Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

KONFERENSI MEJA BUNDAR

Disusun Oleh :

1. Siti Sifa Kasifah


2. Siti Atih
3. Diska Amelia
4. Eva Julianti
5. Nabila
6. Agus Hanapi
7. Juan Saputra
8. M. Irfan

SMA NEGERI 1 CIKEUSAL


TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
rezeki dan kesehatan kepada saya sehingga saya mempunyai kesempatan untuk
menyelesaikan pembuatan makalah yang dibuat untuk memenuhi tugas individu.

Saya menyadari dan meyakini bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Masih banyak kekurangan dan kesalahan yang saya sadari atau pun yang tidak saya sadari.
Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran dari makalah ini, agar di masa yang akan
datang saya bisa membuat makalah yang lebih baik lagi. Namun begitu, meskipun makalah
ini jauh dari kata sempurna saya berharap agar makalah ini sedikit banyaknya dapat
bermanfaat bagi yang membacanya.

Dalam kesempatan ini perkenankanlah saya menyampaikan rasa terimakasih kepada


yang terhormat Tahpirin, S.pd sebagai guru IPS. Satu harapan yang saya inginkan semoga
karya tulis ini dapat berguna bagi pembaca.

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.....................................................................................................................i
Daftar Isi..............................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan...............................................................................................................1
A. Latar Belakang ........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
Bab II Pembahasan..............................................................................................................2
A. Sejarah konferensi Meja Bundar.............................................................................3
B. Peserta yang menghadiri KMB................................................................................3
C. Hasil Konferensi Meja Bundar................................................................................3
D. Pengakuan Kedaulatan.............................................................................................4
E. Dampak Konferensi Meja Bundar...........................................................................5
Bab III Penutup....................................................................................................................6
A. Kesimpulan .............................................................................................................6
B. Saran .......................................................................................................................6
Daftar Pustaka......................................................................................................................7

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Usaha untuk meredam kemerdekaan Indonesia denganjalan kekerasan berakhir
dengan kegagalan. Belanda mendapat kecaman keras dari dunia internasional. Belanda
dan Indonesia kemudian mengadakan beberapa pertemuan untuk menyelesaikan masalah
ini secara diplomasi, lewat perundingan Linggarjati dan perjanjian Renville. Pada 28
Januari 1949, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa meloloskan resolusi yang
mengecam serangan militer Belanda terhadap tentara Republik di Indonesia dan menuntut
dipulihkannya pemerintah Republik. Diserukan pula kelanjutan perundingan untuk
menemukan penyelesaian damai antara dua pihak.
Menyusul Perjanjian Roem-Royenpada 6 Juli, yang secara efektif ditetapkan oleh
resolusi Dewan Keamanan, Mohammad Roemmengatakan bahwa Republik Indonesia,
yang para pemimpinnya masih diasingkan diBangka, bersedia ikut serta dalam Konferensi
Meja Bundar untuk mempercepat penyerahan kedaulatan.
Pemerintah Indonesia, yang telah diasingkan selama enam bulan, kembali ke ibukota
sementara diYogyakarta pada 6 Juli 1949. Demi memastikan kesamaan posisi
perunndingan antara delegasi Republik dan federal, dalam paruh kedua Juli 1949 dan sejak
31 Juli–2 Agustus, Konferensi Inter-Indonesia diselenggarakan di Yogyakarta antara
semua otoritas bagian dariRepublik Indonesia Serikat yang akan dibentuk. Para partisipan
setuju mengenai prinsip dan kerangka dasar untuk konstitusinya.
Menyusul diskusi pendahuluan yang disponsori oleh Komisi PBB untuk Indonesia di
Jakarta, ditetapkan bahwa Konferensi Meja Bundar akan digelar di Den Haag.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah terjadinya Konferensi Meja Bundar?
2. Siapa saja yang menghadiri Konferensi Meja Bundar?
3. Bagaimana hasil dari Konferensi Meja Bundar?
4. Bagaimana terjadinya pengakuan kedaulatan pemerintah Belanda kepada Indonesia?
5. Apa dampak dari KMB?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2
A. Sejarah Konferensi Meja Bundar
Setelah Indonesia berhasil menyelesaikan masalahnya sendiri dalam konferensi
Inter-Indonesia, kini Indonesia secara keseluruhan telah siap menghadapi Konferensi Meja
Bundar (KMB) yang dilaksanakan di Den Haag, Belanda dari tanggal 23 Agustus hingga 2
November 1949. Sementara itu pada bulan Agustus 1949, Presiden Soekarno sebagai
Panglima Tertinggi di satu pihak dan Wakil Tinggi Mahkota Belanda dipihak lain,
mengumumkan pemberhentian tembak-menembak. Perintah itu berlaku efektif mulai
tanggal 11 Agustus 1949 untuk wilayah Jawa dan 15 Agustus 1949 untuk wilayah
Sumatera.
Sementara pada tanggal 4 Agustus 1949 pemerintah Republik Indonesia
menyusun delegasi untuk menghadiri Konferensi Meja Bundar yang terdiri dari
Drs Moh.Hatta (Ketua), Mr. Moh.Roem, Prof. Dr. Soepomo, dr.J.Leimena, Mr. Ali
Sastroamidjoyo, Mr. Suyono Hadinoto, Dr. Sumitro Djojohadikusumo, Mr. Abdul Karim
Pringgodigdo. Kolonel T. B. Simatupang dan Mr. Muwardi.
Konferensi Meja Bundar diselenggrakan di Den Haag, Belanda pada tanggal 23
Agustus sampai dengan tanggal 2 November 1949. Delegasi Indonesia dipimpin Drs. Moh
Hatta, BFO dipimpin oleh Sultan Hamid II dari Pontianak KMB dan delegasi dari Belanda
dipimpin oleh Mr. Van Marseveen. Dari PBB dipimpin oleh Crittchlay.

