O
L
E
H
TUTY HARTANI
SMPN 9 SATAP MANTEWE
Mantewe,September 2019
Penyusun
BERBAGAI PERISTIWA
TRAGEDI NASIONAL
1234567890123456789012345678901212
1234567890123456789012345678901212
1234567890123456789012345678901212
Tujuan Pembelajaran
1234567890123456789012345678901212
1234567890123456789012345678901212
1234567890123456789012345678901212
1234567890123456789012345678901212
1234567890123456789012345678901212
Pada bab ini kalian akan mempelajari tentang berbagai peristiwa tragedi nasional di
Indonesia. Setelah mempelajari materi bab ini kalian diharapkan mampu mendeskripsikan
peristiwa tragedi nasional peristiwa PKI Madiun, DI/TII, G 30 S/PKI, dan konflik-konflik
internal lainnya, sehingga kalian dapat mengetahui keadaan pada waktu itu.
Setelah memperoleh kemerdekaan situasi di negara kita belum stabil. Terjadi peristiwa-
peristiwa penting di berbagai daerah di Indonesia yang mengancam keutuhan bangsa
Indo-
nesia yaitu munculnya pemberontakan-pemberontakan di beberapa daerah.
Pemberontakan
tersebut dilakukan sebagai bentuk perwujudan ketidakpuasan terhdap pemerintah.
Peristiwa
tragedi nasional seperti peristiwa PKI Madiun, DI/TII, G 30 S/PKI, dan konflik-konflik
inter-
nal lainnya sebagai perwujudan tindakan melawan pemerintah. Sebagai contoh tindakan
melawan pemerintah pada waktu itu dan bisa disebut juga sebagai usaha melakukan
kudeta
terhadap pemerintah yang sah adalah G 30 S/PKI. Gerakan itu telah dengan keji
menculik
dan membunuh dewan jenderal. Pelajarilah baik-baik bab ini dan diharapkan kalian
dapat
mengambil hikmah dari peristiwa tragedi nasional.
Peta Konsep Peristiwa Tragedi Nasional
Pemberontakan
PKI Madiun
Pemberontakan
DI/TII
Pemberontakan
Menyebabkan
APRA
Pemberontakan
RMS
Pemberontakan
PRRI
Pemberontakan
G 30 S /PKI
H PEMBERONTAKAN G 30 S/PKI
Sistem pemerintahan demokrasi terpimpin memberi peluang PKI untuk memperkuat
posisinya di segala bidang. Setelah posisinya kuat maka PKI dengan G 30 S/PKI mengadakan
pemberontakan.
Gambar 12.4 Dari kiri ke kanan, Letjen Ahmad Yani, Mayjen Suprapto, Mayjen M.T. Haryono, Mayjen
S. Parman, Brigjen Sutoyo Siswomiharjo, Brigjen DI Panjaitan, Lettu Pierre Tendean, Brigradir Polisi
Karel Satsuit Tubun, Kolonel Katamso, Letkol Sugiyono.
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka
Jenderal Abdul Haris Nasution, pada waktu itu Menteri Kompartemen Hankam/Kepala
Staf Angkatan Bersenjata, yang menjadi sasaran utama berhasil meloloskan diri dari usaha
penculikan, tetapi putri beliau, Ade Irma SuryaniNasution
Nasution, tewas akibat tembakan-tembakan
para penculik. Letnan Satu Piere Tendean
Tendean, ajudan Jenderal A.H. Nasution adalah perwira
pertama juga menjadi korban dalam peristiwa ini. Dalam usaha penculikan tersebut, tewas
pula Brigadir Polisi Karel Satsuit Tubun, pengawal rumah Wakil Perdana Menteri II
Dr.J.Leimena yang berdampingan dengan rumah Jenderal A.H. Nasution. Bersama pengawal-
pengawal lainnya, Brigadir Polisi Karel Satsuit Tubun mengadakan perlawanan ketika
mereka akan diamankan para penculik sebelum memasuki rumah Jenderal A.H. Nasution.
