Anda di halaman 1dari 18

Makalah Kelompok 2

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
“Esensi dan Urgensi Identitas Nasional Sebagai Determinan
Pembangunan Bangsa dan Karakter”

OLEH :

Joko Aldianto (5151111030)


Safaat Risto Pradana (5151111047)
Sakinatun Najmi Sibarani (5153111042)
Tri Fani Oktafiyanti (5153111045)
Wennedi Sundoro (5153111047)
Yogi Nikman (5153111049)
Kelas : Reguler B

Dosen Pengampu : Suhairiani, ST., MT.

Pendidikan Teknik Bangunan

Fakultas Teknik

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2018
KATA PENGANTAR

Segala hormat dan rasa syukur dalam kehadirat Tuhan YME atas segala
rahmat, karunia, perlindungan dan kemampuan yang telah dianugerahkan-Nya,
sehingga makalah dengan materi “Esensi dan Urgensi Identitas Nasional Sebagai
Determinan Pembangunan Bangsa dan Karakter” ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya.

Materi ini merupakan salah satu bagian bahasan dari Mata Kuliah
Kewarganegaraan. Adapun bahasan mengenai materi tersebut akan dibahas di
bab-bab berikutnya dan nantinya akan diimplementasikan dalam bentuk presentasi
kelompok.

Proses penyusunan makalah ini tidak terlepas dari berbagai rintangan,


mulai dari pengumpulan literatur dari beberapa buku sejenis, analisis informasi
sampai pada pengolahan data maupun dalam tahap penulisan beserta revisinya.
Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada
Ibu Suhairiani, ST., MT. selaku dosen Pendidikan Kewarganegaraan yang telah
memberi penjelasan, bimbingan dan arahan kepada penulis dalam teknis
pengerjaan tugas ini. Terimakasih pula kepada teman-teman yang telah bersedia
untuk saling bertukar fikiran, saling mengarahkan dan memberikan motivasi
kepada penulis.

Penulis merasa bangga dan mengapresiasi dengan baik pengalaman ilmiah


yang penulis dapatkan dalam proses penyusunan Makalah ini. Makalah ini
memberikan inspirasi bagi penulis untuk meningkatkan daya fikir ilmiah dalam
menganalisis, mengolah, dan memahami setiap pembahasan dalam materi yang
disajikan serta mampu menyajikan pemahaman tersebut nantinya dalam forum
diskusi kelas.

Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, maka
penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun demi kesempurnaan Makalah ini.

Medan, 20 Februari 2018


Penyusun,

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................ iii

BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................... 1

A. Latar Belakang ....................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................... 2

BAB II. PEMBAHASAN ....................................................................... 3

A. Konsep dan Urgensi Identitas Nasional .................................. 3


A.1 Unsur-Unsur Identitas Nasional ...................................... 4
A.2 Faktor Pendukung Kelahiran Identitas Nasional ............. 5
B. Alasan Perlunya Identitas Nasional ......................................... 6
C. Sumber Historis, Sosiologis dan Politik Identitas Nasional
Indonesia ................................................................................. 7
C.1 Bendera Negara sang Merah Putih .................................. 8
C.2 Bahasa Negara, Bahasa Indonesia ................................... 8
C.3 Lambang Negara, Garuda Pancasila .............................. 9
C.4 Lagu Kebangsaan, Indonesia Raya ................................ 10
C.5 Semboyan Negara, Bhinneka Tunggal Ika .................... 10
C.6 Dasar Falsafah Negara Pancasila ................................. 11
D. Argumen Tetang Dinamika dan Tantangan Identitas Nasional 11

BAB III. PENUTUP ................................................................................ 14

A. Kesimpulan ........................................................................ 14
B. Saran ................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 15

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap Negara yang merdeka dan berdaulat sudah dapat dipastikan berupaya
memiliki identitas nasional agar negara tersebut dapat dikenal oleh negara-bangsa lain,
dan dapat dibedakan dengan bangsa lain. Identitas Nasional mampu menjaga
eksistensi dan kelangsungan hidup negara-bangsa. Negara-bangsa memiliki
kewibawaan dan kehormatan sebagai bangsa yang sejajar dengan bangsa lain serta
akan menyatukan bangsa yang bersangkutan.

