PENDAHULUAN
Latar Belakang Konferensi Meja Bundar (KMB) merupakan bagian penting dari
sejarah perjuangan Indonesia dalam merebut kemerdekaannya dari penjajahan
Belanda. KMB merupakan hasil dari perjalanan panjang bangsa Indonesia dalam
mencapai hak untuk mengendalikan nasibnya sendiri setelah berabad-abad di bawah
cengkeraman kolonialisme. Pada awal abad ke-20, semangat nasionalisme tumbuh
kuat di kalangan masyarakat Indonesia, didorong oleh berbagai faktor seperti
urbanisasi, pendidikan, dan akses informasi yang semakin meningkat.
Pada tahun 1942, Belanda dijajah oleh Jerman selama Perang Dunia II, dan
Indonesia menjadi sasaran Jepang yang ingin memanfaatkan sumber daya alam dan
tenaga kerja Indonesia. Pendudukan Jepang membawa perubahan signifikan dalam
dinamika politik dan sosial Indonesia. Setelah Jepang menyerah pada akhir perang,
perjuangan untuk meraih kemerdekaan semakin berkobar, karena semangat
kebangsaan telah mengakar dalam masyarakat.
1
1.2 Tujuan KMB dan Partisipan Utama
Konferensi Meja Bundar (KMB) diadakan dengan tujuan utama untuk mencari
solusi damai terhadap konflik antara Indonesia dan Belanda yang berkepanjangan,
serta mengakhiri agresi militer Belanda dan menghasilkan penyelesaian yang memadai
bagi kedua belah pihak. Tujuan ini mencakup beberapa aspek, termasuk pengakuan
internasional terhadap kemerdekaan Indonesia, pembagian wilayah dan sumber daya,
serta perjanjian mengenai hubungan bilateral antara kedua negara.
1.Indonesia:
Delegasi Indonesia dipimpin oleh Wakil Presiden Mohammad Hatta dan Perdana
Menteri Sutan Sjahrir. Mereka mewakili semangat perjuangan rakyat Indonesia untuk
mencapai kedaulatan penuh dan menentukan nasib sendiri, serta memperjuangkan
penarikan pasukan Belanda dari wilayah Indonesia.
2.Belanda:
3.Mediator Internasional:
PBB bertindak sebagai mediator dalam KMB. Dewan Keamanan PBB membentuk
Komisi Tiga Negara (TNC) yang terdiri dari India, Australia, dan Belgia. Tugas TNC
adalah memfasilitasi perundingan antara Indonesia dan Belanda serta merancang
kesepakatan yang dapat diterima oleh kedua belah pihak.
4.Negara-negara Terkait:
Selain mediator, beberapa negara lain juga terlibat dalam upaya mediasi atau
menyatakan dukungan terhadap salah satu pihak. Ini termasuk Amerika Serikat, Uni
Soviet, dan Inggris.
Partisipan utama ini memiliki peran kunci dalam mencapai tujuan KMB. Delegasi
Indonesia berusaha untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah dicapai secara de
facto dan mendapatkan pengakuan internasional atas kedaulatan Indonesia. Di sisi lain,
Belanda berupaya melindungi kepentingan ekonomi dan politiknya di Indonesia.
2
Mediator internasional bekerja keras untuk memfasilitasi perundingan yang berpihak
pada kedua belah pihak dan merancang solusi yang adil.
Dengan partisipan utama yang memiliki tujuan dan kepentingan yang berbeda,
Konferensi Meja Bundar menjadi medan diplomasi yang kompleks dan menantang.
Upaya mereka untuk mencapai kesepakatan akhir melibatkan kompromi, negosiasi,
dan semangat untuk mengakhiri konflik yang telah merugikan kedua belah pihak dan
masyarakat Indonesia secara keseluruhan.
Konferensi Meja Bundar (KMB) melibatkan sejumlah tokoh penting dari Indonesia
dan Belanda, yang memainkan peran kunci dalam perundingan dan negosiasi. Berikut
adalah beberapa tokoh yang terlibat dalam KMB:
Dari Indonesia:
1. Mohammad Hatta:
Salah satu tokoh utama dalam KMB, Hatta adalah wakil delegasi Indonesia yang
memiliki peran penting dalam perundingan. Ia memiliki latar belakang politik dan
ekonomi yang kuat, serta memiliki pengaruh dalam merumuskan posisi Indonesia
dalam negosiasi.
2. Sutan Sjahrir:
Dari Belanda:
Ia memimpin delegasi Belanda dalam KMB dan memiliki pengaruh besar dalam
menentukan sikap negosiasi Belanda. Dr. Van Royen mewakili pemerintah Belanda dan
menghadapi tuntutan keras dari pihak Indonesia dalam perundingan.
Meskipun bukan anggota delegasi resmi, Max van Poll merupakan penasihat
diplomatik yang memberikan kontribusi penting dalam mendukung perundingan. Ia
3
memiliki hubungan dengan sejumlah tokoh Indonesia dan Belanda, dan membantu
mengarahkan perundingan menuju kesepakatan.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dalam pembuatan makalah ini dapat
diajukan rumusan masalah yaitu:
1.4 Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan pembuatan makalah ini adalah:
1. Dapat mengetahui dampak dari acara Konferensi Meja Bundar (KMB) untuk
kehidupan saat ini
2. Dapat Mengetahui pandang dari pihak Belanda terhadap acar Konferensi Meja
Bundar (KMB)
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kronologi acara
Konferensi Meja Bundar (KMB) adalah forum diplomasi penting yang diadakan dari
23 Agustus 1949 hingga 2 November 1949 di Den Haag, Belanda, dengan tujuan
mengakhiri konflik antara Indonesia dan Belanda yang berlangsung setelah proklamasi
kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Acara ini melibatkan perwakilan dari
kedua belah pihak, yakni Indonesia yang diwakili oleh Mohammad Hatta dan Sutan
Sjahrir, serta Belanda yang diwakili oleh delegasi yang dipimpin oleh Dr. Van Royen
dan Mr. Van Maarseveen. KMB adalah hasil dari tekanan internasional dan kesadaran
Belanda akan sulitnya mempertahankan kendali atas koloninya pasca-Perang Dunia II.
Negosiasi di KMB berfokus pada berbagai isu, termasuk status politik Indonesia,
penarikan pasukan Belanda, pembentukan pemerintahan Indonesia yang merdeka, dan
hak-hak ekonomi yang akan diberikan oleh Belanda. Meskipun perundingan
berlangsung dengan tantangan dan perbedaan pendapat, akhirnya pada 27 Desember
1949, kedua belah pihak mencapai kesepakatan. KMB menghasilkan "Pemerintahan
Darurat Republik Indonesia" yang akan bertransisi menuju negara merdeka, dan pada
27 Desember 1949, Belanda secara resmi mengakui kedaulatan Republik Indonesia
Serikat (RIS).
Perdebatan awal antara delegasi Indonesia dan Belanda mengenai isu-isu kunci,
termasuk status politik dan tatanan ekonomi di Indonesia.
5
Kesepakatan final dicapai dan ditandai dengan pengakuan resmi oleh Belanda
terhadap kedaulatan Republik Indonesia Serikat (RIS).
Konferensi Meja Bundar (KMB) menjadi panggung penting di mana isu-isu sentral
yang mempengaruhi hubungan antara Indonesia dan Belanda setelah deklarasi
kemerdekaan Indonesia tahun 1945 diperdebatkan dan dinegosiasikan secara intensif.
Salah satu isu utama yang menjadi fokus perbincangan di KMB adalah status politik
Indonesia. Delegasi Indonesia, yang dipimpin oleh Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir,
menegaskan tekad untuk meraih pengakuan internasional atas kedaulatan dan
kemerdekaan negara mereka. Sebaliknya, pihak Belanda, yang diwakili oleh delegasi
yang dipimpin oleh Dr. Van Royen dan Mr. Van Maarseveen, awalnya lebih bersikeras
pada pengakuan "kerajaan dalam perhimpunan" yang masih tetap berada di bawah
Belanda.
Isu kedua yang menjadi perdebatan adalah penarikan pasukan Belanda dari
wilayah Indonesia. Delegasi Indonesia menuntut agar pasukan Belanda ditarik
sepenuhnya dan segera, mengakhiri kehadiran militer Belanda yang telah berlangsung
selama bertahun-tahun. Namun, pihak Belanda lebih memilih pendekatan bertahap dan
mengkhawatirkan dampak ekonomi serta perlindungan bagi warga Belanda yang
tinggal di Indonesia.
Selain itu, tatanan ekonomi juga menjadi perhatian utama dalam perundingan
KMB. Indonesia ingin memastikan hak-hak ekonomi dan sumber daya alam mereka
diakui dan dihormati. Pertanyaan tentang kompensasi atas kerugian ekonomi akibat
penjajahan Belanda juga menjadi isu penting dalam negosiasi. Sementara Indonesia
menginginkan kompensasi yang adil, Belanda merasa sulit untuk memberikan
kompensasi yang besar mengingat kondisi ekonomi pasca-Perang Dunia II.
Selain isu-isu tersebut, pihak Indonesia juga mendesak untuk mengakhiri tindakan
kekerasan dan konflik militer yang terus berlanjut. Isu hak asasi manusia dan
perlindungan warga sipil juga muncul dalam diskusi KMB, mencerminkan keprihatinan
atas kemanusiaan di tengah konflik yang berkepanjangan.
6
Dengan perdebatan yang sengit dan usaha untuk mencari titik tengah, delegasi
Indonesia dan Belanda akhirnya mencapai kesepakatan pada akhir konferensi.
Kesepakatan ini, meskipun tidak mengatasi semua perbedaan, menghasilkan langkah
awal yang penting menuju perdamaian dan pengakuan internasional atas kedaulatan
Indonesia. Isu-isu tersebut membentuk inti dari perundingan KMB dan mencerminkan
kompleksitas dari upaya mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama bertahun-
tahun antara kedua belah pihak.
Salah satu kesepakatan penting yang dihasilkan dari KMB adalah pembentukan
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI). Ini merupakan langkah transisi
menuju negara yang merdeka dan berdaulat. Meskipun belum sepenuhnya mencapai
kemerdekaan penuh, PDRI menjadi wadah bagi upaya Indonesia untuk membangun
pemerintahan sendiri dan mengelola urusan dalam negeri.
Perundingan KMB juga membahas hak-hak ekonomi Indonesia dan sumber daya
alam yang perlu diakui oleh Belanda. Meskipun perundingan ini kompleks dan tidak
7
mencapai semua tuntutan Indonesia, kesepakatan mengakui pentingnya hak-hak
ekonomi bagi Indonesia.
Sikap awal Belanda terhadap Konferensi Meja Bundar (KMB) dipengaruhi oleh
berbagai faktor, termasuk tekanan internasional, kondisi ekonomi pasca-Perang Dunia
II, dan dinamika politik di dalam negeri Belanda. Pada awalnya, Belanda mungkin
enggan menghadiri KMB dan bersikeras mempertahankan kendali atas koloninya,
termasuk Indonesia. Namun, seiring berjalannya waktu dan tekanan internasional yang
semakin kuat, sikap mereka berubah.
8
merasa semakin terpantau dalam tindakannya terhadap Indonesia. Faktor ekonomi
yang sulit dan kesadaran atas perubahan dunia pasca-perang mungkin juga
mempengaruhi pandangan mereka terhadap kolonialisme dan tuntutan kemerdekaan.
Sikap awal Belanda yang mungkin lebih keras kemungkinan mengalami perubahan
seiring berjalannya KMB. Tekanan internasional dan perundingan yang terjadi di meja
perundingan dapat membuka peluang untuk mencapai penyelesaian damai dan
mengakhiri konflik. Oleh karena itu, sementara sikap awal Belanda mungkin awalnya
keras terhadap KMB, faktor-faktor yang lebih luas dan dinamika perundingan
kemungkinan berdampak pada perubahan sikap mereka seiring berjalannya konferensi.
1. Pengakuan Kemerdekaan:
Sejumlah pihak di Belanda mungkin merasa tidak puas dengan hasil KMB.
Beberapa kelompok dan individu di Belanda mungkin merasa bahwa negara mereka
telah mengalami kekalahan atau bahwa kesepakatan tersebut tidak mengakui
sepenuhnya hak-hak Belanda. Ketidakpuasan ini mungkin tercermin dalam opini publik
atau komentar dari politisi di dalam negeri.
Meskipun awalnya mungkin terjadi resistensi terhadap hasil KMB, pihak Belanda
kemudian harus beradaptasi dengan realitas pasca-KMB. Mereka harus mengatur
9
penarikan pasukan dan mengakui otonomi yang lebih besar bagi Indonesia. Ini mungkin
melibatkan perubahan dalam hubungan ekonomi, politik, dan diplomasi antara kedua
negara.
Hasil KMB juga mengubah dinamika hubungan antara Indonesia dan Belanda.
Meskipun masih ada sejumlah isu yang belum terselesaikan sepenuhnya, pengakuan
internasional atas kemerdekaan Indonesia membuka jalan bagi kerjasama yang lebih
konstruktif dan berdampak dalam berbagai bidang.
1. Pengakuan Internasional:
Salah satu dampak utama KMB adalah pengakuan internasional atas kedaulatan
Indonesia oleh Belanda. Hal ini membuka jalan bagi hubungan diplomatik yang lebih
terstruktur dan saling menghormati antara kedua negara. Pengakuan ini juga
memengaruhi persepsi internasional terhadap Indonesia sebagai entitas negara yang
berdaulat.
Setelah KMB, Belanda dan Indonesia mulai menjalin kerjasama ekonomi dan
perdagangan yang lebih positif. Belanda merupakan mitra perdagangan penting bagi
Indonesia dan hubungan ekonomi antara kedua negara berkembang seiring
berjalannya waktu.
10
4. Bantuan Pembangunan:
KMB juga membantu memulihkan hubungan budaya dan sosial antara Indonesia
dan Belanda. Warga Belanda keturunan Indonesia dan warga Indonesia keturunan
Belanda mulai menjalani proses rekonsiliasi dan membangun hubungan yang lebih
positif.
7. Pentingnya Sejarah:
KMB memiliki dampak jangka panjang dalam menyatukan sejarah kedua negara.
Peristiwa ini menjadi titik balik yang signifikan dalam narasi sejarah Indonesia dan
Belanda, yang menciptakan kesempatan untuk belajar dari masa lalu dan memperkuat
kerja sama di masa depan.
11
KESIMPULAN
12
DAFTAR PUSTAKA
https://chat.openai.com/c/680c6868-64cf-4cd1-be74-6e74189bee7e
https://sma13smg.sch.id/materi/sejarah-konferensi-meja-bundar/
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5793235/konferensi-meja-bundar-tujuan-hasil-
dan-dampaknya-bagi-bangsa-indonesia
https://elshinta.com/news/282922/2022/11/02/2-november-1949-akhir-dari-konferensi-
meja-bundar
https://regional.kompas.com/read/2022/12/08/212926378/13-tokoh-konferensi-meja-
bundar-salah-satunya-mohammad-hatta?page=all
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Konferensi_Meja_Bundar
https://etheses.uinsgd.ac.id/31827/4/4_bab1.pdf
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210615100748-31-654419/peristiwa-kmb-
pengakuan-kedaulatan-indonesia-oleh-belanda
https://ksatrialiterasi.man1gresik.sch.id/2021/02/23/konferensi-meja-bundar-dan-sikap-
belanda-terhadap-kemerdekaan-indonesia/
https://kesbangpol.kulonprogokab.go.id/detil/799/alasan-belanda-tidak-mengakui-1945-
sebagai-tahun-kemerdekaan-indonesia
https://roboguru.ruangguru.com/question/sebutkan-dampak-perundingan-kmb-bagi-
indonesia-maupun-bagi-belanda-_QU-00T34VQP
13