Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH IPS

KONFERENSI MEJA BUNDAR

DISUSUN OLEH :
AULIA NUR FADHILLAH
KELAS : IX D
GURU MAPEL : IIN PERMATA SARI, S.Pd

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA


MTs NEGERI 01 BENGKULU SELATAN
TAHUN AJARAN 2022 / 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan hidayah-Nya akhirnya makalah ini selesai.
Kami selaku penyusun ingin mengucap banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini, baik secara langsung ataupun
tidak. Kami sadar makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari pembaca sekalian sangat kami harapkan guna
perbaikan pada tulisan kami selanjutnya.

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

Latar belakang/penyebab terjadinya Konferensi Meja Bundar


Konferensi Meja Bundar (KMB) dilaksanakan karena dunia internasional mengecam
keras perbuatan belanda yang masih berusaha meredam kemerdekaan Indonesia dengan
serangkaian aksi militer. Bahkan Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi pada 28
januari 1949 yang mengecam keras aksi militer belanda serta memerintahkan kedua pihak
melakukan perundingan kembali karena perundingan sebelumnya jelas gagal, yakni Renville
dan Linggarjati.
Indonesia dan Belanda kemudian mengadakan perjanjian lain yang dikenal dengan
nama Roem-Roijen (kadang ditulis Roem-Royen) yang tujuannya untuk menyelesaikan
masalah masalah terkait kemerdekaan bangsa Indonesia sebelum Konferensi Meja Bundar
dilaksanakan pada tahun yang sama. Hasil perjanjian ini adalah Indonesia bersedia mengikuti
KMB agar penyerahan kedaulatan disegerakan.
Dalam sebuah negara berkembang sebuah konferensi atau perundingan sudah sangat
tidak asing lagi di dengar terlebih jika negara tersebut merupakan negara yang baru saja
mencapai kemerdekaannya, untuk menstabilisasikan keadaan banyak hal yang ditempuh
suatu negara salah satunya dengan perundingan itu sendiri, adapun perundingan-perundingan
ini dilakukan biasanya untuk mencapai suatu kemerdekaan yang mutlak bagi negara yang
baru merdeka namun jika untuk negara-negara yang telah maju atau pun berkembang sebuah
perundingan biasanya digunakan untuk melancarkan sebuah kesepakatan antara beberapa
pihak yang bertujuan untuk memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi negara-negara
yang terlibat di dalamnya.

Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, terdapat beberapa rumusan masalah, yakni:
1. Apa latar belakang terjadinya KMB?
2. Bagaimanakah hasil dari KMB?
3. Bagaimana dampak yang dihasilkan dari perundingan tersebut?
BAB II
PEMBAHASAN

Proses Terjadinya Konferensi Meja Bundar


Agresi Militer II Belanda pada 19 Desember 1948, merupakan pelanggaran terhadap
perjanjian Renville dan mendapatkan kecaman dari dunia internasional. DK PBB, pada
tanggal 28 Januari 1949 mengeluarkan Resolusi 67 yang salah satu isinya adalah melanjutkan
perundingan antara Indonesia dan Belanda.
Belanda yang menerima kecaman dunia Internasional terpaksa memenuhi resolusi DK
PBB untuk melanjutkan perundingan. Perjanjian Roem-Royen ditandatangani pada tanggal 7
Mei 1949, sebagai langkah awal sebelum diadakan konferensi meja bundar. Pada tanggal 6
Juli 1949, Presiden Sukarno dan Perdana Menteri Mohammad Hatta kembali dari
pengasingan. Pada tanggal 31 Juli sampai 2 Agustus 1949, diadakan Konferensi Inter-
Indonesia untuk menyamakan persepsi antara pemimpin-pemimpin Indonesia dan perwakilan
otoritas yang akan dibentuk dalam RIS. Perwakilan Republik Indonesia untuk menghadiri
Konferensi Meja Bundar (KMB) terbentuk pada tanggal 11 Agustus 1949, dengan dipimpin
oleh Mohammad Hatta.
Konferensi Meja Bundar akhirnya diselenggarakan pada tanggal 23 Agustus sampai 2
November 1949 di Den Haag, Belanda. Ada dua topik yang paling alot dalam perundingan.
Yang pertama adalah tentang hutang luar negeri pemerintah kolonial Hindia Belanda yang
akhirnya disetujui untuk dibayarkan oleh Indonesia. Yang kedua adalah wilayah Papua
bagian barat yang diklaim oleh Indonesia sebagai wilayahnya namun ditolak oleh Belanda.
Akhirnya disepakati bahwa status Papua bagian barat akan ditentukan dalam perundingan
terpisah yang akan dilaksanakan satu tahun setelah pengakuan kedaulatan.
Hasil paling penting dari KMB ini antara lain adalah pengakuan kedaulatan dari
Belanda atas Indonesia, dan terbentuknya Republik Indonesia Serikat (RIS). pada 2
November 1949, Perjanjian Meja Bundar ditandatangani oleh Mohammad Hatta, mewakili
Indonesia.
Tokoh-tokohnya 3. Sultan Hamid II dari Pontianak,
pimpinan delegasi BFO (negara
federal bentukan Belanda)

1. Muhammad Hatta, pemimpin


delegasi Indonesia
4. Johan van Maarseveen, Menteri
Wilayah Seberang Laut dan
pemimpin delegasi Belanda

2. Muhammad Roem, wakil pimpinan


delegasi Indonesia
5. Tom Critchley, diplomat dari
Australia dan pengamat PBB
Akhir dari Konferensi Meja Bundar
Konferensi Meja Bundar dilaksanakan setelah beberapa perundingan pendahuluan, di
antaranya perundingan Roem-Royen dan Konferensi Inter-Indonesia

Hasil Atau Isi Keputusan Konferensi Meja Bundar adalah


1. Indonesia menjadi negara Serikat dengan nama : Republik Indonesia Serikat.
2. RIS dan Kerajaan Belanda merupakan UNI, UNI Indonesia- Belanda itu dikepalai
oleh Ratu Kerajaan Belanda.
3. Penyerahan kedaulatan oleh, Belanda kepada Indonesia akan diIakukan selambat-
Iambatnya pada akhir tahun 1949 (Yang benar pengakuan kedaulatan bukan
penyerahan kedaulatan.)
4. Semua hutang bekas Hindia-Belanda akan dipikul RIS.
5. TNI menjadi inti tentera RIS dan berangsur-angsur akan mengambil-alih penjagaan
keamanan di seluruh wilayah RIS.
6. 6.Kedudukan Irian Barat akan ditentukan selama-lamanya 1 tahun sesudah
penyerahan kedaulatan.
7. Keradjaan Nederland menjerahkan kedaulatan atas Indonesia jang sepenuhnja kepada
Republik Indonesia Serikat dengan tidak bersjarat lagi dan tidak dapat ditjabut, dan
karena itu mengakui Republik Indonesia Serikat sebagai Negara yang merdeka dan
berdaulat.
8. Republik Indonesia Serikat menerima kedaulatan itu atas dasar ketentuan-ketentuan
pada Konstitusinja, rantjangan konstitusi telah dipermaklumkan kepada Keradjaan
Nederland. Kedaulatan akan diserahkan selambat-lambatnja pada tanggal 30
Desember 1949.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Konferensi Meja Bundar merupakan sebuah pertemuan pada tanggal 23 Agustus
hingga 2 November 1949 di Den Haag yang merupakan tindak lanjut dari perundingan
Roem-rojen yang secara eksplisit hasilnya menandakan bahwa Belanda mulai mengakui
kedaulatan Indonesia. Sidang KMB ini antara lain membahas mengenai pembentukan panitia
pusat yang anggotanya dari pihak Indonesia terdiri dari Mohammad Hatta, Moh Roem, A.K
Pringgodigdo, Sultan Hamid II, Ide Anak Agung, dan Soeparmo sementara dari pihak
Belanda sendiri anggotanya ialah Van Maarseven, D.U Stikker, Van Rojen dan Van der Vlak.
Di dalam konferensi ini juga banyak terjadi perdebatan, terutama yang menyangkut
masalah Irian Barat sebab pihak Belanda keberatan untuk menyerahkan Irian Barat kepada
Republik Indonesia Serikat. Hasil nyata dari adanya konferensi ini ialah adanya penyerahan
kedaulatan dari Belanda ke Indonesia yang secara resmi diserahkan oleh Ratu Juliana pada
tanggal 27 Desember 1949. Hasil ini cukup memuaskan bagi pihak Indonesia meskipun di
sisi lain perihal Irian Barat masih terombang-ambing karena keputusan mengenai Irian Barat
akan diputuskan maksimal setahun dari perundingan tersebut dengan pengertian bahwa dalam
jangka setahun dari penyerahan kedaulatan, soal-soal mengenai Irian Barat akan ditentukan
dengan jalan perundingan antara RIS dan Belanda.

Saran
Bahasan mengenai Konferensi Meja Mundar ini seharusnya bisa membuat kita lebih
tersadar akan betapa pentingnya perjuangan yang dilakukan oleh para pahlawan kita dalam
mencapai kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan. Seharusnya ini bisa menjadikan
suatu refleksi bagi kita semua bahwa tidak ada perjuangan yang sia-sia baik perjuangan fisik
maupun diplomasi semua usaha yang dilakukan mendatangkan hasil positif yakni bagi
kemerdekaan Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

 Algandri, Hamid. (1991). Suka Duka Masa Revolusi : Jakarta : UIP


 Anonim. (2013) Konferensi Meja Bundar [Internet] :Tersedia hehe
http://indonesiaindonesia.com/f/101663-sejarah-konferensi-meja-bundar-kmb/ [ 12
Juli 2013].
 Dekker, N. (1989). Sejarah Revolusi Nasional. Jakarta: Balai Pustaka.
 Dekker, N. (1997). Sejarah Pergerakan dan Revolusi Nasional. Malang: IKIP Malang.
 Halim, A dan Yayah, L (1986). 30 Tahun Indonesia Merdeka. Jakarta : Citra Lantoro.
 Mansur, Ahmad Suryanegara (2010). Api Sejarah 2. Bandung: PT Salamadani
Pustaka Semesta
 Riclefs, MC. (2008). Sejarah Indonesia Modern. Jakarta: Sermabi Ilmu Semesta

Anda mungkin juga menyukai