Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Konferensi Meja Bundar

Latar Belakang Konferensi Meja Bundar (KMB) merupakan bagian penting dari
sejarah perjuangan Indonesia dalam merebut kemerdekaannya dari penjajahan
Belanda. KMB merupakan hasil dari perjalanan panjang bangsa Indonesia dalam
mencapai hak untuk mengendalikan nasibnya sendiri setelah berabad-abad di bawah
cengkeraman kolonialisme. Pada awal abad ke-20, semangat nasionalisme tumbuh
kuat di kalangan masyarakat Indonesia, didorong oleh berbagai faktor seperti
urbanisasi, pendidikan, dan akses informasi yang semakin meningkat.

Pada tahun 1942, Belanda dijajah oleh Jerman selama Perang Dunia II, dan
Indonesia menjadi sasaran Jepang yang ingin memanfaatkan sumber daya alam dan
tenaga kerja Indonesia. Pendudukan Jepang membawa perubahan signifikan dalam
dinamika politik dan sosial Indonesia. Setelah Jepang menyerah pada akhir perang,
perjuangan untuk meraih kemerdekaan semakin berkobar, karena semangat
kebangsaan telah mengakar dalam masyarakat.

Namun, Belanda berupaya untuk memulihkan kekuasaannya di Indonesia setelah


berakhirnya perang. Meskipun masyarakat Indonesia telah meraih kemerdekaan de
facto pada 17 Agustus 1945, Belanda tidak mengakui kedaulatan Indonesia dan
berusaha merebut kembali kendali atas wilayah-wilayah kolonialnya. Mereka
melancarkan agresi militer pada tahun 1947 untuk menguasai kembali Indonesia.

Terkait dengan konflik tersebut, KMB diinisiasi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa


(PBB) sebagai upaya untuk mengakhiri pertempuran dan meredakan ketegangan
antara Indonesia dan Belanda. KMB secara resmi dimulai pada 23 Agustus 1949, di
Den Haag, Belanda, dengan tujuan membahas masa depan Indonesia. Para perwakilan
dari Indonesia, Belanda, dan mediator internasional menghadapi tantangan besar untuk
mencapai kesepakatan yang adil dan saling menguntungkan.

Latar belakang KMB mencerminkan perjuangan bangsa Indonesia untuk


mempertahankan kemerdekaan dan hak untuk menentukan nasib sendiri. Konferensi ini
menjadi titik balik dalam hubungan antara Indonesia dan Belanda, serta menghasilkan
kesepakatan yang mengakui Indonesia sebagai negara merdeka. KMB tidak hanya
mewakili perjuangan politik, tetapi juga semangat perlawanan rakyat Indonesia
terhadap penjajahan yang telah mengilhami generasi-generasi selanjutnya untuk
menghargai dan mempertahankan kemerdekaan.

1
1.2 Tujuan KMB dan Partisipan Utama

Konferensi Meja Bundar (KMB) diadakan dengan tujuan utama untuk mencari
solusi damai terhadap konflik antara Indonesia dan Belanda yang berkepanjangan,
serta mengakhiri agresi militer Belanda dan menghasilkan penyelesaian yang memadai
bagi kedua belah pihak. Tujuan ini mencakup beberapa aspek, termasuk pengakuan
internasional terhadap kemerdekaan Indonesia, pembagian wilayah dan sumber daya,
serta perjanjian mengenai hubungan bilateral antara kedua negara.

Partisipan utama dalam Konferensi Meja Bundar adalah:

1.Indonesia:

Delegasi Indonesia dipimpin oleh Wakil Presiden Mohammad Hatta dan Perdana
Menteri Sutan Sjahrir. Mereka mewakili semangat perjuangan rakyat Indonesia untuk
mencapai kedaulatan penuh dan menentukan nasib sendiri, serta memperjuangkan
penarikan pasukan Belanda dari wilayah Indonesia.

2.Belanda:

Delegasi Belanda terdiri dari perwakilan pemerintah Belanda, yang ingin


mempertahankan pengaruh dan kehadiran kolonial di Indonesia. Meskipun telah ada
tekanan internasional untuk menghentikan agresi militer, pihak Belanda juga ingin
memastikan kepentingan ekonomi dan politiknya di wilayah tersebut.

3.Mediator Internasional:

PBB bertindak sebagai mediator dalam KMB. Dewan Keamanan PBB membentuk
Komisi Tiga Negara (TNC) yang terdiri dari India, Australia, dan Belgia. Tugas TNC
adalah memfasilitasi perundingan antara Indonesia dan Belanda serta merancang
kesepakatan yang dapat diterima oleh kedua belah pihak.

4.Negara-negara Terkait:

Selain mediator, beberapa negara lain juga terlibat dalam upaya mediasi atau
menyatakan dukungan terhadap salah satu pihak. Ini termasuk Amerika Serikat, Uni
Soviet, dan Inggris.

Partisipan utama ini memiliki peran kunci dalam mencapai tujuan KMB. Delegasi
Indonesia berusaha untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah dicapai secara de
facto dan mendapatkan pengakuan internasional atas kedaulatan Indonesia. Di sisi lain,
Belanda berupaya melindungi kepentingan ekonomi dan politiknya di Indonesia.

2
Mediator internasional bekerja keras untuk memfasilitasi perundingan yang berpihak
pada kedua belah pihak dan merancang solusi yang adil.

Dengan partisipan utama yang memiliki tujuan dan kepentingan yang berbeda,
Konferensi Meja Bundar menjadi medan diplomasi yang kompleks dan menantang.
Upaya mereka untuk mencapai kesepakatan akhir melibatkan kompromi, negosiasi,
dan semangat untuk mengakhiri konflik yang telah merugikan kedua belah pihak dan
masyarakat Indonesia secara keseluruhan.

Konferensi Meja Bundar (KMB) melibatkan sejumlah tokoh penting dari Indonesia
dan Belanda, yang memainkan peran kunci dalam perundingan dan negosiasi. Berikut
adalah beberapa tokoh yang terlibat dalam KMB:

Dari Indonesia:

1. Mohammad Hatta:

Salah satu tokoh utama dalam KMB, Hatta adalah wakil delegasi Indonesia yang
memiliki peran penting dalam perundingan. Ia memiliki latar belakang politik dan
ekonomi yang kuat, serta memiliki pengaruh dalam merumuskan posisi Indonesia
dalam negosiasi.

2. Sutan Sjahrir:

Tokoh progresif dan intelektual, Sjahrir merupakan anggota delegasi Indonesia


yang juga memainkan peran penting dalam KMB. Kontribusinya dalam merumuskan
strategi dan mengadvokasi hak-hak Indonesia dalam perundingan sangat berarti.

Dari Belanda:

1. Dr. Van Royen:

Ia memimpin delegasi Belanda dalam KMB dan memiliki pengaruh besar dalam
menentukan sikap negosiasi Belanda. Dr. Van Royen mewakili pemerintah Belanda dan
menghadapi tuntutan keras dari pihak Indonesia dalam perundingan.

2. Mr. Van Maarseveen:

Sebagai anggota delegasi Belanda, Van Maarseveen berperan dalam negosiasi


dan berbicara atas nama Belanda dalam perundingan. Ia memiliki peran penting dalam
mengatasi perbedaan pandangan dan mencapai kesepakatan.

3. Max van Poll:

Meskipun bukan anggota delegasi resmi, Max van Poll merupakan penasihat
diplomatik yang memberikan kontribusi penting dalam mendukung perundingan. Ia

3
memiliki hubungan dengan sejumlah tokoh Indonesia dan Belanda, dan membantu
mengarahkan perundingan menuju kesepakatan.

Tokoh-tokoh ini, bersama dengan anggota delegasi lainnya, berkontribusi dalam


merumuskan posisi, berdiskusi, dan mencapai kesepakatan dalam KMB. Peran mereka
sangat berpengaruh dalam membentuk hasil dari perundingan ini dan menciptakan
langkah awal menuju perdamaian dan pengakuan internasional atas kedaulatan
Indonesia.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dalam pembuatan makalah ini dapat
diajukan rumusan masalah yaitu:

1. Bagaimana jalannya acara Konferensi Meja Bundar (KMB) ?


2. Hal apa saja yang di bahas dan apa saja hasil yang di dapat dari acara
Konferensi Meja Bundar (KMB) ?
3. Bagiman respon Belanda terhadap acara Konferensi Meja Bundar (KMB) ?
4. Apa saja dampak terhadap hubungan internasional antara Indonesia dan
Belanda ?

1.4 Tujuan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan pembuatan makalah ini adalah:

1. Dapat mengetahui dampak dari acara Konferensi Meja Bundar (KMB) untuk
kehidupan saat ini
2. Dapat Mengetahui pandang dari pihak Belanda terhadap acar Konferensi Meja
Bundar (KMB)

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konferensi Meja Bundar (KMB)

1. Kronologi acara

Konferensi Meja Bundar (KMB) adalah forum diplomasi penting yang diadakan dari
23 Agustus 1949 hingga 2 November 1949 di Den Haag, Belanda, dengan tujuan
mengakhiri konflik antara Indonesia dan Belanda yang berlangsung setelah proklamasi
kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Acara ini melibatkan perwakilan dari
kedua belah pihak, yakni Indonesia yang diwakili oleh Mohammad Hatta dan Sutan
Sjahrir, serta Belanda yang diwakili oleh delegasi yang dipimpin oleh Dr. Van Royen
dan Mr. Van Maarseveen. KMB adalah hasil dari tekanan internasional dan kesadaran
Belanda akan sulitnya mempertahankan kendali atas koloninya pasca-Perang Dunia II.
Negosiasi di KMB berfokus pada berbagai isu, termasuk status politik Indonesia,
penarikan pasukan Belanda, pembentukan pemerintahan Indonesia yang merdeka, dan
hak-hak ekonomi yang akan diberikan oleh Belanda. Meskipun perundingan
berlangsung dengan tantangan dan perbedaan pendapat, akhirnya pada 27 Desember
1949, kedua belah pihak mencapai kesepakatan. KMB menghasilkan "Pemerintahan
Darurat Republik Indonesia" yang akan bertransisi menuju negara merdeka, dan pada
27 Desember 1949, Belanda secara resmi mengakui kedaulatan Republik Indonesia
Serikat (RIS).

Berikut urutan kronologi acara KMB (Konferensi Meja Bundar):

1.23 Agustus 1949:

Dimulainya Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda.

2.Pertengahan September 1949:

Perdebatan awal antara delegasi Indonesia dan Belanda mengenai isu-isu kunci,
termasuk status politik dan tatanan ekonomi di Indonesia.

3.25 Oktober 1949:

Kesepakatan dicapai mengenai pembentukan "Pemerintahan Darurat Republik


Indonesia" sebagai langkah menuju kemerdekaan.

4.27 Desember 1949:

5
Kesepakatan final dicapai dan ditandai dengan pengakuan resmi oleh Belanda
terhadap kedaulatan Republik Indonesia Serikat (RIS).

5.2 November 1949:

Konferensi Meja Bundar resmi ditutup.

Melalui serangkaian negosiasi dan perundingan yang panjang, Konferensi Meja


Bundar menghasilkan kesepakatan penting yang mengakhiri konflik antara Indonesia
dan Belanda serta membantu membentuk dasar-dasar awal negara Indonesia yang
merdeka.

2. Isu Utama yang Dibahas

Konferensi Meja Bundar (KMB) menjadi panggung penting di mana isu-isu sentral
yang mempengaruhi hubungan antara Indonesia dan Belanda setelah deklarasi
kemerdekaan Indonesia tahun 1945 diperdebatkan dan dinegosiasikan secara intensif.
Salah satu isu utama yang menjadi fokus perbincangan di KMB adalah status politik
Indonesia. Delegasi Indonesia, yang dipimpin oleh Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir,
menegaskan tekad untuk meraih pengakuan internasional atas kedaulatan dan
kemerdekaan negara mereka. Sebaliknya, pihak Belanda, yang diwakili oleh delegasi
yang dipimpin oleh Dr. Van Royen dan Mr. Van Maarseveen, awalnya lebih bersikeras
pada pengakuan "kerajaan dalam perhimpunan" yang masih tetap berada di bawah
Belanda.

Isu kedua yang menjadi perdebatan adalah penarikan pasukan Belanda dari
wilayah Indonesia. Delegasi Indonesia menuntut agar pasukan Belanda ditarik
sepenuhnya dan segera, mengakhiri kehadiran militer Belanda yang telah berlangsung
selama bertahun-tahun. Namun, pihak Belanda lebih memilih pendekatan bertahap dan
mengkhawatirkan dampak ekonomi serta perlindungan bagi warga Belanda yang
tinggal di Indonesia.

Selain itu, tatanan ekonomi juga menjadi perhatian utama dalam perundingan
KMB. Indonesia ingin memastikan hak-hak ekonomi dan sumber daya alam mereka
diakui dan dihormati. Pertanyaan tentang kompensasi atas kerugian ekonomi akibat
penjajahan Belanda juga menjadi isu penting dalam negosiasi. Sementara Indonesia
menginginkan kompensasi yang adil, Belanda merasa sulit untuk memberikan
kompensasi yang besar mengingat kondisi ekonomi pasca-Perang Dunia II.

Selain isu-isu tersebut, pihak Indonesia juga mendesak untuk mengakhiri tindakan
kekerasan dan konflik militer yang terus berlanjut. Isu hak asasi manusia dan
perlindungan warga sipil juga muncul dalam diskusi KMB, mencerminkan keprihatinan
atas kemanusiaan di tengah konflik yang berkepanjangan.

6
Dengan perdebatan yang sengit dan usaha untuk mencari titik tengah, delegasi
Indonesia dan Belanda akhirnya mencapai kesepakatan pada akhir konferensi.
Kesepakatan ini, meskipun tidak mengatasi semua perbedaan, menghasilkan langkah
awal yang penting menuju perdamaian dan pengakuan internasional atas kedaulatan
Indonesia. Isu-isu tersebut membentuk inti dari perundingan KMB dan mencerminkan
kompleksitas dari upaya mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama bertahun-
tahun antara kedua belah pihak.

3. Keputusan dan kesepakatan yang dihasilkan dalam Konferensi Meja Bundar


(KMB)

Konferensi Meja Bundar (KMB) menghasilkan sejumlah keputusan dan


kesepakatan penting yang berdampak signifikan terhadap hubungan antara Indonesia
dan Belanda serta mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama bertahun-tahun.

Berikut adalah ringkasan mengenai beberapa keputusan dan kesepakatan utama


yang dicapai di dalam KMB:

1.Pembentukan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI):

Salah satu kesepakatan penting yang dihasilkan dari KMB adalah pembentukan
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI). Ini merupakan langkah transisi
menuju negara yang merdeka dan berdaulat. Meskipun belum sepenuhnya mencapai
kemerdekaan penuh, PDRI menjadi wadah bagi upaya Indonesia untuk membangun
pemerintahan sendiri dan mengelola urusan dalam negeri.

2.Pengakuan Terhadap Republik Indonesia Serikat (RIS):

Pada 27 Desember 1949, Belanda secara resmi mengakui Republik Indonesia


Serikat (RIS) sebagai negara yang merdeka dan berdaulat. Meskipun RIS memiliki
bentuk federal yang kompleks dengan negara bagian yang memiliki otonomi,
pengakuan ini merupakan tonggak penting dalam pengakhiran konflik dan pengakuan
internasional atas kedaulatan Indonesia.

3.Penarikan Pasukan Belanda:

Kesepakatan mencakup jadwal penarikan pasukan Belanda dari wilayah Indonesia.


Meskipun prosesnya bertahap, ini adalah langkah penting untuk mengakhiri konflik dan
mengembalikan kendali penuh atas wilayah Indonesia kepada pemerintahan lokal.

4. Hak-hak Ekonomi dan Sumber Daya Alam:

Perundingan KMB juga membahas hak-hak ekonomi Indonesia dan sumber daya
alam yang perlu diakui oleh Belanda. Meskipun perundingan ini kompleks dan tidak

7
mencapai semua tuntutan Indonesia, kesepakatan mengakui pentingnya hak-hak
ekonomi bagi Indonesia.

5.Perlindungan Warga Sipil dan Hak Asasi Manusia:

Kesepakatan KMB juga mencerminkan keprihatinan atas perlindungan warga sipil


dan hak asasi manusia di tengah konflik yang berkepanjangan. Meskipun mungkin tidak
merinci aspek ini dengan rinci, kesadaran akan pentingnya menghormati hak asasi
manusia termanifestasi dalam kesepakatan tersebut.

6.Transisi Menuju Kemerdekaan:

Secara keseluruhan, kesepakatan di KMB merupakan langkah-langkah menuju


kemerdekaan Indonesia yang lebih substantif dan berkelanjutan. Meskipun beberapa
isu masih belum terselesaikan sepenuhnya, hasil KMB membuka pintu bagi upaya lebih
lanjut untuk membangun negara yang mandiri dan berdaulat.

Kesepakatan-kesepakatan ini mencerminkan hasil perundingan yang panjang dan


kompleks antara delegasi Indonesia dan Belanda di KMB. Meskipun tidak sempurna,
kesepakatan ini berfungsi sebagai landasan awal bagi Indonesia dalam menjalani
perjalanan menuju kemerdekaan yang lebih penuh dan mengakhiri konflik dengan
Belanda.

2.2 Respons Belanda

1.Sikap Awal Belanda terhadap KMB

Sikap awal Belanda terhadap Konferensi Meja Bundar (KMB) dipengaruhi oleh
berbagai faktor, termasuk tekanan internasional, kondisi ekonomi pasca-Perang Dunia
II, dan dinamika politik di dalam negeri Belanda. Pada awalnya, Belanda mungkin
enggan menghadiri KMB dan bersikeras mempertahankan kendali atas koloninya,
termasuk Indonesia. Namun, seiring berjalannya waktu dan tekanan internasional yang
semakin kuat, sikap mereka berubah.

Pada tahap awal, Belanda mungkin menghadapi kesulitan untuk merespons


tuntutan kemerdekaan Indonesia. Mereka mungkin cenderung memandang perjuangan
kemerdekaan Indonesia sebagai pemberontakan dan berusaha mempertahankan
kontrol atas wilayah tersebut. Faktor internal di Belanda, seperti opini publik dan
dinamika politik setelah Perang Dunia II, juga memengaruhi sikap mereka terhadap
negosiasi dengan Indonesia.

Namun, dengan berjalannya waktu dan tekanan internasional yang meningkat,


termasuk tekanan dari Amerika Serikat dan negara-negara sekutu, Belanda mungkin

8
merasa semakin terpantau dalam tindakannya terhadap Indonesia. Faktor ekonomi
yang sulit dan kesadaran atas perubahan dunia pasca-perang mungkin juga
mempengaruhi pandangan mereka terhadap kolonialisme dan tuntutan kemerdekaan.

Sikap awal Belanda yang mungkin lebih keras kemungkinan mengalami perubahan
seiring berjalannya KMB. Tekanan internasional dan perundingan yang terjadi di meja
perundingan dapat membuka peluang untuk mencapai penyelesaian damai dan
mengakhiri konflik. Oleh karena itu, sementara sikap awal Belanda mungkin awalnya
keras terhadap KMB, faktor-faktor yang lebih luas dan dinamika perundingan
kemungkinan berdampak pada perubahan sikap mereka seiring berjalannya konferensi.

2. Respon Belanda Terhadap Hasil KMB

Respon Belanda terhadap hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) mencerminkan


perubahan dalam pandangan dan strategi mereka terhadap Indonesia setelah
berakhirnya perundingan. Meskipun hasil KMB mengakui kedaulatan Republik
Indonesia Serikat (RIS), respons Belanda dapat diuraikan dalam beberapa aspek yang
mencerminkan kompleksitas dinamika politik dan diplomatik pada saat itu.

Respon Belanda terhadap hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) mencerminkan


kombinasi antara penerimaan, ketidakpuasan, dan penyesuaian terhadap hasil
negosiasi yang dicapai. Meskipun pihak Belanda mengakui kedaulatan Indonesia, sikap
dan tanggapannya terhadap situasi tersebut bervariasi.

1. Pengakuan Kemerdekaan:

Meskipun pada akhirnya Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia Serikat


(RIS), pengakuan ini datang setelah negosiasi yang panjang dan tekanan internasional.
Meskipun mereka mungkin merasa terpaksa untuk mengakui kemerdekaan Indonesia,
pengakuan ini tetap merupakan tindakan signifikan dalam hubungan internasional dan
mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama bertahun-tahun.

2. Kehawatiran dan Ketidakpuasan:

Sejumlah pihak di Belanda mungkin merasa tidak puas dengan hasil KMB.
Beberapa kelompok dan individu di Belanda mungkin merasa bahwa negara mereka
telah mengalami kekalahan atau bahwa kesepakatan tersebut tidak mengakui
sepenuhnya hak-hak Belanda. Ketidakpuasan ini mungkin tercermin dalam opini publik
atau komentar dari politisi di dalam negeri.

3. Penyesuaian dan Realitas Pasca-KMB:

Meskipun awalnya mungkin terjadi resistensi terhadap hasil KMB, pihak Belanda
kemudian harus beradaptasi dengan realitas pasca-KMB. Mereka harus mengatur

9
penarikan pasukan dan mengakui otonomi yang lebih besar bagi Indonesia. Ini mungkin
melibatkan perubahan dalam hubungan ekonomi, politik, dan diplomasi antara kedua
negara.

4. Perubahan Hubungan Bilateral:

Hasil KMB juga mengubah dinamika hubungan antara Indonesia dan Belanda.
Meskipun masih ada sejumlah isu yang belum terselesaikan sepenuhnya, pengakuan
internasional atas kemerdekaan Indonesia membuka jalan bagi kerjasama yang lebih
konstruktif dan berdampak dalam berbagai bidang.

Secara keseluruhan, respon Belanda terhadap hasil KMB mencerminkan


campuran reaksi yang mencakup penerimaan, ketidakpuasan, penyesuaian, dan
adaptasi terhadap perubahan politik dan geopolitik. Respon tersebut membentuk
bagian dari narasi yang lebih besar tentang pengakhiran konflik kolonial dan perjalanan
Indonesia menuju kemerdekaan.

3. Dampak KMB Terhadap Hubungan Belanda-Indonesia

Konferensi Meja Bundar (KMB) memiliki dampak yang signifikan terhadap


hubungan antara Belanda dan Indonesia, baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Berikut adalah beberapa dampak utama KMB terhadap hubungan kedua
negara:

1. Pengakuan Internasional:

Salah satu dampak utama KMB adalah pengakuan internasional atas kedaulatan
Indonesia oleh Belanda. Hal ini membuka jalan bagi hubungan diplomatik yang lebih
terstruktur dan saling menghormati antara kedua negara. Pengakuan ini juga
memengaruhi persepsi internasional terhadap Indonesia sebagai entitas negara yang
berdaulat.

2. Pengakhiran Konflik Bersenjata:

Kesepakatan yang dicapai di KMB membantu mengakhiri konflik bersenjata antara


Indonesia dan Belanda. Ini membawa kedamaian dan stabilitas ke wilayah tersebut,
memungkinkan Indonesia untuk fokus pada pembangunan dan konsolidasi negara yang
merdeka.

3. Kerjasama Ekonomi dan Perdagangan:

Setelah KMB, Belanda dan Indonesia mulai menjalin kerjasama ekonomi dan
perdagangan yang lebih positif. Belanda merupakan mitra perdagangan penting bagi
Indonesia dan hubungan ekonomi antara kedua negara berkembang seiring
berjalannya waktu.

10
4. Bantuan Pembangunan:

Dalam rangka membantu Indonesia membangun infrastruktur dan ekonomi pasca-


KMB, Belanda dan negara-negara lain memberikan bantuan pembangunan. Ini
membantu memperkuat hubungan kedua negara dan menggambarkan komitmen untuk
membantu Indonesia meraih stabilitas ekonomi.

5. Perubahan Dinamika Diplomatik:

Hasil KMB mengubah dinamika diplomasi antara Belanda dan Indonesia.


Hubungan bilateral menjadi lebih resmi dan lebih terstruktur, dengan pertukaran
diplomatik dan kunjungan tingkat tinggi yang berlangsung lebih sering.

6. Pemulihan Budaya dan Hubungan Sosial:

KMB juga membantu memulihkan hubungan budaya dan sosial antara Indonesia
dan Belanda. Warga Belanda keturunan Indonesia dan warga Indonesia keturunan
Belanda mulai menjalani proses rekonsiliasi dan membangun hubungan yang lebih
positif.

7. Pentingnya Sejarah:

KMB memiliki dampak jangka panjang dalam menyatukan sejarah kedua negara.
Peristiwa ini menjadi titik balik yang signifikan dalam narasi sejarah Indonesia dan
Belanda, yang menciptakan kesempatan untuk belajar dari masa lalu dan memperkuat
kerja sama di masa depan.

Secara keseluruhan, dampak KMB terhadap hubungan Belanda-Indonesia adalah


pengakhiran konflik, pengakuan kedaulatan, kerjasama ekonomi, dan perubahan positif
dalam dinamika diplomatik dan hubungan sosial antara kedua negara. Meskipun masih
ada tantangan dan perbedaan, KMB membantu menciptakan dasar yang lebih baik
untuk kerja sama dan interaksi positif antara Indonesia dan Belanda.

11
KESIMPULAN

Konferensi Meja Bundar (KMB) dan respons Belanda terhadapnya memiliki


dampak yang mendalam dan mengukir jejak penting dalam sejarah hubungan antara
kedua negara. KMB, sebagai perwujudan upaya diplomasi internasional, menghasilkan
serangkaian keputusan dan kesepakatan yang membantu mengakhiri konflik panjang
antara Indonesia dan Belanda serta mengawali fase baru dalam perjalanan
kemerdekaan Indonesia. Melalui KMB, pengakuan internasional atas kedaulatan
Indonesia diperoleh, menandai kemenangan diplomasi dalam mewujudkan hak bangsa
untuk merdeka dan berdaulat. Respons awal Belanda yang mungkin lebih keras,
terhadap KMB kemudian mengalami penyesuaian seiring berjalannya konferensi,
mencerminkan kompleksitas perubahan politik, tekanan internasional, dan realitas
pasca-Perang Dunia II.

Meskipun KMB berhasil mencapai kesepakatan yang membawa Indonesia menuju


kemerdekaan penuh, beberapa isu mungkin tetap belum terselesaikan secara
memuaskan. Namun, kesepakatan tersebut membuka jalan bagi kerjasama yang lebih
konstruktif dan lebih baik antara Indonesia dan Belanda dalam berbagai bidang.
Perkembangan hubungan ekonomi, perdagangan, dan diplomasi antara kedua negara
menjadi bukti bahwa KMB telah menciptakan dasar yang kuat untuk membangun
hubungan yang lebih positif di masa depan.

Persepsi internasional terhadap KMB mencerminkan adanya pengakuan atas


pentingnya diplomasi dalam menyelesaikan konflik, dan sebagai contoh positif
bagaimana negosiasi dapat mengakhiri pertumpahan darah. Keterlibatan pihak ketiga,
khususnya Amerika Serikat, dalam memediasi KMB juga menegaskan peran mediasi
dalam mencapai perdamaian. KMB memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya
kesetaraan, keadilan, dan dialog dalam diplomasi internasional.

Kesimpulannya, Konferensi Meja Bundar (KMB) dan respon Belanda terhadapnya


merupakan peristiwa penting yang membentuk jalan bagi Indonesia menuju
kemerdekaan dan memperkuat dinamika hubungan internasional. KMB adalah tonggak
sejarah yang mengajarkan pentingnya diplomasi, pengakuan kemerdekaan, dan
komitmen untuk mengatasi perbedaan dengan cara damai. Respons dan dampak KMB
terhadap hubungan Belanda-Indonesia memberikan pandangan mendalam tentang
bagaimana tindakan masa lalu membentuk jalur perubahan dan kerja sama di masa
depan.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://chat.openai.com/c/680c6868-64cf-4cd1-be74-6e74189bee7e

https://sma13smg.sch.id/materi/sejarah-konferensi-meja-bundar/

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5793235/konferensi-meja-bundar-tujuan-hasil-
dan-dampaknya-bagi-bangsa-indonesia

https://elshinta.com/news/282922/2022/11/02/2-november-1949-akhir-dari-konferensi-
meja-bundar

https://regional.kompas.com/read/2022/12/08/212926378/13-tokoh-konferensi-meja-
bundar-salah-satunya-mohammad-hatta?page=all

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Konferensi_Meja_Bundar

https://etheses.uinsgd.ac.id/31827/4/4_bab1.pdf

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210615100748-31-654419/peristiwa-kmb-
pengakuan-kedaulatan-indonesia-oleh-belanda

https://ksatrialiterasi.man1gresik.sch.id/2021/02/23/konferensi-meja-bundar-dan-sikap-
belanda-terhadap-kemerdekaan-indonesia/

https://kesbangpol.kulonprogokab.go.id/detil/799/alasan-belanda-tidak-mengakui-1945-
sebagai-tahun-kemerdekaan-indonesia

https://roboguru.ruangguru.com/question/sebutkan-dampak-perundingan-kmb-bagi-
indonesia-maupun-bagi-belanda-_QU-00T34VQP

13

Anda mungkin juga menyukai