Anda di halaman 1dari 12

Akibat dari Perjanjian

Diadakan perundingan formal antara Indonesia, Belanda, dan Majelis Permusyawaratan Federal
di bawah pengawasan Critchley (Australia).

Perundingan itu menghasilkan keputusan:

Pengembalian Pemerintah RI ke Yogyakarta dilaksanakan pada 24 Juni 1949

Pasukan Belanda akan ditarik mundur dari Yogyakarta pada 1 Juli 1949.

Pemerintah RI kembali ke Yogyakarta setelah TNI menguasai keadaan sepenuhnya di daerah itu
Mengenai penghentian permusuhan akan dibahas setelah kembalinya pemerintah RI ke
Yogyakarta

Konferensi Meja Bundar diusulkan akan diadakan di Den Haag,

Belanda Yogyakarta baru sepenuhnya ditinggalkan tentara Belanda pada 29 Juni 1949.

Soekarno dan Hatta dibebaskan dan kembali ke Yogyakarta pada 6 Juli 1949.

Jenderal Sudirman yang sakit dan berjuang lewat gerilya selama hampir tujuh bulan, baru
kembali ke Yogyakarta pada 10 Juli 1949.

Setelah pemerintahan pulih, pada 13 Juli 1949 diadakan sidang kabinet RI yang pertama.

Perjanjian Roem-Royen lahir karena adanya pelanggaran yang dilakukan oleh


Belanda atas perjanjian sebelumnya yaitu perjanjian Renville. Belanda juga
melakukan agresi militer dan menyerang ibu kota Indonesia yang saat itu terletak
di Yogyakarta pada 19 Desember tahun 1948.

Pada agresi militer tersebut Belanda bahkan menangkap presiden Soekarno dan
wakil presiden Moh Hatta untuk dijadikan tawanan. Namun agresi militer tersebut
mendapat perlawanan yang keras dari rakyat Indonesia.

Bahkan langkah Belanda tersebut mendapat kecaman keras dari dunia.


Selanjutnya PBB atau Perserikatan Bangsa-Bangsa menganjurkan untuk
melakukan perundingan kembali.

Pelaksanaan perjanjian Roem-Royen dilakukan di Hotel Des Indes Jakarta.


Adapun pihak Indonesia diwakili oleh Mr. Mohammad Roem sedangkan pihak
Belanda diwakili oleh Dr. Herman Van Roijen sebagai delegasinya. Itulah yang
kemudian membuat perjanjian itu dinamakan Roem Roijen atau Roem-Royen.

Perjanjian yang satu ini memerlukan waktu lama hingga akhirnya mampu
menemukan titik temu. Paling tidak prosesnya memerlukan waktu hingga hampir
satu bulan hingga mencapai kesepakatan.
Isi Perjanjian Roem-Royen

Perjanjian Roem-Royen ini dilakukan untuk mendapatkan kesepakatan antara


kedua pihak yaitu Belanda dan Indonesia. Isi dari perjanjian ini adalah sebagai
berikut:

Isi Perjanjian dari Pihak Belanda

 Pemerintah Belanda akan menyetujui permintaan dari pihak Indonesia untuk


dapat kembali ke Yogyakarta sebagai ibu kota sementara
 Pemerintah Belanda akan membebaskan seluruh tahanan politik tanpa ada
syarat apa pun
 Pemerintah Belanda akan menyetujui Republik Indonesia yang merupakan
bagian dari NIS atau Negara Indonesia Serikat
 Pihak Pemerintah Belanda akan menyetujui penyelenggaraan KMB atau
konferensi Meja Bundar secepatnya

Isi Perjanjian dari Pihak Indonesia

 Pihak pemerintah Indonesia memerintahkan angkatan perang maupun


bersenjatanya untuk berhenti melakukan semua kegiatan perang gerilya
 Pemerintah Indonesia meminta agar pemerintah Belanda ikut hadir dalam
acara Konferensi Meja Bundar
 Pemerintah Indonesia dan Belanda akan bekerja sama dalam mengembalikan
keamanan, ketertiban dan menjaga perdamaian masing-masing negara

Isi Perjanjian Roem-Royen yang Disepakati oleh Indonesia dan Belanda

 Pemerintah Belanda menghentikan seluruh kegiatan militer dan membebaskan


tahanan politik perang Indonesia tanpa ada syarat apa pun
 Belanda akan menyerahkan kedaulatan Indonesia secara penuh dan tanpa
syarat
 Pemerintah Indonesia dan Belanda akan mendirikan persekutuan dengan dasar
persamaan hak dan secara sukarela
 Belanda setuju akan adanya Republik Indonesia sebagai bagian dari Negara
Indonesia Serikat
 Belanda mengembalikan dan mengizinkan aktivitas pemerintahan Indonesia di
kota Yogyakarta sebagai ibu kota sementara
 Angkatan perang dan senjata Republik Indonesia akan menghentikan semua
kegiatan perang gerilya
 Indonesia dan Belanda setuju untuk sama-sama menghadiri perundingan
selanjutnya yaitu Konferensi Meja Bundar. Pelaksanaan KMB sendiri nantinya
di Den Haag, Belanda.

Dampak Perjanjian Roem-Royen

Setelah perjanjian dilakukan akhirnya Belanda menepati seluruh janji dan


kesepakatan yang sudah dibuat dengan pihak pemerintah Indonesia. Dampaknya
pemerintah Republik Indonesia dikembalikan lagi ke Yogyakarta. Pengembalian
itu pun dilakukan pada tanggal 24 Juni tahun 1949.

Seluruh pasukan Belanda pun akhirnya ditarik dari Yogyakarta pada tanggal 1 Juli
1949. Selanjutnya tanggal 6 Juli presiden Soekarno dan wakilnya yaitu
Mohammad Hatta dibebaskan dan dikembalikan ke Yogyakarta.

Adapun gencatan senjata antara kedua belah pihak yaitu Indonesia dan Belanda
juga dilakukan pada tanggal 3 Agustus 1949 yang dimulai dari Jawa dan Sumatera.
Keberhasilan perjanjian Roem-Royen ini juga membuahkan hasil dan berdampak
pada pengakuan penuh akan kedaulatan Belanda atas Indonesia lewat KMB yang
nantinya dilaksanakan pada tahun yang sama.

Tokoh “Roem Royen”

1. Indonesia
 Mohammad Roem
 Ali Sastroamijoyo
 Dr. Leimena Ir.
 Juanda Prof.
 Supomo Latuharhary

2. Belanda
 Dr. J. Herman van Royen
 Blom
 Jacob
 dr. Van
 dr. Gede
 Dr. P.J. Koets
 van Hoogstraten
 Dr. Gleben

Para tokoh perjanjian Roem-Roijen adalah:


Mohammad Roem
Ali Sastroamijoyo
Johannes Leimena
Ir. Juanda
Prof. Supomo
Johannes Latuharhary
A.K. Pringgodigdo
Mohammad Hatta
Sri Sultan Hamengkubuwono IX

Waktu dan tempat

Perjanjian Roem-Royen adalah perjanjian antara Indonesia dan Belanda yang


dimulai pada tanggal 17 April 1949 dan ditandatangani pada 7 Mei 1949 di Hotel Des
Indes, Jakarta
Sebab

diselenggarakannya Konferensi Inter Indonesia ini adalah karena


adanya perjanjian Roem-Royen yang berisi bahwa Indonesia ikut
serta dalam Konferensi Meja Bundar, maka Indonesia harus
mempersiapkan diri dengan mengadakan konferensi yang melibatkan
Indonesia dan Bijeenkomst voor Federaal Overlaag (BFO) yang lebih
umum dikenal sebagai negara boneka bentukan Belanda. Selain itu
juga karena munculnya simpati negara boneka bentukan Belanda
pada Indonesia setelah kejadian Agresi Militer II.

1. Pihak Republik Indonesia

 Ir. Sukarno – Presiden Republik Indonesia


 Mohammad Hatta – ketua delegasi

2. Pihak BFO

 Sultan Hamid II dari Pontianak


 Anak Agung Gde Agung

Lokasi dan Waktu terjadinya Konferensi Inter


Indonesia
 Konferensi Inter Indonesia I diselenggarakan pada tanggal 19 – 22 Juli
1949 di Gedung Kepatihan, Yogyakarta.
 Konferensi Inter Indonesia II diselenggarakan pada tanggal 30 Juli – 2
Agustus 1949 di Gedung Volksraad (Pancasila) Jakarta.

1. Dampak dari Segi Politik

Konferensi Inter Indonesia menegaskan bahwa kondisi politik dalam


negeri Indonesia sangat kondusif menjelang Konferensi Meja Bundar.

Hal ini ditunjukkan dengan adanya konsensus nasional antara Republik


Indonesia dan BFO terkait dengan berbagai pokok permasalahan yang
akan dibahas di Konferensi Meja Bundar.
Selain itu, Konferensi Inter Indonesia juga merupakan pembuktian kepada
dunia internasional termasuk Belanda bahwa Indonesia bersatu padu
dalam upaya mencapai cita-cita dan tujuan.

Hal lainnya adalah dibentuknya delegasi Republik Indonesia untuk


Konferensi Meja Bundar di Den Haag yang terdiri dari :

 Moh. Hatta – ketua delegasi


 Mr. Moh. Roem – anggota
 Prof. Dr. Mr. Supomo – anggota
 Dr. J. Leimena – anggota
 Mr. Ali Sastroamidjojo – anggota
 Ir. Djuanda – anggota
 dr. Sukiman – anggota
 Dr. Sumitro Djojohadikusumo – anggota
 Mr. A. K. Pringgodigdo – anggota
 Sujono Hadinoto – anggota
 Mr. Simatupang – anggota
 Mr. Sumardi – anggota

Adapun delegasi BFO pada Konferensi Meja Bundar di Den Haag diwakili
oleh Sultan Hamid II.

2. Dampak dari Segi Ekonomi

Konferensi Inter Indonesia yang berlangsung dua kali juga memberikan


dampak dalam bidang ekonomi yaitu mulai digunakannya satu alat
pembayaran yang sah.

Selain itu, kegiatan ekspor impor dilakukan secara terpusat. Hal ini
merupakan bagian dari upaya memperoleh pengakuan kedaulatan dari
dunia internasional dan membangun Indonesia.

3. Dampak dari Segi Pertahanan dan Keamanan

Adapun dampak dari segi pertahanan dan keamanan adalah terkait dengan
pembentukan Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat beserta
komponen pembentuknya
Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat adalah Angkatan Perang
Nasional yang berintikan TNI dan orang-orang Indonesia dalam KNIL
yang diterima sebagai anggota APRIS.

4. Dampak dari Segi Ketatanegaraan

Di bidang ketatanegaraan disepakati bendera, bahasa, dan lagu kebangsaan


Republik Indonesia Serikat yakni Sang Merah Putih, bahasa Indonesia,
dan lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Meskipun bentuk negara Republik Indonesia Serikat tidak sesuai dengan


cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945, namun lambang dan bahasa negara
Republik Indonesia Serikat tidak berubah dari sebelumnya.

(isi/proses)

1. Hasil Konferensi Inter Indonesia I

Hasil Konferensi Inter Indonesia I yang diselenggarakan di Gedung


Kepatihan, Yogyakarta tanggal 19 – 22 Juli 1949 adalah sebagai berikut.

 Disetujui bersama bahwa nama untuk Negara Indonesia Serikat


adalah Republik Indonesia Serikat.
 Negara Republik Indonesia Serikat dikepalai oleh seorang presiden
konstitusional dan dibantu oleh menteri-menteri yang bertanggung jawab
kepada DPR
 Nantinya akan dibentuk sebuah Dewan Perwakilan Rakyat dan sebuah
Dewan Perwakilan negara bagian atau Senat.
 Pemerintah Federal Sementara akan menerima kedaulatan dari pihak
negara Belanda maupun pihak Republik Indonesia di saat yang sama.

2. Hasil Konferensi Inter Indonesia II

Di Konferensi Inter Indonesia II, hal-hal yang dibahas adalah menyangkut


berbagai macam pokok persoalan yang telah disetujui pada Konferensi
Inter Indonesia I.
Adapun hasil Konferensi Inter Indonesia II yang diselenggarakan di
Gedung Volksraad (Pancasila) Jakarta tanggal 30 Juli – 2 Agustus 1949
adalah sebagai berikut.

 Dibentuknya Panitia Persiapan Nasional yang bertugas menciptakan


suasana kondusif baik sebelum maupun sesudah Konferensi Meja Bundar
diadakan. Adapun yang menjadi anggota-anggota Panitia Persiapan
Nasional adalah wakil-wakil baik dari Republik Indonesia maupun BFO.
 BFO mendukung tuntutan Republik Indonesia tentang penyerahan
kedaulatan tanpa syarat apapun dan tanpa ikatan apapun baik politik
maupun ekonomi.
 Terkait masalah ketatanegaraan, disepakati bahwa bendera RIS adalah
Sang Merah Putih; bahasa resmi RIS adalah bahasa Indonesia; dan lagu
kebangsaan RIS adalah Indonesia Raya.
 Disepakati pula bahwa Konstitusi Republik Indonesia Serikat akan
dirancang pada saat Konferensi Meja Bundar di Den Haag.
 Digunakannya satu alat pembayaran yang sah.
 Kegiatan ekspor impor harus dilakukan secara terpusat.
 Dibentuknya Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) yang
merupakan Angkatan Perang Nasional.
 APRIS terdiri atas TNI sebagai inti APRIS dan orang-orang Indonesia
yang ada dalam KNIL yang diterima sebagai anggota APRIS .
 Masalah pertahanan negara adalah semata-mata hak pemerintah Republik
Indonesia Serikat. Dan karena itu, masing-masing negara bagian tidak
mempunyai angkatan perang sendiri.
KMB

Waktu dan tempat

Dirancang 23 Agustus 1949

Ditandatangani 2 November 1949

Lokasi Den Haag, Belanda


Tokoh pdri

 Mr. Syafruddin Prawiranegara, Ketua merangkap Menteri Pertahanan dan Penerangan,


 Mr. Susanto Tirtoprojo, Wakil Ketua merangkap Menteri Kehakiman dan Menteri
Pembangunan dan Pemuda,
 Mr. Alexander Andries Maramis, Menteri Luar Negeri (berkedudukan di New Delhi, India).

Pejabat di bidang militer:

 Letnan Jenderal Sudirman, Panglima Besar Angkatan Perang RI.


 Kolonel Abdul Haris Nasution, Panglima Tentara & Teritorium Jawa.
 Kolonel R. Hidajat Martaatmadja, Panglima Tentara & Teritorium Sumatra.

Sebab

Pembentukan Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) dilatarbelakangi adanya


agresi militer Belanda pada tanggal 19 Desember 1948 dengan sasaran utamanya
adalah Yogyakarta. Agresi militer Belanda yang kedua ini berhasil menangkap para
pemimpin Indonesia.

Sebelum penangkapan tersebut, Presiden Soekarno menunjuk Syafruddin


Prawiranegara guna membentuk PDRI di Bukittinggi. Apabila pembentukan PDRI gagal,
akan dibentuk PDRI di India oleh AA Maramis dan L.N Palar. Tujuan dibentuknya PDRI
adalah mempertahankan eksistensi keberadaan negara Indonesia.

Akibat

1. Pemerintahan indonesia masih bisa berjalan.


2. Seluruh rakyat indonesia masih dapat terpimpin.
3. Bangsa indonesia masih diakui keberadaannya di dunia internasional
4. Secara hukum pemerintahan indonesia masih sah adanya, karena masih berlangsung
di wilayah indonesia.

Waktu dan tempat


Halaban, 22 Desember 1948, rabu pukul 04.30

Anda mungkin juga menyukai