XII IPA 4
BIJEENKOMST VOOR
FEDERALE OVERLEG
Badan Permusyawaratan Federal
1948
BFO
ANGGOTA
KELOMPOK
Ira Miranti Reza Yusron
LATAR BELAKANG
Sikap Belanda yang tidak mengakui
BFO didirikan oleh Belanda kedaulatan Negara Republik Indonesia,
pada 7 Juli 1948 di Bandung meskipun Indonesia telah menyatakan
merdeka melalui Proklamasi 1945.
JALANNYA
PEMBERONTAKAN
BFO berawal dari cita-cita Hubertus Johannes Van Mook
dalam mendirikan “Negara Boneka” berbentuk federal di
berbagai daerah di Indonesia. Saat Republik Indonesia telah
terlanjur berdiri, ia menyebarkan gagasan federalisme
melalui berbagai kesempatan seperti Konferensi Hooge
Veluwe, Konferensi Malino, Konferensi Pangkal Pinang,
Konferensi Denpasar, dan lainnya. Saat Konferensi
Bandung pada 27 Mei 1948, Van Mook mengajukan
rancangan pemerintahan federal antar negara-negara
bentukan Belanda tersebut yang bernama Voorlopige
Federale Regering/VFR (Pemerintah Federal Sementara).
BFO
Lanjutan...
Sejak pembentukannya di Bandung pada bulan Juli 1948, BFO telah terpecah ke
dalam dua kubu. Kelompok pertama menolak kerjasama dengan Belanda dan
lebih memilih RI untuk diajak bekerjasama membentuk Negara Indonesia Serikat.
Kubu ini dipelopori oleh Ide Anak Agung Gde Agung (NIT) serta R.T. Adil
Puradiredja dan R.T. Djumhana (Negara Pasundan). Kubu kedua dipimpin oleh
Sultan Hamid II (Pontianak) dan dr. T. Mansur (Sumatera Timur). elompok ini
ingin agar garis kebijakan bekerjasama dengan Belanda tetap dipertahankan
BFO. Ketika Belanda melancarkan Agresi Militer II-nya, pertentangan antara dua
kubu ini kian sengit. Dalam sidang-sidang BFO selanjutnya kerap terjadi
konfrontasi antara Anak Agung dengan Sultan Hamid II. Dikemudian hari, Sultan
Hamid II ternyata bekerjasama dengan APRA Westerling mempersiapkan
pemberontakan terhadap pemerintah RIS.
BFO
Lanjutan...
Setelah KMN (1949), persaingan antara golongan federalis dan unitaris makin lama
makin mengarah pada konflik terbuka di bidang militer, pembentukan APRIS telah
menimbulkan masalah psikologis. Salah satu ketetapan dalam KMB menyebutkan
bahwa inti anggota APRIS diambil dari TNI, sedangkan lainnya diambil dari personel
mantan anggota KNIL. TNI sebagai inti APRIS berkeberatan bekerjasama dengan
bekas musuhnya, yaitu KNIL. Sebaliknya anggota KNIL menuntut agar mereka
ditetapkan sebagai aparat negara bagian dan mereka menentang masuknya
anggota TNI ke negara bagian. Kasus APRA Westerling dan mantan pasukan KNIL
Andi Aziz sebagaimana telah dibahas sebelumnya adalah cermin dari pertentangan
ini. Namun selain pergolakan yang mengarah pada perpecahan, pergolakan
bernuansa positif bagi persatuan bangsa juga terjadi. Hal ini terlihat ketika negara-
negara bagian yang keberadaannya ingin dipertahankan setelah KMB, harus
berhadapan dengan tuntutan rakyat yang ingin agar negaranegara bagian tersebut
bergabung ke RI.
BFO
AKHIR PEMBERONTAKAN
Strategi Pemerintah
Melakukan Persidangan
7 Juli 1948
Para anggota BFO memulai sidang pertama di Bandung.
15 Juli- 18 Juli 1948
Membicarakan rancangan pemerintah peralihan yang
disebut Pemerintah Federal Interim (FIR), tentang ikut
sertanya RI dalam susunan FIR. Jika RI tidak bersedia, maka
FIR akan tetap dibentuk guna menyiapkan negara serikat
yang terdiri dari orang-orang Indonesia saja. Begitu FIR
terbentuk akan kembali diadakan sebuah perundingan
untuk mengupayakan RI menjadi bagian dari FIR.
BFO
27 Juli 1948
BFO mengumumkan resolusinya pada konferensi pers di
Gedung Indonesia Serikat, Jakarta. Resolusi tersebut
berisikan enam dasar, salah satunya yaitu berisi tentang
konsep pemerintahan yang berbentuk federal dan
beranggotakan sekurang-kurangnya tiga orang Indonesia.
21 Januari 1949
Dilakukan pertemuan delegasi antara BFO, Mr. Djumhana,
dan dr. Ateng dengan Presiden Soekarno dan Wakil
Presiden Mohammad Hatta untuk membahas rencana
pembicaraan antara wakil republik dan Belanda.
BFO
14 April 1949
22 Juni 1949
Pertemuan tersebut menghasilkan keputusan, yaitu
kedaulatan akan diserahkan kepada Indonesia secara utuh
dan tanpa syarat seperti pada Perjanjian Renville 1948.
Kemudian Belanda dan Indonesia akan mendirikan sebuah
persekutuan atas dasar sukarela dan persamaan hak serta
Hindia Belanda akan menyerahkan semua hak, kekuasaan,
dan kewajiban kepada Indonesia.
BFO
Penyelesaian Konflik
Hasil akhir gerakan yang dilakukan BFO adalah adanya Perundingan Meja Bundar pada
tanggal 23 Agustus-2 November 1949 di Den Haag yang dihadiri wakil Republik
Indonesia, Belanda dan Bijeenkomst voor Federale Overleg. Perundingan ini menandai
berlakunya kemerdekaan Indonesia sistem pemerintahan RIS pada 27 Desember 1949.
Negara-negara boneka dijadikan negara bagian dan daerah otonom dari RIS.
RIS berlangsung kurang dari setahun, karena negara-negara bagian dan daerah
otonomnya membubarkan diri dan bergabung kembali kepada Indonesia.
Pada konferensi negara federal kedua yang dilaksanakan pada tanggal 19 Mei 1950,
kahirnya menyetujui bahwa pembubaran RIS dan pembentukan NKRI yang sesuai
dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia.
BFO
Anak Agung
Gde Agung T Mansoer
Hubertus Johannes
Sultan Hamid II R.T. Adil Puradiredja
Van Mook
BFO
BFO
Dampak positif persoalan BFO adalah
adanya keinginan negara-negara
federal/negara-negara bagian
bergabung dengan RI membentuk
negara kesatuan.
BFO
THANK YOU
Any Questions?