B. Peserta yang menghadiri KMB


Konferensi Meja Bundar diikuti oleh perwakilan dari Indonesia, Belanda, dan
perwakilan badan yang mengurusi sengketa antara Indonesia-Belanda. Berikut ini
paradelegasi yang hadir dalam KMB:
1. Indonesia terdiri dari Drs. Moh. Hatta, Mr. Moh. Roem, Prof.Dr. Mr. Soepomo.
2. BFO dipimpin Sultan Hamid II dari Pontianak.
3. Belanda diwakili Mr. van Maarseveen.
4. UNCI diwakili oleh Chritchley.

C. Hasil Konferensi Meja Bundar


Setelah melakukan perundingan cukup lama, maka diperoleh hasil dari konferensi
tersebut. Berikut merupakan hasil KMB:
1. Belanda mengakui RIS sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.
2. Pengakuan kedaulatan dilakukan selambat-lambatnya tanggal 30 Desember 1949.

3
3. Masalah Irian Barat akan diadakan perundingan lagi dalam waktu 1 tahun setelah
pengakuan kedaulatan RIS.
4. Antara RIS dan Kerajaan Belanda akan diadakan hubungan Uni Indonesia Belanda
yang dikepalai Raja Belanda.
5. Kapal-kapal perang Belanda akan ditarik dari Indonesia dengan catatan beberapa korvet
akan diserahkan kepada RIS.
6. Tentara Kerajaan Belanda selekas mungkin ditarik mundur, sedang TentaraKerajaan
Hindia Belanda (KNIL) akan dibubarkan dengan catatan bahwa paraanggotanya yang
diperlukan akan dimasukkan dalam kesatuan TNI.

D. Pengakuan Kedaulatan

Setelah terbentuknya Negara federal dengan nama Republik Indonesia Serikat, Maka
ngara siap menerima penyerahan kedaulatan dari pemerintah belanda. Pada tanggal 23
desember 1949, degelari Indonesia (RIS) yang diketuai Drs. Moh Hatta berangkat ke
Nedherland. Pada tanggal 27 Desember 1949 di Indonesia dan Negeri Belanda diadakan
upacara pengakuan kedaulatan dari Pemerintah Belanda kepada Pemerintah RIS.
Upacara di Negeri Belanda dilaksanakan serta ditandatangani oleh Ratu Yuliana dari pihak
Belanda dan Drs.MohHatta dari Indonesia. Begitu juga di Indonesia diadakan pengakuan
kedaulatan dari Belanda kepada Indonesia.Pihak Belanda diwakili oleh Mr.Lovink(Wakil
Tinggi Pemerintah Belanda) dan dari pihak Indonesia diwakili oleh Sri Sultan Hamengku
Buwono IX.
Dengan pengakuan kedaulatan itu berakhirlah kekuasaan Belanda atas Indonesia dan
brdirilah negara Republik Indonesia Serikat.Sehari setelah pengakuan kedaulatan ,ibu kota
negara pindah dari Yogyakarta ke Jakarta.Kemudian dilangsungkan upacara penurunan
bendera Belanda, Merah-Putih-Biru dan dilanjutkan pengibarab bendera Indonesia,
Merah-Putih
Berdasarkan keputusan pada perundingan KMB atau konferensi meja bundar antara
Moh. Hatta, Moh. Roem dengan Van Maarseven di Den Haag Belanda memutuskan
bahwa bentuk negara Indonesia adalah negara RIS / Republik Indonesia Serikat.
Pemerintahan sementara negara dilantik. Soekarno menjadi Presidennya, dengan Hatta
sebagai Perdana Menteri membentuk Kabinet Republik Indonesia Serikat. Negara republik
Indonesia serikat memiliki total 16 negara bagian dan 3 daerah kekuasaan ditetapkan

4
tanggal 27 desember 1949. Tujuan dibentuknya negara RIS tidak lain adalah untuk
memecah belah rakyat Indonesia dan melemahkan pertahanan Indonesia.

E. Dampak Konferensi meja bundar


Konferensi Meja Bundar memberikan dampak yang cukup menggembirakan
bagibangsa Indonesia. Karena sebagian besar hasil dari KMB berpihak pada bangsa
Indonesia,sehingga dampak positif pun diperoleh Indonesia. Berikut merupakan dampak
dari Konferensi Meja Bundar bagi Indonesia:
1. Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia
2. Konflik dengan Belanda dapat diakhiri dan pembangunan segera dapat dimulai
3. Irian Barat belum bisa diserahkan kepada Republik Indonesia Serikat
4. Bentuk negara serikat tidak sesuai dengan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17
Agustus 1945.

Selain dampak positif, Indonesia juga memperoleh dampak negatif, yaitu belum
diakuinya Irian Barat sebagai bagian dari Indonesia. Sehingga Indonesia masih berusaha
untuk memperoleh pengakuan bahwa Irian Barat merupakan bagian dari NKRI.

5
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Konferensi Meja Bundar merupakan sebuah pertemuan pada tanggal 23 Agustus
hingga 2 November 1949 di Den Haag yang merupakan tindak lanjut dari perundingan
Roem-rojen yang secara eksplisit hasilnya menandakan bahwa Belanda mulai mengakui
kedaulatan Indonesia. Sidang KMB ini antara lain membahas mengenai pembentukan
panitia pusat yang anggotanya dari pihak Indonesia terdiri dari Mohammad Hatta, Moh
Roem, A.K Pringgodigdo, Sultan Hamid II, Ide Anak Agung, dan Soeparmo sementara
dari pihak Belanda sendiri anggotanya ialah Van Maarseven, D.U Stikker, Van Rojen dan
Van der Vlak.
Di dalam konferensi ini juga banyak terjadi perdebatan, terutama yang menyangkut
masalah Irian Barat sebab pihak Belanda keberatan untuk menyerahkan Irian Barat kepada
Republik Indonesia Serikat. Hasil nyata dari adanya konferensi ini ialah adanya
penyerahan kedaulatan dari Belanda ke Indonesia yang secara resmi diserahkan oleh Ratu
Juliana pada tanggal 27 Desember 1949. Hasil ini cukup memuaskan bagi pihak Indonesia
meskipun di sisi lain perihal Irian Barat masih terombang-ambing karena keputusan
mengenai Irian Barat akan diputuskan maksimal setahun dari perundingan tersebut dengan
pengertian bahwa dalam jangka setahun dari penyerahan kedaulatan, soal-soal mengenai
Irian Barat akan ditentukan dengan jalan perundingan antara RIS dan Belanda.

B. Saran
Bahasan mengenai Konferensi Meja Mundar ini seharusnya bisa membuat kita lebih
tersadar akan betapa pentingnya perjuangan yang dilakukan oleh para pahlawan kita dalam
mencapai kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan. Seharusnya ini bisa
menjadikan suatu refleksi bagi kita semua bahwa tidak ada perjuangan yang sia-sia baik
perjuangan fisik maupun diplomasi semua usaha yang dilakukan mendatangkan hasil
positif yakni bagi kemerdekaan Indonesia.

6
DAFTAR PUSTAKA

Siddiq, Hofifah Zaetun. 2015. Konferensi Meja Bundar. Cirebon, Indonesia :


hozasi.blogspot.com
Wikipedia. 2015. Konferensi Meja Bundar. Indonesia : http://id.wikipedia.org
Semdel, Arin Ariane. 2014. Konferensi Meja Bundar. Indonesia :
arianesemdel.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai