Anda di halaman 1dari 8

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga Laporan Perundingan Roem Royen ini dapat diselesaikan
dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah
Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.

Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan Laporan Perundingan Roem Royen.Dan kami juga menyadari pentingnya
akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan
informasi yang akan menjadi bahan laporan. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan arahan serta bimbingannya selama ini
sehingga penyusunan laporan dapat dibuat dengan sebaik-baiknya.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................................................i

BAB 1............................................................................................................................1

A.Rumusan Masalah......................................................................................................1

B.Latar Belakang...........................................................................................................1

C. Tujuan......................................................................................................................1

D. Proses...................................................................................................................... 2

E.Dampak......................................................................................................................4

BAB 2...........................................................................................................................5

A.Kesimpulan...............................................................................................................5

B. Refrensi....................................................................................................................5

C.
Lampiran.......................................................................................................................5
BAB 1

A.Rumusan Masalah

 Bagaimana layar belakang terselenggaranya Perundingan Roem Royen?


 Apa tujuan dari Perundingan Roem Royen?
 Bagaimana proses kronologis terjadinya Perundingan Roem Royen?
 Apa dampak dari Perundingan Roem Royen?

B. Latar Belakang

Perjanjian ini terjadi setelah berlangsungnya Agresi Militer Belanda II yang membuat
dibentuknya Pemerintahan Darurat Republik Indonesia di Bukittinggi, Sumatera
Barat di bawah komando Syafruddin Prawiranegara.

Sulaiman Hasan dalam buku Karena Kemerdekaan Harus Dipertahankan, Sejarah


Indonesia Paket C Setara SMA/MA Modul Tema 10(2018) menjelaskan bahwa
Belanda menghentikan agresi militernya karena pergerakan rakyat dan tekanan dunia
internasional.Pada akhirnya Belanda menerima perintah Dewan Keamanan PBB dan
membuka peluang untuk berunding.

Nama perjanjian ini diambil dari nama tokoh perjanjian Roem Royen yang terlibat
yaitu Mr. Muhammad Roem dari Indonesia dan Dr. JH. Van Royen.dari Belanda.

PBB juga membentuk UNCI (United Nations Comission for Indonesia) sebagai
penengah dan mengirim utusan bernama Merle Cochran.

Perundingan Roem Royen diadakan di Hotel Des Indes Jakarta dimulai sejak 17 April
1949. Setelah proses yang panjang, perjanjian Roem Royen ditandatangani pada
tanggal 7 Mei 1949.

C.Tujuan

Tujuan dari perjanjian Roem Royen dilaksanakan guna menyelesaikan beberapa


masalah dan menyelesaikan konflik antara Republik Indonesia dan Belanda.

D. Proses

Perjanjian Roem Royen disepakati pada tanggal 7 Mei 1949 menjelang pengakuan
kedaulatan Indonesia oleh Belanda dan dilatarbelakangi oleh konflik bersenjata yang
telah berlangsung selama berapa tahun antara pejuang kemerdekaan Indonesia dan
pemerintah kolonial Belanda.Tujuan dari perjanjian Roem Royen dilaksanakan guna
menyelesaikan beberapa masalah dan menyelesaikan konflik antara Republik
Indonesia dan Belanda

Perundingan dimulai pada 14 April 1949 yang dilakukan oleh Mr Moh Roem
(Indonesia) dengan Dr Van Roijen (Belanda) dengan mediator Merle Cochran
(anggota UNCI dari AS). Perundingan ini dilakukan di Hotel Des Indes (Hotel Duta
Merlin Jakarta, sekarang).

Perundingan berlarut-larut dan sempat terhenti sampai 1 Mei 1949 karena terjadinya
perbedaan pendapat yang tajam. Pemerintah Belanda menghendaki agar RI
menghentikan gerakan gerilya oleh pejuangnya, bersedia menghadiri Konferensi
Meja Bundar (KMB) dan bersedia bekerja sama menciptakan keamanan dan
ketertiban, barulah pemerintahan dan pemimpin RI yang ditahan Belanda dibebaskan.

Karena perundingan berjalan sangat lamban, bahkan hampir mengalami jalan buntu,
pada 24 April 1949 Drs Mohammad Hatta datang ke Jakarta. Pihak RI menempuh
cara lain yakni mengadakan perundingan informal dan langsung dengan pihak
Belanda disaksikan Merle Cochran.

Pada 25 April 1949, diadakan pertemuan informal pertama antara Drs. Moh. Hatta
dengan ketua delegasi Belanda Dr Van Royen. Hasil pertemuan ini tidak diumumkan,
namun Wakil Presiden Moh. Hatta menyatakan bahwa pertemuan informal itu untuk
membantu memberikan penjelasan kepada delegasi Belanda.

Anggota UNCI dari AS Merle Cohran mendesak Indonesia agar dapat menerima
usulan Belanda dengan kompensasi bantuan ekonomi setelah pengakuan kedaulatan,
tetapi sebaliknya mengancam untuk tidak memberi bantuan apapun kepada Indonesia
apabila pihak RI tidak bisa melanjutkan perundingan.

Selanjutnya masing-masing pihak mengeluarkan pernyataan. Persetujuan ini


sebenarnya hanya berupa pernyataan dari kedua belah pihak yang masing-masing
menyetujui pernyataan pihak lainnya. Isi pernyataan ini ditanda tangani pada 7 Mei
1949 oleh ketua perwakilan kedua negara yaitu Mr Moh Roem dan Dr Van Roijen,
oleh karena itu terkenal dengan sebutan Roem Royen Statemens.

Berikut bunyi statement Roem-Royen:

 Sesuai dengan resolusi DK PBB, Indonesia menyatakan kesanggupannya


untuk menghentikan perang gerilya.
 Bekerja sama mengembalikan dan menjaga keamanan dan ketertiban.
 Turut serta dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag dengan
maksud untuk mempercepat penyerahan kedaulatan yang sungguh-sungguh
dengan tidak bersyarat.

Isi Perjanjian Roem Royen bagi Indonesia :

 Memerintahkan “pengikut RI yang bersenjata” untuk menghentikan perang


gerilya.
 Bekerja sama dalam mengembalikan perdamaian dan menjaga ketertiban dan
keamanan.
 Turut serta dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag dengan maksud
untuk mempercepat “penyerahan” kedaulatan yang sungguh lengkap kepada
Negara Indonesia Serikat dengan tidak bersyarat.

Isi Perjanjian Roem-Royen untuk Belanda yakni:

 Belanda menyetujui kembalinya pemerintah RI ke Yogyakarta.


 Menjamin penghentian gerakan-gerakan militer dan membebaskan semua
tahanan politik.
 Tidak akan mendirikan atau mengakui negara-negara yang ada di daerah yang
dikuasai oleh RI sebelum tanggal 19 Desember 1949 dan tidak akan
meluaskan negara atau daerah dengan merugikan RI.
 Menyetujui adanya RI sebagai bagian dari Negara Indonesia Serikat.
 Berusaha dengan sungguh-sungguh supaya Konferensi Meja Bundar segera
diadakan sesudah pemerintah RI kembali ke Yogyakarta.

Isi Perjanjian Roem-Royen yang Disepakati oleh Indonesia dan Belanda

 Pemerintah Belanda menghentikan seluruh kegiatan militer dan membebaskan


tahanan politik perang Indonesia tanpa ada syarat apa pun.
 Belanda akan menyerahkan kedaulatan Indonesia secara penuh dan tanpa
syarat.
 Pemerintah Indonesia dan Belanda akan mendirikan persekutuan dengan dasar
persamaan hak dan secara sukarela.
 Belanda setuju akan adanya Republik Indonesia sebagai bagian dari Negara
Indonesia Serikat.
 Belanda mengembalikan dan mengizinkan aktivitas pemerintahan Indonesia
di kota Yogyakarta sebagai ibu kota sementara.
 Angkatan perang dan senjata Republik Indonesia akan menghentikan semua
kegiatan perang gerilya.
 Indonesia dan Belanda setuju untuk sama-sama menghadiri perundingan
selanjutnya yaitu Konferensi Meja Bundar. Pelaksanaan KMB sendiri
nantinya di Den Haag, Belanda.

E. Dampak

Setelah perjanjian dilakukan akhirnya Belanda menepati seluruh janji dan


kesepakatan yang sudah dibuat dengan pihak pemerintah Indonesia. Dampaknya
pemerintah Republik Indonesia dikembalikan lagi ke Yogyakarta. Pengembalian itu
pun dilakukan pada tanggal 24 Juni tahun 1949.Seluruh pasukan Belanda pun
akhirnya ditarik dari Yogyakarta pada tanggal 1 Juli 1949. Selanjutnya tanggal 6 Juli
presiden Soekarno dan wakilnya yaitu Mohammad Hatta dibebaskan dan
dikembalikan ke Yogyakarta.

Adapun gencatan senjata antara kedua belah pihak yaitu Indonesia dan Belanda juga
dilakukan pada tanggal 3 Agustus 1949 yang dimulai dari Jawa dan Sumatera.
Keberhasilan perjanjian Roem-Royen ini juga membuahkan hasil dan berdampak
pada pengakuan penuh akan kedaulatan Belanda atas Indonesia lewat KMB yang
nantinya dilaksanakan pada tahun yang sama.
BAB 2

PENUTUP

A.Kesimpulan

Perjanjian Roem Royen menjadi perjuangan diplomasi Indonesia setelah Perjanjian


Linggarjati pada tahun 1946 dan Perjanjian Renville pada tahun 1948. Dari kedua
perjanjian tersebut, secara de facto wilayah Indonesia yang diakui semakin mengecil
dan pada akhirnya Belanda mengingkari perjanjiannya sendiri melalui agresi militer.
Puncaknya pada tanggal 19 Desember 1948, Belanda menguasai Ibu Kota Indonesia
di Yogyakarta melalui Agresi Militer Belanda II. Para petinggi Indonesia seperti
Soekarno, Hatta dan Syahrir ditangkap

B. Referensi

 https://www.liputan6.com/amp/5278289/sejarah-perjanjian-roem-royen-dan-
isi-perundingannya
 https://sma13smg.sch.id/materi/perjanjian-roem-royen-sejarah-latar-belakang-
isi-dan-dampaknya/#google_vignette
 https://news.detik.com/berita/d-6707069/hari-perjanjian-roem-royen-7-mei-
ini-sejarah-peringatannya
 https://www.gramedia.com/literasi/isi-perjanjian-roem-royen/
 https://www.goodnewsfromindonesia.id/2023/03/18/perjanjian-roem-royen-
latar-belakang-isi-dan-dampaknya-bagi-bangsa-indonesia#:~:text=Dampak
%20Perjanjian%20Roem%2DRoyen,tanggal%2024%20Juni%20tahun
%201949

C. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai