Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
G 30 S PKI

DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD HASBY ASSHIDDIQY
ERIX ESTRADA
MUHAMMAD AUDY FAHRI
KEANT KEANT MARINO

KELAS : I A3 PAGI

DOSEN
WAWAN FRANSISCO, SH., M.H

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MUSI RAWAS


( STIE – MURA ) LUBUKLINGGAU
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis berusaha semaksimal mungkin agar penyajian makalah ini dapat bermanfaat mengenai
pengetahuan tentang G30-S/PKI, baik bagi penulis sendiri maupun bagi para pembaca
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan
kekurangan. Untuk itu penulis menerima kritik dan saran yang membangun, sehingga
kesalahan yang sekarang dapat dijadikan tolak ukur pembelajaran. Akhir kata, kami ucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga terbentuknya makalah
ini.Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi penunjang kegiatan belajar. Amiin …
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian PKI ......................................................................................... 2
2.2. Pengenalan G30-S/PKI ............................................................................ 3 -
2.3.Apa Tujuan Dari G30-S/PKI ..................................................................... 6
2.4 Apa Latar Belakang Dari G30-S/PKI…………………………………......6
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan .............................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 8
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Kemerdekaan Indonesia bukan berarti Negara Indonesia terbebas dari segala masalah yang
ada.Terdapat beberapa oknum ataupun organisasi masyarakat yang menginginkan ideologi
mereka yang menjadi landasan negara yang telah disepakati sebelumnya, salah satunya adalah
organisasi dari partai politik Partai Komunis Indonesia (PKI). Hingga saat ini masih banyak
organisasi masyarakat yang menginginkan separatis dengan kedaulatan NKRI.
Pemberontakan PKI tanggal 30 September 1965 bukanlah kali pertama bagi PKI.
Sebelumnya,pada tahun 1948 PKI sudah pernah mengadakan pemberontakan di Madiun.
Pemberontakan tersebut dipelopori oleh Amir Syarifuddin dan Muso. Tujuan dari
pemberontakan itu adalah untuk menghancurkan Negara RI dan menggantinya menjadi negara
komunis.Beruntunglah pada saat itu Muso dan Amir Syarifuddin berhasil ditangkap dan
kemudian ditembak mati sehingga pergerakan PKI dapat dikendalikan.
Namun, melalui demokrasi terpimpin kiprah PKI kembali bersinar. Terlebih lagi dengan
adanya ajaran dari presiden Soekarno tentang Nasakom (Nasional, Agama, Komunis) yang
sangat menguntungkan PKI karena menempatkannya sebagai bagian yang sah dalam konstelasi
politik Indonesia. Bahkan, Presiden Soekarno mengangap aliansinya dengan PKI
menguntungkan sehingga PKI ditempatkan pada barisan terdepan dalamdemokrasi terpimpin.

1.2 Rumusan masalah


Dari uraian latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan permasalahan-permasalahan
sebagai berikut:
1. Pengertian PKI
2. Sejarah Singkat G 30 S PKI
3. Apa tujuan dari G30SPKI?
4. Apa latar belakang dari G30SPKI?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian G30-S/PKI


Gerakan 30 September (dahulu juga disingkat G 30 S PKI, G-30S/PKI), Gestapu (Gerakan
September Tiga Puluh), Gestok (Gerakan Satu Oktober) adalah sebuah peristiwa yang terjadi
selewat malam tanggal 30 September sampai di awal 1 Oktober 1965 di mana enam perwira
tinggi militer Indonesia beserta beberapa orang lainnya dibunuh dalam suatu usaha percobaan
kudeta yang kemudian dituduhkan kepada anggota Partai Komunis Indonesia.
Partai Komunis Indonesia (PKI) merupakan partai komunis yang terbesar di seluruh dunia, di
luar Tiongkok danUni Soviet.Sampai pada tahun 1965 anggotanya berjumlah sekitar 3,5 juta,
ditambah 3 juta dari pergerakan pemudanya.PKI juga mengontrol pergerakan serikat buruh
yang mempunyai 3,5 juta anggota dan pergerakan petani Barisan Tani Indonesia yang
mempunyai 9 juta anggota. Termasuk pergerakan wanita (Gerwani) , organisasi penulis dan
artis dan pergerakan sarjananya, PKI mempunyai lebih dari 20 juta anggota dan pendukung.
Pada bulan Juli 1959 parlemen dibubarkan dan Sukarno menetapkan konstitusi di bawah dekrit
presiden – sekali lagi dengan dukungan penuh dari PKI.Ia memperkuat tangan angkatan
bersenjata dengan mengangkat para jendral militer ke posisi-posisi yang penting.Sukarno
menjalankan sistem “Demokrasi Terpimpin”.PKI menyambut “Demokrasi Terpimpin”
Sukarno dengan hangat dan anggapan bahwa dia mempunyai mandat untuk persekutuan
Konsepsi yaitu antara Nasionalis, Agama dan Komunis yang dinamakan NASAKOM.
Pada era “Demokrasi Terpimpin”, kolaborasi antara kepemimpinan PKI dan kaum burjuis
nasional dalam menekan pergerakan-pergerakan independen kaum buruh dan petani, gagal
memecahkan masalah-masalah politis dan ekonomi yang mendesak. Pendapatan ekspor
menurun, foreign reserves menurun, inflasi terus menaik dan korupsi birokrat dan militer
menjadi wabah.
G 30 S PKI adalah sebuah peristiwa yang terjadi pada tanggal 30 September sampai 1 Oktober
1965 di mana enam perwira tinggi militer Indonesia beserta beberapa orang lainnya dibunuh
dalam suatu usaha kudeta (pengambilan kekuasaan) yang kemudian dituduhkan kepada
anggota Partai Komunis Indonesia.
Di akhir 1964 dan permulaan 1965 ribuan petani bergerak merampas tanah yang bukan hak
mereka.Bentrokan-bentrokan besar terjadi antara polisi dan para pemilik tanah.Pada permulaan
1965, para buruh mulai menyita perusahaan-perusahaan karet dan minyak milik Amerika
Serikat.
2.2 Sejarah Singkat G30-S/PKI
Pengenalan Kejadian Gerakan 30 September (dahulu juga disingkat G 30 S PKI, G-30S/PKI),
Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh), Gestok (Gerakan Satu Oktober) adalah sebuah
peristiwa yang terjadi selewat malam tanggal 30 September sampai di awal 1 Oktober 1965 di
saat 7perwira tinggi militer Indonesia beserta beberapa orang lainnya dibunuh dalam suatu
usaha percobaan kudeta (perebutan kekuasaan) yang kemudian dituduhkan kepada anggota
Partai Komunis Indonesia. Faktor Malaysia Konfrontasi Indonesia-Malaysia merupakan salah
satu penyebab kedekatan Presiden Soekarno dengan PKI, menjelaskan motivasi para tentara
yang menggabungkan diri dalam gerakan G30S/Gestok (Gerakan Satu Oktober), dan juga pada
akhirnya menyebabkan PKI melakukan penculikan petinggi Angkatan Darat. Soekarno yang
murka karena hal itu mengutuk tindakan Tuanku yang menginjak-injak lambang negara
Indonesia dan ingin melakukan balas dendam dengan melancarkan gerakan yang terkenal
dengan sebutan "Ganyang Malaysia“ Perintah Soekarno kepada Angkatan Darat untuk
meng"ganyang Malaysia" ditanggapi dengan dingin oleh para jenderal pada saat itu. Di satu
