 Februari 2022 pukul
20.58.
Jaelani, G. A. 2018. Nationalisation of historical knowledge Revisiting the agenda of
writing indonesiasentris history, 1945-1965. Jurnal Sejarah, 2(1), 1–29.

12

Anda mungkin juga menyukai