Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

PEMBERONTAKAN PADA TAHUN 1945-1965


Disusun untuk Memenuhi Mata Pelajaran Sejarah Indonesia

Oleh :
1. Bunga Lafeyza P.D.S (10)
2. Eva Anistya Andila (15)
3. Jovanco N (22)
4. Malika Maharani P.S (24)
5. M. Farhan Hanif (28)

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 02 BATU


PROGRAM STUDI MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
XII MIPA 1
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga dapat terselesaikan penyusunan makalah dengan tema Pemberontakan
Pada Tahun 1948-1965.

Penulisan makalah merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata pelajaran
Sejarah Indonesia. Dalam penulisan makalah ini penulis masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu
kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan makalah.

Terselesaikannya penyusunan makalah ini, tidak lepas dari bantuan, dukungan, dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Ibu Guru mata pelajaran Sejarah Indonesia yang sudah memberikan tugas makalah
ini.
2. Teman-teman kelas XII MIPA 1 SMAN 02 BATU.
3. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini.

Dengan demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan
pembaca.

Batu, Agustus 2020

Penulis

i
Daftar Isi

KATA PENGANTAR …………………………………………………….……………………..i

DAFTAR ISI ……………………………………………………...……………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………….………………… 1

 A. Latar Belakang ……………………………………………………………………. 1


 B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………… 1
 C. Tujuan Penulisan ………………………………………………………………….. 1
 D. Manfaat Penulisan……………………………………………………………........ 2

BAB II PEMBAHASAN ……………………….……………………………………………… 3

 A. Pemberontakan PKI Madiun…….………………………………………………… 3


 B. Pemberontakan DI/TII…………………………………………………………….. 5
 C. Pemberontakan APRA ………………………………….………………………. 12
 D. Pemberontakan RMS ……………………………………………………………. 16
 E. Pemberontakan Andi Aziz ……………………………..……………………….. 18
 F. Pemberontakan PRRI/Permesta………………………………………………….. 20
 G. G30S/PKI………………………………………………………………………... 22

BAB III PENUTUP …………………………………………………………………………… 26

 A. Simpulan ………………………………………………………………………… 26
 B. Saran …………………………………………………………………………..… 26

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………….……… 27

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Yang melatar belakangi terjadinya pemberontakan dalam negeri yaitu konflik yang berkaitan
dengan ideologi, kepentingan (vested interest) dan sistem pemerintahan.

a. Konflik yang berkaitan dengan ideology

Yang termasuk dalam kategori ini adalah pemberontakan PKI Madiun, pemberontakan DI/TII
dan peristiwa G30SPKI. Ideologi yang diusung oleh PKI tentu saja komunisme, sedangkan
pemberontakan DI/TII berlangsung dengan membawa ideology agama.

b. Konflik yang berkaitan dengan kepentingan (vested interest)

Yang termasuk dalam kategori ini adalah pemberontakan APRA, RMS, dan Andi Azis. Vested
interestmerupakan kepentingan yan tertanam dengan kuat pada suatu kelompok. Kelompok ini
biasanya berusaha untuk mengontrol suatu system social atau kegiatan untuk keuntunga sendiri.
Mereka juga sukar untuk mau melepas posisi atau kedudukannya sehingga sering menghalangi
suatu proses perubahan.

c. Konflik yang berkaitan dengan system pemerintahan

Yang termasuk dalam kategori ini adalah persoalan negara federal dan BFO (Bijjeenkomst for
Federal Overlag), serta pmberontakan PRRI dan Permesta. Masalah yang berhubungan dengan
Negara federal mulai timbul ketika berdasarkan perjanjian Linggarjati, Indonesia disepakati akan
berbentuk Negara serikat dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS)

B. Rumusan Masalah

- Apa saja pemberontakan didalam negeri tahun 1948-1965?

C. Tujuan Penulisan
Makalah diharapkan dapat bermanfaat, baik untuk penulis maupun pembaca. Sebelumnya
penulis akan mencoba memaparkan tujuan mengapa karya ini dibuat. Sedikitnya dua jenis tujuan
penulisan dari karya ini, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
1. Tujuan Umum

1
a. Melatih daya pikir logis, analitis, dan obyektif dalam mengkaji suatu peristiwa sehingga
dapat memahami nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah peristiwa.
b. Mampu menerapkan metodologi penelitian sejarah dan historigrafi yang telah diperoleh
selama mengikuti kuliah, sehingga diharapkan mencapai penelitian yang berkualitas.
c. Meningkatkan dan mengembangkan disiplin intelektual terutama
dalam profesi bidang sejarah.
d. Menambah khasanah karya ilmiah sejarah yang berguna di masa yang akan datang.
e. Menambah karya sejarah lokal khususnya tentang sejarah daerah Kebumen.
2. Tujuan Khusus
a. Memberi penjelasan proses pemberontakan pada tahun 1948-1965
b. Mengetahui penyebab terjadinya pemberontakan pada tahun 1948-1965
c. Memaparkan berbagai pemberontakan di dalam negeri tahun 1948-1965

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
a. Memenuhi tugas Sejarah Indonesia
b. Dapat menambah pengetahuan penulis mengenai pemberontakan tahun 1948-1965
c. Penulisan makalah ini dapat digunakan sebagai tolak ukur bagi penulis untuk mengetahui
seberapa besar pengetahuan dan kemampuan penulis dalam memahami suatu peristiwa sejarah.
2. Bagi Pembaca
a. Setelah membaca skripsi ini diharapkan pembaca dapat memperoleh gambaran objektif
tentang Pemberontakan Tahun 1948-1965
b. Menumbuhkan niat untuk mempelajari lebih dalam lagi nilai-nilai
kesejarahan baik peristiwa maupun yang lain.
c. Pembaca diharapkan dapat memberikan penilaian kritis dan analitis
terhadap tulisan ini.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pemberontakan PKI Madiun

Pemberontakan PKI 1948 atau yang juga disebut Peristiwa Madiun adalah pemberontakan
komunis yang terjadi pada tanggal 18 September 1948 di kota Madiun. Pemberontakan ini
dilakukan oleh "Front Demokrasi Rakyat" (FDR), yang terdiri atas Partai Komunis
Indonesia (PKI), Partai Sosialis Indonesia (PSI), Partai Buruh Indonesia (PBI) Pemuda
Rakyat dan Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI).

1. Latar belakang Pemberontakan PKI Madiun


Peristiwa pemberontakan yang dilakukan oleh PKI ini diawali dengan kesepakatan
perjanjian Renville, di mana Negara Indonesia berada dalam posisi yang sangat dirugikan.
Kerugian pertama yaitu adanya penyempitan kekuasaan wilayah Indonesia dan hal ini
semakin memperlemah posisi Indonesia, karena pada saat itu posisi Negara Indonesia
terkurung oleh kekuasaan Belanda. Kerugian kedua yang terjadi di Indonesia adalah
hancurnya sektor perekonomian, dimana masyarakat Indonesia sangat lemah dalam bidang
perekonomian karena di blokade oleh Negara Belanda. Kerugian ketiga yang dirasakan
oleh Negara Republik Indonesia adalah konflik antara Amir Syariffuddin dan kelompok
yang kontra terhadap hasil perjanjian Renville, dimana kelompok ini didominasi oleh
Partai Nasional Indonesia dan Masyumi. Amir Syariffuddin lengser dari jabatannya, dan
lengsernya Amir Syariffuddin disikapi dengan rasa kecewa oleh Muso. Setelah Amir
Syariffuddin turun dari jabatannya, Mohammad Hatta ditunjuk untuk membentuk kabinet.

2. Kronologi Pemberontakan PKI Madiun


Pemberontakan komunis terhadap pemerintahan Soekarno-Hatta Indonesia ini berasal dari
Madiun, Jawa Timur pada bulan September 1948. Partai Komunis Indonesia (PKI) udah
dinyatakan ilegal oleh Belanda setelah pemberontakannya pada tahun 1926. Secara resmi,
didirikannya kembali pada tanggal 21 Oktober 1945, saat Indonesia merdeka yang
diproklamasikan setelah Perang Dunia II. Komunis melanjutkan kegiatan politik dan
beberapa pemimpin mereka memegang posisi tinggi di pemerintahan republik yang baru.
Kemudian pada bulan Januari 1948, pemerintah sayap kiri digantikan oleh satu yang
dipimpin oleh Muhammad Hatta. Pemerintah Hatta berencana buat mendemobilikasikan
unit-unit gerilya tersebut dibawah kendali komunis. Komunis menantang program itu, PKI
mempropagandakan pembentukan front nasional komunis dan menyarankan unit-unit

3
bersenjata buat menantang demobilisasi. PKI juga mengkritik konsesi pemerintah republik
pada Belanda dalam Perjanjian Renville pada tanggal 17 Januari 1948. Sedangkan, pada
pemimpin komunis sedang melakukan propaganda, seorang komandan komunis lokal di
Madiun mengambil inisiatif pada 18 September 1948 dan merebut kekuasaan di Madiun.
Para pemimpin komunis yang terkejut, terperangkap oleh propaganda mereka sendiri dan
gak punya inisiatif selain mendukung pemberontakan. Pemerintahan Soekarno-Hatta
mengambil tindakan tegas, pemberontakan itu diputus dalam waktu tiga bulan dan sebagian
besar pemimpin PKI dibunuh atau dipenjarakan.

3. Tujuan Pemberontakan PKI Madiun


Tujuan pertama yang dilakukan oleh PKI adalah dengan melakukan propaganda kepada
masyarakat untuk mempercayai akan pentingnya Front Nasional.

4. Upaya Penumpasan Pemberontakan PKI Madiun


Pemberontakan PKI yang terjadi di kota Madiun mendorong Presiden Republik Indonesia
untuk melakukan tindakan tegas terhadap PKI. Presiden RI, Ir. Soekarno memusatkan
seluruh kekuasaan yang berada di bawah komadonya. Ketika beliau mendengar berita
bahwa kota Madiun telah dikuasai oleh sekelompok pemberontak dari PKI yang dipimpin
Muso, maka pemerintah langsung mengadakan Sidang Kabinet Lengkap yang berlangsung
pada tanggal 19 September 1948 dan diketuai secara langsung oleh Ir. Soekarno. Hasil
sidang tersebut mengambil keputusan antara lain:

a. Bahwa peristiwa yang terjadi di kota Madiun yang digerakan oleh PKI adalah suatu
pemberontakan terhadap Pemerintah Indonesia dan memberikan instruksi kepada alat-alat
Negara dan Angkatan Perang untuk memulihkan keamanan Negara.

b. Memberikan kekuasaan penuh terhadap Jenderal Sudirman untuk melaksanakan tugas


pemulihan keamanan dan ketertiban di Madiun dan daerah-daerah lainnya.

Akhirnya, Sungkono sebagai gubernur militer jawa timur diperintahkan untuk memimpin
dan menggerakkan pasukan. Pasukan Siliwangi digerakkan dari Jawa Tengah pada tanggal
30 September 1948 keadaan madiun dapar terkendali. Muso tewas di Ponorogo dan
syafruddin tertangkap di Purwodadi.

5. Dampak dari Pemberontakan PKI Madiun

4
Terjadinya pemberontakan di kota Madiun membuat keamanan di daerah tersebut tidak
stabil sehingga meresahkan warga yang berada di daerah tersebut. Akibat pemberontakan
tersebut, aktivitas warga biasa seperti petani dan buruh terganggu. Kelancaran untuk
membangun bangsa pada saat itu menjadi terganggu dan hal ini merugikan masyarakat
Indonesia. Dampak lain yang disebabkan oleh pemberontakan PKI yakni, banyaknya
korban jiwa yang baik dari anggota TNI maupun anggota PKI, tidak sedikit pasukan kedua
pihak yang terluka dan mati. Pasukan PKI juga banyak yang meninggal karena kelaparan
dan penyakit. Pemberontakan PKI ini melibatkan setidaknya 8 Batalyon dan pasukan
Militer Indonesia yang harus bertempur melawan para pemberontak yang sebetulnya juga
merupakan rakyat Indonesia.

B. Pemberontakan DI/TII

Negara Islam Indonesia (disingkat NII; juga dikenal dengan nama Darul Islam atau DI) yang
artinya adalah "Rumah Islam" adalah kelompok Islam di Indonesia yang bertujuan untuk
pembentukan negara Islam di Indonesia. Ini dimulai pada 7 Agustus 1949 oleh sekelompok milisi
Muslim, dikoordinasikan oleh seorang politisi Muslim, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo di
Desa Cisampang, Kecamatan Ciawiligar, Kawedanan Cisayong, Tasikmalaya, Jawa Barat.
Kelompok ini mengakui syariat islam sebagai sumber hukum yang valid. Gerakan ini telah
menghasilkan pecahan maupun cabang yang terbentang dari Jemaah Islamiyah ke kelompok
agama non-kekerasan.
Gerakan ini bertujuan menjadikan Republik Indonesia yang saat itu baru saja diproklamasikan
kemerdekaannya dan ada pada masa perang dengan tentara Kerajaan Belanda sebagai
negara teokrasi dengan agama Islam sebagai dasar negara. Dalam proklamasinya bahwa "Hukum
yang berlaku dalam Negara Islam Indonesia adalah Hukum Islam", lebih jelas lagi dalam undang-
undangnya dinyatakan bahwa "Negara berdasarkan Islam" dan "Hukum yang tertinggi adalah Al
Quran dan Sunnah". Proklamasi Negara Islam Indonesia dengan tegas menyatakan kewajiban
negara untuk membuat undang-undang yang berlandaskan syariat Islam, dan penolakan yang keras
terhadap ideologi selain Alqur'an dan Hadits Shahih, yang mereka sebut dengan "hukum kafir".
a. Pemberontakan DI/TII Jawa Barat.

1. Latar belakang terjadinya Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat.

Pada tanggal 7 Agustus 1949, tepatnya di Desa Cisampah, Kecamatan Ciawiligar, Kawedanan
Cisayong, Tasikmalaya, Jawa Barat terjadi peristiwa pemberontakan yang dikenal dengan
Pemberontakan DII/TII Jawa Barat yang dilakukan oleh sekelompok misili Muslim.
Pemberontakan ini dikoordinasikan oleh seorang politisi Muslim radikal, Sekarmadji Maridjan
Kartosoewirdjo. Diawali dengan adanya keinginan Kartosoewirdjo mendirikan Negara Islam
Indonesia (NII) sejak tahun 1942 ketika Ia mendirikan Pesantren Sufah di Malabong, Garut Jawa
Barat. Tak hanya sampai disitu, kesepakatan perjanjian Renville juga mejadi latar belakang
terjadinya pemberontakan ini, dimana perjanjian tersebut mengharuskan wilayah Jawa Barat
dikosongkan oleh tentara Republik Indonesia. Kartosoewirdjo yang menolak untuk meninggalkan

5
Jawa Barat menuju Yogyakarta, bersama pengikutnya yang terdiri dari laskar Hizbullah dan
Sabilillah, Ia memproklamirkan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) pada tanggal 7 Agustus
1949 dengan dirinya sebagai Imam NII dengan dasar negaranya KANUN ASASI. Pada saat itu,
fokus pemerintah Indonesia terpecah karena dalam waktu yang bersamaan harus menghadapi
Belanda. Ketika pasukan Siliwangi berhijrah, pasukan DI/TII dapat dengan leluasa melakukan
pemberontakanya. Mereka membakar rumah-rumah penduduk, membongkar rel kereta api,
menyiksa dan merampok harta benda penduduk. Akan tetapi setelah pasukan Siliwangi kembali
ke Jawa Barat, pasukan DI/TII harus berhadapan dengan pasukan Siliwangi. Upaya penumpasan
Pemberontakan DII/TII memakan waktu yang lama karena medan berupa daerah pegunungan yang
mendukung pasukan DI/TII untuk bergerilya, pasukan DI/TII dapat dengan leluasa bergerak
dikalangan masyarakat, pasukan DI/TII mendapat bantuan dari beberapa orang Belanda dan
kondisi politik, sosial, ekonomi Indonesia yang tidak stabil sehingga mempersulit upaya
pemulihan keamanan.

2. Tujuan terjadinya Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat.

Tujuan DI/TII di Jawa Barat menjadi tujuan utama gerakan serupa di seluruh Indonesia. Tujuannya
yaitu :

- Mendirikan sebuah negara dengan dasar syariat Islam yang lepas dari NKRI dengan bersumber
kepada Al Quran dan Hadist di wilayah Indonesia.

- Menolak perjanjian Renville.

- Mengatasi dominasi komunis dan sosialis.

3. Upaya Penumpasan Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat.

Dalam menghadapi Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat berbagai upaya dilakukan pemerintah,
antara lain :

- Pada tahun 1960, pasukan Siliwangi bersama rakyat melakukan operasi “Pagar Betis” dan operasi
“Bratayudha”. Pasukan DI/TII semakin terdesak dan melemah sehingga banyak yang menyerah.

- Tanggal 4 Juni 1962, dengan taktik Pagar Betis, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirdjo beserta
para pengawalnya dapat ditangkap oleh pasukan Siliwangi dalam operasi Bratayudha di Gunung
Geber, Majalaya, Jawa Barat. Kemudian Kartosoewirdjo dijatuhi hukuman mati pada 16 Agustus
1962 oleh Mahkamah Angkatan Darat, sehingga Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat dapat
dipadamkan.

4. Dampak Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat.

Dampak yang timbul dari Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat antara lain :

- Penduduk merasa terganggu dan terancam.

6
- Menimbulkan kesengsaraan terhadap penduduk.

- Sering terjadi perselisihan.

- Banyak memakan korban.

- Kerusakan materi.

b. Pemberontakan Di/TII Jawa Tengah.