pihak Letjen Ahmad Yani tidak ingin melawan Malaysia yang dibantu oleh Inggris dengan
anggapan bahwa tentara Indonesia pada saat itu tidak memadai untuk peperangan dengan skala
tersebut, sedangkan di pihak lain Kepala Staf TNI Angkatan Darat A.H. Nasution setuju
dengan usulan Soekarno karena ia mengkhawatirkan isu Malaysia ini akan ditunggangi oleh
PKI untuk memperkuat posisinya di percaturan politik di Indonesia. Mengetahui bahwa tentara
Indonesia tidak mendukungnya, Soekarno merasa kecewa dan berbalik mencari dukungan PKI
untuk melampiaskan amarahnya kepada Malaysia. Faktor Amerika Serikat Dari kalangan
korban dari insiden ini, menyebutkan bahwa Amerika menjadi actor di balik layar dan setelah
dekrit Supersemar Amerika memberikan daftar namanama anggota PKI kepada militer untuk
dibunuh. Namun hingga saat ini kedua pandangan tersebut tidak memiliki banyak bukti-bukti
fisik. faktor ekonomi Ekonomi masyarakat Indonesia pada waktu itu yang sangat rendah
mengakibatkan dukungan rakyat kepada Soekarno (dan PKI) meluntur. Mereka tidak
sepenuhnya menyetujui kebijakan "ganyang Malaysia" yang dianggap akan semakin
memperparah keadaan Indonesia. Inflasi yang mencapai 650% membuat harga makanan
melambung tinggi, rakyat kelaparan. Beberapa faktor yang berperan kenaikan harga ini adalah
keputusan Suharto-Nasution untuk menaikkan gaji para tentara 500% dan penganiayaan
terhadap kaum pedagang Tionghoa yang menyebabkan mereka kabur. Faktor ekonomi ini
menjadi salah satu sebab kemarahan rakyat atas pembunuhan 7 jenderal tersebut, yang
berakibat adanya pukulan terhadap PKI dan pembantaian orang-orang yang dituduh anggota
PKI di Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali serta tempat-tempat lainnya. Peristiwa Kejadian Pada
hari Kamis malam, tanggal 30 September 1965. PKI mulai melaksanakan gerakan perebutan
dengan nama Gerakan 30 September yang kemudian dikenal dengan singkatan G.30.S/PKI.
Gerakan ini telah dipersiapkan oleh PKI beberapa tahun sebelumnya. Para Jenderal Pancasialis
ini dipandang oleh PKI sebagai musuh Yang berat. Klimaks dari gerakan perebutan kekuasaan
dari pemerintah yang syah ini, G.30.S/PKI mengadakan gerakan fisik/militer yang dipimpin
oleh Letnan Kolonel Untung Sutopo,Komandan Batalyon atau Resimen Cakrabirawa, yaitu
pasukan pengawal presiden. Mereka mulai bergerak dengan mengadakan penculikan dan
pembunuhan pada tanggal 1 Oktober 1965 waktu dini hari. Enam orang perwira tinggi dan
segenap perwira pertama Angkatan Darat diculik ditempat kediamannya masing masing.
Kemudian dibunuh secara kejam diluar batas perikemanusiaan oleh anggota-anggota Pemuda
Rakyat, Gerwani dan lain-lain ormas PKI yang telah menunggu di Lubang Buaya, sebuah desa
yang terletak di sebelah selatan Pangkalan Udara Utama (Lanuma) Halim Perdana Kusumah,
Jakarta. Bersama-sama dengan para korban lainnya yang telah dibunuh ditempat kediaman
mereka, jenasah dimasukkan ke dalam sebuah lubang sumur tua di desa tersebut. Dan lubang
tersebut sekarang dinamakan Lubang Buaya.
ISU DEWAN JENDERAL
Pada saat-saat yang genting sekitar bulan September 1965 muncul isu adanya Dewan Jenderal
yang mengungkapkan adanya beberapa petinggi Angkatan Darat yang tidak puas terhadap
Soekarno dan berniat untuk menggulingkannya. Menanggapi isu ini, Soekarno disebut-sebut
memerintahkan pasukan Cakrabirawa untuk menangkap dan membawa mereka untuk diadili
oleh Soekarno. Namun yang tidak diduga-duga, dalam operasi penangkapan jenderal-jenderal
tersebut, terjadi tindakan beberapa oknum yang termakan emosi dan membunuh Letjen Ahmad
Yani, Panjaitan, dan Harjono.

ISU DOKUMEN GHILCHRIST


Dokumen Gilchrist yang diambil dari nama duta besar Inggris untuk Indonesia
Andrew Gilchrist beredar hampir bersamaan waktunya dengan isu Dewan Jenderal. Dokumen
ini, yang oleh beberapa pihak disebut sebagai pemalsuan oleh intelejen Ceko di bawah
pengawasan Jenderal Agayant dari KGB Rusia, menyebutkan adanya "Teman Tentara Lokal
Kita" yang mengesankan bahwa perwira-perwira Angkatan Darat telah dibeli oleh pihak Bara
Kedutaan Amerika Serikat juga dituduh memberikan daftar nama-nama anggota PKI kepada
Tentara untuk "ditindaklanjuti".

ISU KETERLIBATAN SOEHARTO


Hingga saat ini tidak ada bukti keterlibatan/peran aktif Soeharto dalam aksi
penculikan tersebut. Satu-satunya bukti yang bisa dielaborasi adalah pertemuan
Soeharto yang saat itu menjabat sebagai Pangkostrad (pada zaman itu jabatan
Panglima Komando Strategis Cadangan Angkatan Darat tidak membawahi
pasukan, berbeda dengan sekarang) dengan Kolonel Abdul Latief di Rumah Sakit
Angkatan Darat. Meski demikian, Suharto merupakan pihak yang paling
diuntungkan dari peristiwa ini. Banyak penelitian ilmiah yang sudah dipublikasikan
di jurnal internasional mengungkap keterlibatan Suharto dan CIA.

SUPERSEMAR
Lima bulan setelah itu, pada tanggal 11 Maret 1966, Sukarno memberi Suharto
kekuasaan tak terbatas melalui Surat Perintah Sebelas Maret. Ia memerintah
Suharto untuk mengambil "langkah-langkah yang sesuai" untuk mengembalikan
ketenangan dan untuk melindungi keamanan pribadi dan wibawanya. Kekuatan tak
terbatas ini pertama kali digunakan oleh Suharto untuk melarang PKI. Sebagai
penghargaan atas jasa-jasanya, Sukarno dipertahankan sebagai presiden tituler
diktatur militer itu sampai Maret 1967. Kepemimpinan PKI terus mengimbau
massa agar menuruti kewenangan rejim Sukarno-Suharto. Aidit, yang telah
melarikan diri, ditangkap dan dibunuh oleh TNI pada tanggal 24 November, tetapi
pekerjaannya diteruskan oleh Sekretaris Kedua PKI Nyoto.
PERTEMUAN JENEWA, SWISS
Menyusul peralihan tampuk kekuasaan ke tangan Suharto, diselenggarakan
pertemuan antara para ekonom orde baru dengan para CEO korporasi multinasional
di Swiss, pada bulan Nopember 1967. Tim Ekonomi Indonesia menawarkan:
tenaga buruh yang banyak dan murah, cadangan dan sumber daya alam yang
melimpah, dan pasar yang besar. Hal ini didokumentasikan oleh Jhon Pilger dalam
film The New Rulers of World (tersedia di situs video google) yang
menggambarkan bagaimana kekayaan alam Indonesia dibagi-bagi bagaikan
rampasan perang oleh perusahaan asing pasca jatuhnya Soekarno. Freeport
mendapat emas di Papua Barat, Caltex mendapatkan ladang minyak di Riau, Mobil
Oil mendapatkan ladang gas di Natuna, perusahaan lain mendapat hutan tropis.
Kebijakan ekonomi pro liberal sejak saat itu diterapkan.Pasca Kejadian
Pasca pembunuhan beberapa perwira TNI Angkatan Darat, PKI mampu
menguasai dua sarana komunikasi vital, yaitu studio RRI di Jalan Merdeka Barat
dan Kantor Telekomunikasi yang terletak di Jalan Merdeka Selatan. Melalui RRI,
PKI menyiarkan pengumuman tentang Gerakan 30 September yang ditujukan
kepada para perwira tinggi . Pada tanggal 6 Oktober, Sukarno mengimbau rakyat
untuk menciptakan "persatuan nasional", yaitu persatuan antara angkatan
bersenjata dan para korbannya untuk penghentian kekerasan. Biro Politik dari
Komite Sentral PKI segera menganjurkan semua anggota dan organisasi organisasi
Massa untuk tidak Melawan angkatan bersenjata.
2.3 Tujuan G30S/PKI

• Bahwa G30SPKI adalah perbuatan PKI dalam rangka usahanya untuk


merebut kekuasaan di negara Republik Indonesia dengan memperalat oknum
ABRI sebagai kekuatan fisiknya, dan tidak pernah terlepas dari tujuan PKI
untuk membentuk pemerintah Komunis.
• Bahwa tujuan tetap komunis di Negara Non Komunis adalah merebut
kekuasaan negara dan mengkomuniskannya.
• Usaha tersebut dilakukan dalam jangka panjang dari generasi ke generasi
secara berlanjut
• Selanjutnya bahwa kegiatan yang dilakukan tidak pernah terlepas dari
rangkaian kegiatan komunisme internasional

2.4 Latar Belakang

Peristiwa G 30 S PKI adalah peristiwa berdarah bunuh membunuh yang tidak jelas
kepastiannya, dalam peristiwa ini 7 jendral tewas dan PKI dituduh sebagai
pembunuhnya. Menurut isu beredar, ada kabar bahwa para jenderal tidak puas
dengan pemerintahan Soekarno, kabar ini disebut Isu Dewan Jenderal, menurut isu
beredar, kemudian digerakan pasukan Cakrabirawa untuk menangkap dan
mengadili mereka, namun dalam proses penangkapan, secara tak terduga mereka
terbunuh pada tanggal 30 September 1965.Menurut isu, setelah ke enam jenderal
terbunuh, tersebarlah tuduhan bahwa PKI yang membunuh para jenderal
tersebut.Menurut isu, untuk menyikapi tuduhan atas PKI tersebut, diberantaslah
PKI yang dianggap ingin mengudeta pemerintahan. Banyak anggota-anggota PKI
yang terbunuh, juga banyak orang-orang kita yang terbunuh oleh PKI, semua itu
terjadi pasca terbunuhnya jenderal pada 30 September 1965.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kesimpulan Dari G30-S/PKI

Peristiwa G 30 S PKI adalah peristiwa berdarah bunuh membunuh yang tidak jelas
kepastiannya, dalam peristiwa ini 6 jendral tewas dan PKI dituduh sebagai pembunuhnya.
Kronologinya akan dibahas pada poin-poin di bawah.
Menurut isu beredar, ada kabar bahwa para jenderal tidak puas dengan pemerintahan
Soekarno, kabar ini disebut Isu Dewan Jenderal, menurut isu beredar, kemudian digerakan
pasukan Cakrabirawa untuk menangkap dan mengadili mereka, namun dalam proses
penangkapan, secara tak terduga mereka terbunuh pada tanggal 30 September 1965.
Masih berdasarkan isu, setelah ke enam jenderal terbunuh, tersebarlah tuduhan bahwa PKI
yang membunuh para jenderal tersebut.Menurut isu, untuk menyikapi tuduhan atas PKI
tersebut, diberantaslah PKI yang dianggap ingin mengudeta pemerintahan.Banyak anggota-
anggota PKI yang terbunuh, juga banyak orang-orang kita yang terbunuh oleh PKI, semua itu
terjadi pasca terbunuhnya jenderal pada 30 September 1965.
Sampai akhirnya, lima bulan setelah itu, keluarlah Supersemar (Surat Perintah Sebelas
Maret). Sukarno memberi Suharto kekuasaan tak terbatas melalui Surat Perintah sebelas
Maret.Semua pihak, terutama Soekarno berharap semoga aksi bunuh membunuh pasca
kejadian 30 September 1965, itu segera selesai.
Sesudah kejadian tersebut, 30 September diperingati sebagai Hari Peringatan Gerakan 30
September.Hari berikutnya, 1 Oktober, ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila.Isu
mengenai peristiwa G 30 S PKI, dari mulai tuduhan-tuduhan kudeta sampai kematian para
jenderal tidak begitu jelas.

 Selalulah waspada, jangan sampai peristiwa seperti initerjadi lagi.


 Jangan melakukan pemberontakan di Negara sendiri
 Belum tentu, sesuatu yang kita inginkan juga diinginkandan bermanfaat orang lain
 Jadilah yang tapi jangan merasa yang paling baik.
DAFTAR PUSTAKA

Drs. C.T.R.Kansil,SH. 1992. Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa. Jakarta :Erlangga

http://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_30_September

http://www.indonesiaindonesia.com/f/2390-indonesia-era-orde-baru/

http://soeharto.co/mengungkap-fakta-g-30-spki

http://www.kumpulansejarah.com/2012/11/sejarah-peristiwa-g30s-pki.html

http://integralkuadrat.blogspot.com/2011/04/sejarah-dan-kronologis-peristiwa-g-30.html

Anda mungkin juga menyukai