Anda di halaman 1dari 6

# Perundingan Roem-Royen

Perjanjian Roem Royen merupakan salah satu rangkaian perjanjian


yang dilakukan Bangsa Indonesia setelah Perjanjian Linggarjati dan
Perjanjian Renville. Sama halnya dengan dua perjanjian sebelumnya, tujuan
Perjanjian Roem Royen juga untuk menyelesaikan konflik Indonesia –
Belanda. Tak hanya itu, perjanjian ini juga memiliki latar belakang sejarah
yang panjang. Berikut penjelasannya

-Latar Belakang Perjanjian Roem Royen

Mengutip dari buku “Sejarah Indonesia Kelas XI”, Perundingan Roem


Royen ternyata memiliki cerita sejarah yang panjang. Berawal pada bulan
pertama tahun 1949 saat terdapat desakan dari Dewan Keamanan PBB yang
membuat Belanda akhirnya melakukan pendekatan politis dengan Indonesia.

Perdana Menteri Belanda Dr. Willem Dress mengundang Prof. Dr.


Supomo untuk berunding. Undangan tersebut diterima dan merupakan
pertemuan pertama Indonesia – Belanda sejak 19 Desember 1948.

Advertisement Pertemuan tersebut tidak diumumkan kepada


masyarakat umum karena sifatnya informal. Pertemuan informal lain juga
dilakukan oleh utusan dari Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO) dengan
Presiden Soekarno dan wakilnya Mohammad Hatta di tanggal 21 Januari
1949.

Hasil pertemuan tersebut juga tidak diumumkan secara resmi, namun


diberitakan dalam harian Merdeka tanggal 19 dan 24 Januari 1949. Meskipun
tidak resmi, namun pertemuan tersebut mencapai kesepakatan antara RI
dengan BFO yang disampaikan oleh Moh. Roem.

Kesepakatan tersebut menyatakan bahwa Indonesia bersedia


berunding dengan BFO di bawah pengawasan PBB dalam perundingan
formal. Pada bulan berikutnya, tepatnya 13 Februari 1949 Mohammad Hatta
secara resmi mengeluarkan pendapat.

Isi dari argumen tersebut yaitu perundingan bisa terjadi jika telah
dikembalikannya pemerintah RI ke Yogyakarta dan pengunduran pasukan
Belanda dari wilayah Indonesia sesuai dengan resolusi PBB tanggal 24
Januari 1949. Pendapat Mohammad Hatta kemudian disetujui dan didukung
oleh delegasi BFO.

Maka dari bisa disimpulkan bahwa Indonesia menyetujui adanya


perundingan. Sehingga pada 26 Februari 1949, Belanda mengumumkan akan
mengadakan Konferensi Meja Bundar (KMB) pada 12 Maret 1949.
Dua hari setelah pengumuman KMB atau tepatnya pada 28 Februari
1949, Belanda mengutus Dr. Koets untuk menemui Ir. Soekarno dan
beberapa pimpinan RI di Pulau Bangka. Pertemuan tersebut bertujuan untuk
menyampaikan rencana KMB bulan Maret yang akan datang.

Tanggal 3 Maret 1949, Presiden Soekarno kemudian berbicara dengan


BFO terkait perlunya pengembalian kedudukan RI sebagai syarat
diadakannya perundingan sesuai resolusi PBB. Tanggal 4 Maret, Soekarno
kemudian membalas undangan dari Dr. Koets.

Undangan tersebut merupakan undangan untuk pemerintah Indonesia.


Sehingga Presiden Soekarno menyampaikan bahwa Indonesia tidak bisa ikut
berunding jika pemerintahan belum dikembalikan ke Yogyakarta. Dengan
demikian, sebelum perundingan terjadi, Belanda harus mengakui kedaulatan
RI.

Sementara itu, pihak BFO juga mengeluarkan pernyataan yang isinya


sebuah pemberitahuan bahwa BFO tetap berpegang teguh pada pendirian
semula. Tanggal 23 Maret 1949, Komisi PBB untuk Indonesia menyampaikan
kepada Belanda bahwa mereka telah bekerja sesuai dengan resolusi PBB
dan tidak merugikan tuntuan kedua belah pihak .

-Peristiwa Perjanjian Roem Royen

Setelah melalui berbagai perundingan informal, akhirnya pada 14 April


1949 Indonesia dan Belanda melakukan perundingan di Hotel Des Indes atau
yang sekarang bernama Hotel Duta Melin, Jakarta. Perundingan dilakukan
cukup lama dan sempat terhenti karena perbedaan pendapat yang sengit.

Perundingan yang berjalan lambat membuat Mohammad Hatta


akhirnya datang ke Jakarta pada 24 April 1949. Pihak RI kemudian
menempuh jalan lain yaitu dengan mengadakan perundingan informal secara
langsung dengan Belanda yang disaksikan Merle Cochran.

Tanggal 25 April 1949 juga diadakan pertemuan informal antara


Mohammad Hatta dengan ketua delegasi Belanda Dr. Van Roiyen. Hasil
pertemuan tersebut tidak diumumkan. Namun Mohammad Hatta
menyampaikan bahwa pertemuan tersebut bertujuan untuk memberikan
penjelasan kepada delegasi Belanda.

Singkat cerita akhirnya kedua belah pihak menyetujui pernyataan dari


masing-masing pihak dalam hal ini Indonesia dan Belanda. Perjanjian
tersebut kemudian ditanda tangani pada 7 Mei 1949 oleh Mr. Moh Roem dari
Indonesia dan Dr. Van Roiyen dari Belanda. Maka dari itu, persetujuan ini
disebut sebagai Perjanjian Roem Royen.
-Isi Perjanjian Roem Royen

Dalam perjanjian ini terdapat dua pernyataan yang dikeluarkan oleh


Indonesia dan Belanda. Mengutip dari buku “Sejarah Indonesia Kelas XI”,
berikut isi Perjanjian Roem Royen.

-Isi Penyataan Perwakilan Indonesia

1. Indonesia menyatakan kesanggupan untuk mengehentikan Perang Gerilya


sesuai dengan resolusi Dewan Keamanan PBB.

2. Bekerjasama mengambalikan dan menjaga keamanan dan ketertiban.

3. Indonesiaakan turut serta dalam KMB di Den Haag dengan tujuan


mempercepat penyerahan kedualatan dan sebenarnya tanpa syarat.

-Isi Penyataan Perwakilan Belanda

1. Pengembalian pemerintahan RI ke Yogyakarta tanggal 24 Juni 1949.


Karesidenan Yogyakarta dikosongkan oleh tentara Belanda tanggal 1 Juli
1949 dan pemerintah RI kembali ke Yogyakarta setelah TNI menguasai
keadaan sepenuhnya di daerah tersebut.

2. Mengenai penghentian permusuhan akan dibahas setelah kembalinya


pemerintah RI ke Yogyakarta.

3. Konferensi Meja Bundar akan dilaksanakan di Den Haag.

-Tokoh Perjanjian Roem Royen

Perjanjian Roem Royen diambil dari nama ketua delegasi dari masing-masing
negara. Indonesia diketuai oleh Mr. Moh. Roem. Sedangkan Belanda diwakili
oleh Herman van Roijen. Selain kedua tokoh tersebut, ternyata masih ada
beberapa pihak yang terlibat dalam perundingan ini. Berikut daftarnya.

Pihak Indonesia
1. Moh. Roem
2. Supomo
3. Ali Sastroamidjojo
4. Johannes Leimena
5. K. Pringgodigdo
6. Johannes Latuharhary
7. Mohammad Hatta
8. Sri Sultan Hamengkubuwono IX

Gambar Tokoh dari Indonesia

Moh. Roem

Supomo

Ali Sastroamidjojo
Johannes Leimena

K. Pringgodigjo

Johannes Latuharhary
Moh. Hatta

Sri Sultan Hamengkubuwono IX

Pihak Belanda
1. H. van Roijen
2. Blom
3. Jacob
4. Van
5. Gede
6. P. J. Koets van Hoogstratenden
7. Gieben

Pihak UNCI
1. Merle Cochran dari Ameirka Serikat
2. Critchley dari Australia
3. Harremans dari Belgia

Anda mungkin juga menyukai