Anda di halaman 1dari 7

Pendekatan antara pimpinan Republik dan BFO yang semakin hangat menjelang dilaksanakan

Perundingan Roem - Royen dan kontak-kontak menjelang dan setelah Pemerintah Republik
kembali ke Yogya, telah membuka jalan untuk mengadakan Konferensi Inter Indonesia.
Delegasi RI ke Konferensi Inter Indonesia, terbentuk 18 Juli 1949 dipimpin oleh Wakil
Presiden/PM Moh. Hatta. Sedangkan delegasi BFO dipimpin oleh Sultan Hamid II dari
Pontianak dan Anak Agung dari NIT. Konferensi Inter Indonesia bertujuan untuk menyatukan
pendapat antara RI dan BFO dalam rangka menghadapi Belanda dalam KMB.

Konferensi Inter Indonesia merupakan konferensi yang berlangsung antara negara Republik
Indonesia dengan negara-negara boneka atau negara bagian bentukkan Belanda yang tergabung
dalam BFO. Pada awalnya pembentukkan BFO ini diharapkan oleh Belanda akan
mempermudah Belanda untuk kembali berkuasa di Indonesia. Namun sikap negara-negara
yang tergabung dalam BFO berubah setelah Belanda melancarkan agresi militernya yang kedua
terhadap Indonesia. Karena simpati dari negara-negara BFO ini maka pemimpin-pemimpin
Republik Indonesia dapat dibebaskan dan BFO jugalah yang turut berjasa dalam
terselenggaranya Konferensi Inter-Indonesia. Hal itulah yang melatarbelakangi
dilaksanaklannya Konferensi Inter-Indonesia pada bulan Juli 1949.

BFO yang didirikan di Bandung pada 29 Mei 1948 merupakan lembaga permusyawaratan dari
negara-negara federal yang memisahkan dari RI. Perdana Menteri negara Pasundan, Mr. Adil
Poeradiredja, dan Perdana Menteri Negara Indonesia Timur, Gede Agung, memainkan peran
penting dalam pembentukan BFO.
BFO yang dibentuk di Bandung tentu saja tak bisa dilepaskan dari strategi van Mook
mendirikan negara boneka di wilayah Indonesia yang dimulai sejak 1946. Beberapa negara
federal yang tergabung dalam BFO masih menyisakan jejak-jejak van Mook.
Tetapi tidak berarti BFO sepenuhnya dikendalikan oleh van Mook atau Belanda. Bahkan dalam
beberapa hal, BFO dan van Mook berseberangan sudut pandang. BFO yang lahir di Bandung
bergerak dalam kerangka negara Indonesia yang merdeka, berdaulat dan berbentuk negara
federal. BFO ingin agar badan federasi inilah yang kelak juga menaungi RI di bawah payung
Republik Indonesia Serikat.
Ini berbeda titik pijak dengan van Mook yang jusrtu berharap BFO bisa menjadi pintu masuk
untuk meniadakan pemerintah Indonesia, persisnya Republik Indonesia. Kegagalan
mengendalikan sepenuhnya BFO inilah yang menjadi salah satu penyebab mundurnya van
Mook sebagai orang yang ditunjuk oleh pemerintah Belanda guna mengusahakan kembalinya
tatanan kolonial. Alasan itu menjadi penyebab Wakil Tinggi Pemerintah Belanda di Jakarta,
Beel, juga mengundurkan diri dari jabatannya.
BFO ikut pula memainkan peran penting dalam membebaskan para petinggi RI yang ditangkap
Belanda pada Agresi Militer II. Para pemimpin BFO mengambil sikap yang tak diduga oleh
Belanda tersebut menyusul Agresi Militer II yang diangap melecehkan kedaulatan sebuah
bangsa di tanah airnya. Agresi Militer II tak cuma melahirkan simpati dunia internasional,
melainkan juga simpati negara-negara federal yang sebelumnya memisahkan dari RI.
Selain membahas aspek-aspek mendasar hingga teknis perencanaan membangun dan
membentuk RIS, Konferensi Intern-Indonesia juga digunakan sebagai konsolidasi internal
menjelang digelarnya Konferensi Meja Bundar yang dimulai pada 23 Agustus 1949.
Bagi pemerintah RI sendiri, kesediaan menggelar Konferensi Inter-Indonesia bukan semata
karena ketiadaan pilihan lain yang lebih baik, melainkan juga karena pemerintah RI
menganggap BFO tidak lagi sama persis dengan BFO yang direncanakan van Mook. Soekarno
menyebut konferensi ini sebagai “trace baru” bagi arah perjuangan Indonesia.
Konferensi yang berlangsung hingga 22 Juli itu banyak didominasi perbincangan mengenai
konsep dan teknis pembentukan RIS, terutama mengenai susunan kenegaraaan berikut hak dan

1
kewajiban antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Hasil kesepakatan dari
Konferensi Inter-Indonesia adalah:

1. Negara Indonesia Serikat disetujui dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS)
berdasarkan demokrasi dan federalisme (serikat),
2. RIS akan dikepalai oleh seorang Presiden dibantu oleh menteri-menteri yang
bertanggung jawab kepada Presiden,
3. RIS akan menerima penyerahan kedaulatan, baik dari Republik Indonesia maupun dari
kerajaan Belanda,
4. Angkatan perang RIS adalah angkatan perang nasional, dan Presiden RIS adalah
Panglima Tertinggi Angkatan Perang RIS, dan
5. Pembentukkan angkatan Perang RIS adalah semata-mata soal bangsa Indonesia sendiri.
Angkatan Perang RIS akan dibentuk oleh Pemerintah RIS dengan inti dari TNI dan
KNIL serta kesatuan-kesatuan Belanda lainnya.

Dampak dari Konferensi Inter-Indonesia adalah adanya konsensus yang dibangun melalui
Konferensi Intern-Indonesia yang menjadi modal berharga bagi pemerintah RI, terutama
delegasi Indonesia yan dtunjuk untuk berunding dengan Belanda pada Konferensi Meja Bundar
(KMB) di Den Haag. Keberadaan BFO dan sikap tegas Gde Agung untuk menolak intervensi
Belanda membuat pemerintah Indonesia memiliki legitimasi yang makin kuat untuk berunding
dengan Belanda di KMB.

Pendekatan antara pimpinan Republik dan BFO yang semakin hangat menjelang dilaksanakan
Perundingan Roem - Royen dan kontak-kontak menjelang dan setelah Pemerintah Republik
kembali ke Yogya, telah membuka jalan untuk mengadakan Konferensi Inter Indonesia.
Delegasi RI ke Konferensi Inter Indonesia, terbentuk 18 Juli 1949 dipimpin oleh Wakil
Presiden/PM Moh. Hatta. Sedangkan delegasi BFO dipimpin oleh Sultan Hamid II dari
Pontianak dan Anak Agung dari NIT. Konferensi Inter Indonesia bertujuan untuk menyatukan
pendapat antara RI dan BFO dalam rangka menghadapi Belanda dalam KMB.

2
Konferensi dilaksanakan dua tahap.

a. Di Yogyakarta (19 – 22 Juli 1949)


Dalam konferensi tahap pertama telah disepakati bahwa:
1) negara Indonesia Serikat akan diberi nama Republik Indonesia Serikat;
2) Merah Putih adalah bendera kebangsaan;
3) Indonesia Raya adalah lagu kebangsaan;
4) Bahasa nasional adalah bahasa Indonesia;
5) 17 Agustus adalah Hari Kemerdekaan.
Hasil Konferensi Inter Indonesia ini ternyata adalah konfirmasi consensus nasional yang sejak
17 Agustus 1945 direalisasikan dalam perjuangan bangsa.

b. Di Jakarta (31 Juli – 2 Agustus 1949)


Konferensi Inter Indonesia tahap kedua bertempat di Gedung Pejambon, Jakarta. Salah satu
keputusan penting yang diambil adalah bahwa BFO menyokong tuntutan Republik Indonesia
atas penyerahan kedaulatan tanpa ikatan-ikatan politik ataupun ekonomi.

Di bidang militer/pertahanan konferensi memutuska antara lain:

1) Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) adalah Angkatan Perang Nasional.
2) TNI menjadi inti APRIS dan akan menerima orang-orang Indonesia yang ada dalam KNIL,
dan kesatuan-kesatuan tentara Belanda lain dengan syarat-syarat yang akan ditentukan lebih
lanjut.
3) Pertahanan negara adalah semata-mata hak Pemerintah RIS, Negara-negara bagian tidak
mempunyai angkatan perang sendiri.

Kali ini akan dibahas mengenai Sejarah Konferensi Inter Indonesia.

Menjelang diadakannya Konferensi Meja Bundar (KMB), pemerintah Republik Indonesia


mulai mengadakan persiapan-persiapan dengan melakukan serangkaian pendekatan terhadap
BFO (Bijeenkornst voor Federal Overleg) terutama mengenai pembentukan Republik
Indonesia Serikat dan untuk menciptakan satu front menghadapi Belanda.

