Anda di halaman 1dari 3

1.

Perundingan Linggarjati
Peristiwa tersebut terjadi karena keinginan Belanda untuk kembali
menguasai Hindia Belanda. Namun, keinginan tersebut tidak dapat terwujud karena
saat dijajah oleh Jepang, Indonesia sudah memproklamasikan kemerdekaannya
melalui proses yang panjang dengan organisasi-organisasi seperti BPUPKI, PPKI, dan
akhirnya proklamasi oleh Soekarno. Melihat hal ini, Belanda justru berupaya
menyerang Indonesia yang sudah merdeka dengan cara menyusup kedalam pasukan
sekutu yang datang ke Indonesia untuk melucuti Jepang. Untuk memuluskan aksinya,
Belanda berupaya menguasai Indonesia lewat jalur politik dan juga jalur militer
dengan menyusup kedalam tentara AFNEI yang datang ke Indonesia. Aksi tersebut
dimulai pada tanggal 29 September 1945, tepatnya ketika AFNEI dan sekutu hadir di
Indonesia. Tujuan mereka datang adalah melucuti pasukan Jepang yang telah kalah
dalam pertempuran di Perang Dunia II. Akan tetapi, ternyata NICA ikut serta
membonceng kedatangan AFNEI dan sekutu ke Indonesia.

2. Perundingan Renville
Terjadinya peristiwa tersebut merupakan ulah dari Belanda yang melanggar
isi perjanjian Linggarjati yang pada akhirnya menimbulkan reaksi yang keras. Hingga
akhirnya oleh Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi untuk Belanda dan
Indonesia agar melakukan gencatan senjata.
Pada tanggal 25 agustus tahun 1947, dewan keamanan PBB membentuk komisi tiga
negara yang terdiri dari Belgia sebagai wakil pihak Belanda, Australia sebagai wakil
pihak Indonesia dan Amerika Serikat untuk bisa menengahi masalah yang terjadi
antara Belanda dan Indonesia.
Pada Tanggal 25 Agustus tahun 1947, Belanda memproklamirkan adanya
garis Van Mook. Yaitu garis yang membagi wilayah antara Indonesia dan Belanda.
Belanda pun memblokade wilayah Indonesia yang hanya tinggal sepertiga saja yakni
sedikit pulau Jawa dan Sumatera. Atas pertikaian yang terjadi, Komisi Tiga Negara
mengusulkan kepada pihak yang bersengketa untuk melakukan perundingan sebagai
upaya perdamaian. Akhirnya dilakukan Perjanjian Renville yang terjadi pada tanggal 8
desember 1947. Perjanjian ini dilakukan di sebuah Kapal yang bernama Renville milik
Amerika Serikat di Tanjung priok Jakarta. Sementara penandatanganan isi perjanjian
tersebut dilakukan pada tanggal 17 desember 1948, sehingga tidak mengherankan
jika perjanjian yang dilakukan antara pihak Indonesia Belanda ini disebut dengan
Perjanjian Renville. Mengingat Renville merupakan tempat dilakukannya perjanjian
tersebut.

3. Perundingan Roem Royen


Diawali dengan terjadinya agresi Militer yang dilakukan oleh Belanda yang
membuat geram Amerika Serikat, Inggris, bahkan PBB. Yang antinya juga akan digelar
Konferensi Meja Bundar (KMB). Hal ini tidak terlepas dari kemampuan para diplomat
Indonesia dalam memperjuangkan dan menjelaskan situasi yang ada kepada PBB.
Salah satu wakil diplomat Indonesia yang getol menyuarakan hal ini adalah L.N. Palar.
Dilakukannya serangan tentara Belanda ke Yogyakarta dan dilakukannya penahanan
terhadap beberapa pemimpin yang dianggap tidak sejalan dengan visi mereka. Di
dalam Agresi Militernya yang kedua, Belanda bahkan mempropaganda bahwa TNI
telah hancur, hal ini akhirnya menuai kecaman dari dunia Internasional. Akhirnya PBB
menyikapi Agresi Militer yang dilakukan oleh Belanda dengan memperluas
kewenangan KTN. PBB mengubah Komisi Tiga Negara menjadi komisi yang lebih
khusus, yaitu diubah menjadi UNCI. UNCI merupakan singkatan dari United Nations
Commission for Indonesia. Komisi ini dipimpin oleh Merle Cochran dari Amerika
Serikat yang dibantu oleh Critchley dari Australia dan Harremans dari Belgia. Bentuk
terobosan yang dilakukan oleh UNCI di antaranya mengadakan perundingan Roem
Royen antara Indonesia Belanda. Perjanjian Roem Royen ini diselenggarakan mulai
dari tanggal 14 April hingga 7 mei 1948 di Hotel Des Indes, Jakarta.
4. Konferensi Meja Bundar
Kegagalan Belanda yang ingin meredam kemerdekaan Bangsa Indonesia
dengan menggunakan cara kekerasan merupakan awal mula terjadinya Konferensi
Meja Bundar. Adanya kegagalan Belanda dalam melakukan kekerasan tersebut
karena Belanda mendapat kecaman dari dunia luar. Tetapi sebelum terjadi peristiwa
tersebut, bangsa Indonesia dan Belanda sudah melakukan perundingan lewat jalan
diplomasi.
Adanya resolusi dari Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
itu berasal dari kecaman dari dunia Internasional yang isinya berupa kecaman
serangan militer Belanda yang akan dilakukan di Indonesia. Dengan begitu, PBB lebih
menyarankan kepada Belanda dan Indonesia untuk melakukan perjanjian
kesepakatan terlebih dahulu. Maka dari itu PBB menyarankan dilakukannya
Konferensi Meja Bundar antara Belanda dan Indonesia. Konferensi Meja Bundar
dihadiri oleh otoritas bagian dari Republik Indonesia Serikat yang nantinya akan
dibentuk. Kemudian, para partisipan setuju dengan prinsip serta kerangka dasar dari
konstitusi.

Anda mungkin juga menyukai