1. Latar Belakang terjadinya Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah.

Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat menyebar ke daerah Jawa Tengah. Pengoperasian


pemberontakan ini berada di daerah Pekalongan, Tegal dan Brebes dimana mayoritas
penduduknya beragama Islam fanatik. Puncak peristiwa Pemberontakan DI/TII Jawa Tengah
terjadi pada bulan Januari 1957 dan berhasil hancur pada tahun 1957. Pemberontakan ini dibawah
pimpinan Amir Fatah. Berawal dari Amir Fatah yang memproklamirkan NII dan TII di Desa
Pangarasan Tegal 23 Agustus 1949.Pada bulan Agustus 1948, Amir Fatah bersama 3 kompi
pasukan Hizbullah masuk ke daerah kedudukan Belanda di Pekalongan dan Brebes. Mereka masuk
melalui sektor yang dipimpin Mayor Wongsoatmojo dengan kedok untuk melakukan perlawanan
terhadap Belanda dan mendapat tugas istimewa dari Panglima Besar Sudirman untuk menyadarkan
Kartosuwiryo. Dengan jalan intimidasi dan kekerasan, Amir Fatah berhasil membentuk organisasi
Islam yang dinamakan Majelis Islam (MI) mulai dari tingkat dewasa hingga keresidenan.
Disamping itu, Ia juga menyusun suatu kekuatan yaitu Tentara Islam Indonesia (TII) dan Barisan
Keamanan serta Pahlawan Darul Islam (PADI). Dengan demikian, Amir Fatah telah menyusun
kekuatan di DI/TII di Jawa Tengah. Semantara itu, pada bulan Januari 1949 Mayor Wongsoatmojo
bersama 4 kompi masuk daerah kedudukan Belanda di Tegal dn Brebes. Kemudian diadakannya
perundingan dengan pimpinan MI yang diawali Amir Fatah, akhirnya dapat dicapai suatu
kerjasama antara pemerintah militer, MI dan TNI bahwa pasukan Hizbullah beserta Amir Fatah
diangkat menjadi Ketua Koordinator daerah operasi Tegal-Brebes. Dibalik itu, Amir Fatah
menggunakan kesempatan itu untuk menyusun kekuatan DI/TII. Usaha menegakkan kekuasaan di
Jawa Tengah semakin nyata. Setelah datangnya Kamran Cakrabuana utusan DI/TII Jawa Barat
untuk mengadakan perundingan dengan Amir Fatah keadaan berkembang dengan cepat. Amir
Fatah diangkat Komandan Pertempuran Jawa Tengah dengan pangkat Mayor Jenderal TII. Sejak
saat itu, Amir menyerahkan jabatan Ketua Koordinator daerah operasi Tegal-Brebes kepada
Komandan SWKS III (Sub Wherkraise) dan menyatakan tidak terikat lagi. Untuk melaksanakan
cita-citanya, DI/TII mengadakan terror terhadap rakyat dan TNI yang sedang mengadakan
perlawanan terhadap Belanda. Dapat dibayangkan betapa berat perjuangan TNI di daerah SWKS
III, karena harus menghadapi dua lawan sekaligus. Kemudian pasukan DI/TII menyerbu markas
SWKS III di Bantasari. Pada saat itu pula, terjadi pembunuhan massal satu Regu Brimob pimpinan
Komisaris Bambang Suprapto. Akibat penyerbuan ini, kekuatan TNI terpecah belah dan membuat
daerah SWKS III menjadi gawat. Untuk mengatasi keadaan ini, Letkol M. Bachrun Komandan
Brigade 8/WK I mengambil tindakan menkonsolidasikan SWKS III yang terpecah belah.
Kemudian diadakan pengepungan terhadap pemusatan DI/TII. Selanjutnya dilaksanakan dalam
fase ofensif. Tindakan tersebut berhasil memecah kekuatan DI/TII menjadi kelompok-kelompok
kecil sehingga mereka dapat dipatahkan. Setelah itu gerakan diarahkan ke pasukan Belanda DI/TII

7
siang dan malam, sehingga kedudukan mereka terdesak. Dalam keadaan moril pasukan tinggi,
datang perintah penghentian tembak-menembak dengan Belanda. Akhirnya menghasilkan KMB
yang keputusannya harus dilaksanakan TNI. Dalam situasi TNI berkonsolidasi, Amir Fatah
mengambil kesempatan menyusun kekuatan kembali. Kekuatan itu memilih daerah Bumiayu
menjadi basis dan markaskomando. Setelah kuat, mereka menyerang pos-pos TNI menggunakan
massa rakyat. Untuk mencegah Amir Fatah tidak meluas ke daerah lain, Panglima Divisi III
Kolonel Gatot Subroto mengeluarkan siasat yang bertujuan memisahkan DI/TII Amir Fatah dan
DI/TII Kartosuwiryo dan membersihkan DI/TII. Maka terbentuklah Operasi Gerakan Banteng
Nasional (GBN) pada Januari 1950. Pimpinan Operasi GBN pertama adalah Letkol Sarbini,
kemudian diganti Letkol M. Bachrun dan terakhir Letkol A. Yani. Dalam kepemimpinan Letkol
A. Yani untuk menumpas DI/TII Jawa Tengah dan gerakan ke timur dari DI/TII Kartosuwiryo,
maka dibentuk pasukan Banteng Raiders. Kemudian diadakan perubahan gerakan dari defensif
menjadi ofensif. Gerakan dilanjutkan dengan fase pembersihan. Operasi tersebut berhasil
membendung dan menghancurkan ekspansi DI/TII ke timur, sehingga rakyat Jawa Timur terhindar
dari bahaya kekacauan dan gangguan keamanan dari DI/TII. Pemberontakan DI/TII di Jawa
Tengah juga terjadi di daerah Kebumen. Pemberontakan ini dilakukan oleh Angkatan Umat Islam
(AUI) yang dipimpin Kyai Sumolayu (Kyai Muhammad Mahfudz abdurrahman) yang dibantu
oleh Batalyon 426 Kudus dan Magelang. Pemberontakan ini akhirnya dapat ditumpas dengan
Operasi Merdeka yang dipimpin Letkol Suharto.

2. Tujuan terjadinya Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah.

Tujuan DI/TII di Jawa Tengah antara lain :

- Mendirikan sebuah negara dengan dasar syariat Islam yang lepas dari NKRI dengan bersumber
kepada Al Quran dan Hadist di wilayah Indonesia.

- Mengatasi dominasi komunis dan sosialis.

3. Upaya Penumpasan Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah.

Dalam menghadapi Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah berbagai upaya dilakukan, antara lain:

- Pada Januari 1950 dibentuk Komando Operasi Gerakan Banteng Nasional (GBN). Pimpinan
Operasi GBN pertama adalah Letkol Sarbini, kemudian diganti Letkol M. Bachrun dan terakhir
Letkol A. Yani.

- Letkol A. Yani membentuk pasukan Banteng Raiders yang akhirnya dapat menghancurkan
Pemberontakan DI/TII Jawa Tengah pada tahun 1957.

- Pemberontakan DI/TII Jawa Tengah yang berada di daerah Kebumen dapat ditumpas dengan
Operasi Merdeka yang dipimpin Letkol Suharto.

4. Dampak Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah.

Dampak yang timbul dari Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah antara lain :

8
- Penduduk merasa terganggu dan terancam.

- Menimbulkan kesengsaraan terhadap penduduk.

- Banyak memakan korban.

- Suasana menjadi tidak aman.

- Kerusakan material.

c. Pemberontakan DI/TII Kalimantan Selatan.

1. Latar Belakang terjadinya Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan.

Pemberontakan juga terjadi di Kalimantan pada akhir 1950. Daerah utama yang dipengaruhi
pemberontakan DI/TII adalah bagian Tenggara Kalimantan atau Kalimantan Selatan saat ini.
Berpusat di Kabupaten Hulusungai, khususnya di daerah antara Barabai dan Kandangan. Selama
bertahun-tahun ibukota Banjarmasin tidak aman oleh adanya aksi-aksi Pemberontakan DI/TII.
Ibnu Hadjar adalah seorang mantan Letnan dua TNI sekaligus pemimpin dari Pemberontakan
DI/TII di Kalimantan Selatan. Ibnu Hajar yang awalnya merupakan tentara sangat kecewa karena
tidak diterima dalam Angkatan Perang Repubik Indonesia Serikat. Ibnu Hajar dan beberapa
tentara kemerdekaan lain merasa diabaikan, sebab mereka tidak dapat membaca. Provinsi
Kalimantan Selatan yang dipimpin Ibnu Hajar itu menyatakan sebagai bagian dari NII pada bulan
Oktober 1950. Pada 10 Oktober 1950, Ibnu Hajar membentuk organisasi bernama Kesatuan
Rakyat Yang Tertindas (KRYT).Pada akhir tahun 1950, KRYT dibawah pimpinan Ibnu Hajar
melakukan penyerangan ke pos-pos TNI di Kalimantan Selatan. Ibnu Hadjar sendiri kemudian
menyerahkan diri. Akan tetapi , setelah merasa kuat dan memperoleh peralatan perang, Ia kembali
membuat kekacauan dengan bantuan Kahar Muzakar dan S.M.kartosuwiryo. Pada tahun 1954,
Ibnu Hadjar diangkat sebagai panglima TII wilayah Kalimantan. Akhirnya, pemerintah melalui
TNI berhasil mengatasi gerakan yang dilakukan oleh Ibnu Hadjar. Pada bulan Juli 1963 Ibnu
Hadjar berhasil ditangkap dan dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan militer.

2. Tujuan terjadinya Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan.

Tujuan DI/TII di Kalimantan Selatan antara lain :

- Mendirikan sebuah negara dengan dasar syariat Islam yang lepas dari NKRI dengan bersumber
kepada Al Quran dan Hadist di wilayah Indonesia.

- Menyalurkan aspirasi rakyat yang dirasakan menjadi nomor dua oleh pemerintahan orde lama.

3. Upaya Penumpasan Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan.

9
Dalam menghadapi Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan berbagai upaya dilakukan
pemerintah, antara lain :

- Pemerintah melakukan pendekatan kepada Ibnu Hajar, Ia diberi kesempatan untuk menyerah dan
akan diterima menjadi anggota ABRI. Ibnu Hajar sempat menyerah, tetapi dia kembali melarikan
diri dan melakukan pemberontakan lagi.

- Pemerintah menugaskan pasukan ABRI. Pada akhir tahun 1959 Ibnu Hajar beserta anggotanya
ditangkap dan dijatuhi hukuman mati.

4. Dampak Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan.

Dampak yang timbul dari Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan antara lain :

- Penduduk merasa terganggu dan terancam.

- Menimbulkan kesengsaraan terhadap penduduk.

- Banyak memakan korban.

- Kerusakan material.

- Sering terjadi perselisihan.

d. Pemberontakan DI/TII Sulawesi Selatan.

1. Latar Belakang terjadinya Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan.

Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan terjadi karena pemerintah menolak permintaan Kahar
Muzakkar. Bermula dari Kahar Muzakkar menginginkan kedudukan di APRIS, kemudian dia
membentuk Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS). Suatu saat, pemerintah memiliki rencana
pemerintah akan membubarkan KGSS dan anggotanya disalurkan ke masyarakat, Kahar Muzakkar
yang saat itu menjabat sebagai Pejabat Khalifah Republik Persatuan Isalam Indonesia (RPII),
menuntut agar KGSS dan kesatuan gerilya lainnya dimasukkan dalam satu brigade yang disebut
Brigade Hasanuddin dibawah pimpinannya. Namun tuntutan itu ditolak karena banyak diantara
mereka tidak memenuhi syarat masuk dinas militer. Akhirnya pemerintah mengambil
kebijaksanaan dengan menyalurkan bekas gerilyawan itu ke Corps Tjandangan Nasional (CTN).
Pada saat dilantik menjadi Pejabat Wakil Panglima Tentara dan Tetorium VII, Kahar Muzakkar
dan beserta para pengikutnya melarikan diri ke hutan dengan membawa persenjataan lengkap dan
mengadakan pemberontakan. Kahar Muzakkar mengubah nama pasukannya menjadi Tentara
Islam Indonesia (TII) dan menyatakan sebagai bagian dari NII Kartosuwiryo pada tanggal 7
Agustus 1953. Pada tanggal 3 Februari 1965, Kahar Muzakkar tertembak mati oleh pasukan TNI.

2. Tujuan terjadinya Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan.

Tujuan DI/TII di Sulawesi Selatan antara lain :

10
- menjadi bagian dari NII Kartosuwiryo yang menjadikan syariat Islam sebagai dasar negara.

- Sebagai reaksi terhadap banyaknya anggota tentara Kesatuan gerilya Sulawesi Selatan yang tidak
diterima sebagai tentara RI.

3. Upaya Penumpasan Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan.

Dalam menghadapi Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan upaya dilakukan pemerintah


adalah melancarkan operasi militer. Kahar Muzakkar tertembak mati oleh pasukan ABRI dalam
sebuah baku tembak.

4. Dampak Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan.

Dampak yang timbul dari Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan antara lain :

- Banyak memakan korban.

- Kerusakan material.

- Sering terjadi perselisihan.

- Ada anggapan siapa yang pantas disalahkan.

e. Pemberontakan DI/TII Aceh.

1. Latar Belakang terjadinya Pemberontakan DI/TII di Aceh.

Dimulai dengan kecewa karena Aceh hanya dijadikan daerah setingkat keresidenan dan
“Proklamasi” Daud Beureueh yang menyatakan bahwa Aceh merupakan bagian dari NII
Kartosuwirjo pada tanggal 20 September 1953. Penyataan ini didukung oleh hamper seluruh rakyat
Aceh. Dau Beureueh pernah memegang jabatan “Gubernur Militer Daerah Istimewa Aceh”
sewaktu Agresi Militer Belanda 1 pertengahan tahun 1947. Sebagai Guberbur Militer, Ia berkuasa
penuh atas pertahanan Aceh dan menguasai apparat pemerintahan sipil maupun militer. Sebagai
tokoh ulama, sipil, pemerintahan dan mantan Gubernur Militer yang sangat disegani, Daud
Beureuh tidak sulit mendapatkan pengikut. Ia juga berhasil memengaruhi pejabat pemerintahan
Aceh. Selang beberapa waktu, Daud Beureueh dan pengikutnya mampu menguasai sejumlah
daerah di Aceh. Setelah bantuan dari Sumatera Utara dan Sumatera Tengah datang, operasi
pemulihan keamanan ABRI dimulai. Setelah didesak diberbagai kota, Daud Beureueh meneruskan
perlawanannya di hutan-hutan. Penyelesaian pemberontakan DI/TII Aceh ini berakhir dengan
diadakannya suatu “Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh” pada 17-28 Desember 1962 yang
diprakarsai oleh Panglima Kodam I atau Iskandar Muda, Kolonel M. Yasin dan Kolonel Jenderal
Makarawong.

2. Tujuan terjadinya Pemberontakan DI/TII di Aceh.

Tujuan DI/TII di Aceh antara lain :

11
- Mendirikan sebuah negara dengan dasar syariat Islam yang lepas dari NKRI dengan bersumber
kepada Al Quran dan Hadist di wilayah Indonesia.

- Mengembalikan otonomi provinsi Aceh.

- Mencegah kembalinya kekuasaan Uleebalang.

- Penegakkan syariat Islam.

3. Upaya Penumpasan Pemberontakan DI/TII di Aceh.

Dalam menghadapi Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan upaya dilakukan adalah dengan
kombinasi operasi militer dan musyawarah. Hasil dari musyawarah tersebut adalah pulihnya
kembali keamanan di daerah Aceh.

4. Dampak Pemberontakan DI/TII di Aceh.

Dampak yang timbul dari Pemberontakan DI/TII di Aceh ada dua, dampak positif dan dampak
negatif antara lain :

- Dampak Positif

• Aceh diakui sebagai daerah khusus .

• Penduduk bermayoritas muslim.

• Bersatunya para ulama dan masyarakat dalam menegakkan syariat Islam.

- Dampak Negatif

• Goyahnya kedaulatan Indonesia.

• Memunculkan gerakan separatisme yang anti Indonesia.

• Menimbulkan kesengsaraan terhadap penduduk.

• Terjadi tindak kriminal yang merugikan sosial.

• Terjadi krisi ekonomi.

• Banyak memakan korban.

C. Pemberontakan APRA

Peristiwa Kudeta Angkatan Perang Ratu Adil adalah peristiwa yang terjadi pada 23
Januari 1950 di mana kelompok milisi Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) yang ada di bawah

12
pimpinan mantan Kapten KNIL Raymond Westerling yang juga mantan komandan Depot Speciale
Troepen (Pasukan Khusus) KNIL, masuk ke kota Bandung dan membunuh semua orang
berseragam TNI yang mereka temui. Aksi gerombolan ini telah direncanakan beberapa bulan
sebelumnya oleh Westerling dan bahkan telah diketahui oleh pimpinan tertinggi militer Belanda.

1. Latar belakang Pemberontakan APRA


Pada bulan November 1949, dinas rahasia militer Belanda menerima laporan, bahwa
Westerling telah mendirikan organisasi rahasia yang mempunyai pengikut sekitar 500.000
orang. Laporan yang diterima Inspektur Polisi Belanda J.M. Verburgh pada 8
Desember 1949 menyebutkan bahwa nama organisasi bentukan Westerling adalah "Ratu
Adil Persatuan Indonesia" (RAPI) dan memiliki satuan bersenjata yang
dinamakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA). Pengikutnya kebanyakan adalah mantan
anggota KNIL dan yang melakukan desersi dari pasukan khusus KST/RST. Dia juga
mendapat bantuan dari temannya orang Tionghoa, Chia Piet Kay, yang dikenalnya sejak
berada di kota Medan. Pada 5 Desember malam, sekitar pukul 20.00 Westerling menelepon
Letnan Jenderal Buurman van Vreeden, Panglima Tertinggi Tentara Belanda, pengganti
Letnan Jenderal Spoor. Westerling menanyakan bagaimana pendapat van Vreeden, apabila
setelah penyerahan kedaulatan Westerling berencana melakukan kudeta
terhadap Sukarno dan kliknya. Van Vreeden memang telah mendengar berbagai kabar,
antara lain ada sekelompok militer yang akan mengganggu jalannya penyerahan kedaulatan.
Juga dia telah mendengar mengenai kelompoknya Westerling. Jenderal van Vreeden,
sebagai yang harus bertanggung-jawab atas kelancaran "penyerahan kedaulatan" pada 27
Desember 1949, memperingatkan Westerling agar tidak melakukan tindakan tersebut, tetapi
van Vreeden tidak segera memerintahkan penangkapan Westerling.

2. Tujuan Pemberontakan APRA


Tujuan gerakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) dan kaum kolonialis yang ada di
belakangnya ialah mempertahankan bentuk federal Indonesia dan memeperthankan adanya
tentara tersendiri di negara-negara bagian RIS.

