Oleh :
1. Bunga Lafeyza P.D.S (10)
2. Eva Anistya Andila (15)
3. Jovanco N (22)
4. Malika Maharani P.S (24)
5. M. Farhan Hanif (28)
Penulisan makalah merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata pelajaran
Sejarah Indonesia. Dalam penulisan makalah ini penulis masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu
kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan makalah.
Terselesaikannya penyusunan makalah ini, tidak lepas dari bantuan, dukungan, dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Ibu Guru mata pelajaran Sejarah Indonesia yang sudah memberikan tugas makalah
ini.
2. Teman-teman kelas XII MIPA 1 SMAN 02 BATU.
3. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini.
Dengan demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan
pembaca.
Penulis
i
Daftar Isi
A. Simpulan ………………………………………………………………………… 26
B. Saran …………………………………………………………………………..… 26
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Yang melatar belakangi terjadinya pemberontakan dalam negeri yaitu konflik yang berkaitan
dengan ideologi, kepentingan (vested interest) dan sistem pemerintahan.
Yang termasuk dalam kategori ini adalah pemberontakan PKI Madiun, pemberontakan DI/TII
dan peristiwa G30SPKI. Ideologi yang diusung oleh PKI tentu saja komunisme, sedangkan
pemberontakan DI/TII berlangsung dengan membawa ideology agama.
Yang termasuk dalam kategori ini adalah pemberontakan APRA, RMS, dan Andi Azis. Vested
interestmerupakan kepentingan yan tertanam dengan kuat pada suatu kelompok. Kelompok ini
biasanya berusaha untuk mengontrol suatu system social atau kegiatan untuk keuntunga sendiri.
Mereka juga sukar untuk mau melepas posisi atau kedudukannya sehingga sering menghalangi
suatu proses perubahan.
Yang termasuk dalam kategori ini adalah persoalan negara federal dan BFO (Bijjeenkomst for
Federal Overlag), serta pmberontakan PRRI dan Permesta. Masalah yang berhubungan dengan
Negara federal mulai timbul ketika berdasarkan perjanjian Linggarjati, Indonesia disepakati akan
berbentuk Negara serikat dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS)
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Makalah diharapkan dapat bermanfaat, baik untuk penulis maupun pembaca. Sebelumnya
penulis akan mencoba memaparkan tujuan mengapa karya ini dibuat. Sedikitnya dua jenis tujuan
penulisan dari karya ini, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
1. Tujuan Umum
1
a. Melatih daya pikir logis, analitis, dan obyektif dalam mengkaji suatu peristiwa sehingga
dapat memahami nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah peristiwa.
b. Mampu menerapkan metodologi penelitian sejarah dan historigrafi yang telah diperoleh
selama mengikuti kuliah, sehingga diharapkan mencapai penelitian yang berkualitas.
c. Meningkatkan dan mengembangkan disiplin intelektual terutama
dalam profesi bidang sejarah.
d. Menambah khasanah karya ilmiah sejarah yang berguna di masa yang akan datang.
e. Menambah karya sejarah lokal khususnya tentang sejarah daerah Kebumen.
2. Tujuan Khusus
a. Memberi penjelasan proses pemberontakan pada tahun 1948-1965
b. Mengetahui penyebab terjadinya pemberontakan pada tahun 1948-1965
c. Memaparkan berbagai pemberontakan di dalam negeri tahun 1948-1965
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
a. Memenuhi tugas Sejarah Indonesia
b. Dapat menambah pengetahuan penulis mengenai pemberontakan tahun 1948-1965
c. Penulisan makalah ini dapat digunakan sebagai tolak ukur bagi penulis untuk mengetahui
seberapa besar pengetahuan dan kemampuan penulis dalam memahami suatu peristiwa sejarah.
2. Bagi Pembaca
a. Setelah membaca skripsi ini diharapkan pembaca dapat memperoleh gambaran objektif
tentang Pemberontakan Tahun 1948-1965
b. Menumbuhkan niat untuk mempelajari lebih dalam lagi nilai-nilai
kesejarahan baik peristiwa maupun yang lain.
c. Pembaca diharapkan dapat memberikan penilaian kritis dan analitis
terhadap tulisan ini.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pemberontakan PKI 1948 atau yang juga disebut Peristiwa Madiun adalah pemberontakan
komunis yang terjadi pada tanggal 18 September 1948 di kota Madiun. Pemberontakan ini
dilakukan oleh "Front Demokrasi Rakyat" (FDR), yang terdiri atas Partai Komunis
Indonesia (PKI), Partai Sosialis Indonesia (PSI), Partai Buruh Indonesia (PBI) Pemuda
Rakyat dan Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI).
3
bersenjata buat menantang demobilisasi. PKI juga mengkritik konsesi pemerintah republik
pada Belanda dalam Perjanjian Renville pada tanggal 17 Januari 1948. Sedangkan, pada
pemimpin komunis sedang melakukan propaganda, seorang komandan komunis lokal di
Madiun mengambil inisiatif pada 18 September 1948 dan merebut kekuasaan di Madiun.
Para pemimpin komunis yang terkejut, terperangkap oleh propaganda mereka sendiri dan
gak punya inisiatif selain mendukung pemberontakan. Pemerintahan Soekarno-Hatta
mengambil tindakan tegas, pemberontakan itu diputus dalam waktu tiga bulan dan sebagian
besar pemimpin PKI dibunuh atau dipenjarakan.
a. Bahwa peristiwa yang terjadi di kota Madiun yang digerakan oleh PKI adalah suatu
pemberontakan terhadap Pemerintah Indonesia dan memberikan instruksi kepada alat-alat
Negara dan Angkatan Perang untuk memulihkan keamanan Negara.
Akhirnya, Sungkono sebagai gubernur militer jawa timur diperintahkan untuk memimpin
dan menggerakkan pasukan. Pasukan Siliwangi digerakkan dari Jawa Tengah pada tanggal
30 September 1948 keadaan madiun dapar terkendali. Muso tewas di Ponorogo dan
syafruddin tertangkap di Purwodadi.
4
Terjadinya pemberontakan di kota Madiun membuat keamanan di daerah tersebut tidak
stabil sehingga meresahkan warga yang berada di daerah tersebut. Akibat pemberontakan
tersebut, aktivitas warga biasa seperti petani dan buruh terganggu. Kelancaran untuk
membangun bangsa pada saat itu menjadi terganggu dan hal ini merugikan masyarakat
Indonesia. Dampak lain yang disebabkan oleh pemberontakan PKI yakni, banyaknya
korban jiwa yang baik dari anggota TNI maupun anggota PKI, tidak sedikit pasukan kedua
pihak yang terluka dan mati. Pasukan PKI juga banyak yang meninggal karena kelaparan
dan penyakit. Pemberontakan PKI ini melibatkan setidaknya 8 Batalyon dan pasukan
Militer Indonesia yang harus bertempur melawan para pemberontak yang sebetulnya juga
merupakan rakyat Indonesia.
B. Pemberontakan DI/TII
Negara Islam Indonesia (disingkat NII; juga dikenal dengan nama Darul Islam atau DI) yang
artinya adalah "Rumah Islam" adalah kelompok Islam di Indonesia yang bertujuan untuk
pembentukan negara Islam di Indonesia. Ini dimulai pada 7 Agustus 1949 oleh sekelompok milisi
Muslim, dikoordinasikan oleh seorang politisi Muslim, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo di
Desa Cisampang, Kecamatan Ciawiligar, Kawedanan Cisayong, Tasikmalaya, Jawa Barat.
Kelompok ini mengakui syariat islam sebagai sumber hukum yang valid. Gerakan ini telah
menghasilkan pecahan maupun cabang yang terbentang dari Jemaah Islamiyah ke kelompok
agama non-kekerasan.
Gerakan ini bertujuan menjadikan Republik Indonesia yang saat itu baru saja diproklamasikan
kemerdekaannya dan ada pada masa perang dengan tentara Kerajaan Belanda sebagai
negara teokrasi dengan agama Islam sebagai dasar negara. Dalam proklamasinya bahwa "Hukum
yang berlaku dalam Negara Islam Indonesia adalah Hukum Islam", lebih jelas lagi dalam undang-
undangnya dinyatakan bahwa "Negara berdasarkan Islam" dan "Hukum yang tertinggi adalah Al
Quran dan Sunnah". Proklamasi Negara Islam Indonesia dengan tegas menyatakan kewajiban
negara untuk membuat undang-undang yang berlandaskan syariat Islam, dan penolakan yang keras
terhadap ideologi selain Alqur'an dan Hadits Shahih, yang mereka sebut dengan "hukum kafir".
a. Pemberontakan DI/TII Jawa Barat.
Pada tanggal 7 Agustus 1949, tepatnya di Desa Cisampah, Kecamatan Ciawiligar, Kawedanan
Cisayong, Tasikmalaya, Jawa Barat terjadi peristiwa pemberontakan yang dikenal dengan
Pemberontakan DII/TII Jawa Barat yang dilakukan oleh sekelompok misili Muslim.
Pemberontakan ini dikoordinasikan oleh seorang politisi Muslim radikal, Sekarmadji Maridjan
Kartosoewirdjo. Diawali dengan adanya keinginan Kartosoewirdjo mendirikan Negara Islam
Indonesia (NII) sejak tahun 1942 ketika Ia mendirikan Pesantren Sufah di Malabong, Garut Jawa
Barat. Tak hanya sampai disitu, kesepakatan perjanjian Renville juga mejadi latar belakang
terjadinya pemberontakan ini, dimana perjanjian tersebut mengharuskan wilayah Jawa Barat
dikosongkan oleh tentara Republik Indonesia. Kartosoewirdjo yang menolak untuk meninggalkan
5
Jawa Barat menuju Yogyakarta, bersama pengikutnya yang terdiri dari laskar Hizbullah dan
Sabilillah, Ia memproklamirkan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) pada tanggal 7 Agustus
1949 dengan dirinya sebagai Imam NII dengan dasar negaranya KANUN ASASI. Pada saat itu,
fokus pemerintah Indonesia terpecah karena dalam waktu yang bersamaan harus menghadapi
Belanda. Ketika pasukan Siliwangi berhijrah, pasukan DI/TII dapat dengan leluasa melakukan
pemberontakanya. Mereka membakar rumah-rumah penduduk, membongkar rel kereta api,
menyiksa dan merampok harta benda penduduk. Akan tetapi setelah pasukan Siliwangi kembali
ke Jawa Barat, pasukan DI/TII harus berhadapan dengan pasukan Siliwangi. Upaya penumpasan
Pemberontakan DII/TII memakan waktu yang lama karena medan berupa daerah pegunungan yang
mendukung pasukan DI/TII untuk bergerilya, pasukan DI/TII dapat dengan leluasa bergerak
dikalangan masyarakat, pasukan DI/TII mendapat bantuan dari beberapa orang Belanda dan
kondisi politik, sosial, ekonomi Indonesia yang tidak stabil sehingga mempersulit upaya
pemulihan keamanan.
Tujuan DI/TII di Jawa Barat menjadi tujuan utama gerakan serupa di seluruh Indonesia. Tujuannya
yaitu :
- Mendirikan sebuah negara dengan dasar syariat Islam yang lepas dari NKRI dengan bersumber
kepada Al Quran dan Hadist di wilayah Indonesia.
Dalam menghadapi Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat berbagai upaya dilakukan pemerintah,
antara lain :
- Pada tahun 1960, pasukan Siliwangi bersama rakyat melakukan operasi “Pagar Betis” dan operasi
“Bratayudha”. Pasukan DI/TII semakin terdesak dan melemah sehingga banyak yang menyerah.
- Tanggal 4 Juni 1962, dengan taktik Pagar Betis, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirdjo beserta
para pengawalnya dapat ditangkap oleh pasukan Siliwangi dalam operasi Bratayudha di Gunung
Geber, Majalaya, Jawa Barat. Kemudian Kartosoewirdjo dijatuhi hukuman mati pada 16 Agustus
1962 oleh Mahkamah Angkatan Darat, sehingga Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat dapat
dipadamkan.
Dampak yang timbul dari Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat antara lain :
6
- Menimbulkan kesengsaraan terhadap penduduk.
- Kerusakan materi.
7
siang dan malam, sehingga kedudukan mereka terdesak. Dalam keadaan moril pasukan tinggi,
datang perintah penghentian tembak-menembak dengan Belanda. Akhirnya menghasilkan KMB
yang keputusannya harus dilaksanakan TNI. Dalam situasi TNI berkonsolidasi, Amir Fatah
mengambil kesempatan menyusun kekuatan kembali. Kekuatan itu memilih daerah Bumiayu
menjadi basis dan markaskomando. Setelah kuat, mereka menyerang pos-pos TNI menggunakan
massa rakyat. Untuk mencegah Amir Fatah tidak meluas ke daerah lain, Panglima Divisi III
Kolonel Gatot Subroto mengeluarkan siasat yang bertujuan memisahkan DI/TII Amir Fatah dan
DI/TII Kartosuwiryo dan membersihkan DI/TII. Maka terbentuklah Operasi Gerakan Banteng
Nasional (GBN) pada Januari 1950. Pimpinan Operasi GBN pertama adalah Letkol Sarbini,
kemudian diganti Letkol M. Bachrun dan terakhir Letkol A. Yani. Dalam kepemimpinan Letkol
A. Yani untuk menumpas DI/TII Jawa Tengah dan gerakan ke timur dari DI/TII Kartosuwiryo,
maka dibentuk pasukan Banteng Raiders. Kemudian diadakan perubahan gerakan dari defensif
menjadi ofensif. Gerakan dilanjutkan dengan fase pembersihan. Operasi tersebut berhasil
membendung dan menghancurkan ekspansi DI/TII ke timur, sehingga rakyat Jawa Timur terhindar
dari bahaya kekacauan dan gangguan keamanan dari DI/TII. Pemberontakan DI/TII di Jawa
Tengah juga terjadi di daerah Kebumen. Pemberontakan ini dilakukan oleh Angkatan Umat Islam
(AUI) yang dipimpin Kyai Sumolayu (Kyai Muhammad Mahfudz abdurrahman) yang dibantu
oleh Batalyon 426 Kudus dan Magelang. Pemberontakan ini akhirnya dapat ditumpas dengan
Operasi Merdeka yang dipimpin Letkol Suharto.
- Mendirikan sebuah negara dengan dasar syariat Islam yang lepas dari NKRI dengan bersumber
kepada Al Quran dan Hadist di wilayah Indonesia.
Dalam menghadapi Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah berbagai upaya dilakukan, antara lain:
- Pada Januari 1950 dibentuk Komando Operasi Gerakan Banteng Nasional (GBN). Pimpinan
Operasi GBN pertama adalah Letkol Sarbini, kemudian diganti Letkol M. Bachrun dan terakhir
Letkol A. Yani.
- Letkol A. Yani membentuk pasukan Banteng Raiders yang akhirnya dapat menghancurkan
Pemberontakan DI/TII Jawa Tengah pada tahun 1957.
- Pemberontakan DI/TII Jawa Tengah yang berada di daerah Kebumen dapat ditumpas dengan
Operasi Merdeka yang dipimpin Letkol Suharto.
Dampak yang timbul dari Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah antara lain :
8
- Penduduk merasa terganggu dan terancam.
- Kerusakan material.
Pemberontakan juga terjadi di Kalimantan pada akhir 1950. Daerah utama yang dipengaruhi
pemberontakan DI/TII adalah bagian Tenggara Kalimantan atau Kalimantan Selatan saat ini.
Berpusat di Kabupaten Hulusungai, khususnya di daerah antara Barabai dan Kandangan. Selama
bertahun-tahun ibukota Banjarmasin tidak aman oleh adanya aksi-aksi Pemberontakan DI/TII.
Ibnu Hadjar adalah seorang mantan Letnan dua TNI sekaligus pemimpin dari Pemberontakan
DI/TII di Kalimantan Selatan. Ibnu Hajar yang awalnya merupakan tentara sangat kecewa karena
tidak diterima dalam Angkatan Perang Repubik Indonesia Serikat. Ibnu Hajar dan beberapa
tentara kemerdekaan lain merasa diabaikan, sebab mereka tidak dapat membaca. Provinsi
Kalimantan Selatan yang dipimpin Ibnu Hajar itu menyatakan sebagai bagian dari NII pada bulan
Oktober 1950. Pada 10 Oktober 1950, Ibnu Hajar membentuk organisasi bernama Kesatuan
Rakyat Yang Tertindas (KRYT).Pada akhir tahun 1950, KRYT dibawah pimpinan Ibnu Hajar
melakukan penyerangan ke pos-pos TNI di Kalimantan Selatan. Ibnu Hadjar sendiri kemudian
menyerahkan diri. Akan tetapi , setelah merasa kuat dan memperoleh peralatan perang, Ia kembali
membuat kekacauan dengan bantuan Kahar Muzakar dan S.M.kartosuwiryo. Pada tahun 1954,
Ibnu Hadjar diangkat sebagai panglima TII wilayah Kalimantan. Akhirnya, pemerintah melalui
TNI berhasil mengatasi gerakan yang dilakukan oleh Ibnu Hadjar. Pada bulan Juli 1963 Ibnu
Hadjar berhasil ditangkap dan dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan militer.
- Mendirikan sebuah negara dengan dasar syariat Islam yang lepas dari NKRI dengan bersumber
kepada Al Quran dan Hadist di wilayah Indonesia.
- Menyalurkan aspirasi rakyat yang dirasakan menjadi nomor dua oleh pemerintahan orde lama.
9
Dalam menghadapi Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan berbagai upaya dilakukan
pemerintah, antara lain :
- Pemerintah melakukan pendekatan kepada Ibnu Hajar, Ia diberi kesempatan untuk menyerah dan
akan diterima menjadi anggota ABRI. Ibnu Hajar sempat menyerah, tetapi dia kembali melarikan
diri dan melakukan pemberontakan lagi.
- Pemerintah menugaskan pasukan ABRI. Pada akhir tahun 1959 Ibnu Hajar beserta anggotanya
ditangkap dan dijatuhi hukuman mati.
Dampak yang timbul dari Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan antara lain :
- Kerusakan material.
Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan terjadi karena pemerintah menolak permintaan Kahar
Muzakkar. Bermula dari Kahar Muzakkar menginginkan kedudukan di APRIS, kemudian dia
membentuk Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS). Suatu saat, pemerintah memiliki rencana
pemerintah akan membubarkan KGSS dan anggotanya disalurkan ke masyarakat, Kahar Muzakkar
yang saat itu menjabat sebagai Pejabat Khalifah Republik Persatuan Isalam Indonesia (RPII),
menuntut agar KGSS dan kesatuan gerilya lainnya dimasukkan dalam satu brigade yang disebut
Brigade Hasanuddin dibawah pimpinannya. Namun tuntutan itu ditolak karena banyak diantara
mereka tidak memenuhi syarat masuk dinas militer. Akhirnya pemerintah mengambil
kebijaksanaan dengan menyalurkan bekas gerilyawan itu ke Corps Tjandangan Nasional (CTN).