Eksistensi suatu bangsa pada era globalisasi ini mendapat tantangan yang sangat
kuat, terutama karena pengaruh kekuasaan internasional. Menurut Berger dalam The
Capitalis Revolution, era globalisasi dewasa ini ideologi kapitalislah yang akan
menguasai dunia. Kapitalisme telah mengubah masyarakat satu per satu dan menjadi
sistem internasional yang menentukan nasib ekonomi sebagian besar bangsa-bangsa di
dunia, dan secara tidak langsung juga nasib sosial, politik, dan kebudayaan (Berger,
1988).

Situasi dan kondisi ini menghadapkan kita pada suatu keprihatinan dan sekaligus
juga mengundang kita untuk ikut bertanggung jawab atas mosaik Indonesia yang retak
bukan sebagai ukiran melainkan membelah dan meretas jahitan busana tanah air,
tercabik-cabik dalam kerusakan yang menghilangkan keindahannya. Untaian kata-kata
dalam pengantar sebagaimana tersebut merupakan tamsilan bahwasannya Bangsa
Indonesia yang dahulu dikenal sebagai “het zachste volk ter aarde” dalam pergaulan
antar bangsa, kini sedang mengalami tidak saja krisis identitas melainkan juga krisis
dalam berbagai dimensi kehidupan yang melahirkan instabilitas yang berkepanjangan
semenjak reformasi digulirkan pada tahun 1998. (Koento W, 2005).

Kehalusan budi, sopan santun dalam sikap dan perbuatan, kerukunan, toleransi
dan solidaritas sosial, idealisme dan sebagainya telah hilang hanyut dilanda oleh
derasnya arus modernisasi dan globalisasi yang penuh paradoks. Berbagai lembaga
kocar-kacir semuanya dalam malfungsi dan disfungsi. Trust atau kepercayaan antar
sesama baik vertikal maupun horisontal telah lenyap dalam kehidupan bermasyarakat.
Identitas nasional kita dilecehkan dan dipertanyakan eksistensinya.
2

Krisis multidimensi yang sedang melanda masyarakat kita menyadarkan kita


semua bahwa pelestarian budaya sebagai upaya untuk mengembangkan Identitas
Nasional kita telah ditegaskan sebagai komitmen konstitusional sebagaimana
dirumuskan oleh para pendiri negara kita dalam Pembukaan UUD 1945 yang intinya
adalah memajukan kebudayaan Indonesia. Dengan demikian secara konstitusional
pengembangan kebudayaan untuk membina dan mengembangkan Identitas Nasional
kita telah diberi dasar dan arahnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa konsep dan urgensi identitas nasional bangsa Indonesia?
2. Mengapa identitas nasional itu diperlukan?
3. Apa sajakah sumber historis, sosiologis dan politik tentang identitas nasional
Indonesia?
4. Bagaimanakah argumen tentang dinamika dan tantangan identitas nasional
Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui konsep dan urgensi identitas nasional bangsa Indonesia
2. Menyadari perlunya identitas nasional bagi bangsa Indonesia
3. Mengetahui sumber historis, sosiologis dan politik tentang identitas nasional
Indonesia
4. Memahami argumen tentang dinamika dan tantangan identitas nasional Indonesia
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep dan Urgensi Identitas Nasional

Secara etimologis identitas nasional berasal dari dua kata yaitu “identitas” dan
“nasional”. Kata identitas berasal dari bahasa Inggris Identity yang memiliki
pengertian harafiah ciri-ciri, tanda-tanda atau jati diri yang melekat pada seseorang
atau sesuatu yang membedakannya dengan yang lain. Dalam term antropologi
identitas adalah sifat khas yang menerangkan dan sesuai dengan kesadaran diri
pribadi sendiri, golongan sendiri, kelompok sendiri, komunitas sendiri, atau negara
sendiri. Mengacu pada pengertian ini identitas tidak terbatas pada individu semata
tetapi berlaku pula pada suatu kelompok. Sedangkan kata nasional merupakan
identitas yang melekat pada kelompok-kelompok yang lebih besar yang diikat oleh
kesamaan-kesamaan, baik fisik seperti budaya, agama, dan bahasa maupun non fisik
seperti keinginan, cita-cita dan tujuan. Himpunan kelompok-kelompok inilah yang
kemudian disebut dengan istilah identitas bangsa atau identitas nasional yang pada
akhirnya melahirkan tindakan kelompok (colective action) yang diwujudkan dalam
bentuk organisasi atau pergerakan-pergerakan yang diberi atribut-atribut nasional.

Secara terminologis istilah identitas nasional memiliki pengertian yang berbeda-


beda menurut pendapat beberapa ahli. Menurut Kaelan (2010: 43) menyatakan
bahwa identitas nasional adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang
secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain.

Menurut Koento Wibisono (2005) menyatakan bahwa Identitas Nasional pada


hakikatnya merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang
dalam aspek kehidupan suatu nation (bangsa) dengan ciri-ciri khas, dan dengan ciri-
ciri yang khas tadi suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam hidup dan
kehidupannya.

Sedangkan menurut Tilaar (2007) menyatakan identitas nasional berkaitan


dengan pengertian bangsa. Menurutnya, bangsa adalah suatu keseluruhan alamiah
dari seseorang karena daripadanyalah seorang individu memperoleh realitasnya.

Berdasarkan pengertian yang demikian ini maka setiap bangsa di dunia ini akan
memiliki identitas sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat, ciri-ciri serta
4

karakter dari bangsa tersebut. demikian pula hal ini sangat ditentukan oleh
bagaimana proses bangsa tersebut terbentuk secara historis. Berdasarkan hakikat
pengertian “identitas nasional” sebagaimana dijelaskan diatas maka identitas
nasional suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dengan jati diri suatu bangsa atau lebih
populer disebut sebagai kepribadian bangsa.

A.1 Unsur-Unsur Identitas Nasional


Identitas Nasional Indonesia merujuk pada suatu bangsa yang majemuk.
Kemajemukan itu merupakan gabungan dari unsur-unsur pembentuk identitas
yaitu suku bangsa, agama, kebudayaan dan bahasa.

1) Suku Bangsa: adalah golongan sosial yang khusus yang bersifat askriptif
(ada sejak lahir), yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis
kelamin. Di Indonesia terdapat banyak sekali suku bangsa atau kelompok
etnis dengan tidak kurang 300 dialek bahasa.

2) Agama: bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang agamis. Agama-


agama yang tumbuh dan berkembang di nusantara adalah agama Islam,
Kristen, Katholik, Hindu, Budha dan Kong Hu Cu. Agama Kong Hu Cu
pada masa Orde Baru tidak diakui sebagai agama resmi negara namun sejak
pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, istilah agama resmi negara
dihapuskan.

3) Kebudayaan: adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang


isinya adalah perangkat-perangkat atau model-model pengetahuan yang
secara kolektif digunakan oleh pendukung-pendukungnya untuk
menafsirkan dan memahami lingkungan yang dihadapi dan digunakan
sebagai rujukan atau pedoman untuk bertindak (dalam bentuk kelakuan dan
benda-benda kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang dihadapi.

4) Bahasa: merupakan unsur pendukung identitas nasional yang lain. Bahasa


dipahami sebagai sistem perlambang yang secara arbiter dibentuk atas
unsur-unsur bunyi ucapan manusia dan yang digunakan sebagai sarana
berinteraksi antar manusia.
5

Dari unsur-unsur Identitas Nasional tersebut diatas dapat dirumuskan


pembagiannya menjadi 3 bagian sebagai berikut :

1) Identitas Fundamental; yaitu Pancasila yang merupakan Falsafah Bangsa,


Dasar Negara, dan Ideologi Negara.

2) Identitas Instrumental yang berisi UUD 1945 dan Tata Perundangannya,


Bahasa Indonesia, Lambang Negara, Bendera Negara, Lagu Kebangsaan
“Indonesia Raya”.

3) Identitas Alamiah yang meliputi Negara Kepulauan (archipelago) dan


pluralisme dalam suku, bahasa, budaya dan agama serta kepercayaan
(agama).

A.2 Faktor Pendukung Kelahiran Identitas Nasional


Faktor yang mendukung kelahiran identitas nasional bangsa Indonesia
meliputi (1) faktor objektif, yaitu faktor geografis, ekologis, dan demografis, (2)
faktor subjektif, yaitu faktor historis, sosial, politik, dan kebudayaan yang dimiliki
bangsa Indonesia (Suryo, 2002). Kondisi geografis-ekologis yang membentuk
Indonesia sebagai wilayah kepulauan yang beriklim tropis dan terletak di
persimpangan jalan komunikasi antar wilayah dunia di Asia Tenggara, ikut
mempengaruhi perkembangan kehidupan demografis, ekonomis, sosial, dan
kultural bangsa Indonesia. Selain itu faktor historis yang dimiliki Indonesia ikut
mempengaruhi proses pembentukan masyarakat dan bangsa Indonesia beserta
identitasnya, melalui interaksi berbagai faktor yang ada di dalamnya.

Sedangkan Robert De Ventos mengemukakan bahwa teori munculnya


identitas nasional suatu bangsa sebagai hasil interaksi historis antara empat faktor
penting, yaitu faktor primer, faktor pendorong, faktor penarik, dan faktor reaktif.
Faktor pertama, mencakup etnisitas, teritorial, bahasa, agama, dan yang
sejenisnya. Bagi bangsa Indonesia yang tersusun dari berbagai etnis, bahasa,
agama, wilayah, serta bahasa daerah, merupakan suatu kesatuan meskipun
berbeda-beda dengan kekhasan masing-masing. Hal inilah yang dikenal dengan
Bhineka Tunggal Ika. Faktor kedua, meliputi pembangunan komunikasi dan
teknologi, lahirnya angkatan bersenjata modern dan pembangunan lainnya dalam
6

kehidupan Negara. Dalam hubungan ini bagi suatu bangsa kemajuan ilmu
pengetahuandan teknologi serta pembangunan negara dan bangsanya merupakan
suatu identitas nasional yang bersifat dinamis. Faktor ketiga, mencakup kodifikasi
bahasa dalam gramatika yang resmi, tumbuhnya birokrasi, dan pemantapan sistem
pendidikan nasional. Bagi bangsa Indonesia unsur bahasa telah merupakan bahasa
persatuan dan kesatuan nasional, sehingga bahasa Indonesia telah merupakan
bahasa resmi negara dan bangsa Indonesia. Faktor keempat, meliputi penindasan,
dominasi, dan pencarian identitas alternatif melalui memori kolektif rakyat.
Penderitaan dan kesengsaraan hidup serta semangat bersama dalam
memperjuangkan kemerdekaan merupakan faktor yang sangat strategis dalam
membentuk memori kolektif rakyat.

Keempat faktor tersebut pada dasarnya tercakup dalam proses pembentukan


identitas nasional bangsa Indonesia, yang telah berkembang dari masa sebelum
bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan dari bangsa lain. Pencarian identitas
nasional bangsa Indonesia pada dasarnya melekat erat dengan perjuangan bangsa
Indonesia untuk membangun bangsa dan negara dengan konsep nama Indonesia.
Bangsa dan negara Indonesia ini dibangun dari unsur-unsur masyarakat lama dan
dibangun menjadi satu kesatuan bangsa dan negara dengan prinsip nasionalisme
modern.

B. Alasan Perlunya Identitas Nasional

Identitas nasional itu penting, sebagaimana telah dijelaskan bahwa sebuah


negara dapat diibaratkan seorang individu manusia. Salah satu tujuan Tuhan
menciptakan manusia adalah agar manusia saling mengenal. Agar individu manusia
dapat mengenal atau dikenali oleh individu lain, manusia perlu memiliki ciri atau
identitas.

Selanjutnya, kita akan mengaitkan identitas diri individu dengan konteks


negara atau bangsa. Identitas nasional itu penting bagi sebuah negara agar bangsa
kita dikenal oleh bangsa lain. Apabila kita sudah dikenal oleh bangsa lain maka kita
dapat melanjutkan perjuangan untuk mampu eksis sebagai bangsa sesuai dengan
fitrahnya. Identitas nasional bagi sebuah negara-bangsa sangat penting bagi
kelangsungan hidup negara-bangsa tersebut. Tidak mungkin negara dapat hidup
7

sendiri sehingga dapat eksis. Setiap negara seperti halnya individu manusia tidak
dapat hidup menyendiri. Setiap negara memiliki keterbatasan sehingga perlu
bantuan/pertolongan negara atau bangsa lain. Demikian pula bagi indonesia, kita
perlu memiliki identitas agar dikenal oleh bangsa lain untuk saling memenuhi
kebutuhan. Oleh karena itu, identitas nasional sangat penting untuk memenuhi
kebutuhan atau kepentingan nasional negara-bangsa Indonesia.

Identitas nasional penting bagi kewibawaan negara dan bangsa Indonesia.


Dengan adanya identitas maka akan tumbuh rasa hormat dan saling menghargai antar
negara-bangsa. Dalam berhubungan antarnegara tecipta hubungan yang
sederajat/sejajar, karena masing-masing mengakui bahwa setiap negara berdaulat
tidak boleh melampaui kedaulatan negara lain. Istilah ini dalam hukum internasional
dikenal dengan asas “Par imparem non habet imperium” yang artinya bahwa negara
berdaulat tidak dapat melaksanakan yurisdiksi terhadap negara berdaulat lainnya.

C. Sumber Historis, Sosiologis dan Politik Identitas Nasional Indonesia

Bentuk-bentuk identitas nasional Indonesia pernah dikemukakan oleh Winarno


(2013) sebagai berikut:

1) Bahasa nasional atau bahasa persatuan adalah Bahasa Indonesia;


2) Bendera negara adalah Sang Merah Putih;
3) Lagu kebangsaan adalah Indonesia Raya;
4) Lambang negara adalah Garuda Pancasila;
5) Semboyan negara adalah Bhinneka Tunggal Ika;
6) Dasar falsafah negara adalah Pancasila;
7) Konstitusi (Hukum Dasar) Negara adalah UUD NRI 1945;
8) Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia;
9) Konsepsi Wawasan Nusantara;
10) Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai kebudayaan nasional.

Semua bentuk identitas nasional ini telah diatur dan tentu perlu disosialisasikan
dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Empat identitas nasional pertama meliputi bendera, bahasa, dan lambang


negara, serta lagu kebangsaan diatur dalam peraturan perundangan khusus
yang ditetapkan dalam Undang-Undang No. 24 Tahun 2009 tentang Bendera,
Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan. Dasar pertimbangan
tentang bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia
8

diatur dalam undang-undang karena (1) bendera, bahasa, dan lambang negara,
serta lagu kebangsaan Indonesia merupakan sarana pemersatu, identitas, dan wujud
eksistensi bangsa yang menjadi simbol kedaulatan dan kehormatan negara
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945; dan (2) bahwa bendera, bahasa, dan lambang negara,
serta lagu kebangsaan Indonesia merupakan manifestasi kebudayaan yang
berakar pada sejarah perjuangan bangsa, kesatuan dalam keragaman budaya,
dan kesamaan dalam mewujudkan cita-cita bangsa dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

C.1 Bendera Negara sang Merah Putih

Ketentuan tentang Bendera Negara diatur dalam UU No.24 Tahun 2009


mulai Pasal 4 sampai Pasal 24. Bendera Negara yang dikibarkan pada
Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 disebut
Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih. Sang saka merah putih adalah julukan
kehormatan terhadap bendera merah putih negara indonesia. Pada mulanya sebutan
ini ditujukan untuk bendera merah putih yang dikibarkan pada tanggal 17 agustus
1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta, ketika proklamasi diproklamirkan.
Adapun arti dari warna bendera negara Indonesia yaitu warna merah diartikan
sebagai lambang keberanian dan kewiraan, sedangkan warna putih adalah lambang
kesucian.

C.2 Bahasa Negara, Bahasa Indonesia

Ketentuan tentang Bahasa Negara diatur dalam Undang-undang No.24


Tahun 2009 mulai Pasal 25 sampai Pasal 45. Bahasa Indonesia sebagai bahasa
negara merupakan hasil kesepakatan para pendiri NKRI. Bahasa Indonesia
merupakan darah yang menjalin dan menumbuhkan sifat nasionalisme dalam
masyarakat kita yang mendiami beribu-ribu pulau di nusantara ini dengan berbagai
suku bangsa dan bahasa daerah. Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu
sebagai salah satu bahasa daerah di nusantara ini, kemudian berkembang menjadi
bahasa perantara (lingua franca) antar masyarakat. Kemudian Kongres Pemuda
Indonesia, 28 Oktober 1928 menetapkan bahasa Melayu sebagai bahasa
9

persatuan, bahasa nasional bangsa Indonesia. Setelah merdeka, bahasa


Indonesia ditetapkan sebagai bahasa resmi Negara.
Dalam kedudukan sebagai bahasa resmi negara ini, Bahasa Indonesia
mempunyai 4 fungsi, yaitu (1) bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa resmi dalam
pengajaran di sekolah, (3) bahasa resmi dalam pembangunan dan pemerintahan
pada tingkat nasional, serta (4) bahasa resmi dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.

C.3 Lambang Negara, Garuda Pancasila

Ketentuan tentang Lambang Negara diatur dalam Undang-Undang No. 24


Tahun 2009 mulai Pasal 46 sampai Pasal 57. Lambang negara Indonesia adalah
garuda pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika. Lambang negara
Indonesia berbentuk burung garuda yang kepalanya menoleh ke sebelah kanan (dari
sudut pandang Garuda). Perisai berbentuk menyerupai jantung yang digantung
dengan rantai pada leher Garuda, dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti
“Berbeda-beda tetapi tetap satu” ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda.
Lambang ini dirancang oleh Sultan Hamid II dari Pontianak, yang kemudian
disempurnakan oleh Presiden Soekarno, dan diresmikan pemakaiannya sebagai
lambang negara pertama kali pada Sidang Kabinet Republik Indonesia Serikat
tanggal 11 Februari 1950. Di tengah-tengah perisai burung Garuda terdapat
sebuah garis hitam tebal yang melukiskan khatulistiwa. Pada perisai terdapat
lima buah ruang yang mewujudkan dasar Pancasila sebagai berikut:
1) Ketuhanan Yang Maha Esa dilambangkan dengan cahaya di bagian tengah
perisai berbentuk bintang yang bersudut lima;
2) Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dilambangkan dengan tali rantai
bermata bulatan dan persegi di bagian kiri bawah perisai;
3) Persatuan Indonesia dilambangkan dengan pohon beringin di bagian
kiri atas perisai;
4) Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan dilambangkan dengan kepala banteng di
bagian kanan atas perisai; dan
5) Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia dilambangkan
dengan kapas dan padi di bagian kanan atas perisai.
10

C.4 Lagu Kebangsaan, Indonesia Raya

Ketentuan tentang Lagu kebangsaan Indonesia Raya diatur dalam UU No.24


Tahun 2009 mulai Pasal 58 sampai Pasal 64. Lagu Indonesia Raya sebagai lagu
kebangsaan pertama kali dinyanyikan pada Kongres Pemuda II tanggal 28 Oktober
1928 di Batavia (Jakarta). Sebagai Lagu Kebangsaan, Indonesia Raya selalu
dikumandangkan saat pengibaran bendera diseluruh upacara resmi kenegaraan, saat
akan dimulainya pertandingan kontingen asal Indonesia di tingkat internasional,
pada sidang kenegaraan dan partai politik, dan berbagai acara lain yang bersifat
resmi kenegaraan. Hingga saat ini lagu kebangsaan Indonesia Raya mengalami 3
kali perubahan yaitu versi asli yang ditulis Wage Rudolf Supratman, Lirik Resmi
yang diumumkan tahun 1958 dan Lirik Modern yang kita pakai saat ini.

C.5 Semboyan Negara, Bhinneka Tunggal Ika

Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan Negara Kesatuan Republik Indonesia.


Bhinneka Tunggal Ika ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh burung Garuda
dan pemakaiannya diresmikan sebagai Lambang Negara Indonesia pertama kali
pada Sidang Kabinet Republik Indonesia Serikat pada tanggal 11 Februari 1950.
Bhinneka Tunggal Ika berasal dari bahasa Jawa Kuno dan diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia “Berbeda-beda tetapi tetap satu”. Secara harfiah Bhinneka
Tunggal Ika diterjemahkan "Beraneka Satu Itu" yang bermakna meskipun berbeda-
beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan.
Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa
dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya,
bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan.
Bhineka Tunggal Ika pada era Globalisasi saat ini, Indonesia pada saat ini
banyak mengalami kemunduran persatuan dan kesatuan. Penyebabnya adalah
adanya ketimpangan sosial, kesenjangan ekonomi, belum stabilnya kondisi politik
pemerintahan di Indonesia menjadikan rakyat tumbuh menjadi rakyat yang apatis
terhadap pemerintah. Dampak buruk globalisasi yang membawa kebudayaan-
kebudayaan baru menjadikan komposisi kebudayaan masyarakat Indonesia menjadi
lebih kompleks atau rumit. Melihat kondisi seperti ini tentu kita semua tidak boleh
pesimis dan patah semangat, semboyan negara Bhinneka Tunggal Ika yang berarti
berbeda-beda tetapi tetap satu jua, selamanya akan tetap relevan untuk mengiringi
11

kehidupan bernegara di negeri yang multikultural ini, karena komposisi kehidupan


rakyat Indonesia akan terus beragam sampai kapanpun.

C.6 Dasar Falsafah Negara Pancasila

Pancasila memiliki sebutan atau fungsi dan kedudukan dalam sistem


ketatanegaraan Indonesia. Pancasila berfungsi sebagai dasar negara, ideologi
nasional, falsafah negara, pandangan hidup bangsa, dan sebagai jiwa serta
kepribadian bangsa Indonesia. Pancasila sebagai identitas nasional memiliki makna
bahwa seluruh rakyat Indonesia seyogianya menjadikan Pancasila sebagai landasan
berpikir, bersikap, dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Cara berpikir,
bersikap, dan berperilaku bangsa Indonesia tersebut menjadi pembeda dari cara
berpikir, bersikap, dan berperilaku bangsa lain.
Falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia, hal tersebut dapat
dibuktikan dengan ditemukannya dalam beberapa dokumen historis dan di dalam
perundang-undangan negara Indonesia seperti di bawah ini :
1) Dalam Pidato Ir. Soekarno tanggal 1 Juni 1945,
2) Dalam Naskah Politik yang bersejarah, tanggal 22 Juni 1945 alinea IV yang
kemudian dijadikan naskah rancangan Pembukaan UUD 1945 (terkenal
dengan sebutan Piagam Jakarta),
3) Dalam naskah Pembukaan UUD Proklamasi 1945, alinea IV,
4) Dalam Mukadimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS) tanggal
27 Desember 1945, alinea IV,
5) Dalam Mukadimah UUD Sementara Republik Indonesia (UUDS RI)
tanggal 17 Agustus 1950,
6) Dalam Pembukaan UUD 1945, alinea IV setelah Dekrit Presiden RI tanggal
5 Juli 1959.

D. Argumen Tentang Dinamika dan Tantangan Identitas Nasional


Banyak sejumlah kasus dan peristiwa dalam kehidupan sehari-hari mengenai
dinamika kehidupan dan tantangan terkait identitas nasional yang pernah kita lihat
sebagai berikut :
1) Pancasila belum menjadi sikap dan perilaku sehari-hari (membuang sampah
sembarangan, tidak disiplin)
12

2) Lunturnya nilai-nilai luhur dalam praktik kehidupan berbangsa dan bernegara


(kesantunan, kepedulian)
3) Rasa nasionalisme dan patriotisme yang luntur dan memudar ( menghargai dan
mencintai buaya asing )
4) Lebih bangga menggunakan bahasa asing daripada bahasa indonesia.
5) Lebih mengapresiasi lagu-lagu asing daripada mengapresiasi lagu nasional atau
lagu daerah sendiri.
6) Lunturnya semangat nasionalisme dalam menjunjung nama bangsa dan negara.

Kita harus mampu menghadapi segenap tantangan dan hambatan dalam


kehidupan guna dapat memelihara stabilitas nasional. Tantangan dan masalah yang
dihadapi terkait dengan Pancasila telah banyak mendapat tanggapan dan analisis
sejumlah pakar. Seperti Azyumardi Azra (Tilaar, 2007), menyatakan bahwa saat ini
Pancasila sulit dan dimarginalkan di dalam semua kehidupan masyarakat indonesia
karena: 1) Pancasila dijadikan sebagai kendaraan politik; 2) adanya liberalisme politik;
dan 3) lahirnya desentralisasi atau otonomi daerah menurut Tilaar (2007).
Dalam rangka pemberdayaan Identitas Nasional, perlu ditempuh melalui
revitalisasi Pancasila. Revitalisasi sebagai manifesatsi Identitas Nasional mengandung
makna bahwa Pancasila harus kita letakkan dalam keutuhannya dengan Pembukaan,
dieksplorasikan dimensi-dimensi yang melekat padanya, yang meliputi:

1) Realitas: dalam arti bahwa nilai-nilai yang terkandung di dalamnya


dikonsentrasikan sebagai cerminan kondisi objektif yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat kampus utamanya, suatu rangkaian nilai-nilai
yang bersifat sein im sollen dan das sollen im sein.
2) Idealitas: dalam arti bahwa idealisme yang terkandung di dalamnya bukanlah
sekedar utopi tanpa makna, melainkan di objektivasikan sebagai “kata kerja”
untuk membangkitkan gairah dan optimisme para warga masyarakat guna
melihat hari depan secara prospektif, menuju hari esok yang lebih baik, melalui
seminar atau gerakan dengan tema “Revitalisasi Pancasila”.
3) Fleksibilitas: dalam arti bahwa Pancasila bukanlah barang jadi yang sudah
selesai dan “tertutup”menjadi sesuatu yang sakral, melainkan terbuka bagi tafsir-
tafsir baru untuk memenuhi kebutuhan jaman yang terus-menerus berkembang.
13

Dengan demikian tanpa kehilangan nilai hakikinya Pancasila menjadi tetap


aktual, relevan serta fungsional sebagai tiang-tiang penyangga bagi kehidupan
bangsa dan negara dengan jiwa dan semangat “Bhinneka Tunggal Ika”.

Untuk membentuk jati diri maka nilai-nilai yang ada tersebut harus digali dulu
misalnya nilai-nilai agama yang datang dari Tuhan dan nilai-nilai yang lain misalnya
gotong royong, persatuan kesatuan, saling menghargai menghormati, yang hal ini
sangat berarti dalam memperkuat rasa nasionalisme bangsa. Dengan saling mengerti
antara satu dengan yang lain maka secara langsung akan memperlihatkan jati diri
bangsa kita yang akhirnya mewujudkan identitas nasional kita.

Sementara itu untuk mengembangkan jati diri bangsa dimulai dari nilai-nilai yang
harus dikembangkan yaitu nilai-nilai kejujuran, keterbukaan, berani mengambil resiko,
harus bertanggung jawab terhadap apa yang boleh dilakukan, adanya kesepakatan dan
berbagai terhadap sesama.
14

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Identitas Nasional merupakan jati diri suatu bangsa, ia memiliki suatu ciri khas
dan karakter yang membedakannya dengan bangsa lain. Identitas Nasional bangsa
Indonesia terbentuk dari kemajemukan penduduknya, yaitu dari perbedaan suku
bangsa, agama, budaya dan bahasa.
Bentuk Identitas nasional Indonesia amat beragam, seperti; bahasa Indonesia,
bendera merah putih, lagu Indonesia Raya, lambang Garuda Pancasila, semboyan
Bhinneka Tunggal Ika, dasar falsafah Pancasila, hukum dasar UUD 1945, kebudayaan
serta kesenian daerah yang beragam dll.
Identitas Nasional amat diperlukan agar suatu negara dapat dikenal oleh negara
lain dan eksis di dunia Internasional. Identitas nasional juga penting bagi kewibawaan
suatu negara, agar diakui kedaulatannya.
Munculnya era Globalisasi yang membawa kebudayaan asing dan gaya hidup
kebaratan, membuat lunturnya Identitas Nasional bangsa Indonesia. Hal ini menjadi
suatu tantangan bagi bangsa kita, untuk mempertahankan Identitas aslinya serta
menjaga stabilitas dan nasionalisme Negara Kesatuan Republik Indonesia

B. Saran
Dalam menjaga keaslian identitas nasional bangsa Indonesia, tidak dapat
dilakukan hanya dengan satu orang atau satu pihak saja, melainkan seluruh komponen
masyarakat dan instansi dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Terutama bagi
anak-anak muda dan remaja yang merupakan penerus bangsa Indonesia, harus
memiliki semangat dan jiwa nasionalisme yang tinggi serta ikut dalam menjaga dan
melestarikan hal-hal yang menjadi identitas nasional Indonesia. Kita tentu tidak dapat
menolak dan menghalangi secara penuh budaya-budaya dan teknologi yang masuk,
dimana dikhawatirkan akan melunturkan identitas nasional bangsa. Yang terpenting
adalah kita dapat mengatur batas-batas dalam mengkonsumsinya dan jangan biarkan
bangsa lain mengambil apa yang harusnya menjadi identitas bangsa ini.
15

DAFTAR PUSTAKA

Herdiawanto, H., & Hamdayama, J. (2010). Cerdas, Kritis, Dan Aktif Berwarganegara.
Jakarta: Erlangga.

Kaelan, & Zubaidi, A. (2010). Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Paradigma.

Sumantri, A. (2014). Bab II Bagaimana Esensi dan Urgensi Identitas Nasional Sebagai
Salah Satu Determinan Pembangunan Bangsa dan Karakter. Dipetik Desember 3,
2016, dari kuliahdaring.dikti.go.id

Suryo. 2002. Munculnya Identitas Nasional. Bandung: Alumni.

Tilaar, H. A. R. 2007. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai