Anda di halaman 1dari 8

KEMERDEKAAN INDONESIA OLEH PENGAKUAN

DUNIA

Makalah Sejarah Peminatab

Untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Sejarah Peminatan

Oleh:

Muhammad Rifki Arifin /No. 17/XII IPS 4

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 KOTA MUNGKID

KABUPATEN MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH

2018

1
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum WR.WB,

Dengan menyebut nama ALLAH SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, puji syukur atas kehadirat-NYA yang terah memberikan saya
kesehatan, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah sejarah tentang
Kemerdekaan Indonesia Oleh Pengakuan Dunia. Makalah sejarah ini saya buat
sesua dengan referensi yang saya saya ambil. Dalam makalah ini akan
menerapkan dan menjelaskan tentang materi pada bab (KD 3.1). Demikian
makalah ini saya buat dikarenakan keterbatasan pengetahuan, saya yakin banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu saya memohon maaf dan sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari guru pembimbing maupun
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamu’alaikum WR.WB.

Magelang, 20 Juli 2018

Penyusun

Muhammad Rifki Arifin


ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Makalah ini saya buat untuk memenuhi tugas mata pelajaran Sejarah .
Dengan tema Kemerdekaan Indonesia Oleh Pengakuan Dunia.. Saya memilih
materi tersebut karena berperan penting dalalam pengakuan kemerdekaan
Indonesia dan untuk mengingat hubungan kedaulatan RI oleh Australia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sikap PBB terhadap kemerdekaan RI?

1.3 Tujuan dan Manfaat


Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas pelajaran Sejarah
Peminatan. Serta dapat memberikan manfaat untuk penulis dan para pembaca
tentang peristiwa pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh PBB dengan bahasa dan
penjelasan yang ringan untuk dipahami.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sikap PBB Terhadap Kemerdekaan RI


Diplomasi luar negeri yang dilakukan Indonesia akhirnya berbuah
manis. Banyak negara anggota PBB yang mendukung Indonesia. Hal itu
berdampak positif bagi Indonesia karena mendapat perhatian dari Dewan
Keamanan PBB. Berakhirnya Agresi Militer Belanda I, Autralia dan India
adalah negara yang pertama melakukan pendekatan dengan Dewan
Keamanan PBB di New York.

Pada Agustus 1947, perwakilan Indonesia menghadap Dewan


Keamanan PBB untuk mempertahankan Indonesia. Indonesia diwakili oleh
Sutan Syharir, Haji Agus Salim, L. N. Palar, Dr. Soemitro
Djojohadikusumo, Soedjatmoko, dan Charles Tambun. PBB mengakui
Indonesia secara de facto terbukti dengan PBB menggunakan nama
Indonesia bukan Netherlands Indies. Pada 25 Agustus 1947 Dewan
Keamanan PBB membentuk komisi dengan nama Committee of God
Offices for Indonesia atau KTN. Yang diwakili tiga negara Australia yang
dipilih Indonesia diwakili oleh Richard C. Kirby, Belgia yang dipilih
Belanda diwakili oleh Paul van Zeeland, dan Amerika Serikat sebagai
negara yang netral diwakili oleh Dr. Frank Graham.

Pada 20 Oktober 1947, KTN bertugas untuk menyelesaikan sengketa


antara Indonesia dan Belanda secara damai dan pada 27 Oktober 147 KTN
telah sampai di Indonesia untuk menjalankan tugasnya. Pada 8 Desember
1947 KTN menyelenggarakan perundingan antara Indonesia dan Belanda di
kapal angkatan laut Amerika Serikat yang bernama USS Renville. Hasil dari
perundingan ini dikenal sebagai Perjanjian Renville. Namun perjanjian itu
tidak berjalan dengan baik pada nyatanya pada 19 Desember 1948 Belanda
melakukan Agresi Militer Belanda II di Yogyakarta (Ibu Kota Indonesia).
Para pemimpin Indonesia pada saat itu diasingkan ke Bangka.

Namun, sebelum menjadi tawanan Belanda, Presiden Soekarno sempat


mengirimkan surat kuasa kepada Syafruddin Prawiranegara untuk
membentuk PDRI. Selain itu, ditugaskan pula kepada Dr.Soedarsono, L. N.
Palar, dan A.A. Maramis yang berada di New Delhi untuk bersiap
membentuk pemerintahan cadangan di India jika PDRI gagal. Pada 20-23
Januari 1949, para delegasi Indonesia menghadiri Konferensi Inter-Asia di
New Delhi atas undangan Perdana Menteri India, Jawaharlal Nehru.
Konferensi ini menyepakati untuk meminta PBB agar turun tangan untuk
mengatasi persoalan antara Belanda dan Indonesia.

Akhirnya, pada 24 Januari 1949 Dewan Keamanan PBB menggelar


sidang untuk membahas Agresi Militer Belanda II. Kemudian pada tanggal
28 Januari 1949 PBB mengeluarkan peraturan yang harus disetujui
Indonesia dan Belanda yaitu, Belanda harus menghentikan semua kegiatan
operasi militernya dan Indonesia harus menghentikan aktivitas gerilyanya.
KTN berganti nama menjadi United Nations Commision for Indonesia
(UNCI).

2
UNCI diberi wewenang yang lebih luas untuk menghasilkan
perdamaian antara Belanda dan Indonesia. Anggotanya terdiri dari Critchley
mewakili Australia, Herremans mewakili Belgia, dan Merle Cochran
mewakili Amerika Serikat. UNCI memiliki tugas diantaranya sebagai
berikut :

a. Membantu melancarkan jalannya perundingan.

b. Mengurus pengembalian kekuasaan pemerintah Indonesia.

c. Mengamati jejak pendapat (plebisit).

d. Mengajukan usulan dan saran-saran yang dapat membantu tercapainya


kesepakatan antara dua negara.

Ternyata peraturan yang disepakati dilanggar oleh Belanda, dengan


mempropagandakan bahwa Indonesia sudah tidak ada, Indonesia sudah
berada dibawah kekuasaan Belanda. Namun, adanya Serangan Umum 1
Maret 1949 di Yogyakarta meruntuhkan propaganda Belanda. Pada akhirnya
PBB melalui UNCI berhasil mendesak Belanda untuk melakukan
perundingan. Pada 23 Agustus 1949 KMB dilaksanakan di Ridderzaal, Den
Haag, Belanda. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Mohammad Hatta,
delegasi Belanda dipimpin oleh J.V. Maarseven, delegasi BFO dipimpin
oleh Sultan Hamid, dan UNCI dipimpin oleh Chritchley. Hasil dari KMB
yaitu Belanda menyerahkan kedaulatan kepada Indonesia secara resmi pada
tanggal 27 Desember 1949.

3
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari materi diatas disimpulkan bahwa dari makalah ini kita dapat
mengetahui peristiwa pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda melalui PBB
sehingga kita dapat lebih mendalami dan memahami perjuangan para pejuang
untuk mendapatkan kedaulatan. Yang kedepannya bisa membangun semangat para
pemuda untuk bisa mempertahankan dan lebih meningkatkan apa yang sudah para
pejuang kita perjungankan untuk bangsa.

3.2 Saran
Kita harus menghormati dan menjunjung tinggi rasa persatuan dengan cara
menghargai jasa para pahlawan dan menjaga keutuhan NKRI.

4
5

Anda mungkin juga menyukai