Makalah ini dibuat sebagai tugas pengganti Ujian Tengah Semester dalam Mata Kuliah Sains
Kesmas
Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
NIM: 222110101130
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Fisika Dalam Kesehatan”
dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Sains Kesmas. Tidak lupa kami ucapkan
terimakasih kepada Dosen pengampu kami yaitu Ibu Dr. Niken Widya Palupi, S. TP, M.Se
atas bimbingan nya dalam penyusunan makalah ini.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh
dosen. Makalah ini disusun atas perolehan dari beberapa sumber yang berkaitan dengan
materi pembelajaran. Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan, untuk itu segala kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
kami harapkan demi kesempurnaan sebuah makalah sebagai sarana belajar dan bagi yang lain
untuk menambah wawasan. Semoga makalah ini bermanfaat, khususnya bagi kami.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Kesimpulan .......................................................................................................9
B. Saran .................................................................................................................9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara multi-etnis dan karakteristiknya adalah
keanekaragaman suku, budaya, adat istiadat, bahasa dan agama. Situasi seperti itu
diketahui memiliki potensi besar untuk konflik antaretnis. Di sisi lain, manusia
sebagai makhluk sosial secara alami akan selalu berinteraksi dengan orang lain.
Persaingan terjadi ketika seorang individu ingin mengungguli individu lain. Dan jika
dua orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-berbeda atau
berlawanan, dapat menyebabkan terjadinya konflik. Konflik itu sendiri adalah hasil
dari sebuah proses perubahan sosial. Oleh karena itu, teori konflik berpendapat bahwa
masyarakat akan selalu dalam proses perubahan yang dicirikan oleh kontradiksi
bersebelahan antar elemen (Ritzer, 1992: 30).
Indonesia dengan berbagai suku, agama, dan sistem sosial ini menjadi semakin rentan
pada 1990-an. ini buktinya menunjukkan bahwa kerusuhan skala besar lebih sering
terjadi. Tingkat keterlibatan yang jauh lebih tinggi dalam masyarakat. itu semua
semakin banyak jelang pemilu 1997 terungkap saat terjadi rentetan kerusuhan di
beberapa daerah wilayah Indonesia (Azra: 2003:61).
Pada tanggal 30 September 1965, sekelompok tentara yang bernama Satuan
Kakrabilawa (pasukan khusus yang bertugas menjaga ketertiban umum presiden),
menculik dan membunuh enam jenderal Angkatan Darat. Insiden ini kemudian
dikenal sebagai G30S (Gerakan 30 September). Kisah resmi pemerintah mengatakan
PKI adalah dalang di balik insiden itu.
Suharto adalah orang yang berhasil menekan gerakan, tentara berada dalam posisi
yang kuat. Suharto beserta militernya secara efektif mengendalikan pemerintahan dan
politik Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Judul berita dan sumbernya
2. Isi pokok berita dari sebuah kasus disintegrasi
3. Kaitannya dengan jenis integrasi
1
4. Faktor penyebab disintegrasi
5. Alternatif penyelesaian
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Sumber: https://www.belajarsosial.com/2016/10/ancaman-disintegrasi-bangsa-g30spki.html
Pada 1 Oktober 1965 dini hari, tentara G30S PKI yang menamai diri sebagai Dewan
Jenderal mulai menculik dan membunuh 7 Jenderal TNI AD. Ahmad Yani, M.T. Haryanto,
dan D.I. Panjaitan dibunuh di rumah mereka masing-masing. Sedangkan Soeprapto, S.
Parman, dan Sutoyo ditangkap hidup-hidup untuk disiksa dan dihabisi di sebuah sumur
sedalam 12 meter dengan lebar 75 cm, di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur. Sementara
itu Jenderal Abdul Haris Nasution, yang sesungguhnya merupakan target utama, berhasil
lolos dari penculikan tersebut. Namun, pengawal pribadinya yang bernama Pierre Tendean
tewas saat mengaku sebagai Jenderal Abdul Haris Nasution. Begitu pula putrinya yang
bernama Ade Irma S. Nasution, yang menghembuskan napaa terakhirnya pada 6 Oktober
1965 usai tertembak saat berusaha menjadi tameng untuk ayahnya.
Pada 3 Oktober 1965, ketujuh mayat tersebut ditemukan dan dibawa ke RS Pusat
Angkatan Darat Gatot Subroto untuk divisum dan diautopsi. Hasil visum menunjukkan
keretakan di tulang kepala dan tangan, serta kaki patah. Hal itu diakibatkan sepatu lars PKI
yang digunakan untuk menendang para jenderal dengan keras. Usai visum dan autopsi,
3
jenazah para jenderal dibawa ke Markas Besar AD untuk disemayamkan dengan upacara
kenegaraan, tepat pada 5 Oktober 1965, yang merupakan Hari Ulang Tahun Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia. Berkat kesatuan bangsa Indonesia (tidak ada rakyat yang
mendukung G30S PKI), G30S PKI pun berhasil ditumpas oleh Operasi Penumpasan G30S
PKI yang dipimpin oleh Panglima Kostrad dengan bantuan pasukan lain, seperti Divisi
Siliwangi, Kavaleri, dan RPKAD di bawah pimpinan Kolonel Sarwo Edhi Wibowo
Pemberontakan G30 S/PKI menjadi salah satu bentuk disintegrasi bangsa, dimana hal
tersebut merupakan gerakan pengkhianatan yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia
(PKI) untuk merebut kekuasaan dan mengganti dasar negara Pancasila dengan ideologi
komunis.
1. Internal
Faktor internal ini berasal diri sendiri, yakni menyangkut pada kualitas pribadi
manusia. Hal ini seringkali terjadi akibat pemahaman dan intepretasi yang kurang tepat
terhadap sistem nilai budaya. Pada kasus ini faktor internal yang terjadi yaitu Beredar isu
kudeta Presiden Soekarno. Berangkat dari tersebarnya kabar burung yang merebak luas
tentang adanya sekelompok Jenderal atau Dewan Jenderal yang disebut hendak melakukan
gerakan kudeta terhadap Presiden Soekarno. Usut punya usut informasi ini tersebar dari
beberapa rekan militer yang ternyata merupakan simpatisan PKI. Hal ini dijelaskan dalam
sebuah buku yang ditulis oleh Peter Kasenda berjudul "Kematian DN Aidit dan Kejatuhan
PKI" pada 2016.
2. Kultural
4
Faktor kultural menyangkut tentang pandangan nilai dan sikap mental serta perilaku
masyarakat. Pandangan ini muncul dari sistem nilai budaya yang menghargai cara hidup yang
menghindari kesenangan duniawi dan keharmonisan. Kelompok ini memiliki kecenderungan
untuk melakukan kegiatan yang meresahkan masyarakat dan berujung pada kesengsaraan
orang banyak. Mereka juga tidak saling mengenal dan menghargai kebudayaan kelompok
etnis hingga tidak menerima nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
3. Struktural
Faktor struktural terjadi akibat adanya struktur kekuasaan yang memberikan ruang
bagi lahirnya disintegrasi bangsa. Contohnya rendahnya legitimasi pemerintahan, kekacauan
ekonomi, tingginya represi, banyaknya pelanggaran HAM, hingga ketidakadilan dari
pemerintah pusat terhadap daerah. Pada kasus ini faktor struktural yang terjadi yaitu
Perpecahan di dalam badan militer. Faktor penyebab G30S PKI adalah bahwa saat itu di
dalam badan militer sudah terjadi perpecahan yang menyebabkan terjadinya pembagian faksi
yang bertujuan untuk saling memperebutkan kekuasaan dan pengaruh. Di dalamnya ada
sebagian kecil yang juga berperan sebagai simpatisan PKI. Selain itu, PKI merupakan salah
satu partai yang cukup berpengaruh kala itu. Beberapa kadernya juga menduduki kursi dewan
dan kursi pejabat. Selain faksi yang menjadi simpatisan ada juga faksi yang berdiri dengan
faham anti PKI. Faksi inilah yang pada akhirnya setia kepada Soekarno. Di faksi inilah
diyakini Dewan Jenderal bersarang.
4. Eksternal
Khusus pada kasus ini terdapat faktor eksternal yang menyebabkan disintegrasi
bangsa yang disebabkan oleh G30S/PKI yaitu Terpengaruh Perang Dingin. Agenda kudeta
yang dilakukan oleh PKI di Indonesia tidak terlepas dari efek samping terjadinya perang
dingin antara Uni Sovie (komunis) dan Amerika Serikat (kapitalis). Sedangkan pada tahun
1960-an Presiden Soekarno lebih cenderung untuk memihak blok Soviet, sedangkan Dewan
Jenderal diasumsikan lebih pro ke pihak blok barat sehingga ada sebuah spekulasi untuk
menyingkirkan Presiden Soekarno kala itu. Berdasarkan asumsi tersebut para perwira militer
yang loyal kepada Sukarno bergerak secara diam-diam untuk mencegah kudeta.
5
2. Norma-norma masyarakat tidak berfungsi dengan baik sebagai alat untuk mencapai
tujuan masyarakat
5. Tindakan dalam masyarakat sudah tidak sesuai lagi dengan norma masyarakat.
6. Interaksi sosial yang terjadi ditandai dengan proses yang bersifat disosiatif
o Demografi.
Unsur penyumbang terjadinya disintegrasi bangsa adalah pengaruh
(perlakuan) pemerintah pusat dan tidak pemerataan atau persebaran penduduk.
o Kekayaan Alam.
Mengingat keragaman dan kelimpahan sumber daya alam Indonesia dan
distribusinya yang tidak merata, yang mempertimbangkan isu-isu seperti
pengelolaan, pembagian hasil, dan saran jika terjadi kerusakan terkait
pengelolaan, ada risiko disintegrasi.
o Ideologi
Karena kurangnya pemahaman tentang agama dan agama lain, agama akhir-
akhir ini menjadi sumber banyak perselisihan di bangsa ini. Jika kondisi ini
6
tidak dikelola dengan hati-hati, pada akhirnya dapat menimbulkan bahaya
perpecahan bangsa, oleh karena itu perlu adanya penanganan khusus dari para
pemuka agama mengenai intensifikasi isu-isu keagamaan dan komunikasi
yang terus menerus antar pemuka agama.
o Politik.
Ketika isu politik tidak ditangani dengan hati-hati, maka dengan mudah dapat
menimbulkan berbagai ketidaknyamanan atau kegelisahan sosial dan sering
kali menimbulkan perselisihan di antara mereka yang memiliki pandangan
yang berbeda. Selain itu, disparitas kebijakan pemerintah pusat yang
dikenakan kepada pemerintah daerah sering kali menimbulkan konflik
kepentingan yang pada akhirnya menimbulkan keresahan sosial karena
diyakini adanya ketidakadilan dalam pengelolaan dan pembagian hasil atau
faktor lain seperti keyakinan bahwa pemerintah daerah mampu dan tidak lagi
membutuhkannya. Bantuan dari pemerintah federal, perselisihan antar partai
politik, pemerintah koalisi yang mengurangi kekuatan pertahanan negara, dan
keadaan yang ambigu dan tidak adil yang disebabkan oleh ambiguitas hukum.
o Ekonomi
Sebagian besar penduduk kini hidup dalam kemiskinan akibat krisis ekonomi
yang berkepanjangan. Ada tanda-tanda kesenjangan kekayaan antara si kaya
dan si miskin dalam masyarakat Indonesia semakin besar.
o Sosial Budaya.
Jika tidak ditangani dengan hati-hati, latar sosial budaya Indonesia yang
beragam dapat menjadi sumber konflik. Prinsip-prinsip yang mengatur satu
daerah biasanya tidak mengatur daerah lain. Sebuah kelompok yang keras,
lebih modern dan kelompok yang relatif terbelakang berselisih dalam konflik
nilai yang lazim saat ini.
7
sudah tidak ada lagi dan sikap/keputusan pemerintah dibenarkan secara hukum dan tidak
dalam pelaksanaannya yang menyebabkan kelebihan negatif yang permanen.
Kedua, kesungguhan pemerintah menghimbau kepada pemerintah untuk serius
menyelesaikan tragedi tersebut dan menjadikan peristiwa ini sebagai pelajaran bagi
masyarakat Indonesia agar kejadian serupa tidak terulang lagi sekarang dan di masa yang
akan datang.
Pemerintah juga harus melawan berbagai gerakan separatis yang muncul yang dapat
mengganggu stabilitas negara, Tentu hal ini juga harus climbangi dengan keterlibatan
masyarakat di dalam mengakses berita tersebut. Pemerintah harus menjelaskan secara jelas
mengenal gerakan yang mereka lawan berdasarkan bukti-bukti yang kuat. Dengan begitu,
disintegrasi bangsa bisa dicegah
BAB III
KESIMPULAN
1. Potensi disintegrasi bangsa pada masa kini bisa saja benar-benar terjadi bila bangsa
Indonesia tidak menyadari adanya potensi semacamitu. Karena itulah kita harus selalu
waspada dan terus melakukan upaya untuk menguatkan persatuan bangsa Indonesia
2. Sejarah Indonesia telah menunjukkan bahwa proses disintegrasi sangat merugikan. Antara
tahun 1948-1965 saja, gejolak yang timbulkarena persoalan ideologi, kepentingan atau
berkait dengan sistem pemerintahan, telah berakibat pada banyaknya kerugian fisik,
materimental dan tenaga bangsa.
8
3. Konflik dan pergolakan yang berlangsung diantara bangsa Indonesian bahkan bukan saja
bersifat internal, melainkan juga berpotensi ikut campurnya bangsa asing pada kepentingan
nasional bangsa Indonesia
SARAN
Setiap warga negara Indonesia harus memahami keadaan negara yang sebenarnya.
Jika melihat keadaan geografis, demografis, dan sosial negara saat ini, menjadi jelas bahwa
persaingan etnis, agama, ras, dan antar kelompok digunakan sebagai dalih untuk
meningkatkan ketegangan dan melakukan tindakan kekerasan massal. Ada beberapa kondisi
struktural dan kultural dalam masyarakat yang beragam yang terkadang muncul sebagai
akibat dari proses sejarah atau warisan penjajah masa lalu, sehingga perlu penanganan khusus
dengan pendekatan. Ada beberapa kondisi struktural dan kultural dalam masyarakat yang
beragam yang terkadang muncul sebagai akibat dari proses sejarah atau warisan penjajah
masa lalu, sehingga perlu penanganan khusus dengan pendekatan. Pendapat ini mungkin
benar dalam satu kasus tetapi belum tentu benar dalam kasus lain. Mereka kuat dan aktif,
meskipun fakta bahwa kesenjangan sosial, masalah hukum, dan masalah keadilan adalah
faktor yang mempengaruhi dan membutuhkan pendapat mereka sendiri. Untuk mewakili
keadilan bagi semua pihak dan semua bidang, pemerintah harus dapat mengambil kebijakan
yang tegas dan tepat dalam semua aspek kehidupan sehari-hari dan pertumbuhan nasional.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://
scholar.unand.ac.id/94236/4/
PENDAHULUAN.pdf&ved=2ahUKEwi5hYir3rP6AhUHCrcAHRMLAgUQFno
ECBEQAQ&usg=AOvVaw18Q8vOmGIbEALsvdUMS7A4
9
https://repositori.kemdikbud.go.id/20583/
http://repository.upi.edu/
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://
repository.upi.edu/10627/2/t_pkn_0705666_chapter1.pdf&ved=2ahUKEwiK--
j53bP6AhWmGrcAHR3cBG0QFnoECBkQAQ&usg=AOvVaw049kTUUiOAf5Y
vRqbNVXuA
10