3. Upaya Penumpasan Pemberontakan APRA

Pemerintah RIS menempuh dua cara untuk menumpas pemberontakan APRA di Bandung.
Yaitu dengan melakukan tekanan terhadap pimpinan tentara Belanda dan melakukan
operasi militer. Perdana Menteri RIS Moh. Hatta mengutus pasukannya ke Bandung dan
mengadakan perundingan dengan Komisaris Tinggi Belanda di Jakarta. Hasil dari
perundingan tersebut, Westerling didesak untuk meninggalkan kota Bandung. Gerakan
APRA semakin terdesak dan terus dikejar oleh pasukan APRIS bersama rakyat, dan
akhirnya gerakan APRA dapat ditumpas.
13
4. Dampak dari Pemberontakan APRA

Adanya pemberontakan ini memberikan beragam hal baik itu dampak positif maupun yang
negatif. Berikut beberapa dampak pemberontakan APRA:

1. Banyaknya Tentara Yang Gugur


Salah satu dampak yang sangat disayangkan dan dirsakan secara langsung dnegan adanya
gerakan pemberontakan APRA adalah tewasnya banyak tentara Indonesia. Banyaknya
tentanra yang gugur ini menjadi salah satu dampak yang negatif yang juga menjadi hal yang
merugikan bagi pemerintahan RI kala itu. Jumlah tentara yang gugur ini diakibatkan adanya
pemberontakan dan perlawanan yang terjadi dan salah satu korban diantara banyaknya
tentara tersebut adalah Letnan Kolonel Lembong. Sementara maslaah keguguran dari
banyaknya tentara juga menjadi dampak negatif yang memiliki pengaruh besar. salah satu
dampak langsung lainnya adalah suasana kota bandung yang kian mencekam setelah
dikuasai selama beberapa jam. Tidak hanya menewaskan 79 orang dari anggota APRIS.
Bahkan masyarakat biasa juga menjadi korban dari pemberontakan APRA ini. Ini tentunya
adalah salah satu hal yang sangat disayangkan yang mencoreng nama sejarah dan
melahirkan beragam hal buruk termasuk rasa kehilangan dan berduka yang teramat dalam
kala itu. Baik dipihak rakyat maupun anggota keluarga dari banyaknya tentara yang
berguguran. Ini menyebabkan suasana yang kian mencekam dan diliputi dengan kesedihan
yang melanda seluruh warga negara khususnya yang saat itu sedang ada di daerah Bandung
dan sekitarnya. Karena banyaknya perlawanan yang menewaskan para anggota tentara
terbaik.

2. Meningkatnya Rasa Persatuan dan Kesatuan Masyarakat


Meninggalkan masalah kecaman dan rasa tidak nyaman akibat banyaknya yang berguguran
saat terjadinya pemberontakan APRA. Salah satu dampak positif yang terjadi adalah adanya
peningkatan dari rasa saling memiliki, persatuan dan kesatuan dari seluruh masyarakat
Indonesia kala itu. Bahkan rasa untuk saling menjaga, berjuang dna mengayomi meningkat
drastis setelah adanya tragedi pemberontakan APRA. ini secara spontan memupuk rasa
Partiotisme dan Nasionalisme yang amat sangat tinggi.

14
3. Kehidupan Masyarakat Yang Terganggu
Adanya pemberontakan APRA ini menyebabkan terganggunya kehidupan dari masyarakat
dikarenakan teror yang terjadi akibar penyerangan langsung ke kota Bandung. Saking
menyeramkannya, pasukan APRA yang menyerbu dan memasuki kota Bandung akan
membunuh secara langsung siapapun yang sedang menggenakan seragam TNI ini
menyebabkan banyaknya mayar TNI yang tergeletak dijalanan. Ini menyebabkan kengerian
tersendiri bagi masyarakat terutama para keluarga tentara yang akan mendapati banyak
mayat yang bergelimpangan di jalanan karena penyerbuan dari anggota APRA tersebut.

4. Keuangan Negara Yang Menurun


Dampak lain dari pemberontakan APRA ini adalah masalah tersedotnya keungan negara
yang digunakan dalam pembiayaan operasi militer untuk menumpas APRA kala itu. APRA
yang kala itu hadir dan meneror banyak orang tidak hanya merugikan dalam masalah
keamanan negara namun juga membuat kondisi keuangan negara menjadi sedikit
berantakan akibat ulah mereka. Pemerintah terpaksa mengeluarkan sejumlah dana agar bisa
membiayai petugas dan membuat sebuah kekuatan penyatuan dalam membasmi para
pengikut dna anggota APRA.

5. Keamanan Yang Terganggu


Jelas ini akan menganggu keamanan negara yang terjadi akibat APRA yang kian meraja
lela. Para tentara yang dibasmi dengan semena-mena menyebabkan banyak kengerian di
mana-mana. Ini menyebabkan suasana yang sedikit meneror dan kemanan yang harus
diketatkan untuk menjaga agar tidak banyak tumpah para korban baru dari pemberontakan
APRA. Ini juga menyebabkan suasana yang tidak bagus dan membuat para penegak hukum
berusaha lebih keras dalam membangun dan menjaga ketentraman setelah timbulnya
penyerangan dan pemberontakan oleh pihak APRA. Tragedi yang ditimbulkan oleh
pemberontakan APRA kala itu memang mengukir sejarah menyedihkan oleh pihak
Indonesia. Tidak sedikit korban yang berjatuhan akibat adanya tindakan pemberontakan ini.
Bahkan ini menimbulkan kengerian tersendiridi sepanjang sejarah kemerdekaan
Indonesia kelam bangsa indonesia dalam menghadapi banyaknya peperangan dan
pemberontakan yang dilakukan oleh pihakdalam maupun pihak luar.

15
D. Pemberontakan RMS

Republik Maluku Selatan atau RMS adalah sebuah republik di Kepulauan Maluku yang
diproklamasikan tanggal 25 April 1950. Pulau-pulau terbesarnya adalah Seram, Ambon,
dan Buru. RMS di Ambon dikalahkan oleh militer Indonesia pada November 1950, tetapi konflik
di Seram masih berlanjut sampai Desember 1963. Kekalahan di Ambon berujung pada
pengungsian pemerintah RMS ke Seram, kemudian mendirikan pemerintahan dalam
pengasingan di Belanda pada tahun 1966. Ketika pemimpin pemberontak Dr. Chris
Soumokil ditangkap militer Indonesia dan dieksekusi tahun 1966, presiden dalam pengasingan
dilantik di Belanda. Pemerintahan terasing ini masih berdiri dan dipimpin oleh John Wattilete,
pengacara berusia 55 tahun, yang dilantik pada April 2010.

1. Latar belakang Pemberontakan RMS


Pada tanggal 25 April 1950 telah terjadi sebuah proklamasi tentang berdirinya Republik
Maluku Selatan yang kala itu diproklamasikan oleh sekelompok orang yang notabene
merupakan mantan KNIL dan masyarakat Pro-Belanda. Diantara orang-orang tersebut
antara lain adalah Dr.Christian Robert Steven Soumokil, Andi Aziz dan Westerling.
Pemberontakan yang mereka lakukan ini merupakan bentuk ketidakpuasan atas kembalinya
Republik Indonesia Serikat ke Negara kesatuan Republik Indonesia. Pemberontakan ini
diwarnai dengan unsur KNIL atau het koninklijke Nederlanda(ch) atau secara harfiah
merupakan tentara kerajaan Hindia Belanda yang merasa tidak puas karena status mereka
yang tidak jelas. Kala itu atas keberhasilan APRIS mengatasi keadaan, menyebabkan
banyak masyarakat yang semangat atas kembalinya Republik Indonesia Serikat ke dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di tengah upaya untuk mempersatukan dari
keseluruhan wilayah Indonesia ini, ada berbagai teror dan intimidasi yang mengancam
masyarakat. Beberapa teror tersebut antara lain adalah dipimpin oleh seorang Kapten
bernama Raymond Westerling. Dengan dibantu oleh anggota polisi dan pasukan KNIL yang
merupakan bagian dari Korp Speciale Troepen yang bertempat di Batujajar, Bandung, Jawa
Barat ini melakukan aksi teror. Bahkan teror yang dilakukan di Bandun ini hingga menelan
korban jiwa. Dalam aksi teror tersebut telah terjadi pembunuhan dan penganiayaan. Akibat
dari teror tersebut, benih sparatis atau keinginan untuk memisahkan diri pun akhirnya
muncul. Beberapa birokrat pemerintah daerah telah memprovokasi masyarakat yang berada
di wilayah Ambon. Yaitu bahwa penggabungan Ambon ke wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia akan berdampak buruk dan membahayakan masyarakat di kemudian
hari. Atas bahaya tersebut dihimbau untuk seluruh masyarakat agar tetap berwaspada. Pada
tahun 1950, tepatnya pada tanggal 20 april telah diajukan mosi tidak percaya kepada

16
parlemen NIT. Hal ini dengan maksud agar kabinet NIT atau Negara Indonesia Timur
meletakkan jabatannya untuk bisa bergabung ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Kegagalan Andi Andul Azis mengakibatkan berakhirnya Negara Indonesia
Timur. Namun, pemberontakan tidak berhenti sampai disini. Soumokil bersama para
anggota yang mendukungnya tidak pernah menyerah untuk bisa melepaskan wilayah
Maluku Tengah dari Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahkan, mereka
melakukan sebuah perundingan untuk melakukan pemberontakan bersama para anggota
KNIL. Dalam perundingan yang dilakukan di wilayah Ambon tersebut yang dihadiri oleh
para pemuka KNIL, Soumokil, Ir. Manusaman berencana untuk daerah Maluku Selatan
menjadi daerah mereka. Bahkan jika perlu, membunuh seluruh anggota dewan yang ada di
Maluku Selatan agar bisa melakukan proklamasi kemerdekaan di wilayah yang disebutkan.
Akhirnya pada rapat kedua, J.Manuhutu terpaksa hadir dibawah ancaman senjata. Nah itu
sekilas mengenai penjelasan singkat latar belakang rms ataupun latar belakang terjadinya
pemberontakan RMS.

2. Kronologi Pemberontakan RMS


Republik Maluku Selatan (RMS) adalah daerah yang diproklamasikan merdeka pada 25
April 1950 dengan maksud untuk memisahkan diri dari Negara Indonesia Timur (saat itu
Indonesia masih berupa Republik Indonesia Serikat). Namun oleh Pemerintah Pusat, RMS
dianggap sebagai pemberontakan dan setelah misi damai gagal, maka RMS ditumpas tuntas
pada November 1950. Sejak 1966 RMS berfungsi sebagai pemerintahan di pengasingan,
Belanda. Pada 25 April 1950 RMS hampir/nyaris diproklamasikan oleh orang-orang bekas
prajurit KNIL dan proBelanda yang diantaranya adalah Chr. Soumokil bekas jaksa agung
Negara Indonesia Timur yang kemudian ditunjuk sebagai Presiden, Ir. J.A. Manusama dan
J.H. Manuhutu. Pemerintah Pusat yang mencoba menyelesaikan secara damai, mengirim
tim yang diketuai Dr. Leimena sebagai misi perdamaian ke Ambon. Tapi kemudian, misi
yang terdiri dari para politikus, pendeta, dokter dan wartawan, gagal dan pemerintah pusat
memutuskan untuk menumpas RMS, lewat kekuatan senjata. Dibentuklah pasukan di
bawah pimpinan Kolonel A.A Kawilarang. Pada 14 Juli 1950 Pasukan ekspedisi
APRIS/TNI mulai menumpas pos-pos penting RMS. Sementara, RMS yang memusatkan
kekuatannya di Pulau Seram dan Ambon, juga menguasai perairan laut Maluku Tengah,
memblokade dan menghancurkan kapal-kapal pemerintah. Pemberontakan ini berhasil
digagalkan secara tuntas pada bulan November 1950, sementara para pemimpin RMS
mengasingkan diri ke Belanda. Pada 1951 sekitar 4.000 orang Maluku Selatan, tentara
KNIL beserta keluarganya (jumlah keseluruhannya sekitar 12.500 orang), mengungsi ke
Belanda, yang saat itu diyakini hanya untuk sementara saja. RMS di Belanda lalu menjadi
17
pemerintahan di pengasingan. Pada 29 Juni 2007 beberapa pemuda Maluku mengibarkan
bendera RMS di hadapan Presiden Susilo Bambang Yudhono pada hari keluarga nasional
di Ambon. Pada 24 April 2008 John Watilette perdana menteri pemerintahan RMS di
pengasingan Belanda berpendapat bahwa mendirikan republik merupakan sebuah mimpi di
siang hari bolong dalam peringatan 58 tahun proklamasi kemerdekaan RMS yang dimuat
pada harian Algemeen Dagblad yang menurunkan tulisan tentang antipati terhadap Jakarta
menguat.

3. Tujuan Pemberontakan RMS


a. menolak kehadiran TNI di Maluku
b. mengukuhkan kedaulatan Belanda di Ambon
c. mempertahankan bentuk negara Federal Indonesia
d. mempertahankan keberadaan NIT (E) RMS ingin memisahkan diri dari NIT dan RIS

4. Upaya Penumpasan Pemberontakan RMS


Karena upaya damai mengalami jalan buntu maka pemerintah melakukan operasi militer
untuk menumpas gerakan RMS yaitu Gerakan Operasi Militer (GOM)III yang dipimpin
oleh Kolonel A.E. Kawilarang, Panglima Tentara dan Teritorium Indonesia Timur. 14 Juli
1950, Operasi berlangsung dan berhasil menguasai pos-pos penting di Pulau Buru. 19 Juli
1950, Pasukan APRIS berhasil menguasai Pulau Seram. 28 September 1950, Ambon bagian
utara berhasil dikuasai. 3 November 1950 benteng Nieuw.

5. Dampak dari Pemberontakan RMS


a. Timbulnya korban jiwa dan kerusakan materi
b. Migrasi besar-besaran para mantan serdadu KNIL dan pendukung RMS ke Belanda
c. Terjadinya tndakan terorisme dari pendukung RMS di Belanda
d. Terganggunya hubungan Indonesia dan Belanda 5. Terganggunya hubungan antar
kelompok di Maluku

E. Pemberontakan Andi Aziz

Pada 5 April 1950, terjadi pemberontakan Andi Azis di Makassar. Pemberontakan ini di
bawah pimpinan Kapten Andi Azis, seorang mantan perwira KNIL yang baru saja diterima
masuk ke dalam APRIS. Pasukan Andi Azis melakukan penyerangan serta menduduki tempat-
tempat vital dan menangkap Panglima Teritorium Indonesia Timur Letnan Kolonel A.J.
Mokoginta. Pemberontakan ini terjadi karena gerombolan Andi Azis menolak masuknya
pasukan-pasukan APRIS dan TNI serta bertujuan untuk mempertahankan keutuhan Negara

18
Indonesia Timur. Untuk menanggulangi hal tersebut, pemerintah mengeluarkan ultimatum
pada 8 April 1950 yang memerintahkan kepada Andi Azis agar melaporkan diri serta
mempertanggungjawabkan perbuatannya ke Jakarta dalam tempo 4 x 24 jam. Ia juga
diperintahkan untuk menarik pasukan, menyerahkan semua senjata, dan membebaskan
tawanan. Pada 15 April 1950, Andi Azis ditangkap. Pada 21 April 1950, Sukawati yang
menjabat sebagai Wali Negara NIT mengumumkan bahwa NIT bersedia untuk bergabung
dengan NKRI.

1. Latar belakang Pemberontakan Andi Aziz


Pemberontakan Andi Azis berlangsung di Ujungpandang pada 5 April 1950. Lalu,
bagaimanakah sejarah dan tujuan pemberontakan Andi Azis. Andi Azis menjadi sosok
utama dari pemberontakan ini. Pemberontakan Andi Azis yang terjadi di Makassar diawali
dengan konflik Sulawesi Selatan pada April 1950. Pemberontakan di Makassar ini terjadi
karena adanya demonstrasi dari kelompok masyarakat yang anti federal. Para demonstran
mendesak Negara Indonesia Timur (NIT) supaya segera menggabungkan diri dengan
Republik Indonesia. Sementara itu, di sisi lain juga terjadi konflik dari kelompok yang
mendukung terbentuknya Negara Federal. Konflik tersebut menyebabkan terjadinya
ketegangan dan kegaduhan di masyarakat. Pada tanggal 5 April 1950, pemerintah
Indonesia mengutus pasukan TNI sebanyak satu Batalion dari Jawa untuk mengamankan
daerah tersebut. Hal ini dilakukan untuk menjaga keamanan di lingkungan
masyarakat.Kedatangan TNI ke daerah tersebut dianggap mengancam kedudukan
kelompok masyarakat pro-federal. Masyarakat pro-federal kemudian bergabung dan
membentuk sebuah pasukan “Pasukan Bebas” di bawah komando kapten Andi Azis. Ia
beranggapan bahwa masalah keamanan di Sulawesi Selatan adalah menjadi tanggung
jawabnya. Jadi, pada dasarnya Pemberontakan Andi Azis dilatar belakangi oleh beberapa
hal, yakni:
 Menuntut bahwa keamanan di Negara Indonesia Timur hanya menjadi tanggung jawab
pasukan bekas KNIL saja.
 Menentang campur tangan pasukan Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat
(APRIS) terhadap konflik di Sulawesi Selatan.
 Mempertahankan keberadaan Negara Indonesia Timur.

2. Tujuan Pemberontakan Andi Aziz


Tujuan Pemberontakan Andi Azis secara umum adalah untuk mempertahankan negara
Indonesia Timur. Andi Azis tidak hanya bergerak sendiri, tokoh Pemberontakan Andi
Azis lainnya adalah Sultan Hamid II dan Belanda. Namun, dalam waktu singkat dapat
ditumpas oleh Tentara Indonesia di bawah pimpinan Kolonel Alex Kawilarang. Andi Azis
pun kemudian ditangkap dan diadili di Yogyakarta. Setelah pengusutan, pemberontakan
ini ternyata didalangi oleh Dr. Soumokil.

19
3. Upaya Penumpasan Pemberontakan Andi Aziz
Pada 8 April 1950, Pemerintah Indonesia akhirnya mengeluarkan ultimatum. Ultimatum
tersebut memerintahkan Andi Azis melaporkan diri & mempertanggungjawabkan
perbuatannya ke Jakarta dalam tempo waktu 4 x 24 jam. Selain itu, Andi Azis juga
diperintahkan untuk menarik pasukannya dan menyerahkan semua senjata serta
membebaskan tawanan. Namun, batas waktu ultimatum tidak dipenuhi. Pemerintah pun
mengirimkan pasukan ekspidisi di bawah pimpinan Kolonel Alex Kawilarang. Seluruh
pasukan mendarat di Makassar dan terjadilah pertempuran pada tanggal 26 April 1950.
Markas Staf Brigade 10/ Garuda Makassar dikepung oleh pengikut Andi Azis secara tiba-
tiba pada tanggal 5 Agustus 1950. Akan tetapi, mereka berhasil dipukul mundur pihak TNI.
Peristiwa pengepungan ini dikenal dengan Peristiwa 5 Agustus 1950. Setelah pertempuran
selama dua hari, pasukan pendukung gerakan Andi Azis, yakni KNIL/ KL meminta
berunding. Kesepakaan antara Kolonel Kawilarang (TNI) dan Mayor Jenderal Scheffelaar
(KNIL/ KL) pada tanggal 8 Agustus 1950 kesepakatan tersebut berisi penghentian tembak-
menembak, KNIL/ KL harus meninggalkan Makassar dan meninggalkan semua
senjatanya. Andi Azis akhirnya ditangkap dan diadili di Pengadilan Militer Jogjakarta pada
tahun 1953 dan mendapatkan hukuman 15 tahun penjara.

4. Dampak dari Pemberontakan Andi Aziz


Meskipun pasukan pemberontak di bawah pimpinan Andi Azis berhasil ditaklukan, tetapi
pasukan tersebut sempat berhasil menguasai markas Tentara Nasional Indonesia (TNI)
yang berlokasi di Makassar. Letkol Mokoginta bahkan berhasil ditawan oleh Pasukan Andi
Azis. Ir. P. D Diapri (Perdana Menteri Negara Indonesia Timur/ NIT) mengundurkan diri
karena tidak menyetujui pemberontakan yang sudah dilakukan Andi Azis. Ia digantikan
oleh Ir. Putuhena yang pro-Republik Indonesia. Sukawati yang saat itu menjabat sebagai
Wali Negara NIT mengumumkan bahwa NIT bersedia untuk bergabung dengan NKRI
(Negara Kesatuan Republik Indonesia) pada tanggal 21 April 1950.

F. Pemberontakan PRRI/Permesta

Perjuangan Rakyat Semesta (Ejaan Soewandi: Perdjuangan Rakjat Semesta)


disingkat Permesta adalah sebuah gerakan militer di Indonesia. Gerakan ini dideklarasikan oleh
pemimpin militer dan sipil Indonesia bagian timur pada tanggal 2 Maret 1957. Pusat gerakan ini
mulanya berada di Makassar yang pada waktu itu merupakan ibu kota Sulawesi. Namun perlahan-
lahan dukungan di Sulawesi Selatan mulai hilang sehingga pada 1957 markas Permesta
dipindahkan ke Manado di Sulawesi Utara. Di sini timbul kontak senjata dengan pasukan
pemerintah pusat sampai mencapai gencatan senjata pada tahun 1961.

20
1. Latar belakang Pemberontakan PRRI/Permesta
Pemberontakan PRRI di barat dan Permesta di timur menumbuhkan berbagai macam
alasan. Utamanya bahwa kelompok etnis tertentu di Sulawesi dan Sumatra Tengah waktu
itu merasa bahwa kebijakan pemerintahan dari Jakarta stagnan pada pemenuhan ekonomi
lokal mereka saja, di mana dalam gilirannya membatasi setiap kesempatan bagi
pengembangan daerah regional lainnya. Juga ada rasa kebencian terhadap kelompok suku
Jawa, yang merupakan suku dengan jumlah terbanyak dan berpengaruh dalam negara
kesatuan Indonesia yang baru saja terbentuk. Ketidakseimbangan terjadi karena ajang
politik Indonesia terpusat di pulau Jawa, sedangkan sumber-sumber perekonomian negara
lebih banyak berasal dari pulau-pulau lain. Efeknya konflik ini sedikit menyoal pikiran
tentang pemisahan diri dari negara Indonesia, tetapi lebih menitikberatkan tentang
pembagian kekuatan politik dan ekonomi yang lebih adil di Indonesia.

2. Tujuan Pemberontakan PRRI/Permesta


Tujuan dari pemberontakan PRRI ini adalah untuk mendorong pemerintah supaya
memperhatikan pembangunan negeri secara menyeluruh, sebab pada saat itu pemerintah
hanya fokus pada pembangunan yang berada di daerah Pulau jawa. PRRI memberikan
usulan atas ketidakseimbangan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah pusat.

3. Upaya Penumpasan Pemberontakan PRRI/Permesta


Terjadinya pemberontakan PRRI/PERMESTA ini mendorong pemerintahan Indonesia buat
mendesak Kabinet Djuanda dan Nasution supaya menindak tegas pemberontakan yang
dilakukan oleh organisasi PRRI/PERMESTA itu. Kabinet Nasution dan para mayoritas
pimpinan PNI dan PKI menghendaki supaya pemberontakan itu segera di musnahkan dari
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada akhir bulan Februari, Angkatan Udara Republik
Indonesia memulai pengeboman instansi-instansi penting yang ada di kota Padang, Bukit
Tinggi, dan Manado. Sebelum pendaratan dilakukan, Nasution udah mengiriman Pasukan
Resmi Para Komando Angkatan Darat di ladang-ladang minyak yang ada di kepulauan
Sumatera dan Riau. Tanggal 14 Maret 1958, daerah Pecan Baru berhasil dikuasai dan
Operasi Militer dikerahkan ke pusat pertahanan PRRI. Lalu pada 4 Mei 1958, dimana Bukit
tinggi udah berhasil dikuasai dan Pasukan Tentara Nasional Indonesia (TNI) membereskan
daerah-daerah bekas pemberontakan PRRI. Pada penyerangan tersebut, banyak pasukan
PRRI yang melarikan diri ke area perhutanan yang ada di daerah tersebut.

21
4. Dampak dari Pemberontakan PRRI/Permesta
Berakhirnya Pemberontakan PRRI/PERMESTA memberikan dampak yang sangat besar
terhadap hubungan dan politik luar negeri Indonesia. Dengan adanya suatu ukungan dari
negara Amerika Serikat dalam terjadi pemberontakan itu jadi membuat hubungan antara
Indonesia dengan Amerika jadi gak harmonis. Begitu juga, adanya dukungan dari Amerika
Serikat terhadap PRRI/PERMESTA terbukti benar dengan jatuhnya pesawat pengebom B-
26 yang dikemudikan oleh seorang pilot bernama Allen Pope pada tanggal 18 Mei 1958 di
lokasi yang gak jauh dari kota Ambon. Dalam persoalan itu, jadi Presiden RI Ir.Soekarno
beserta para pemimpin sipil dan militernya punya perasaan curiga terhadap negara Amerika
Serikat dan Negara lainnya. Malaysia yang baru merdeka pada tahun 1957, ternyata juga
mendukung gerakan PRRI dengan menjadikan wilayahnya sebagai saluran utama pemasok
senjata buat pasukan PRRI. Hal tersebut terjadi berlaku juga atas Filipina, Singapura, Korea
Selatan (Korsel), dan Taiwan juga mendukung gerakan pemberontakan yang dilakukan oleh
PRRI. Dengan adanya pemberontakan ini, mengakibatkan pemerintah pusat pada akhirnya
membentuk sebuah pasukan buat menumpas pemberontakan yang dilakukan oleh PRRI.
Jadi, hal ini mengakibatkan pertumpahan darah dan jatuhnya korban jiwa baik dari TNI
maupun PRRI. Selain itu, pembangunan jadi terbengakalai dan juga menimbulkan rasa
trauma di masyarakat Sumatera terutama daerah Padang.

G. G30S/PKI
Gerakan 30 September (dalam dokumen pemerintah tertulis Gerakan 30 September/PKI, disingkat
G30S/PKI), Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh), Gestok (Gerakan Satu Oktober) adalah
sebuah peristiwa yang terjadi selewat malam tanggal 30 September hingga awal 1 Oktober 1965
ketika tujuh perwira tinggi militer Indonesia dan beberapa orang lainnya dibunuh dalam suatu
usaha kudeta.

1. Latar belakang G30S/PKI


30 September 1965 bukan kali pertama bagi PKI melakukan pemberontakan karena
sebelumnya pada tahun 1948 PKI juga pernah melayangkan pemberontakan di daerah
Madiun, Jawa Timur. Amir Syarifuddin dan Muso adalah pelopor pemberontakan yang
dilakukan Partai Komunis Indonesia (PKI). Dengan adanya ajaran mengenai Nasakom
(Nasional, Agama, Komunis) dari Presiden Soekarno memberikan keuntungan besar bagi
PKI karena membuat PKI menjadi bagian resmi dalam susunan politik Indonesia yang
sebenarnya hanya akan membuka jalan bagi PKI untuk menjalankan segala rencana mereka.
Salah satu bukti nyata tindakan PKI adalah pemberontakan G30S/PKI yang dikomando oleh

22
DN. Aidit. Tujuan pemberontakan tersebut adalah untuk melenyapkan TNI-AD dan
mengambilalih pemerintahan Indonesia.
ada faktor lain yang menyebabkan PKI melakukan pemberontakan adalah:
• TNI AD keberatan jika Angkatan kelima dibentuk
• TNI AD menolak adanya Nasakomisasi karena meraka menganggap bahwa dengan
adanya ajaran ini hanya kedudukan PKI yang diuntungkan.
• TNI AD memprotes diadakannya Poros Jakarta Peking dan konfrontasi dengan
Malaysia. Menurut mereka dengan adanya Poros Jakarta-Peking dan konfrontasi dengan
Malaysia hanya akan memberi kesempatan bagi Cina untuk menyebarkan semangat
revolusi komunis di Asia Tenggara damembuat hubungan baik dengan negara tetangga
menjadi rusak.

2. Kronologi Kejadian G30S/PKI


Pasukan G30S/PKI memulai aksinya dari Lubang Buaya pada 1 Oktober 1965 dini hari dan
mulai menyebar ke segala sudut Jakarta. PKI berhasil menguasai beberapa instansi vital
yang ada di Ibukota seperti Studio RRI, pusat Telkom dan sebagainya. Pasukan Pasopati
PKI berhasil menculik dan membunuh para perwira TNI AD yang menjadi sasaran operasi.
Berikut ini 6 Jenderal yang menjadi korban kebiadapan G30S/PKI diantaranya:

-Letnan Jenderal Ahmad Yani (Menteri/Panglima AD/Kepala Staf Komando Operasi


Tertinggi)

- Mayjen Haryono Mas Tirtodarmo (Deputi III Menteri/Panglima AD bidang Perencanaan


dan Pembinaan)

-Mayjen R.Suprapto (Deputi II Menteri/Panglima AD bidang Administrasi)

- Mayjen Siswono Parman (Asisten I Menteri/Panglima AD bidang Intelijen.