PKI dengan G 30 S/PKI-nya dalam usaha melumpuhkan kekuatan ABRI di Jawa Tengah,
terutama TNI-AD juga mengadakan gerakan yang sama menculik pimpinan teras TNI-AD
di Jawa Tengah. Komando Korem 072 dan Kepala Staf Korem 072, Kolonel Katamso
Dharmokusumo dan Letnan Kolonel Sugiyono Mangunwiyoto, diculik di rumah dan di
markas Korem 072 Yogyakarta. Kedua tokoh TNI tersebut kemudian dibawa ke markas
batalyon “L” di desa Kentungan sebelah utara kota Yogyakarta. Setelah disiksa secara keji
dan biadab tanpa mengenal nilai kemanusiaan akhirnya dibunuh.
Pada Jumat pagi, tanggal 1 Oktober 1965, “Gerakan 30 September “, telah berhasil
menguasai dua buah sarana komunikasi yang vital, yaitu studio RRI pusat dan kantor PN
Telekomunikasi, Jakarta. Melalui RRI tersebut G 30 S/PKI mengumumkan beberapa hal di
antaranya adalah sebagai berikut.
a. Pada pukul 07.20 dan diulang pada pukul 08.15, disiarkan pengumuman tentang
Gerakan 30 September telah melakukan tindakan yang ditujukan kepada “Jenderal-
jenderal anggota Dewan Jenderal yang akan mengadakan perebutan kekuasaan
terhadap pemerintah”.
b. Siang harinya, pukul 13.00 kembali disiarkan sebuah dekrit tentang pembentukan Dewan
Revolusi di pusat dan di daerah-daerah serta pendemisioneran kabinet Dwikora. .
c. Pada pukul 14.00 diumumkan susunan Dewan Revolusi yang terdiri dari 45 orang dan
diketuai oleh Letkol Untung Sutopo.
Lengkapilah tabel di bawah ini dngan keterangan yang tepat! Salin di buku tugas.
1. PKI Madiun
2. DI/TII Jawa Barat
3. RMS
4. APRA
5. Andi Azis
Rangkuman
Pada tanggal 18 September 1948 terjadi pemberontakan PKI Madiun yang dipimpin
oleh Muso dan Amir Syarifudin. Di Tasikmalaya, Jawa Barat, pada tanggal 7 Agustus
1949 Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo memproklamasikan berdirinya Negara Islam
Indonesia(NII). NII juga disebut Darul Islam (DI), mempunyai kekuatan utama Tentara
Islam Indonesia (TII). Pengaruh DI/TII meluas sampai ke Jawa Tengah, Sulawesi Selatan,
Aceh, dan Kalimantan Selatan. DI/TII Jawa Tengah merajalela di daerah Tegal, Brebes
dan Kebumen. DI/TII Jawa Tengah ditumpas dengan operasi militer. Pemberontakan
DI/TII Sulawesi Selatan dipimpin oleh Kahar Muzakar. Pada bulan Februari 1965 DI/
TII di Sulawesi Selatan dapat ditumpas. Kahar Muzakar ditembak mati. Daud Beureueh
memimpin pemberontakan DI/TII di Aceh. Pemberontakan Daud Beureueh berhasil
diselesaikan dengan “Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh” pada bulan Desember
1960. Di Kalimantan Selatan, Ibnu Hajar memimpin pemberontakan DI/TII. Pada tahun
1959 Ibnu Hajar tertangkap, pasukannya dihancurkan. DI/TII Kartosuwiryo di Jawa
Barat ditumpas dengan Operasi Pagar Betis dan Bratayudha. Sekarmaji Marijan
Kartosuwiryo tertangkap, diadili, dan dihukum mati.
Menjelang kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia, meletus pemberontakan
Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) di Bandung di bawah pimpinan Westerling dan
Sultan Hamid II. APRA menyerbu kota Bandung dan menembak setiap anggota TNI
yang dijumpainya. Berkat bantuan kesatuan polisi dari Jawa Tengah dan Jawa Timur
yang pada waktu itu berada di Jakarta, gerombolan APRA berhasil digempur dan diusir
dari kota Bandung.
Pada tanggal 5 April 1950 Andi Azis mengadakan pemberontakan di Makasar dengan
menyerang Markas Teritorium Indonesia Timur dan menawan Letnan Kolonel Ahmad
Yunus Mokoginta. Pemberontakan Andi Azis dapat diatasi, muncul pemberontakan
Republik Maluku Selatan (RMS). RMS diproklamasikan oleh Soumokil pada tanggal 25
April 1950. Untuk menumpas pemberontakan RMS dikirim pasukan di bawah pimpinan
Kolonel Alex Kawilarang. Pos-pos penting RMS direbut. Dalam pertempuran jarak dekat
memperebutkan benteng Nieuw Victoria, Letnan Kolonel Slamet Riyadi dan Letnan
Kolonel Sudiarto gugur. Akhirnya Soumokil dapat ditangkap, sehingga berakhirlah
pemberontakan RMS.
Di Sumatra, pada tanggal 15 Februari 1958 Ahmad Husein mengumumkan berdirinya
Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dan menyatakan putus hubungan
dengan Pemerintah Pusat. Gerakan itu didukung Piagam Perjuangan Semesta (Permesta).
Untuk menumpas pemberontakan PRRI, pemerintah melancarkan beberapa operasi
militer, di antaranya adalah Operasi 17 Agustus di bawah pimpinan Kolonel Ahmad
Yani. Permesta ditumpas dengan Operasi Merdeka di bawah pimpinan Letnan Kolonel
Rukmito Hendraningrat.
Pada tanggal 30 September 1965, G 30 S/PKI telah mengadakan persipan terakhir.Tepat
tanggal 1 Oktober 1965 dini hari G 30 S/PKI menculik dan membunuh enam perwira
tinggi TNI AD di Jakarta. Para korban keganasan G 30 S/PKI itu ialah: Letjen Achmad
Yani, Mayjen Suprapto, Mayjen MT. Haryono, Mayjen S. Parman, Brigjen DI. Panjaitan,
Brigjen Sutoyo Siswomiharjo. Korban lainnya adalah Lettu Piere Tendean dan Peltu
Polisi Karel Satsuit Tubun. Di Yogyakarta G 30 S/PKI menculik dan membunuh Kolonel
Katamso dan Letnan Kolonel Sugiyono.
Pagi hari tanggal 1 Oktober 1965, G 30 S / PKI menguasai studio RRI Pusat dan Kantor
Pusat Telekomunikasi. Melalui RRI Pusat, G 30 S/PKI mengumumkan pendemisioneran
Kabinet Dwikora dan pembentukan Dewan Revolusi. PKI nyata-nyata memberontak
dan merebut kekuasaan pemerintah yang sah. Pangkostrad Mayor Jenderal Suharto
segera bertindak. Beliau memerintahkan Komandan RPKAD Kolonel Sarwo Edi Wibowo
untuk merebut kembali studio RRI pusat dan kantor pusat telekomunikasi. Hanya dalam
waktu 20 menit kedua kantor tersebut dapat dikuasai kembali. Kota Jakarta dan
sekitarnya dapat dikuasai oleh para prajurit sejati di bawah pimpinan Mayor Jenderal
Suharto. Bersama rakyat, ABRI melanjutkan pembersihan sisa-sisa G 30 S/PKI di seluruh
Indonesia.
Refleksi
Setiap usaha untuk melawan pemerintah yang dilakukan oleh rakyat dapat ditumpas.
Oleh karena itu sebagai warga negara yang baik, kita harus cinta tanah air dan bangsa.
Wujud cinta kita terhadap tanah air dan bangsa dengan mengisi kemerdekaan melalui
pembangunan, baik jasmani maupun rohani. Tujuannya adalah untuk mencapai
masyarakat adil dan makmur.
Evaluasi