Anda di halaman 1dari 24

Karya Tulis Sejarah

“Peristiwa Pemberontakan G-30 S/PKI dan


Penumpasannya”

Disusun Oleh :
Ni Luh Aprilia Tamayanti
XII IPS 1/26

SMA N 2 Mengwi
Tahun Ajaran 2020/2021
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur saya panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat izin dan karunia beliau kami dapat menyelesaikan karya Tulis yang berjudul
“Peristiwa Pemberontakan G-30 S/PKI”. Karya Tulis ini disusun secara sistematis
dan berdasarkan fakta dari berbagai sumber yang ada. Karya Tulis ini disusun
dengan maksud memberikan informasi positif kepada pembaca.
Terselesainya karya tulis ini merupkan kerja keras dari semua pihak yang
bersangkutan dan ikut berkontribusi sehingga dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. Karya tulis ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami tetap
mengharapkan adanya sarn maupun kritik yang bersifat membangun yang
bertujuan untuk penyempurnaan karya ilmiah ini kedepannya.
Saya berharap karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca sehingga bersama-
sama ikut serta meningkatkan pendidikan terutama dalam bidang sejarah

Mengwi, 26 Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................... i


Daftar Isi ................................................................... ii

BAB I
1.1. Latar Belakang ................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................. 3
1.3. Tujuan ................................................................ 3
1.4. Manfaat .............................................................. 3

BAB II
2.1. Latar Belakang Peristiwa G-30 S/PKI ........... 5
2.2. . Kronologi G-30 S/PKI ................................... 9
2.3. Penumpasan Gerakan G-30 S/PKI ................. 13

BAB III
3.1. Simpulan ............................................................ 18
3.2. Saran .................................................................. 19

Daftar Pustaka ........................................................ 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sejarah sebagai suatu narasi besar diperlihatkan melalui peristiwa dan tokoh
besar dengan mendokumentasikan asal-usul kejadian, menganalisis
geneologi, lalu membangun dan mempertahankan keistimewaan suatu
peristiwa, memilih peristiwa yang dianggap spektakuler (seperti perang).
Indonesia menyimpan banyak peristiwa sejarah baik itu yang sejarah yang
baik untuk ditiru di masa yang akan datang dan sejarah kelam yang tak akan
pernah dilupakan. Indonesia banyak menyimpan sejarah kelam, terutama
saat setelah Indonesia merdeka dari belenggu sejarah.

Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus


1945, Indonesia memang merdeka dari belenggu penjajah tetapi sesaat
setelahnya Indonesia kembali di serang oleh berbagai musuh dalam negeri.

Salah satu sejarah kelam Indonesia ialah peristiwa pembrontakan G-30


S/PKI. G-30 S/PKI adalah Gerakan 30 September, Gestapu, atau juga Gestok
adalah sebuah peristiwa yang terjadi selewat malam pada tanggal 30
September sampai awal bulan selanjutnya tahun 1965 ketika tujuh perwira
tinggi militer Indonesia beserta beberapa orang yang lain dibunuh dalam
suatu usaha kudeta

Lalu, Pada hari jum’at tanggal 1 Oktober 1965 secara berturut-turut RRI
Jakarta menyiarkan empat berita penting. Dari ke-4 berita yang disiarkan,
tidak ada satupun tentang kejelasan dari peristiwa kudeta ini yang dilakukan
oleh mereka yang menamai dirinya sebagai pasukan gerakan 30 September.

1
Pada tanggal 4 Oktober inilah diketahui untuk pertama kalinya kejelasan
mengenai “Gerakan 30 September” tersebut. Gerakan itu ternyata terkait
dengan Partai Komunis Indonesia (PKI), yang sejak tahun 1951 membengun
kembali kekuatannya setelah terlibat dalam pemberontakan terhadap
republic Indonesia dalam bulan November 1948 PKI madiun , jawa timur.

Rangakaian sidang mahkamah militer Luar Biasa (Mahmillub) untuk


mengadili mereka yang telibat dalam kudeta tersebut telah mengungkapakan
lebih dalam lagi keterlibatan PKI. Partai ini terbukti merupakan dalang dan
pelaku dari aksi subversi sejak tahun 1954, yang berpuncak pada kueta
berdarah pada awal bulan Oktober 1965 tersebut.

Pengungkapan peranan PKI dalam sidang mahkamah tersebut telah


menimbulkan reaksi hebat dalam masyarakat Indonesia, yang berujung
dengan ditetapkannya ketetapan MPR sementara No. TAP-
XXV/MPRS/1966 tanggal 5 juli 1966 tentang pembubaran Partai Komunis
Indonesia, pernyataan sebagai organisasi terlarang di seluruh wilayah Negara
RI bagi Partai Komunis Indonesia, dan larangtan setiap kegiatan untuk
menyebarkan atau mengembangkan paham atau ajaran
Komunisme/Marxisme-Leninisme. Penumpasan G30S/PKI mencakup
penumpasan secara fisik dengan menghancurkan pimpinan, organisasi dan
gerakan bersenjatanya.

2
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana latar belakangi peristiwa G-30 S/PKI?
1.2.2. Bagaimana Kronologi dari peristiwa G-30 S/PKI?
1.2.3. Bagaimana upaya penumpasan dari peristiwa pemberontakan G-30
S/PKI?

1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui bagaimana peristiwa G-30 S/PKI bisa terjadi
1.3.2. Untuk mengetahui serta memahami kronologi dari peristiwa
pemberontakan G-30 S/PKI
1.3.3. Karya tulis ini dibuat untuk memenuhi nilai ketrampilan akhir dari
mata pelajaran sejarah Indonesia.

1.4. Manfaat
1.4.1. Manfaat Penulisan Sacara Teoritis
Penulisan karya tulis ini bermanfaat untuk memahami serta
mengetahui tentang peristiwa G-30 S/PKI, serta mampu
meningkatkan pengetahuan tentang peristiwa G-30 S/PKI sebagai
bagian dari sejarah Indonesia

1.4.2. Manfaat Penulisan Secara Praktis


a. Bagi Pembaca
Penulisan karya tulis ini dapat memberikan informasi kepada
pembaca baik itu guru, siswa maupun masyarakat tentang
mengenai penyebab serta kronologi terjadinya peristiwa G-30
S/PKI yang masih belum banyak diketahui oleh banyak pihak.
3
b. Bagi Penulis
Penulisan karya tulis ini memberikan dampak yang positif bagi
penulis atau penyusun karena dengan membuat karya tulis
mengenai peristiwa pemberontakan G-30 S/PK dan
penumpasannya penulis atau penyusun mendapatkan ilmu serta
tambahan informasi pada penulisan karya tulis ini.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Latar Belakang Peristiwa G-30 S/PKI


Peristiwa G-30 S/PKI dilatar belakangi karena Kondisi ekonomi yang merosot
di masa Demokrasi Terpimpin telah menjadi lahan yang subur untuk
pertumbuhan sejarah PKI dengan menyasar rakyat miskin untuk menjadi target
propaganda politik mereka. Tujuan organisasi PKI adalah untuk mendirikan
negara komunis di Indonesia dengan berbagai cara. Pada masa itu Angkatan
Darat muncul sebagai organisasi militer pejuang yang sekaligus mengemban
tugas kemasyarakatan, sehingga juga memiliki peran dalam bidang politik dan
ekonomi.
Salah satunya ketika Angkatan Darat ditugaskan untuk memimpin banyak
perusahaan asing yang diambil alih pemerintah untuk alasan nasionalisasi. PKI
tidak menyukai kebijakan tersebut sehingga mereka menjuluki para perwira
sebagai Kabir, yaitu Kapitalis Birokrat. Ketika itu ada tiga kekuatan besar
dalam pemerintahan yaitu Angkatan Darat, PKI dan Presiden. Beberapa
peristiwa yang menjadi latar belakang G30S PKI adalah:
a. Pembentukan Angkatan Kelima
PKI yang merasa kekuatan militernya masih sangat lemah ketika
menghadapi Angkatan Darat sangat berkepentingan untuk membentuk
Angkatan Kelima yang terdiri dari buruh dan para petani yang dipersenjatai.
Pembentukan Angkatan Kelima ini adalah gagasan Menlu Cina Chou En-
Lai ketika mengunjungi Jakarta pada tahun 1965, dan menjanjikan akan
memasok 100 ribu pucuk senjata untuk Angkatan Kelima. Gagasan itu

5
menjadi alasan bagi pemimpin PKI dalam memperkuat pertahanan dan terus
mendesak pembentukan Angkatan Kelima tersebut, yang ditolak oleh
Angkatan Darat. Begitu juga dengan Laksamana Muda Martadinata yang
menolak atas nama Angkatan Laut. Angkatan Kelima hanya akan diterima
jika berada dibawah komando ABRI.
b. Ideologi NASAKOM
Ideologi Nasakom adalah salah satu faktor dalam latar belakang G 30 S
PKI dan menjadi bagian dari sejarah G30S PKI lengkap. PKI atau Partai
Komunis Indonesia adalah partai komunis terbesar di dunia selain Tiongkok
dan Uni Soviet. Anggotanya berjumlah sekitar 3,5 juta orang pada tahun
1965, dan 3 juta orang lagi dari organisasi pergerakan pemudanya. Selain itu,
masih ada beberapa organisasi yang diawasi dan dikontrol oleh PKI seperti
pergerakan Serikat Buruh yang memiliki 3,5 juta anggota serta Barisan Tani
Indonesia dengan 9 juta anggota juga merupakan bagian dari PKI, begitu
juga dengan organisasi pergerakan wanita bernama Gerwani, organisasi
penulis, artis, dan juga pergerakan para sarjana yang membuat PKI memiliki
lebih dari 20 juta anggota serta pendukung.

Ketika pada Juli 1959 parlemen dibubarkan dan Soekarno mengeluarkan


ketetapan konstitusi berupa dekrit Presiden, ia mendapat dukungan penuh
dari PKI. Angkatan bersenjata diperkuat dengan mengangkat jendral –
jendral militer ke posisi yang penting, dengan sistem Demokrasi Terpimpin.
Sambutan PKI untuk Demokrasi Terpimpin sangat baik dan menganggap
bahwa Soekarno mempunyai mandat untuk persekutuan konsepsi antara
pendukung Nasionalis, Agama dan Komunis atau NASAKOM. Angkatan
Darat menolak ideologi NASAKOM tersebut sebagaimana diungkapkan
oleh Jenderal Ahmad Yani.
6
c. Konfrontasi Malaysia
Malaysia sebagai negara federasi yang beru terbentuk pada tanggal 16
September 1963 merupakan salah satu faktor penting dalam latar belakang
G 30 S PKI. Konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia mendekatkan
Soekarno dengan PKI sehingga dapat menjelaskan mengapa para tentara
menggabungkan diri dalam gerakan 30 S/ Gestok, dan juga menjadi
penyebab PKI menculik para tentara petinggi Angkatan Darat. Terjadinya
demonstrasi anti Indonesia di Kuala Lumpur yang menyebabkan PM.
Malaysia Tunku Abdul Rahman menginjak – injak lambang Garuda karena
dipaksa para demonstran menyebabkan kemurkaan Soekarno.

Ia kemudian menyerukan pembalasan dendam dengan slogan “Ganyang


Malaysia” dan memerintahkan Angkatan Darat untuk melakukannya. Letjen
Ahmad Yani tidak ingin melawan Malaysia yang masih mendapat bantuan
Inggris karena menganggap tentara tidak memadai untuk berperang dalam
skala itu. Sedangkan Kepala Staf TNI AD A.H. Nasution menyetujuinya
karena khawatir isu Malaysia akan dimanfaatkan PKI untuk memperkuat
posisinya di bidang politik Indonesia.

Pada saat itu Angkatan Darat berada dalam posisi yang serba salah karena
tidak yakin akan menang melawan Inggris, namun di sisi lain mereka akan
menghadapi kemurkaan Soekarno jika tidak berperang. Keragu – raguan ini
menghasilkan peperangan yang setengah hati di Kalimantan dan mengalami
kegagalan, padahal ini adalah operasi gerilya dimana tentara Indonesia
sangat mahir melakukannya. Kekecewaan Soekarno karena tidak didukung

7
tentara membuatnya mencari dukungan kepada PKI yang memanfaatkan
kesempatan itu untuk keuntungannya sendiri.

Selain itu, Angkatan Darat juga menolak adanya poros Jakarta-Phnom Penh-
Peking-Pyongyang yang hanya akan membantu Cina memperluas semangat
revolusi komunis di kawasan Asia Tenggara sehingga dapat merusak
hubungan baik dengan negara – negara tetangga. Penolakan itu diwujudkan
dalam bentuk seminar di Gedung Seskoad Bandung yang dihadiri oleh
delapan Jenderal yaitu Rachmat Kartakusumah, J. Mokoginta, Suwarto,
Jamin Ginting, Suprapto, Sutoyo, M.T. Haryono dan S. Parman pada 1 – 5
April 1965 yang menghasilkan doktrin strategis politis Angkatan Darat yang
dinamakan Tri Ubaya Cakti.
d. Pembantaian Para Perwira TNI yang Disertai Isu Dewan Jendral
Pembunuhan para perwira Angkatan Darat adalah puncak dari latar belakang
G30S PKI. Situasi politik Indonesia yang genting pada sekitar bulan
September 1965 memunculkan isu adanya Dewan Jenderal yang
mengindikasikan ada beberapa petinggi Angkatan Darat yang tidak puas
kepada Soekarno dan berniat untuk menggulingkan pemerintahannya. Inilah
yang memicu peristiwa G30S PKI. Soekarno disebut – sebut menanggapi isu
ini dengan memerintahkan pasukan Cakrabirawa untuk menangkap dan
membawa para jenderal tersebut untuk diadili, akan tetapi dalam prosesnya
konon beberapa oknum pasukan yang terbawa emosi justru melepaskan
tembakan sehingga membunuh keenam petinggi TNI AD.

8
TNI AD tersebut yaitu Letjen Ahmad Yani (Kastaf Komando AD), Mayjen
TNI Raden Suprapto (Deputi II Menteri), Mayjen TNI Mas Tirtodarmo
Haryono (Deputi III Menteri), Mayjen TNI Siswondo Parman (Asisten I
Menteri), Brigjen TNI Donald Isaac Panjaitan (Asisten IV Menteri), Brigjen
TNI Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman), juga membunuh Ade
Irma Suryani putri dari Jendral Abdul Harris Nasution yang selamat dari
serangan tersebut dan menewaskan ajudannya, Lettu CZI Pierre Andreas
Tendean. Para korban yang dibuang ke Lubang Buaya, Pondok Gede, Jakarta
ditemukan pada tanggal 3 Oktober.

Selain itu ada beberapa orang lain yang juga menjadi korban yaitu Bripka
Karel Sasuit Tubun (pengawal di kediaman resmi Wakil PM II dr. J.
Leimena), Kolonel Katamso Darmokusumo (Komandan Korem
072/Pamungkas, Yogyakarta) dan Letkol Sugiyono Mangunwiyoto (Kastaf
Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta). Ketahui juga mengenai sejarah lubang
buaya, dan sejarah hari kesaktian Pancasila.

2.2. Kronologi G-30 S/PKI

 Kamis, 30 September 1965


Pada Kamis, 30 September 1965 malam, PKI melakukan gerakan untuk
merebut kekuasaan. Aksi inilah yang kemudian dinamakan Gerakan 30
September atau Gestapu yang dipimpin oleh Letkol. Untung Sutopo,
Komandan Batalion I Resimen Cakrabirawa, pasukan pengawal pribadi
Presiden Soekarno.

9
Kronologi peristiwa G30S PKI dimulai dengan kasus penculikan tujuh
jenderal oleh sekelompok pasukan. Tiga di dari tujuh jenderal yang di
targetkan telah di bunuh di rumah masing-masing, yakni Ahmad Yani, M.T
Haryono, dan D. I Panjaitan. Ketiga target lainnya, yakni Soeprapto, S.
Parman, dan Sutoyo ditangkap dalam keadaan hidup. Target utama lainnya,
Abdul Harris Nasution, berhasil meloloskan diri dari kejadian tersebut.
Namun, sang putri, Ade Irma Suryani Nasution dan ajudan A. H. Nasution,
Pierre Tendean tewas tertembak oleh PKI.

Korban-korban tersebut kemudian dibuang ke sebuah lokasi di Pondok Gede


yang dikenal dengan Lubang Buaya. Korban tewas pun bertambah dalam
kejadian ini, di antaranya adalah Bripka Karel Sadsuit Tubun, Kolonel
Katamso Darmokusumo, dan Letkol Sugiyono Mangunwiyoto.

10
 1 Oktober 1965
Operasi penumpasan G 30 S/PKI dimulai sejak tanggal 1 Oktober 1965 sore
hari. Gedung RRI pusat dan Kantor Pusat Telekomunikasi dapat direbut
kembali tanpa pertumpahan darah oleh satuan RPKAD di bawah pimpinan
Kolonel Sarwo Edhi Wibowo, pasukan Para Kujang/328 Siliwangi, dan
dibantu pasukan kavaleri. Setelah diketahui bahwa basis G 30 S/PKI berada
di sekitar Halim Perdana Kusuma, sasaran diarahkan ke sana.

 2 Oktober 1965
Pada tanggal 2 Oktober, Halim Perdana Kusuma diserang oleh satuan
RPKAD di bawah komando Kolonel Sarwo Edhi Wibowo atas perintah
Mayjen Soeharto. Pada pikul 12.00 siang, seluruh tempat itu telah berhasil
dikuasai oleh TNI – AD.

 3 Oktober 1965
Pada hari Minggu tanggal 3 Oktober 1965, pasukan RPKAD yang dipimpin
oleh Mayor C.I Santoso berhasil menguasai daerah Lubang Buaya. Setelah
usaha pencarian perwira TNI – AD dipergiat dan atas petunjuk Kopral Satu
Polisi Sukirman yang menjadi tawanan G 30 S/PKI, tetapi berhasil melarikan
diri didapat keterangan bahwa para perwira TNI – AD tersebut dibawah ke
Lubang Buaya. Karena daerah terebut diselidiki secara intensif, akhirnya
11
pada tanggal 3 Oktober 1965 titemukan tempat para perwira yang diculik dan
dibunuh tersebut.. Mayat para perwira itu dimasukkan ke dalam sebuah
sumur yang bergaris tengah ¾ meter dengan kedalaman kira – kira 12 meter,
yang kemudian dikenal dengan nama Sumur Lubang Buaya.

 Tanggal 4 Oktober 1965


Pada tanggal 4 Oktober, penggalian Sumur Lubang Buaya dilanjutkan
kembali (karena ditunda pada tanggal 13 Oktober pukul 17.00 WIB hingga
keesokan hari) yang diteruskan oleh pasukan Para Amfibi KKO – AL dengan
disaksikan pimpinan sementara TNI – AD Mayjen Soeharto. Jenazah para
perwira setelah dapat diangkat dari sumur tua tersebut terlihat adanya
kerusakan fisik yang sedemikian rupa. Hal inilah yang menjadi saksi bisu
bagi bangsa Indonesia betapa kejamnya siksaan yang mereka alami sebelum
wafat.

12
 Tanggal 5 Oktober 1965
Pada tanggal 5 Oktober, jenazah para perwira TNI – AD tersebut
dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata yang sebelumnya
disemayamkan di Markas Besar Angkatan Darat.

2.3. Penumpasan Gerakan G-30 S/PKI

Penumpasan G30S/PKI mencakup penumpasan secara fisik dengan


menghancurkan pimpinan, organisasi dan gerakan bersenjatanya. Pada saat
itu pemerintah mengupayakan penumpasan G30S PKI pada 1 Oktober 1965,
pada upaya penumpasan G-30 S/PKI Mayjen Soeharto mengambil alih
komando angkatan darat akibat belum adanya kepastian kabar mengenai
Letjen Ahmad Yani. Sementara Kolonel Sarwo Edhi Wibowo yang menjadi
Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) berupaya
untuk menghimpun pasukan seperti Divisi operasi penumpasan G30S PKI
diarah ke sejumlah tempat yang telah dikuasai para simpatisan PKI. Salah
satunya adalah wilayah Bandar Udara Halim Perdana Kusuma yang berhasil
dikuasai kembali oleh pasukan Kolonel Sarwo Edhi Wibowo pada 2 Oktober
1965. Saat penumpasan terjadi, para tokoh PKI sadar bahwa tidak
mendapatkan dukungan dari kubu mana pun. Pada akhirnya, mereka
mencoba untuk melarikan diri agar tidak tertangkap.

13
Langkah untuk menumpaskan G30S PKI masih terus berlanjut dengan
sejumlah operasi yang dijalankan. Di antaranya adalah operasi Trisula di
Blitar Selatan serta Operasi Kikis di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa
Timur. Melalui operasi penumpasan itu, para tokoh PKI berhasil ditangkap.

Ketua PKI DN Aidit yang dituding sebagai dalang pemberontakan


ditemukan tewas tertembak dalam operasi tersebut. Sebagian tokoh PKI
diadili di mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub) dan beberapa lainnya
dijatuhi hukuman mati. Siliwangi dan Kavaleri.

Terjadi penangkapan besar-besaran terhadap para anggota atau siapa pun


yang dianggap simpatisan atau terkait PKI, atau organisasi-organisasi yang
diidentikan komunis, seperti Lekra, CGMI, Pemuda Rakyat, Barisan Tani
Indonesia (BTI), Gerakan wanita Indonesia (Gerwani), dll.

Berbagai kelompok turun ke jalan, menuntut pembubaran PKI. Sebagian


juga menghancurkan markas PKI di berbagai daerah, dan menyerang
lembaga-lembaga, toko, kantor, juga universitas yang dituding terkait PKI.

14
Namun, kasus penumpasan gerakan ini dianggap sebagai pelanggaran HAM, hal
ini dikarenkan pemerintah dan masyarakat serta Ormas berburu orang yang
“dianggap” sebagai komunis, menurut LSM setidaknya ada 500.000 hingga 1 juta
masyarakat Indonesia yang dibunuh dan disiksa begitu saja karena dianggap
komunis tanpa melalui proses sidang

Dan akhirnya, G 30 S menandai naiknya Mayjen Soeharto dan jatuhnya Presiden


Soekarno. Pemerintah Orde Baru kemudian menetapkan 30 September sebagai
Hari Peringatan Gerakan 30 September G30S dan tanggal 1 Oktober sebagai Hari
Kesaktian Pancasila.

15
Sesudah kejadian tersebut, 30 September diperingati sebagai Hari Peringatan
Gerakan 30 September (G-30-S/PKI). Hari berikutnya, 1 Oktober, ditetapkan
sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Pada masa pemerintahan Soeharto,
biasanya sebuah film mengenai kejadian tersebut juga ditayangkan di seluruh
stasiun televisi di Indonesia setiap tahun pada tanggal 30 September.

16
Selain itu pemerintah menetapkan beberapa peraturan mengenenai
pelarangan ideologi Komunis di Indonesia seperti;

 Ketetapan MPRS Nomor XXV Tahun 1966 tentang Pembubaran Partai


Komunis Indonesia, Pernyataan sebagai Organisasi Terlarang di Seluruh
Wilayah Negara Republik Indonesia bagi PKI, dan Larangan Menyebarkan
atau Mengembangkan Paham atau Ajaran Komunis/Marxisme-Leninisme.
 Pasal 107 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1999 tentang Perubahan Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana yang berkaitan dengan Kejahatan terhadap
Keamanan Negara.

17
BAB III
PENUTUP

3.1. Simpulan
Kesimpulan yang dapat saya ambil dari penulisan karya tulis diatas
yaitu ;
3.1.1. Peristiwa G-30 S/PKI dilatar belakangi karena Kondisi ekonomi yang
merosot di masa Demokrasi Terpimpin telah menjadi lahan yang subur
untuk pertumbuhan sejarah PKI dengan menyasar rakyat miskin untuk
menjadi target propaganda politik mereka. Tujuan organisasi PKI
adalah untuk mendirikan negara komunis di Indonesia dengan
berbagai cara. Pada masa itu Angkatan Darat muncul sebagai
organisasi militer pejuang yang sekaligus mengemban tugas
kemasyarakatan, sehingga juga memiliki peran dalam bidang politik
dan ekonomi. Ada berbagai peristiwa yang melatarbelakangi peristiwa
pemberontakan G-30 S/PKI, seperti pembentukan angkatan kelima,
ideologi nasakom, konfrontasi dengan Malaysia dan Pembantaian
Para Perwira TNI yang disertai isu Dewan Jendral.

3.1.2. Kronologi peristiwa G-30 S/PKI diawali dengan diculiknya serta


dibunhnya 7 perwira TNI, pada tanggal 30 September 1965 malam.
Para perwira TNI tersebut ialah Ahmad Yani, M.T Haryono, dan D. I
Panjaitan, Soeprapto, S. Parman, Sutoyo ditangkap, Pierre Tendean.
Lalu pada tanggal 1 Oktober dimulainya operasi penumpasan gerakan
G-30 S/PKI. Lalu pada tanggal 3-4 oktober dilakukan penggalian
Jenazah para perwira TNI di lubang buaya.

18
Dan Pada tanggal 5 Oktober, jenazah para perwira TNI – AD tersebut
dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata yang sebelumnya
disemayamkan di Markas Besar Angkatan Darat.

3.1.3. Penumpasan G30S/PKI mencakup penumpasan secara fisik dengan


menghancurkan pimpinan, organisasi dan gerakan bersenjatanya,
berbagai operasi militer terus dilakukan untuk mencari siapa-siapa
saja yang terlibat dari adanya peristiwa G-30 S/PKI, salah satunya di
antaranya adalah operasi Trisula di Blitar Selatan serta Operasi Kikis
di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Melalui operasi
penumpasan itu, para tokoh PKI berhasil ditangkap. Selain Itu untuk
melanjutkan penumpasan PKI di Indonesia, akhirnya pemerintah
menetapkan beberapa aturan tentang pelarangan serta pembubaran
PKI di Indonesia, diantaranya Ketetapan MPRS Nomor XXV Tahun
1966 tentang Pembubaran Partai Komunis Indonesia dan Pasal 107
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1999 tentang Perubahan Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana yang berkaitan dengan Kejahatan
terhadap Keamanan Negara.

3.2. Saran

Kita sebaiknya selalu mengingat dan mempelajari sejarah kita, baik itu
sejarah yang terkesan bagus mauapun kelam. Sejarah kelam G-30 S/PKI
merupakan bagian dari sejarah bangsa, sejarah bangsa yang mengingatkan
bagaimana pengkhianatan yang dilakukan oleh bangsa sendiri. Sejarah
kelam G-30 S/PKI mengingatkan kita untuk tidak mengulangi peristiwa yang
sama di kemudian hari .

19
DAFTAR PUSTAKA

Shalihah,Nur Fitriatus.2020. Dalam


(https://www.kompas.com/tren/read/2020/09/30/083013065/hari-ini-dalam-
sejarah-detik-detik-peristiwa-g30s-pki-saat-rri-dikuasai?page=all ). Jumat,
26 Maret 2021

Rubiah, Hilda.2019. Dalam


(https://jabar.tribunnews.com/2019/09/29/beginilah-kronologi-g-30-s-pki-
dan-detik-detik-7-jendral-tewas-korban-keganasan-g-30-s-pki?page=3 ).
Jumat, 26 Maret 2021

http://digilib.uinsby.ac.id/18281/5/Bab%201.pdf . Jumat, 26 Maret 2021

Rohman, Saiful. 2010. Dalam


(https://rohmanf2.wordpress.com/2010/06/21/makalah-sejarah-
pemberontakan-g30s-pki/ ). Jumat, 26 Maret 2021

2017. Dalam ( https://www.bbc.com/indonesia/dunia-41451322 ). Sabtu,


27 Maret 2021

Retno, Devita. Dalam


(https://sejarahlengkap.com/indonesia/kemerdekaan/pasca-
kemerdekaan/latar-belakang-g30s-
pki#:~:text=Situasi%20politik%20Indonesia%20yang%20genting,yang%2
0memicu%20peristiwa%20G30S%20PKI ). Sabtu, 27 Maret 2020

2021. Dalam (https://www.gurupendidikan.co.id/sejarah-g30spki/ ). Sabtu,


27 Maret 2021

https://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_30_September. Jumat, 26 Maret


2021

20
http://g30s-pki.com/dasar-hukum-pelarangan-komunisme-di-indonesia/ .
Minggu, 28 Maret 2021

21

Anda mungkin juga menyukai