Pada saat dilantik menjadi Pejabat Wakil Panglima Tentara dan Tetorium VII, Kahar Muzakkar
dan beserta para pengikutnya melarikan diri ke hutan dengan membawa persenjataan lengkap dan
mengadakan pemberontakan. Kahar Muzakkar mengubah nama pasukannya menjadi Tentara
Islam Indonesia (TII) dan menyatakan sebagai bagian dari NII Kartosuwiryo pada tanggal 7
Agustus 1953. Pada tanggal 3 Februari 1965, Kahar Muzakkar tertembak mati oleh pasukan TNI.
10
- menjadi bagian dari NII Kartosuwiryo yang menjadikan syariat Islam sebagai dasar negara.
- Sebagai reaksi terhadap banyaknya anggota tentara Kesatuan gerilya Sulawesi Selatan yang tidak
diterima sebagai tentara RI.
Dampak yang timbul dari Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan antara lain :
- Kerusakan material.
Dimulai dengan kecewa karena Aceh hanya dijadikan daerah setingkat keresidenan dan
“Proklamasi” Daud Beureueh yang menyatakan bahwa Aceh merupakan bagian dari NII
Kartosuwirjo pada tanggal 20 September 1953. Penyataan ini didukung oleh hamper seluruh rakyat
Aceh. Dau Beureueh pernah memegang jabatan “Gubernur Militer Daerah Istimewa Aceh”
sewaktu Agresi Militer Belanda 1 pertengahan tahun 1947. Sebagai Guberbur Militer, Ia berkuasa
penuh atas pertahanan Aceh dan menguasai apparat pemerintahan sipil maupun militer. Sebagai
tokoh ulama, sipil, pemerintahan dan mantan Gubernur Militer yang sangat disegani, Daud
Beureuh tidak sulit mendapatkan pengikut. Ia juga berhasil memengaruhi pejabat pemerintahan
Aceh. Selang beberapa waktu, Daud Beureueh dan pengikutnya mampu menguasai sejumlah
daerah di Aceh. Setelah bantuan dari Sumatera Utara dan Sumatera Tengah datang, operasi
pemulihan keamanan ABRI dimulai. Setelah didesak diberbagai kota, Daud Beureueh meneruskan
perlawanannya di hutan-hutan. Penyelesaian pemberontakan DI/TII Aceh ini berakhir dengan
diadakannya suatu “Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh” pada 17-28 Desember 1962 yang
diprakarsai oleh Panglima Kodam I atau Iskandar Muda, Kolonel M. Yasin dan Kolonel Jenderal
Makarawong.
11
- Mendirikan sebuah negara dengan dasar syariat Islam yang lepas dari NKRI dengan bersumber
kepada Al Quran dan Hadist di wilayah Indonesia.
Dalam menghadapi Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan upaya dilakukan adalah dengan
kombinasi operasi militer dan musyawarah. Hasil dari musyawarah tersebut adalah pulihnya
kembali keamanan di daerah Aceh.
Dampak yang timbul dari Pemberontakan DI/TII di Aceh ada dua, dampak positif dan dampak
negatif antara lain :
- Dampak Positif
- Dampak Negatif
C. Pemberontakan APRA
Peristiwa Kudeta Angkatan Perang Ratu Adil adalah peristiwa yang terjadi pada 23
Januari 1950 di mana kelompok milisi Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) yang ada di bawah
12
pimpinan mantan Kapten KNIL Raymond Westerling yang juga mantan komandan Depot Speciale
Troepen (Pasukan Khusus) KNIL, masuk ke kota Bandung dan membunuh semua orang
berseragam TNI yang mereka temui. Aksi gerombolan ini telah direncanakan beberapa bulan
sebelumnya oleh Westerling dan bahkan telah diketahui oleh pimpinan tertinggi militer Belanda.
Pemerintah RIS menempuh dua cara untuk menumpas pemberontakan APRA di Bandung.
Yaitu dengan melakukan tekanan terhadap pimpinan tentara Belanda dan melakukan
operasi militer. Perdana Menteri RIS Moh. Hatta mengutus pasukannya ke Bandung dan
mengadakan perundingan dengan Komisaris Tinggi Belanda di Jakarta. Hasil dari
perundingan tersebut, Westerling didesak untuk meninggalkan kota Bandung. Gerakan
APRA semakin terdesak dan terus dikejar oleh pasukan APRIS bersama rakyat, dan
akhirnya gerakan APRA dapat ditumpas.
13
4. Dampak dari Pemberontakan APRA
Adanya pemberontakan ini memberikan beragam hal baik itu dampak positif maupun yang
negatif. Berikut beberapa dampak pemberontakan APRA:
14
3. Kehidupan Masyarakat Yang Terganggu
Adanya pemberontakan APRA ini menyebabkan terganggunya kehidupan dari masyarakat
dikarenakan teror yang terjadi akibar penyerangan langsung ke kota Bandung. Saking
menyeramkannya, pasukan APRA yang menyerbu dan memasuki kota Bandung akan
membunuh secara langsung siapapun yang sedang menggenakan seragam TNI ini
menyebabkan banyaknya mayar TNI yang tergeletak dijalanan. Ini menyebabkan kengerian
tersendiri bagi masyarakat terutama para keluarga tentara yang akan mendapati banyak
mayat yang bergelimpangan di jalanan karena penyerbuan dari anggota APRA tersebut.
