Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH SEJARAH PEMINATAN

KONFERENSI MEJA BUNDAR

Disusun oleh:

DIVA CLARISSA VANIA

Kelas:

XII IPS 3
Kata Pengantar

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Mahaesa karena telah melimpahkan berkatNya sehingga
penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini. Makalah tentang Konferensi Meja Bundar
(KMB) ini dibuat guna memenuhi tugas sejarah peminatan. Penulis berharap makalah ini dapat
menambah wawasan pembaca tentang sejarah terjadinya Konferensi Meja Bundar sebagai salah
satu proses diakuinya Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang merdeka.

Penulis telah membuat makalah ini dengan semaksimal mungkin, dan apabila ditemukan
kesalahan pada penulisan makalah ini penulis memohon maaf dan menerima kritik dan saran yang
membangun dari pembaca

Pontianak, 25 Juli 2019

i
Daftar Isi
Kata Pengantar …………………………………………………………………………..….……. i
Daftar Isi ………………………………………………………………………………………… ii
Bab I Pendahuluan …………………………………………………………..…………………….1
A. Latar Belakang …………………………………………………………………….……... 1
B. Rumusan Masalah …………………………. …………………………………………..... 1
C. Tujuan ……………………………………………………………………………………. 2
Bab II Pembahasan ………………………………………………………………………………. 3
A. Sejarah Konferensi Meja Bundar ………………………………………………………... 3
B. Pihak-pihak yang Menghadiri Konferensi Meja Bundar ………………….……………... 3
C. Hasil dan Isi Konferensi Meja Bundar ………………………………………………….... 4
D. Dampak diadakannya Konferensi Meja Bundar ……………………………...………….. 4
Bab III Penutup …………………………………………………………………………….…….. 6

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada tahun 1945, negara Indonesia menyatakan bahwa ia telah merdeka. Kemerdekaan
merupakan suatu masa ketika rakyat Indonesia melepaskan diri dari belenggu penjajahan bangsa
asing. Setelah Jepang menyerah kepada sekutu, baik pihak Sekutu maupun pihak Belanda tidak
menyadari bahwa rakyat Indonesia telah memerdekakan dirinya. Belanda mengira bahwa ia dapat
kembali menancapkan penjajahannya di tanah Indonesia. Namun, Sekutu dan Belanda harus
berhadapan dengan kenyataan bahwa rakyat Indonesia siap mempertaruhkan nyawa untuk
mempertahankan kemerdekaannya. Ini adalah bukti bahwa rakyat Indonesia tidak ingin dijajah
lagi.

Peperangan tidak bisa dihindari di berbagai daerah di Indonesia. NICA memboncengi


Sekutu masuk ke wilayah Indonesia melalui pelabuhan-pelabuhan penting seperti Jakarta,
Semarang, dan Surabaya. Bagi bangsa Indonesia, kemerdekaan sudah tidak bisa ditawar lagi.
Belanda pun bersikeras untuk tidak mengakui kemerdekaan Indonesia.

Para pemimpin bangsa menyadari perjuangan melalui peperangan tidak akan mengakhiri
konflik Indonesia-Belanda. Oleh karena itu, mereka mulai berjuang melalui jalur diplomasi.
Berikut beberapa peristiwa penting untuk menyelesaikan konflik antara Indonesia-Belanda, yaitu
Perjanjian Linggarjati, Komisi Tiga Negara, Perjanjian Renville, Perundingan Roem-Royen.

Walaupun sudah menyepakati beberapa perjanjian tersebut, Belanda beberapa kali


mengingkari isi perjanjian dan melancarkan serangan militer. Kemudian Belanda dikecam oleh
negara-negara dunia lainnya. Indonesia berkoordinasi dengan BFO (Bijeenkomst voor Federaal
Overleg), negara-negara bentukan Belanda, untuk menciptakan satu front untuk menghadapi
Belanda. Sehingga diadakanlah Konferensi Inter-Indonesia yang kemudian berlanjut pada
dukungan negara-negara bagi Indonesia dalam menghadapi Konferensi Meja Bundar (KMB) yang
merupakan salah satu putusan dalam perundingan Roem-Royen pada Juni 1494.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah diadakannya Konferensi Meja Bundar?

1
2. Siapa saja pihak yang menghadiri Konferensi Meja Bundar?
3. Apa hasil dan isi Konferensi Meja Bundar?
4. Bagaimana dampak dari Konferensi Meja Bundar?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui sejarah diadakannya Konferensi Meja Bundar.


2. Untuk mengetahui pihak-pihak yang menghadiri Konferensi Meja Bundar.
3. Untuk mengetahui hasil dan isi dari Konferensi Meja Bundar.
4. Untuk mengetahui dampak dari diadakannya Konferensi Meja Bundar.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Konferensi Meja Bundar

Terdapat tiga perundingan yang telah dilakukan oleh pihak Indonesia-Belanda sebelum
diadakannya Konferensi Meja Bundar, yaitu Perjanjian Linggarjati pada tahun 1947, Perjanjian
Renville pada tahun 1948, dan Perjanjian Roem-Royen pada tahun 1949. Walaupun telah diadakan
tiga perundingan tersebut, hubungan antara Indonesia dan Belanda tak kunjung membaik. Pihak
Belanda pun masih enggan mengakui negara Indonesia sebagai negara yang telah merdeka.

Bahkan Belanda sempat beberapa kali mengingkari perjanjian yang telah disepakati oleh Indonesia
dengan melancarkan serangan militer kepada Indonesia, tepatnya pada peristiwa Agresi Militer
Belanda I pada tahun 1947 (mengingkari Perjanjian Linggarjati), Agresi Militer Belanda II dan
penangkapan pimpinan negara pada tahun 1948 (mengingkari hasil Perjanjian Renville). Agresi
Militer Belanda II mendapat kecaman dari dunia internasional. Bahkan, Dewan Keamanan PBB
ikut ambil bagian untuk menyelesaikan konflik ini. Reaksi dan tekanan dunia internasional
menandai kegagalan upaya Belanda untuk menundukkan kembali Republik Indonesia. Selain itu,
Agresi Militer Belanda II ini menjadi titik balik perjuangan Republik Indonesia untuk memperoleh
pengakuan internasional.

Pada 22 Juni 1949, diadakan kembali perundingan antara Indonesia-Belanda, yaitu Perundingan
Roem-Royen. Perundingan inilah yang kemudian menghasilkan beberapa kesepakatan. Salah
satunya yaitu segera diadakannya Konferensi Meja Bundar.

Konferensi Meja Bundar (KMB) merupakan sebuah pertemuan dan perjanjian yang dilaksanakan
antara pihak Indonesia dan Belanda. Konferensi Meja Bundar diselenggarakan di gedung
Ridderzaal di Kota Den Haag, Belanda pada 23 Agustus hingga 2 November 1949.

B. Pihak-pihak yang Menghadiri Konferensi Meja Bundar

Terdapat tiga pihak yang menghadiri Konferensi Meja Bundar (KMB), yaitu:

1. Indonesia diwakili oleh Drs. Moh. Hatta, Mr. Moh. Roem, Prof. Dr. Mr. Soepomo.

3
2. BFO (Bijeenkomst voor Federaal Overleg atau Majelis Permusyawaratan Federal) diwakili
oleh Sultan Hamid II dari Pontianak.
3. Belanda diwakili oleh Mr. van Maarseveen.
4. UNCI (United Nations Commision for Indonesia) sebagai perwakilan PBB mengirim
delegasinya yang diwakili oleh Thomas Chritchley (Australia).
C. Hasil dan Isi Konferensi Meja Bundar

Ada beberapa poin kesepakatan Konferensi Meja Bundar. Berikut merupakan isi dan hasil
Konferensi Meja Bundar selengkapnya.

1. Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia Serikat (RIS) sebagai sebuah negara
yang merdeka dan berdaulat. RIS terdiri atas Republik Indonesia dan lima belas negara
bagian yang dibentuk Belanda.
2. Pengakuan kedaulatan dilakukan selambat-lambatnya tanggal 30 Desember 1949.
3. Status Provinsi Irian Barat diselesaikan paling lama dalam waktu setahun setelah
pengakuan kedaulatan.
4. RIS akan mengadakan kerja sama dengan Kerajaan Belanda dalam hubungan Uni
Indonesia Belanda yang dikepalai Raja Belanda.
5. Republik Indonesia Serikat akan mengembalikan hak milik Belanda dan memberikan hak-
hak konsesi serta izin baru untuk perusahaan-perusahaan Belanda.
6. Republik indonesia Serikat harus membayar semua utang Belanda sejak tahun 1942.
7. Kapal-kapal perang Belanda akan ditarik dari Indonesia dengan catatan beberapa kapal
perang kecil (korvet) akan diserahkan kepada RIS.
8. Tentara Kerajaan Belanda akan ditarik mundur, sedangkan Tentara Kerajaan Hindia
Belanda (KNIL) akan dibubarkan dengan catatan bahwa anggotanya yang diperlukan akan
dimasukkan dalam kesatuan TNI.
D. Dampak diadakannya Konferensi Meja Bundar

Pada 29 Oktober 1949 dilaksanakan pengesahan dan penandatanganan isi KMB. Selanjutnya, pada
15 Desember 1949 wakil-wakil pemerintah Republik Indonesia dan wakil-wakil BFO mengadakan
pertemuan untuk membahas Konstitusi RIS. Pertemuan ini berhasil menyepakati UUD yang akan
digunakan sebagai landasan Konstitusi RIS. Pada hari itu juga diadakan pemilihan Presiden RIS

4
dengan calon tunggal yakni Ir. Soekarno yang akhirnya menjadi presiden. Lalu, Drs. Moh. Hatta
diangkat menjadi PM atau Perdana Menteri oleh Presiden Soekarno pada 20 Desember 1949.

Pada 23 Desember 1949, perwakilan RIS berangkat ke Belanda untuk penandatanganan


kedaulatan yang akhirnya dilaksanakan pada 27 Desember 1949. Dalam upacara penyerahan
kedaulatan, Belanda diwakili oleh Ratu Juliana, Perdana Menteri Dr. Willem Drees, dan Menteri
Seberang Lautan Mr. A.M.J.A. Sassen. Sedangkan delegasi Indonesia dipimpin oleh Drs. Moh.
Hatta.

Di waktu yang bersamaan di Jakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Wakil Tertinggi
Mahkota A.H.J. Lovink menandatangani pengakuan kedaulatan. Dengan begitu, Indonesia
akhirnya diakui kedaulatannya oleh Belanda dan berubah bentuk menjadi negara serikat, yaitu
Republik Indonesia Serikat atau RIS.

5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Usaha Indonesia untuk mendapatkan pengakuan Belanda sebagai negara yang merdeka tidaklah
mudah. Hingga pada akhirnya setelah perjuangan yang panjang bangsa Indonesia berhasil
mendapatkan pengakuan Belanda pada Konferensi Meja Bundar (KMB). Konferensi Meja Bundar
memiliki peran yang besar terhadap keberhasilan Indonesia dalam mendapat pengakuan sebagai
negara yang merdeka oleh Belanda.

Anda mungkin juga menyukai