Disusun Oleh :
Ni Luh Aprilia Tamayanti
XII IPS 1/26
SMA N 2 Mengwi
Tahun Ajaran 2020/2021
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur saya panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat izin dan karunia beliau kami dapat menyelesaikan karya Tulis yang berjudul
“Peristiwa Pemberontakan G-30 S/PKI”. Karya Tulis ini disusun secara sistematis
dan berdasarkan fakta dari berbagai sumber yang ada. Karya Tulis ini disusun
dengan maksud memberikan informasi positif kepada pembaca.
Terselesainya karya tulis ini merupkan kerja keras dari semua pihak yang
bersangkutan dan ikut berkontribusi sehingga dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. Karya tulis ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami tetap
mengharapkan adanya sarn maupun kritik yang bersifat membangun yang
bertujuan untuk penyempurnaan karya ilmiah ini kedepannya.
Saya berharap karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca sehingga bersama-
sama ikut serta meningkatkan pendidikan terutama dalam bidang sejarah
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I
1.1. Latar Belakang ................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................. 3
1.3. Tujuan ................................................................ 3
1.4. Manfaat .............................................................. 3
BAB II
2.1. Latar Belakang Peristiwa G-30 S/PKI ........... 5
2.2. . Kronologi G-30 S/PKI ................................... 9
2.3. Penumpasan Gerakan G-30 S/PKI ................. 13
BAB III
3.1. Simpulan ............................................................ 18
3.2. Saran .................................................................. 19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Lalu, Pada hari jum’at tanggal 1 Oktober 1965 secara berturut-turut RRI
Jakarta menyiarkan empat berita penting. Dari ke-4 berita yang disiarkan,
tidak ada satupun tentang kejelasan dari peristiwa kudeta ini yang dilakukan
oleh mereka yang menamai dirinya sebagai pasukan gerakan 30 September.
1
Pada tanggal 4 Oktober inilah diketahui untuk pertama kalinya kejelasan
mengenai “Gerakan 30 September” tersebut. Gerakan itu ternyata terkait
dengan Partai Komunis Indonesia (PKI), yang sejak tahun 1951 membengun
kembali kekuatannya setelah terlibat dalam pemberontakan terhadap
republic Indonesia dalam bulan November 1948 PKI madiun , jawa timur.
2
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana latar belakangi peristiwa G-30 S/PKI?
1.2.2. Bagaimana Kronologi dari peristiwa G-30 S/PKI?
1.2.3. Bagaimana upaya penumpasan dari peristiwa pemberontakan G-30
S/PKI?
1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui bagaimana peristiwa G-30 S/PKI bisa terjadi
1.3.2. Untuk mengetahui serta memahami kronologi dari peristiwa
pemberontakan G-30 S/PKI
1.3.3. Karya tulis ini dibuat untuk memenuhi nilai ketrampilan akhir dari
mata pelajaran sejarah Indonesia.
1.4. Manfaat
1.4.1. Manfaat Penulisan Sacara Teoritis
Penulisan karya tulis ini bermanfaat untuk memahami serta
mengetahui tentang peristiwa G-30 S/PKI, serta mampu
meningkatkan pengetahuan tentang peristiwa G-30 S/PKI sebagai
bagian dari sejarah Indonesia
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
menjadi alasan bagi pemimpin PKI dalam memperkuat pertahanan dan terus
mendesak pembentukan Angkatan Kelima tersebut, yang ditolak oleh
Angkatan Darat. Begitu juga dengan Laksamana Muda Martadinata yang
menolak atas nama Angkatan Laut. Angkatan Kelima hanya akan diterima
jika berada dibawah komando ABRI.
b. Ideologi NASAKOM
Ideologi Nasakom adalah salah satu faktor dalam latar belakang G 30 S
PKI dan menjadi bagian dari sejarah G30S PKI lengkap. PKI atau Partai
Komunis Indonesia adalah partai komunis terbesar di dunia selain Tiongkok
dan Uni Soviet. Anggotanya berjumlah sekitar 3,5 juta orang pada tahun
1965, dan 3 juta orang lagi dari organisasi pergerakan pemudanya. Selain itu,
masih ada beberapa organisasi yang diawasi dan dikontrol oleh PKI seperti
pergerakan Serikat Buruh yang memiliki 3,5 juta anggota serta Barisan Tani
Indonesia dengan 9 juta anggota juga merupakan bagian dari PKI, begitu
juga dengan organisasi pergerakan wanita bernama Gerwani, organisasi
penulis, artis, dan juga pergerakan para sarjana yang membuat PKI memiliki
lebih dari 20 juta anggota serta pendukung.
Pada saat itu Angkatan Darat berada dalam posisi yang serba salah karena
tidak yakin akan menang melawan Inggris, namun di sisi lain mereka akan
menghadapi kemurkaan Soekarno jika tidak berperang. Keragu – raguan ini
menghasilkan peperangan yang setengah hati di Kalimantan dan mengalami
kegagalan, padahal ini adalah operasi gerilya dimana tentara Indonesia
sangat mahir melakukannya. Kekecewaan Soekarno karena tidak didukung
7
tentara membuatnya mencari dukungan kepada PKI yang memanfaatkan
kesempatan itu untuk keuntungannya sendiri.
Selain itu, Angkatan Darat juga menolak adanya poros Jakarta-Phnom Penh-
Peking-Pyongyang yang hanya akan membantu Cina memperluas semangat
revolusi komunis di kawasan Asia Tenggara sehingga dapat merusak
hubungan baik dengan negara – negara tetangga. Penolakan itu diwujudkan
dalam bentuk seminar di Gedung Seskoad Bandung yang dihadiri oleh
delapan Jenderal yaitu Rachmat Kartakusumah, J. Mokoginta, Suwarto,
Jamin Ginting, Suprapto, Sutoyo, M.T. Haryono dan S. Parman pada 1 – 5
April 1965 yang menghasilkan doktrin strategis politis Angkatan Darat yang
dinamakan Tri Ubaya Cakti.
d. Pembantaian Para Perwira TNI yang Disertai Isu Dewan Jendral
Pembunuhan para perwira Angkatan Darat adalah puncak dari latar belakang
G30S PKI. Situasi politik Indonesia yang genting pada sekitar bulan
September 1965 memunculkan isu adanya Dewan Jenderal yang
mengindikasikan ada beberapa petinggi Angkatan Darat yang tidak puas
kepada Soekarno dan berniat untuk menggulingkan pemerintahannya. Inilah
yang memicu peristiwa G30S PKI. Soekarno disebut – sebut menanggapi isu
ini dengan memerintahkan pasukan Cakrabirawa untuk menangkap dan
membawa para jenderal tersebut untuk diadili, akan tetapi dalam prosesnya
konon beberapa oknum pasukan yang terbawa emosi justru melepaskan
tembakan sehingga membunuh keenam petinggi TNI AD.
8
TNI AD tersebut yaitu Letjen Ahmad Yani (Kastaf Komando AD), Mayjen
TNI Raden Suprapto (Deputi II Menteri), Mayjen TNI Mas Tirtodarmo
Haryono (Deputi III Menteri), Mayjen TNI Siswondo Parman (Asisten I
Menteri), Brigjen TNI Donald Isaac Panjaitan (Asisten IV Menteri), Brigjen
TNI Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman), juga membunuh Ade
Irma Suryani putri dari Jendral Abdul Harris Nasution yang selamat dari
serangan tersebut dan menewaskan ajudannya, Lettu CZI Pierre Andreas
Tendean. Para korban yang dibuang ke Lubang Buaya, Pondok Gede, Jakarta
ditemukan pada tanggal 3 Oktober.
Selain itu ada beberapa orang lain yang juga menjadi korban yaitu Bripka
Karel Sasuit Tubun (pengawal di kediaman resmi Wakil PM II dr. J.
Leimena), Kolonel Katamso Darmokusumo (Komandan Korem
072/Pamungkas, Yogyakarta) dan Letkol Sugiyono Mangunwiyoto (Kastaf
Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta). Ketahui juga mengenai sejarah lubang
buaya, dan sejarah hari kesaktian Pancasila.
9
Kronologi peristiwa G30S PKI dimulai dengan kasus penculikan tujuh
jenderal oleh sekelompok pasukan. Tiga di dari tujuh jenderal yang di
targetkan telah di bunuh di rumah masing-masing, yakni Ahmad Yani, M.T
Haryono, dan D. I Panjaitan. Ketiga target lainnya, yakni Soeprapto, S.
Parman, dan Sutoyo ditangkap dalam keadaan hidup. Target utama lainnya,
Abdul Harris Nasution, berhasil meloloskan diri dari kejadian tersebut.
Namun, sang putri, Ade Irma Suryani Nasution dan ajudan A. H. Nasution,
Pierre Tendean tewas tertembak oleh PKI.
10
1 Oktober 1965
Operasi penumpasan G 30 S/PKI dimulai sejak tanggal 1 Oktober 1965 sore
hari. Gedung RRI pusat dan Kantor Pusat Telekomunikasi dapat direbut
kembali tanpa pertumpahan darah oleh satuan RPKAD di bawah pimpinan
Kolonel Sarwo Edhi Wibowo, pasukan Para Kujang/328 Siliwangi, dan
dibantu pasukan kavaleri. Setelah diketahui bahwa basis G 30 S/PKI berada
di sekitar Halim Perdana Kusuma, sasaran diarahkan ke sana.
2 Oktober 1965
Pada tanggal 2 Oktober, Halim Perdana Kusuma diserang oleh satuan
RPKAD di bawah komando Kolonel Sarwo Edhi Wibowo atas perintah
Mayjen Soeharto. Pada pikul 12.00 siang, seluruh tempat itu telah berhasil
dikuasai oleh TNI – AD.
3 Oktober 1965
Pada hari Minggu tanggal 3 Oktober 1965, pasukan RPKAD yang dipimpin
oleh Mayor C.I Santoso berhasil menguasai daerah Lubang Buaya. Setelah
usaha pencarian perwira TNI – AD dipergiat dan atas petunjuk Kopral Satu
Polisi Sukirman yang menjadi tawanan G 30 S/PKI, tetapi berhasil melarikan
diri didapat keterangan bahwa para perwira TNI – AD tersebut dibawah ke
Lubang Buaya. Karena daerah terebut diselidiki secara intensif, akhirnya
11
pada tanggal 3 Oktober 1965 titemukan tempat para perwira yang diculik dan
dibunuh tersebut.. Mayat para perwira itu dimasukkan ke dalam sebuah
sumur yang bergaris tengah ¾ meter dengan kedalaman kira – kira 12 meter,
yang kemudian dikenal dengan nama Sumur Lubang Buaya.
12
Tanggal 5 Oktober 1965
Pada tanggal 5 Oktober, jenazah para perwira TNI – AD tersebut
dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata yang sebelumnya
disemayamkan di Markas Besar Angkatan Darat.
13
Langkah untuk menumpaskan G30S PKI masih terus berlanjut dengan
sejumlah operasi yang dijalankan. Di antaranya adalah operasi Trisula di
Blitar Selatan serta Operasi Kikis di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa
Timur. Melalui operasi penumpasan itu, para tokoh PKI berhasil ditangkap.
14
Namun, kasus penumpasan gerakan ini dianggap sebagai pelanggaran HAM, hal
ini dikarenkan pemerintah dan masyarakat serta Ormas berburu orang yang
“dianggap” sebagai komunis, menurut LSM setidaknya ada 500.000 hingga 1 juta
masyarakat Indonesia yang dibunuh dan disiksa begitu saja karena dianggap
komunis tanpa melalui proses sidang
15
Sesudah kejadian tersebut, 30 September diperingati sebagai Hari Peringatan
Gerakan 30 September (G-30-S/PKI). Hari berikutnya, 1 Oktober, ditetapkan
sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Pada masa pemerintahan Soeharto,
biasanya sebuah film mengenai kejadian tersebut juga ditayangkan di seluruh
stasiun televisi di Indonesia setiap tahun pada tanggal 30 September.
16
Selain itu pemerintah menetapkan beberapa peraturan mengenenai
pelarangan ideologi Komunis di Indonesia seperti;
17
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Kesimpulan yang dapat saya ambil dari penulisan karya tulis diatas
yaitu ;
3.1.1. Peristiwa G-30 S/PKI dilatar belakangi karena Kondisi ekonomi yang
merosot di masa Demokrasi Terpimpin telah menjadi lahan yang subur
untuk pertumbuhan sejarah PKI dengan menyasar rakyat miskin untuk
menjadi target propaganda politik mereka. Tujuan organisasi PKI
adalah untuk mendirikan negara komunis di Indonesia dengan
berbagai cara. Pada masa itu Angkatan Darat muncul sebagai
organisasi militer pejuang yang sekaligus mengemban tugas
kemasyarakatan, sehingga juga memiliki peran dalam bidang politik
dan ekonomi. Ada berbagai peristiwa yang melatarbelakangi peristiwa
pemberontakan G-30 S/PKI, seperti pembentukan angkatan kelima,
ideologi nasakom, konfrontasi dengan Malaysia dan Pembantaian
Para Perwira TNI yang disertai isu Dewan Jendral.
18
Dan Pada tanggal 5 Oktober, jenazah para perwira TNI – AD tersebut
dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata yang sebelumnya
disemayamkan di Markas Besar Angkatan Darat.
3.2. Saran
Kita sebaiknya selalu mengingat dan mempelajari sejarah kita, baik itu
sejarah yang terkesan bagus mauapun kelam. Sejarah kelam G-30 S/PKI
merupakan bagian dari sejarah bangsa, sejarah bangsa yang mengingatkan
bagaimana pengkhianatan yang dilakukan oleh bangsa sendiri. Sejarah
kelam G-30 S/PKI mengingatkan kita untuk tidak mengulangi peristiwa yang
sama di kemudian hari .
19
DAFTAR PUSTAKA
20
http://g30s-pki.com/dasar-hukum-pelarangan-komunisme-di-indonesia/ .
Minggu, 28 Maret 2021
21