15
D. Pemberontakan RMS
Republik Maluku Selatan atau RMS adalah sebuah republik di Kepulauan Maluku yang
diproklamasikan tanggal 25 April 1950. Pulau-pulau terbesarnya adalah Seram, Ambon,
dan Buru. RMS di Ambon dikalahkan oleh militer Indonesia pada November 1950, tetapi konflik
di Seram masih berlanjut sampai Desember 1963. Kekalahan di Ambon berujung pada
pengungsian pemerintah RMS ke Seram, kemudian mendirikan pemerintahan dalam
pengasingan di Belanda pada tahun 1966. Ketika pemimpin pemberontak Dr. Chris
Soumokil ditangkap militer Indonesia dan dieksekusi tahun 1966, presiden dalam pengasingan
dilantik di Belanda. Pemerintahan terasing ini masih berdiri dan dipimpin oleh John Wattilete,
pengacara berusia 55 tahun, yang dilantik pada April 2010.
16
parlemen NIT. Hal ini dengan maksud agar kabinet NIT atau Negara Indonesia Timur
meletakkan jabatannya untuk bisa bergabung ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Kegagalan Andi Andul Azis mengakibatkan berakhirnya Negara Indonesia
Timur. Namun, pemberontakan tidak berhenti sampai disini. Soumokil bersama para
anggota yang mendukungnya tidak pernah menyerah untuk bisa melepaskan wilayah
Maluku Tengah dari Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahkan, mereka
melakukan sebuah perundingan untuk melakukan pemberontakan bersama para anggota
KNIL. Dalam perundingan yang dilakukan di wilayah Ambon tersebut yang dihadiri oleh
para pemuka KNIL, Soumokil, Ir. Manusaman berencana untuk daerah Maluku Selatan
menjadi daerah mereka. Bahkan jika perlu, membunuh seluruh anggota dewan yang ada di
Maluku Selatan agar bisa melakukan proklamasi kemerdekaan di wilayah yang disebutkan.
Akhirnya pada rapat kedua, J.Manuhutu terpaksa hadir dibawah ancaman senjata. Nah itu
sekilas mengenai penjelasan singkat latar belakang rms ataupun latar belakang terjadinya
pemberontakan RMS.
Pada 5 April 1950, terjadi pemberontakan Andi Azis di Makassar. Pemberontakan ini di
bawah pimpinan Kapten Andi Azis, seorang mantan perwira KNIL yang baru saja diterima
masuk ke dalam APRIS. Pasukan Andi Azis melakukan penyerangan serta menduduki tempat-
tempat vital dan menangkap Panglima Teritorium Indonesia Timur Letnan Kolonel A.J.
Mokoginta. Pemberontakan ini terjadi karena gerombolan Andi Azis menolak masuknya
pasukan-pasukan APRIS dan TNI serta bertujuan untuk mempertahankan keutuhan Negara
18
Indonesia Timur. Untuk menanggulangi hal tersebut, pemerintah mengeluarkan ultimatum
pada 8 April 1950 yang memerintahkan kepada Andi Azis agar melaporkan diri serta
mempertanggungjawabkan perbuatannya ke Jakarta dalam tempo 4 x 24 jam. Ia juga
diperintahkan untuk menarik pasukan, menyerahkan semua senjata, dan membebaskan
tawanan. Pada 15 April 1950, Andi Azis ditangkap. Pada 21 April 1950, Sukawati yang
menjabat sebagai Wali Negara NIT mengumumkan bahwa NIT bersedia untuk bergabung
dengan NKRI.
19
3. Upaya Penumpasan Pemberontakan Andi Aziz
Pada 8 April 1950, Pemerintah Indonesia akhirnya mengeluarkan ultimatum. Ultimatum
tersebut memerintahkan Andi Azis melaporkan diri & mempertanggungjawabkan
perbuatannya ke Jakarta dalam tempo waktu 4 x 24 jam. Selain itu, Andi Azis juga
diperintahkan untuk menarik pasukannya dan menyerahkan semua senjata serta
membebaskan tawanan. Namun, batas waktu ultimatum tidak dipenuhi. Pemerintah pun
mengirimkan pasukan ekspidisi di bawah pimpinan Kolonel Alex Kawilarang. Seluruh
pasukan mendarat di Makassar dan terjadilah pertempuran pada tanggal 26 April 1950.
Markas Staf Brigade 10/ Garuda Makassar dikepung oleh pengikut Andi Azis secara tiba-
tiba pada tanggal 5 Agustus 1950. Akan tetapi, mereka berhasil dipukul mundur pihak TNI.
Peristiwa pengepungan ini dikenal dengan Peristiwa 5 Agustus 1950. Setelah pertempuran
selama dua hari, pasukan pendukung gerakan Andi Azis, yakni KNIL/ KL meminta
berunding. Kesepakaan antara Kolonel Kawilarang (TNI) dan Mayor Jenderal Scheffelaar
(KNIL/ KL) pada tanggal 8 Agustus 1950 kesepakatan tersebut berisi penghentian tembak-
menembak, KNIL/ KL harus meninggalkan Makassar dan meninggalkan semua
senjatanya. Andi Azis akhirnya ditangkap dan diadili di Pengadilan Militer Jogjakarta pada
tahun 1953 dan mendapatkan hukuman 15 tahun penjara.
F. Pemberontakan PRRI/Permesta
20
1. Latar belakang Pemberontakan PRRI/Permesta
Pemberontakan PRRI di barat dan Permesta di timur menumbuhkan berbagai macam
alasan. Utamanya bahwa kelompok etnis tertentu di Sulawesi dan Sumatra Tengah waktu
itu merasa bahwa kebijakan pemerintahan dari Jakarta stagnan pada pemenuhan ekonomi
lokal mereka saja, di mana dalam gilirannya membatasi setiap kesempatan bagi
pengembangan daerah regional lainnya. Juga ada rasa kebencian terhadap kelompok suku
Jawa, yang merupakan suku dengan jumlah terbanyak dan berpengaruh dalam negara
kesatuan Indonesia yang baru saja terbentuk. Ketidakseimbangan terjadi karena ajang
politik Indonesia terpusat di pulau Jawa, sedangkan sumber-sumber perekonomian negara
lebih banyak berasal dari pulau-pulau lain. Efeknya konflik ini sedikit menyoal pikiran
tentang pemisahan diri dari negara Indonesia, tetapi lebih menitikberatkan tentang
pembagian kekuatan politik dan ekonomi yang lebih adil di Indonesia.
21
4. Dampak dari Pemberontakan PRRI/Permesta
Berakhirnya Pemberontakan PRRI/PERMESTA memberikan dampak yang sangat besar
terhadap hubungan dan politik luar negeri Indonesia. Dengan adanya suatu ukungan dari
negara Amerika Serikat dalam terjadi pemberontakan itu jadi membuat hubungan antara
Indonesia dengan Amerika jadi gak harmonis. Begitu juga, adanya dukungan dari Amerika
Serikat terhadap PRRI/PERMESTA terbukti benar dengan jatuhnya pesawat pengebom B-
26 yang dikemudikan oleh seorang pilot bernama Allen Pope pada tanggal 18 Mei 1958 di
lokasi yang gak jauh dari kota Ambon. Dalam persoalan itu, jadi Presiden RI Ir.Soekarno
beserta para pemimpin sipil dan militernya punya perasaan curiga terhadap negara Amerika
Serikat dan Negara lainnya. Malaysia yang baru merdeka pada tahun 1957, ternyata juga
mendukung gerakan PRRI dengan menjadikan wilayahnya sebagai saluran utama pemasok
senjata buat pasukan PRRI. Hal tersebut terjadi berlaku juga atas Filipina, Singapura, Korea
Selatan (Korsel), dan Taiwan juga mendukung gerakan pemberontakan yang dilakukan oleh
PRRI. Dengan adanya pemberontakan ini, mengakibatkan pemerintah pusat pada akhirnya
membentuk sebuah pasukan buat menumpas pemberontakan yang dilakukan oleh PRRI.
Jadi, hal ini mengakibatkan pertumpahan darah dan jatuhnya korban jiwa baik dari TNI
maupun PRRI. Selain itu, pembangunan jadi terbengakalai dan juga menimbulkan rasa
trauma di masyarakat Sumatera terutama daerah Padang.
G. G30S/PKI
Gerakan 30 September (dalam dokumen pemerintah tertulis Gerakan 30 September/PKI, disingkat
G30S/PKI), Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh), Gestok (Gerakan Satu Oktober) adalah
sebuah peristiwa yang terjadi selewat malam tanggal 30 September hingga awal 1 Oktober 1965
ketika tujuh perwira tinggi militer Indonesia dan beberapa orang lainnya dibunuh dalam suatu
usaha kudeta.
22
DN. Aidit. Tujuan pemberontakan tersebut adalah untuk melenyapkan TNI-AD dan
mengambilalih pemerintahan Indonesia.
ada faktor lain yang menyebabkan PKI melakukan pemberontakan adalah:
• TNI AD keberatan jika Angkatan kelima dibentuk
• TNI AD menolak adanya Nasakomisasi karena meraka menganggap bahwa dengan
adanya ajaran ini hanya kedudukan PKI yang diuntungkan.
• TNI AD memprotes diadakannya Poros Jakarta Peking dan konfrontasi dengan
Malaysia. Menurut mereka dengan adanya Poros Jakarta-Peking dan konfrontasi dengan
Malaysia hanya akan memberi kesempatan bagi Cina untuk menyebarkan semangat
revolusi komunis di Asia Tenggara damembuat hubungan baik dengan negara tetangga
menjadi rusak.
23
operasi kembali. Saat di istana, Suparjo melihat bahwa militer di kota sedang bingung. Akan
tetapi , saat itu para pemimpin gerakan tersebut tidak berbuat apa-apa. Hal tersebut menjadi
salah satu penyebab kegagalan operasi yang mereka.
Setelah berhasil membunuh para petinggi TNI AD, selanjutnya pimpinan G30S/PKI
mendeklarasikan sebuah dektrit melalui RRI yang telah mereka kuasai. Dekrit tersebut
diberinya nama kode Dekrit No 1 yang menyampaikan hal mengenai pembentukan Dewan
Revolusi Indonesia di bawah pimpinan Letnan Kolonel Untung. Bersumber pada revolusi,
kekuasaan tertinggi yaitu dekrit tersebut, maka Dewan Revolusi merupakan kekuasaan
tertinggi, Dekrit no 2 G30S/PKI tentang penurunan dan kenaikan pangkat dimana semua
pangkat diatas Letkol diturunkan, sedang prajurit yang mendukung gerakan PKI diberi
kenaikan pangkat 1 hingga 2 tingkat.
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
2. Pemberontakan ini terjadi pada tahun 1948 ini merupakan pengkhianatan terhadap bangsa
Indonesia ketika sedang berjuang melawan Belanda yang berupaya menanamkan kembali
kekuasaannya di Indonesia.
3. Pemberontakan di dalam Negeri terjadi karena dipicu oleh beberapa masalah berikut :
(1) Keinginan untuk mendirikan Negara sendiri yang lepas dari RI,
(3) Keengganan APRIS di Negara Bagian, bergabung dengan TNI dan menolak kebijakan
pemerintahan Hatta untuk melakukan Reorganisasi dan Rasionalisasi dalam tubuh militer yang
menekankan profesionalisme.
B. Saran
Oleh karena itu kita sebagai generasi muda berupaya untuk mencegah hal hal yang tidak diinginkan
tersebut terjadi dengan cara belajar dengan tekun dan memperkuat ilmu agama. Dan kita juga
harus selektif dalam mengambil langkah dalam era globalisasi. Jangan sampai hal itu membuat
kita terpuruk kedalam lembah kezaliman dan membuat segala hal menjadi biadap seperti pada
zaman pemberontakan tersebut.
26
DAFTAR PUSTAKA
https://youtu.be/cw81ECZygr4
http://digilib.uinsby.ac.id/9831/1/BAB I.pdf
https://aina1327.blogspot.com/2019/02/makalah-sejarah-peristiwa-pemberontakan.html?m=1
https://id-pengejarmimpi.blogspot.com/2015/08/makalah-pem
https://guruppkn.com/tujuan-pemberontakan-di-tii
https://pendidikanmu.com/2020/02/pemberontakan-di-tii.ht
https://id.wikipedia.org/wiki/Negara_Islam_Indonesia
https://theinsidemag.com/latar-belakang-rms/#!
https://id.wikipedia.org/wiki/Republik_Maluku_Selatan
https://www.slideshare.net/mobile/DickoAgustian/sejarah-indonesia-ditii-jawabarat
https://tirto.id/sejarah-usang-khalifah-kahar-muzakkar-di-sulawesi-selatan-c99D
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/mpnp/pemberontakan-andi-azis-andi-azis-rebellion/
https://sejarahlengkap.com/indonesia/kemerdekaan/pasca-kemerdekaan/tujuan-pemberontakan-andi-
azis
https://id.wikipedia.org/wiki/Peristiwa_Kudeta_Angkatan_Perang_Ratu_Adil
https://kumparan.com/hijab-lifestyle/pemberontakan-atas-semangat-ratu-adil-di-bandung-
1537426859601782473/full
https://www.sejarah-negara.com/1789/tujuan-gerakan-apra-dan-penumpasannya/ -
:~:text=Pemerintah%20RIS%20menempuh%20dua%20cara,Komisaris%20Tinggi%20Belanda%20di%20Ja
karta.
https://guruppkn.com/dampak-pemberontakan-apra
https://id.wikipedia.org/wiki/Permesta
https://xiiiisdua.wordpress.com/2015/11/10/pemberontakan-prripermesta/ -
:~:text=Tujuan%20dari%20pemberontakan%20PRRI%20ini,berada%20di%20daerah%20Pulau%20jawa.
https://cerdika.com/prri/
http://ps.pelajaran.co.id/sejarah-g30s-pki/ - :~:text=Latar%20Belakang%20G30S%2FPKI,-
30%20September%201965&text=Amir%20Syarifuddin%20dan%20Muso%20adalah,dengan%20melenya
pkan%20Negara%20Republik%20Indonesia
27