Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH IPS

PERUNDINGAN INTER INDONESIA

DISUSUN OLEH :
VACHRIEL RAHMA ELYADI
KELAS : IX D
GURU MAPEL : IIN PERMATA SARI, S.Pd

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA


MTs NEGERI 01 BENGKULU SELATAN
TAHUN AJARAN 2022 / 2023
KATA PENGANTAR

Puji sukur kami panjatkan kepada Allah subhanahu wata’ala karena berkat
rahmatnya kami dapat dapat menyelesaikan Makalah ini
Tak lupa kami ucapkan banyak terima kasih untuk pihak yang telah terlibat dan
saudara sekalian yang tak dapat kami sebutkan namanya satu persatu.
Mohon maaf apabila makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena kami
masih dalam tahap pembelajaran. Kami juga mengharap kritik dan saran dari guru
pembimbing guna perbaikan ke depannya.Terima kasih.

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

Dalam perjanjian Roem-Royen (7 Mei 1949), Indonesia dan Belanda telah


menyepakati tentang pelaksanaan Konferensi Meja Bundar yang akan diselenggarakan
di Den Haag, Belanda pada bulan Desember 1949. Pemerintah Indonesia menilai perlu
adanya persiapan strategi diplomasi dan konsolidasi sebelum pelaksanaan KMB.
Konferensi Inter Indonesia merupakan konferensi yang berlangsung antara
negara Republik Indonesia dengan negara-negara boneka atau negara bagian bentukkan
Belanda yang tergabung dalam BFO (Bijenkomst Voor Federal Overslag) Konferensi
Inter Indonesia I berlangsung di Yogyakarta pada tanggal 19-22 Juli 1949 yang
dipimpin oleh Wakil Presiden Drs. Mohammad Hatta.
Perlu diketahui BFO yang didirikan di Bandung pada 29 Mei 1948 merupakan
lembaga permusyawaratan dari negara-negara federal yang memisahkan dari RI.
Perdana Menteri negara Pasundan, Mr. Adil Poeradiredja, dan Perdana Menteri Negara
Indonesia Timur, Gde Agung, memainkan peran penting dalam pembentukan BFO.
BFO yang dibentuk di Bandung tentu saja tak bisa dilepaskan dari strategi van Mook
mendirikan negara boneka di wilayah Indonesia yang dimulai sejak 1946.
BAB II
PEMBAHASAN

Latar Belakang Perundingan Inter Indonesia


Sebelum Konferensi Meja Bundar berlangsung, dilakukan pendekatan dan
koordinasi dengan negara- negara bagian (BFO) terutama berkaitan dengan
pembentukan Republik Indonesia Serikat. Konferensi Inter-Indonesia ini penting
untuk menciptakan kesamaan pandangan menghadapi Belanda dalam KMB.
Pada awalnya pembentukkan BFO ini diharapkan oleh Belanda akan
mempermudah Belanda untuk kembali berkuasa di Indonesia. Namun sikap negara-
negara yang tergabung dalam BFO berubah setelah Belanda melancarkan agresi
militernya yang kedua terhadap Indonesia.
Karena simpati dari negara-negara BFO ini maka pemimpin-pemimpin Republik
Indonesia dapat dibebaskan dan BFO jugalah yang turut berjasa dalam
terselenggaranya Konferensi Inter-Indonesia. Hal itulah yang melatarbelakangi
dilaksanaklannya Konferensi Inter-Indonesia pada bulan Juli 1949.

Proses Perundingan Inter Indonesia


Pada 19-22 Juli 1949 diadakan konferensi Inter-Indonesia. Dalam konferensi itu
diperlihatkan bahwa politik devide et impera Belanda untuk memisahkan daerah-
daerah di luar wilayah RI mengalami kegagalan. Hasil Konferensi Inter-Indonesia
yang diselenggarakan di Yogyakarta antara lain:
1. Negara Indonesia Serikat disetujui dengan nama Republik Indonesia Serikat
(RIS) berdasarkan demokrasi dan federalisme.
2. RIS akan dikepalai oleh seorang presiden dibantu oleh menteri-menteri yang
bertanggung jawab kepada presiden.
3. RIS akan menerima penyerahan kedaulatan, baik dari RI maupun Belanda.
4. Angkatan Perang RIS adalah Angkatan Perang Nasional, dan Presiden RIS
adalah Panglima Tertinggi Angkatan Perang.
5. Pembentukan Angkatan Perang RIS adalah semata-mata soal bangsa Indonesia
sendiri.
Tokoh-tokohnya

Delegasi RI ke Konferensi Inter Indonesia, terbentuk 18


Juli 1949 dipimpin oleh Wakil Presiden/PM Moh. Hatta.

Sedangkan delegasi BFO dipimpin oleh Sultan Hamid II dari Pontianak dan Anak
Agung dari NIT.

Hasil dari Perundingan Inter Indonesia


Hasil kesepakatan para tokoh bangsa dalam Konferensi Inter Indonesia tersebut
memiliki arti yang sangat penting bagi perjuangan bangsa Indonesia :
1. Kesepakatan tersebut mempunyai arti penting sebab perpecahan yang telah
dilakukan oleh Belanda sebelumnya, melalui bentuk-bentuk negara bagian telah
dihapuskan.
2. Kesepakatan ini juga merupakan bekal yang sangat berharga dalam menghadapi
Belanda dalam perundingan-perundingan yang akan diadakan kemudian. Pada
tanggal 1 Agustus 1949, pihak Republik Indonesia dan Belanda mencapai
persetujuan penghentian tembak-menembak yang akan mulai berlaku di Jawa
pada tanggal 11 Agustus dan di Sumatera pada tanggal 15 Agustus.
3. Tercapainya kesepakatan tersebut memungkinkan terselenggaranya Konferensi
Meja Bundar di Den Haag, Belanda.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Konferensi inter Indonesia merupakan konferensi yang dilakukan pada tanggal
19 – 22 juli dan pada tanggal 30 juli – 2 agustus 1949. Keduanya diketuai oleh
Mohammad Hatta.

Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung
jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA

 http://0k3blog.blogspot.com/2010/03/koferensi-inter-indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai