Meja Bundar
Konferensi Meja Bundar (KMB) adalah kesepakatan Indonesia dengan Belanda untuk meraih
kedaulatan negara. Konferensi Meja Bundar dilaksanakan di Den Haag, Belanda. Kapan peristiwa
KMB terjadi? KMB dimulai tanggal 23 Agustus 1949 hingga 2 November 1949.
Hasil keputusan KMB adalah Belanda mengakui kedaulatan Indonesia. Kedaulatan ini membuat
Indonesia menjadi negara serikat kerjasama dengan Indonesia-Belanda.
Sultan Hamid II menjadi delegasi BFO (Bijeenkomst Voor Federal Overleg atau Pertemuan
Musyawarah Federal). BFO berkaitan dengan pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS).
Chritchley sebagai ketua delegasi UNCI (United Nations Commission for Indonesia)
Konferensi Meja Bundar menghasilkan keputusan penting pada Indonesia. Tanggal 29 Oktober 1949,
pihak RI dan BFO menandatangani persetujuan konstitusi RIS.
Mengutip dari buku Pasti Bisa Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMP/MTs Kelas IX, berikut hasil
Konferensi Meja Bundar:
Belanda mengakui Indonesia sebagai Republik Indonesia Serikat (RIS). Indonesia menjadi sebuah
negara yang berdaulat dan merdeka. RIS terdiri dari 15 negara bagian yang dibentuk oleh Belanda.
Pembahasan mengenai Irian Barat akan ditunda selama satu tahun, setelah pengakuan kedaulatan.
Pemerintah RIS akan diatur dalam konstitusi yang dibuat oleh delegasi Republik Indonesia dan BFO
selama KMB.
Uni Indonesia-Belanda merupakan kerjasama secara sukarela dan sederajat. Uni Indonesia-Belanda
ini disepakati oleh Ratu Belanda.
RIS harus membayar hutang-hutang Hindia Belanda sampai waktu pengakuan kedaulatan sejak
tahun 1942.
Setelah hasil konferensi diumumkan, pihak RI dan BFO kemudian menandatangani persetujuan
konstitusi RIS. Persetujuan ini dilakukan tanggal 29 Oktober 1949.
Selain Konferensi Meja Bundar, Indonesia melakukan perjanjian dengan Belanda. Setelah Indonesia
merdeka, Belanda belum mengakui kedaulatan Indonesia, sampai akhirnya muncul tentara Belanda
dengan sekutu.
Kedatangan Belanda dengan sekutu ini membuat pertempuran di beberapa daerah. Terjadi bentrokan
antara rakyat dan Belanda sehingga membuat Pertempuran Ambarawa, Pertempuran Surabaya,
Bandung Lautan Api, dan masih banyak lagi.
Pertempuran ini berdampak pada Indonesia dan Belanda, sampai akhirnya mencapai kesepakatan.
Indonesia berusaha melakukan diplomasi dan perjanjian untuk meraih kedaulatan negara.
1. Perundingan Linggarjati
Perundingan Linggarjati dilaksanakan tanggal 10 November 1946, di Cirebon. Hasil perundingan ini
disusun dalam naskah kemudian ditandatangani kedua belah pihak.
Pemerintah Belanda mengakui secara de facto wilayah RI atas Jawa, Sumatra, dan Madura.
RIS akan kerjasama dengan Pemerintah Belanda membentuk UNI Indonesia-Belanda yang diketuai
oleh Ratu Belanda.
2. Perundingan Renville
Setelah Linggarjati, ternyata Belanda melakukan Agresi Militer I pada 21 Juli 1947. Agresi ini
dilakukan di wilayah Jawa dan Sumatera. Agresi ini menjadi kecaman keras di dunia internasional.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kemudian membentuk Komisi Tiga Negara (KTN). Anggota KTN
terdiri dari Richard C. Kirby dari Australia (perwakilan Indonesia), Paul Van Zeeland dari Belgia
(perwakilan Belanda), dan Prof. Dr. Frank Graham dari Amerika Serikat sebagai penengah datang ke
Indonesia.
Perjanjian ini dilakukan pada 8 Desember 1947 sampai 17 Januari 1948. Perjanjian dilakukan di kapal
USS Renville, di Teluk Jakarta. Isi perundingan Renville yaitu:
Dasar-dasar politik Renville berisi kesediaan kedua belah pihak menyelesaikan secara damai.
Adanya 6 pasal tambahan KTN tentang kedaulatan Indonesia di tangan Belanda, selama masa
peralihan.
3. Perundingan Roem-Royen
Perundingan Roem Royen dilaksanakan tanggal 14 April 1949 sampai 7 Mei 1949. Isi perundingan
Roem Royen yaitu:
Angkatan bersenjata dari Belanda akan menghentikan operasi militer dan membebaskan tawanan
perang.