Pendekatan-pendekatan Republik Indonesia tersebut terbentuk dalam sebuah perundingan


yang disebut Konferensi Inter Indonesia (KII). Konferensi ini bertujuan untuk mengadakan
rekonsiliasi antara RI dan BFO yang dianggap boneka Belanda. Konferensi Inter Indonesia ini
berlangsung dua kali.

a. Konferensi Inter Indonesia I

Konferensi Inter Indonesia I dilaksanakan di Yogyakarta pada tanggal 19 - 22 Juli 1949. Pada
konferensi ini pihak Indonesia dipimpin oleh Drs. Moh. Hatta. Konferensi Inter Indonesia I ini
menghasilkan beberapa kesepakatan berikut ini:

3
1) Negara Indonesia Serikat disetujuai dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS).
2) RIS dikepalai oleh seorang presiden konstitusional dan dibantu oleh menteri-menteri yang
bertanggung jawab kepada DPR.
3) Akan dibentuk dua badan perwakilan, yaitu sebuah DPR dan sebuah Dewan Perwakilan
negara bagian (senat).
4) Pemerintah Federal Sementara akan menerima kedaulatan, bukan saja dari pihak negara
Belanda, melainkan pada saat yang sama juga dari Republik Indonesia.

Selain itu, konferensi ini juga telah menghasilkan persetujuan di bidang militer berikut ini:

1) Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) adalah Angkatan Perang Nasional.
2) TNI menjadi inti APRIS dan akan menerima orang-orang Indonesia yang ada dalam KNII.
3) Pertahanan negara adalah semata-mata hak pemerintah RIS. Negara-negara bagian tidak
mempunyai angkatan perang sendiri.

b. Konferensi Inter Indonesia II

Konferensi Inter Indonesia II dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 30 Juli - 2 Agustus 1949
yang dipimpin oleh Perdana Menteri Drs. Moh. Hatta. Dalam konferensi ini, kedua pihak
membahas masalah pelaksanaan dari pokok-pokok persetujuan yang diambil pada waktu
Konferensi Inter Indonesia I di Yogyakarta.

Kedua pihak setuju untuk membentuk panitia persiapan nasional yang bertugas untuk
menyelenggarakan suasana tertib sebelum dan setelah Konferensi Meja Bundar (KMB)

KONFERENSI INTER-INDONESIA

Konferensi Inter Indonesia merupakan konferensi yang berlangsung antara negara Republik
Indonesia dengan negara-negara boneka atau negara bagian bentukkan Belanda yang
tergabung dalam BFO (Bijenkomst Voor Federal Overslag) Konferensi Inter Indonesia
berlangsung di Yogyakarta pada tanggal 19-22 Juli 1949 yang dipimpin oleh Wakil Presiden
Drs. Mohammad Hatta. Karena simpati dari negara-negara BFO ini maka pemimpin-
pemimpin Republik Indonesia dapat dibebaskan dan BFO jugalah yang turut berjasa dalam
terselenggaranya Konferensi Inter-Indonesia. Hal itulah yang melatarbelakangi
dilaksanaklannya Konferensi Inter-Indonesia. Soekarno menyebut konferensi ini sebagai
“trace baru” bagi arah perjuangan Indonesia.

Konferensi ini banyak didominasi perbincangan mengenai konsep dan teknis pembentukan
RIS, terutama mengenai susunan kenegaraaan berikut hak dan kewajiban antara pemerintah
pusat dengan pemerintah daerah. Hasil kesepakatan dari Konferensi Inter-Indonesia adalah:

1. Negara Indonesia Serikat disetujui dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS)
berdasarkan demokrasi dan federalisme (serikat).
2. RIS akan dikepalai oleh seorang Presiden dibantu oleh menteri-menteri yang bertanggung
jawab kepada Presiden.
3. RIS akan menerima penyerahan kedaulatan, baik dari Republik Indonesia maupun dari

4
kerajaan Belanda.
4. Angkatan perang RIS adalah angkatan perang nasional, dan Presiden RIS adalah Panglima
Tertinggi Angkatan Perang RIS.
5. Pembentukkan angkatan Perang RIS adalah semata-mata soal bangsa Indonesia sendiri.
Angkatan Perang RIS akan dibentuk oleh Pemerintah RIS dengan inti dari TNI dan KNIL
serta kesatuan-kesatuan Belanda lainnya.

Sidang kedua Konferensi Inter Indonesia di selenggrakan di Jakarta pada tanggal 30 Juli
dengan keputusan:
1. Bendera RIS adalah Sang Merah Putih
2. Lagu kebangsaan Indonesia Raya
3. Bahasa resmi RIS adalah Bahsa Indonesia
4. Presiden RIS dipilih wakil RI dan BFO. Pengisian anggota MPRS diserahkan kepada
kebijakan negara-negara bagian yang jumlahnya enam belas negara. Kedua delegasi juga
setuju untuk membentuk panitia persiapan nasional yang bertugas mempersiapkan segala
sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan Konferensi Meja Bundar.

Konferensi Meja Bundar (KMB)


Konferensi Meja Bundar (KMB) merupakan sebuah perundingan tindak lanjut dari
semuaperundingan yang telah ada. KMB dilaksanakan pada 23 Agustus 1949 sampai
2November 1949 di Den Haag, Belanda. Perundingan ini dilakukan untuk meredam
segalabentuk kekerasan yang dilakukan oleh Belanda yang berujung kegagalan pada
pihakBelanda. KMB adalah sebuah titik terang bagi bangsa Indonesia untuk
memperolehpengakuan kedaulatan dari Belanda, menyelesaikan sengketa antara Indonesia-
Belanda,dan berusaha menjadi negara yang merdeka dari para penjajah.

Suasana KMB
Konferensi Meja Bundar diikuti oleh perwakilan dari Indonesia, Belanda, danperwakilan
badan yang mengurusi sengketa antara Indonesia-Belanda. Berikut ini paradelegasi yang
hadir dalam KMB:
a. Indonesia terdiri dari Drs. Moh. Hatta, Mr. Moh. Roem, Prof.Dr. Mr. Soepomo.
b. BFO dipimpin Sultan Hamid II dari Pontianak.
c. Belanda diwakili Mr. van Maarseveen.
d. UNCI diwakili oleh Chritchley.
Setelah melakukan perundingan cukup lama, maka diperoleh hasil dari konferensi
tersebut. Berikut merupakan hasil KMB:
a. Belanda mengakui RIS sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.
b. Pengakuan kedaulatan dilakukan selambat-lambatnya tanggal 30 Desember 1949.
c. Masalah Irian Barat akan diadakan perundingan lagi dalam waktu 1 tahun setelah
pengakuan kedaulatan RIS.
d. Antara RIS dan Kerajaan Belanda akan diadakan hubungan Uni Indonesia Belanda yang
dikepalai Raja Belanda.
e. Kapal-kapal perang Belanda akan ditarik dari Indonesia dengan catatan beberapa korvet
akan diserahkan kepada RIS.
f. Tentara Kerajaan Belanda selekas mungkin ditarik mundur, sedang TentaraKerajaan Hindia

5
Belanda (KNIL) akan dibubarkan dengan catatan bahwa paraanggotanya yang diperlukan
akan dimasukkan dalam kesatuan TNI.
Konferensi Meja Bundar memberikan dampak yang cukup menggembirakan bagibangsa
Indonesia. Karena sebagian besar hasil dari KMB berpihak pada bangsa Indonesia,sehingga
dampak positif pun diperoleh Indonesia. Berikut merupakan dampak dari Konferensi Meja
Bundar bagi Indonesia:
a. Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia.
b. Konflik dengan Belanda dapat diakhiri dan pembangunan segera dapat dimulai.
c. Irian Barat belum bisa diserahkan kepada Republik Indonesia Serikat.
d. Bentuk negara serikat tidak sesuai dengan cita-cita Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Selain dampak positif, Indonesia juga memperoleh dampak negatif, yaitu belum diakuinya
Irian Barat sebagai bagian dari Indonesia. Sehingga Indonesia masih berusaha untuk
memperoleh pengakuan bahwa Irian Barat merupakan bagian dari NKRI.

Konferensi dilaksanakan dua tahap.

a. Di Yogyakarta (19 – 22 Juli 1949)


Dalam konferensi tahap pertama telah disepakati bahwa:
1) negara Indonesia Serikat akan diberi nama Republik Indonesia Serikat;
2) Merah Putih adalah bendera kebangsaan;
3) Indonesia Raya adalah lagu kebangsaan;
4) Bahasa nasional adalah bahasa Indonesia;
5) 17 Agustus adalah Hari Kemerdekaan.
Hasil Konferensi Inter Indonesia ini ternyata adalah konfirmasi consensus nasional yang sejak
17 Agustus 1945 direalisasikan dalam perjuangan bangsa.

b. Di Jakarta (31 Juli – 2 Agustus 1949)

6
Konferensi Inter Indonesia tahap kedua bertempat di Gedung Pejambon, Jakarta. Salah satu
keputusan penting yang diambil adalah bahwa BFO menyokong tuntutan Republik Indonesia
atas penyerahan kedaulatan tanpa ikatan-ikatan politik ataupun ekonomi.

Di bidang militer/pertahanan konferensi memutuska antara lain:

1) Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) adalah Angkatan Perang Nasional.
2) TNI menjadi inti APRIS dan akan menerima orang-orang Indonesia yang ada dalam KNIL,
dan kesatuan-kesatuan tentara Belanda lain dengan syarat-syarat yang akan ditentukan lebih
lanjut.
3) Pertahanan negara adalah semata-mata hak Pemerintah RIS, Negara-negara bagian tidak
mempunyai angkatan perang sendiri.

http://scientistofsocial.blogspot.com/2011/11/konferensi-inter-indonesia.html

http://wahyuniyuni.mywapblog.com/category/education-483/2.xhtml

http://imandos.blogspot.com/2012/03/koferensi-inter-indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai