DAMAI Konverensi Inter Indonesia untuk Kebersamaan Bangsa Belanda tidak berhasil membentuk negara negara bagian dari suatu negara federal. BFO. Namun diantara para pemimpin BFO banyak yang sadar dan melakukan pendekatan untuk bersatu kembali dalam upaya pembenntukan Republik Indonesia Serikat. Hal ini terutama didorong oleh sukses yang diperoleh para pejuang dan TNI kita dalam perang gerilya. Oleh karena itu perlu dibentuk semacam front untuk menghadapi Belanda. Sementara itu Kabinet Hatta meneruskan perjuangan diplomasi, yaitu menyelesaikan masalah intern terlebih dahulu. Beberapa kali diadakan Konferensi Inter-Indonesia untuk menghadapi usaha Van Mook dengan Negara bonekanya. Ternyata hasil Konverensi Inter- Indonesia berhasil dengan baik. Walaupun untuk sementara pihak RI menyetujui terbentuknya negara RIS, tetapi bukan berarti pemerintah RIS tunduk kepada Belanda. Pada bulan Juli dan Agustus 1949 diadakan konferensi Inter-Indonesia. Dalam konferensi itu diperlihatkan bahwa politik devide et impera Belanda untuk memisahkan daerah daerah di luar wilayah RI mengalami kegagalan. Hasil Konferensi Inter-Indonesia yang diselenggarakan di Yogyakarta antara lain : 1. Negara Indonesia Serikat disetujui dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS) berdasarkan demokrasi dan federalism. 2. RIS akan dikepalai oleh seorang presiden dibantu oleh menteri menteri yang bertanggung jawab kepada presiden. 3. RIS akan menerima penyerahan kedaulatan, baik dari RI maupun Belanda. 4. Angkatan perang RIS adalah Angkatan Perang Nasional, dan presiden RIS adalah Panglima Tertinggi Angkatan Perang. 5. Pembentukan Angkatan Perang RIS adalah semata mata soal bangsa Indonesia sendiri. KMB dan Pengakuan Kedaulatan Konferensi Meja Bundar (KMB) dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus sampai 2 November 1949 di Den Haag (Belanda). KMB digelar setelah Belanda dan Indonesia melewati beberapa jalur diplomasi sebelumnya. Beberapa jalur diplomasi yang dilakukan oleh Belanda dan Indonesia diantaranya perundingan Linggarjati, perjanjian Renville, juga perjanjian Roem-Roijen. Dalam rangka mempercepat penyerahan kedaulatan, pemerintah Indonesia yang kala itu diasingkan di Bangka, bersedia mengikuti KMB. Indonesia telah menetapkan delegasi yang mewakili KMB yakni Moh Hatta, Moh Roem, Mr Soepomo, Dr J Leimena, Mr. Ali Sastroamijoy, Dr. Sukiman, Ir. Juanda, Dr. Sumitro Joyohadikusumo, Mr. Suyono Hadinoto, Mr. AK. Pringgodigdo, TB. Simatupang, dan Mr. Sumardi. Sedangkan BFO diwakili oleh Sultan Hamid II dari Pontianak. Isi dari KMB adalah sebagai berikut: 1. Belanda mengakui RIS sebagai negara yang merdeka dan berdaulat. 2. Pengakuan kedaulatan dilakukan selambat-lambatnya tanggal 30 Desember 1949. 3. Masalah Irian Barat akan diadakan perundingan lagi dalam waktu 1 tahun setelah pengakuan kedaulatan RIS. 4. Antara RIS dan Kerajaan Belanda akan diadakan hubungan Uni Indonesia Belanda yang dikepalai Raja Belanda. 5. Kapal-kapal perang Belanda akan ditarik dari Indonesia dengan catatan beberapa korvet (kapal perang kecil) akan diserahkan kepada RIS. 6. Tentara Kerajaan Belanda selekas mungkin ditarik mundur, sedang Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL) akan dibubarkan dengan catatan bahwa para anggotanya yang diperlukan akan dimasukkan dalam kesatuan TNI. Tujuan diadakan KMB adalah untuk : 1. Menyelesaikan persengketaan antara Indonesia dan Belanda. 2. Untuk mencapai kesepakatan tentang tata cara penyerahan yang penuh dan tanpa syarat kepada Negara Indonesia Serikat, sesuai dengan Persetujuan Renville. ◦ Terdapat beberapa masalah yang terbilang sulit untuk dipecahkan. Diantaranya adalah: ◦ Masalah istilah pengakuan kedaulatan dan penyerahan kedaulatan. Indonesia menghendaki penggunaan istilah pengakuan kedaulatan, sedangkan Belanda menghendaki istilah penyerahan kedaulatan. ◦ Masalah Uni Indonesia-Belanda. Indonesia menginginkan agar sifatnya hanya kerjasama yang bebas tanpa adanya organisasi permanen. Sedangkan Belanda menginginkan kerjasama yang luas dengan organisasi yang luas pula ◦ Masalah hutang. Indonesia hanya mengakui hutang-hutang Hindia-Belanda sampai menyerahnya Belanda kepada Jepang. Sebaliknya Belanda berpendapat bahwa Indonesia harus mengambil alih semua kekayaan maupun hutang Hindia-Belanda sampai saat itu, termasuk biaya perang kolonial terhadap Indonesia. Ada sebagian keputusan yang merugikan Indonesia, yakni beban hutang Hindia-Belanda yang harus ditanggung RIS sebesar 4,3 miliar gulden. Juga penundaan soal penyelesaian Irian Barat yang yang merupakan masalah yang menjadi pekerjaan panjang bangsa Indonesia. Tetapi yang jelas bahwa hasil KMB telah memberikan kesempatan yang lebih luas bagi Indonesia untuk membangun negeri sendiri. Setelah KMB selesai dan menghasilkan berbagai keputusan dengan segala cara pelaksanaannya, kemudian Moh. Hatta dan rombongan pada tanggal 7 November 1949 meninggalkan negeri Belanda. Rombongan kemudian singgah ke Kairo dan Ranggon. Pada tanggal 14 November 1949 Moh. Hatta tiba di Maguwo, Yogyakarta disambut oleh presiden. Pembentukan Republik Indonesia Serikat Isi KMB diterima oleh KNIP melalui sidangnya pada tanggal 6 Desember 1949. Tanggal 14 Desember 1949 diadakan pertemuan di jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta. Pertemuan ini dihadiri oleh wakil wakil Pemerintah RI, pemerintah negara negara bagian, dan daerah untuk membahas Konstitusi RIS. Pertemuan ini menyetujui naskah Undang Undang Dasar yang akan menjadi Konstitusi RIS.