- Brigjen Donald Izacus Panjaitan (Asisten IV Menteri/Panglima AD bidang Logistik)
- Brigjen Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat)
Sedangkan, target lain yaitu Jenderal Abdul Haris Nasution berhasil melarikan diri tapi
putrinya yang bernama Ade Irma Suryani tertembak dan meninggal di rumah sakit.
Ajudannya bernama Letnan Satu Pierre Andreas Tendean juga ikut menjadi sasaran
penculikan karena kemiripan wajahnya dengan Jenderal Nasution. Selain itu, Brigadir
Polisi Karel Satsuit Tubun, yang merupakan pengawal rumah Waperdam II Dr.J. Leimena
yang bertetangga dengan Nasution juga ikut tertembak.
Dengan kaburnya Jenderal Nasution, membuat cemas Aidit dan rekannya karena akan
menyebabkan masalah besar. Kemudian, Suparjo memberikan saran untuk melakukan

23
operasi kembali. Saat di istana, Suparjo melihat bahwa militer di kota sedang bingung. Akan
tetapi , saat itu para pemimpin gerakan tersebut tidak berbuat apa-apa. Hal tersebut menjadi
salah satu penyebab kegagalan operasi yang mereka.
Setelah berhasil membunuh para petinggi TNI AD, selanjutnya pimpinan G30S/PKI
mendeklarasikan sebuah dektrit melalui RRI yang telah mereka kuasai. Dekrit tersebut
diberinya nama kode Dekrit No 1 yang menyampaikan hal mengenai pembentukan Dewan
Revolusi Indonesia di bawah pimpinan Letnan Kolonel Untung. Bersumber pada revolusi,
kekuasaan tertinggi yaitu dekrit tersebut, maka Dewan Revolusi merupakan kekuasaan
tertinggi, Dekrit no 2 G30S/PKI tentang penurunan dan kenaikan pangkat dimana semua
pangkat diatas Letkol diturunkan, sedang prajurit yang mendukung gerakan PKI diberi
kenaikan pangkat 1 hingga 2 tingkat.

3. Tujuan Pemberontakan G30S/PKI


Tujuan Gerakan 30 September yang dilakukan PKI Diantaranya yaitu:
• Ini merupakan aksi PKI sebagai usaha untuk mengambil alih kekuasaan di Indonesia
dengan menggunakan oknum ABRI sebagai kekuatan fisik.
• Tujuan utama komunis di Negara Non Komunis adalah mengambilalih kekuasaan negara
dan mengkomuniskannya.
• Upaya yang dijalankan dalam jangka panjang berlanjut dari generasi ke generasi.
• Aksi yang dilakukan tidak terlepas dari kegiatan komunisme internasional.

4. Upaya Penumpasan G30S/PKI


Tindakan yang dilakukan untuk menumpas pemberontakan G30S/PKI diantaranya yaitu:
• Menetralkan pasukan di sekitar Medan Merdeka yang dimanfaatkan oleh G30S/PKI.
• Operasi militer penumpasan G30S/PKI dilakukan sore hari.
• Pasukan RPKAD berhasil merebut gedung RRI pusat, gedung telekomunikasi dan
mengamankan seluruh wilayah Medan Merdeka yang dikuasai PKI tanpa adanya gencatan
senjata.
• Pasukan Batalyon 238 Kujang/Siliwangi berhasil menguasai lapangan banteng dan
mengamankan markas Kodam V/Jaya dan sekitarnya.
• Presiden Soekarno meninggalkan Halim Perdana Kusuma dan bertolak ke Istana Bogor.
• Pasukan RPKAD bergerak menuju target dipimpin oleh Kolonel Subiantoro.
• Dalam gerakan pembersihan ke kampung di sekitar lubang buaya, Ajun Brigadir Polisi
Sukitman yang sempat ditawan penculik berhasil kabur.
• Pada 3 Oktober 1965 jenazah para perwira tinggi AD yang dikuburkan dalam sumur tua
berhasil ditemukan .
24
• Pada 5 Oktober 1965 yang bertepatan dengan hari ABRI, jenazah para petinggi TNI AD
dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata dan mereka dianugerahi gelar pahlawan
Revolusi.

5. Dampak dari Pemberontakan G30S/PKI


Banyaknya konflik antar partai politik membuta situasi politik juga belum normal kembali.
Demokrasi terpimpin yang dianut Indonesia saat itu justru membuat sistem pemerintahan
di Indonesia menjadi otoriter dan menindas rakyat atau diktator. Perekonomian juga
memburuk sehingga diberbagai tempat banyak terjadi kemiskinan dan kelaparan. Presiden
Soekarno menyalahkan pihak yang terlibat dalam gerakan pemberontakan ini yang
mengakibatkan banyak korban tewas termasuk para petinggi TNI AD dan korban lainnya
yang tidak bersalah. Presiden Soekarno menyatakan bahwa bisa saja dalam revolusi terjadi
gerakan seperti G30S/PKI. Sikap tersebut diartikan lain oleh rakyat dan beranggapan bahwa
Soekarno membela PKI. Hal tersebut membuat popularitas dan kewibawaan Presiden
menurun di mata Rakyat Indonesia.

25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Setelah Indonesia mencapai kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, berarti Indonesia


mempunyai sistem pemerintahan sendiri. Akan tetapi, ada beberapa golongan yang tidak setuju
dengan sistem pemerintahan tersebut. Sehingga mereka melakukan pemberontakan, seperti
Peristiwa Madiun/PKI, DI /TII, Andi Aziz, APRA,PPRI/PERMESTA dan konflik-konflik internal
lainnya.

2. Pemberontakan ini terjadi pada tahun 1948 ini merupakan pengkhianatan terhadap bangsa
Indonesia ketika sedang berjuang melawan Belanda yang berupaya menanamkan kembali
kekuasaannya di Indonesia.

3. Pemberontakan di dalam Negeri terjadi karena dipicu oleh beberapa masalah berikut :

(1) Keinginan untuk mendirikan Negara sendiri yang lepas dari RI,

(2) Mempertahankan Negara agar tetap berbentuk Negara Federal,

(3) Keengganan APRIS di Negara Bagian, bergabung dengan TNI dan menolak kebijakan
pemerintahan Hatta untuk melakukan Reorganisasi dan Rasionalisasi dalam tubuh militer yang
menekankan profesionalisme.

B. Saran

Oleh karena itu kita sebagai generasi muda berupaya untuk mencegah hal hal yang tidak diinginkan
tersebut terjadi dengan cara belajar dengan tekun dan memperkuat ilmu agama. Dan kita juga
harus selektif dalam mengambil langkah dalam era globalisasi. Jangan sampai hal itu membuat
kita terpuruk kedalam lembah kezaliman dan membuat segala hal menjadi biadap seperti pada
zaman pemberontakan tersebut.

26
DAFTAR PUSTAKA

https://youtu.be/cw81ECZygr4

http://digilib.uinsby.ac.id/9831/1/BAB I.pdf

https://aina1327.blogspot.com/2019/02/makalah-sejarah-peristiwa-pemberontakan.html?m=1

https://id-pengejarmimpi.blogspot.com/2015/08/makalah-pem

https://guruppkn.com/tujuan-pemberontakan-di-tii

https://pendidikanmu.com/2020/02/pemberontakan-di-tii.ht

https://id.wikipedia.org/wiki/Negara_Islam_Indonesia

https://theinsidemag.com/latar-belakang-rms/#!

https://id.wikipedia.org/wiki/Republik_Maluku_Selatan

https://www.slideshare.net/mobile/DickoAgustian/sejarah-indonesia-ditii-jawabarat

https://tirto.id/sejarah-usang-khalifah-kahar-muzakkar-di-sulawesi-selatan-c99D

https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/mpnp/pemberontakan-andi-azis-andi-azis-rebellion/

https://sejarahlengkap.com/indonesia/kemerdekaan/pasca-kemerdekaan/tujuan-pemberontakan-andi-
azis

https://id.wikipedia.org/wiki/Peristiwa_Kudeta_Angkatan_Perang_Ratu_Adil

https://kumparan.com/hijab-lifestyle/pemberontakan-atas-semangat-ratu-adil-di-bandung-
1537426859601782473/full

https://www.sejarah-negara.com/1789/tujuan-gerakan-apra-dan-penumpasannya/ -
:~:text=Pemerintah%20RIS%20menempuh%20dua%20cara,Komisaris%20Tinggi%20Belanda%20di%20Ja
karta.

https://guruppkn.com/dampak-pemberontakan-apra

https://id.wikipedia.org/wiki/Permesta

https://xiiiisdua.wordpress.com/2015/11/10/pemberontakan-prripermesta/ -
:~:text=Tujuan%20dari%20pemberontakan%20PRRI%20ini,berada%20di%20daerah%20Pulau%20jawa.

https://cerdika.com/prri/

http://ps.pelajaran.co.id/sejarah-g30s-pki/ - :~:text=Latar%20Belakang%20G30S%2FPKI,-
30%20September%201965&text=Amir%20Syarifuddin%20dan%20Muso%20adalah,dengan%20melenya
pkan%20Negara%20Republik%20Indonesia

27

Anda mungkin juga menyukai