Anda di halaman 1dari 15

KONFLIK DAN PERGOLAKAN YANG BERKAITAN

DENGAN IDEOLOGI

Di susun oleh: 1. Eka Fa’diah


2. Eva Arnas
3. Nur Puad
4. Rindra Virgiawan P.T

YAYASAN MAMBA EL KHAIR


MA AL – Khairiyah Rancanji
Jl. Ki. Sarnaja No. 05 Rancaranji Ds. Kramatlaban Kec. Padarincang Kab. Serang - Banten
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Rancaranji, 21 Oktober Oktober 2022

Penyusun 1 penyusun 2 penyusun 3 Penyusun 4

Eka Va’diah Eva Arnas Nur Puad Rindra Virgiawan P.T


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................2
PENDAHULUAN................................................................................................4
A. Latar Belakang.............................................................................................4
B. Rumusan masalah.........................................................................................4
C. Tujuan penelitian.........................................................................................4
PEMBAHASAN...................................................................................................5
A. Peritistiwa - peristiwa Konflik ideologi.......................................................5
1. Peristiwa PKI Madium...............................................................................5
2. Pemberontakan G30S PKI.........................................................................7
3. Pemberontakan Negara Islam Indonseia....................................................9
KESIMPULAN...................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ideologi adalah seperangkat gagasan yang memuat penjelasan terhadap
realistis, cita-cita, nilai yang ingin dicapai, dan cara mencapai cita-cita tersebut yang
menjadi pedoman bagi suatu komunitas untuk bertindak, yang diakui dan dinyatakan
secara tersurat oleh komunitas tersebut. Ideologi disebut juga sebagai identitas dari sebuah
negara. Karena ideologi sebenarnya memiliki fungsi yang sangat penting untuk sebuah
negara, dimana ideologi digunakan sebagai sebuah hal yang memperkuat identitas sebuah
masyarakat negara.
ideologi memiliki fungsi lainnya, yaitu fungsi kognitif dan orientasi dasar.
Sebagai fungsi kognitif berarti ideologi dapat dijadikan sebuah landasan bagi suatu bangsa
dalam berkehidupan dunia. Sedangkan, fungsi orientasi dasar berarti ideologi merupakan
hal yang dapat dijadikan sumber wawasan dan makna bagi rakyat, serta dapat menjadi
pembimbing bagi rakyatnya dalam mencapai tujuan. Ideologi negara indonesia adalah
pancasila
Pancasila sebagai ideologi negara indonesia mempunyai mempunyai makna sebagai
pedoman masyarakat Indonesia dalam menjalankan kehidupannya. Nilai-nilai yang
terkandung dalam kelima asas Pancasila menjadi landasan masyarakat dalam
bersosialisasi, kehidupan beragama, hak asasi manusia, dan bekerja sama.Peran Pancasila
sebagai ideologi negara memberi bimbingan kepada masyarakat Indonesia dalam
menentukan sikap dan tingkah laku. Nilai-nilai yang terkandung dalam kelima asas
Pancasila dijadikan patokan aturan oleh bangsa ini dalam berbuat di kehidupan
bermasyarakat serta bernegara.
Adanya perbedaan ide, gagasan, pengertian, atau cita-cita yang berbeda antar pihak yang
berkonflik. Dalam konflik dan pergolakan yang berkaitan dengan ideologi tersebut, ada
yang berkaitan dengan ideologi yang dipegang oleh kelompok tertentu. Hal inilah yang
menjadi latar belakang terjadinya konflik dan pergolakan yang berkaitan dengan ideologi.
Pergolakan ini kadangkala disebut juga sebagai pemberontakan terhadap pemerintahan
Indonesia. Hal tersebut terjadi karena kelompok yang melakukan aksinya menginginkan
Indonesia menjadi negara yang sejalan dengan menggunakan ideologi yang dipercayai
kelompok tersebut. oleh karena itu, kami akan mengangkat sebuah judul" KONFLIK
DAN PERGOLAKAN YANG BERKAITAN DENGAN IDEOLOGI"
B. Rumusan masalah
1. Apa saja peristiwa yyang berkaitan dengan konflik dan pergolakan yang berkaitan
dengan ideologi
2. Siapakah tokoh yang terlibat dalam peristiwa konflik dan pergolakan yang berkaitan
dengan ideologi.
C. Tujuan penelitian
1. Mengetahui peristiwa yang berkaitan dengan konflik dan pergolakan yang berkaitan
dengan ideologi
2. Mengetahui tokoh yang terlibat dalam peristiwa konflik dan pergolakan yang
berkaitan dengan ideologi
3. Menambah wawasan dan pembelajaran dari peristiwa konfkikbdan pergolakan yang
berkaitan dengan ideologi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Peritistiwa - peristiwa Konflik ideologi
1. Peristiwa PKI Madium
setelah jatuhnya kabinet Amir Syarifudin, presiden Soekarno menunjuk Moh. hatta
sebagai formatur kabinet ( 29 Januari 1948 s/d 4 Agustus 1949 ).
kabinet Hatta mempunyai agenda program kerja diantaranya :
1. melaksanakan persetujuan Renvile
2. mempercepat terbentuknya RIS ( Republik Indonesia Serikat )
3. melaksanakan Rasionalisasi di dalam negeri dan pembangunan.
4. menunjuk Moh. Roem . sebagai ketua delegasi Indonesia.
Akan tetapi kabinet ini mendapat rongrongan dari berbagai pihak diantaranya :
1. Dari organisasi FDR ( Front Demokrasi Rakyat) yang dipimpin oleh Amir
Sjarifuddin. sehingga pada tanggal 5 Juli 1945, kaum buruh yang bernaung di bawah
FDR mengadakan pemogokan di pabrik karung Delanggu ( Klaten ), dan di Sumatera
juga mengadakan rapat-rapat besar, yang bertujuan agar kabinet Hatta diubah.
2. Dari organisasi GRR ( Gerakan Revolusi Rakyat ) pengikut Tan Malaka yang
dipimpin oleh Dr. Muwardi ( ketua ), Sjamsu Harsja ( wakil Ketua ), dan Chairul
Saleh ( sekretaris ) organisasi ini menuntut agar pemerintah membebaskan para
pemimpin yang sealiran dengan mereka, seperti Tan Malaka, Sukarni, dan Abikusno.
3. Dari Muso. ia seorang tokoh PKI yang bermukim di Moskow sejak tahun 1926 dan
kembali ke Indonesia  pada bulan Agustus 1948. sehingga partai-partai yang
berhaluan Komunis seperti Partai Sosialis dan Partai Buruh berfusi dengan PKI.
mereka menentang kebijakan Kabinet Hatta yang dianggap telah menjual bangsa
Indonesia kepada kaum kapitalis Belanda. 
Pertentangan politik terus meningkat menjadi insiden bersenjata di Solo. insiden
antara simpatisan PKI dengan   lawan-lawan politiknya serta dengan TNI pada tanggal
2 Juli 1948. pada insiden tersebut Kolonel Sutarto( panglima Divisi  Panembahan
Senopati ), dr. Muwardi pimpinan barisan Banteng yang propemerintah diculik dan
dibunuh.
kemudian pada 18 September 1948, diproklamasikan berdirinya Republik Soviet
Indonesia oleh tokoh-tokoh PKI di Madiun. Muso menganggap bahwa Soekarno -
Hatta telah menjalankan politik kapitulasi terhadap Belanda dan Inggris serta hendak
menjual tanah air kepada kaum kapitulasi.
pemerintah segera mengambil tindakan untuk menumpas pemberontakan PKI
dengan membentuk GOM ( Gerakan Operasi Militer ) I yang dilancarkan oleh angkata
perang. yang dipimpin oleh Kolonel Gatot Subroto  ( gubernur militer ) dan pasukan
siliwangi, pasukan tersebut menyerang PKI dari arah Surakarta, Kediri, dan Malang.
Pada tanggal 30 September 1948 pasukan pemerintah menguasai kembali
madiun. dan muso ditembak mati oleh pasukan MOBRIG di daerah Ponorogo. Amir
Sjarifuddin dan Suripno ditangkap di hutan Ketu ( Purwodadi ) mereka diadili dan
dihukum mati. yang lainnya dapat melarikan diri seperti D.N. Adit dan Nyoto.

Bukti Kekejaaman PKI


Gambar 13.1 Rakyat pribumi yg ditindas oleh PKI

Gambar 13.5 Kekejaman pemberomtakan PKI di madiun

2. Pemberontakan G30S PKI


Salah satu peristiwa penting dalam sejarah Indonesia adalah G30S PKI. Gerakan
30 September oleh PKI yang disebut G30S PKI adalah salah satu tragedi nasional
mengancam keutuhan NKRI. Seperti namanya tragedi tersebut terjadi pada tanggal 30
September 1965. Peristiwa itu berlangsung selama dua hari yakni sampai tanggal 1
Oktober 1965. Peristiwa Gerakan 30 September 1965 yang menjadi tragedi nasional
tersebut diduga dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia dan menimbulkan korban di
kalangan petinggi militer. Latar belakang peristiwa G30S PKI adalah sebab
persaingan politik, karena PKI sebagai kekuatan politik merasa khawatir dengan
kondisi kesehatan Presiden Soekarno yang memburuk.
Pada awal Agustus 1965, ketika Presiden Soekarno tiba-tiba pingsan setelah
berpidato, banyak pihak yang beranggapan bahwa usia beliau tidak akan lama lagi.
Sehingga muncul pertanyaan besar tentang siapa yang akan menjadi pengganti
Presiden Soekarno nantinya. Hal ini yang menyebabkan persaingan semakin tajam
antara PKI dengan TNI. Meski telah lama terjadi, namun hingga kini peristiwa
tersebut masih menjadi tragedi paling kontroversial dan menyisakan banyak misteri.
Akibat tragedi G30S PKI antara PKI dan TNI tersebut, banyak menyebabkan
sejumlah prajurit perwira TNI gugur.
Peristiwa Gerakan 30 September 1965 yang menjadi tragedi nasional tersebut
diduga dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia dan menimbulkan korban di
kalangan petinggi militer. Latar belakang peristiwa G30S PKI adalah sebab
persaingan politik, karena PKI sebagai kekuatan politik merasa khawatir dengan
kondisi kesehatan Presiden Soekarno yang memburuk.
Pada awal Agustus 1965, ketika Presiden Soekarno tiba-tiba pingsan setelah
berpidato, banyak pihak yang beranggapan bahwa usia beliau tidak akan lama lagi.
Sehingga muncul pertanyaan besar tentang siapa yang akan menjadi pengganti
Presiden Soekarno nantinya. Hal ini yang menyebabkan persaingan semakin tajam
antara PKI dengan TNI.
Peristiwa G30S PKI terjadi selama dua hari satu malam, yakni mulai 30
September sampai 1 Oktober tahun 1965. Pada tanggal 30 September 1965, kegiatan
koordinasi dan persiapan, selanjutnya pada tanggal 1 Oktober 1965 dinihari kegiatan
pelaksanaan penculikan dan pembunuhan.Berikut kronologi singkat awal
pemberontakan G30S PKI:
Gerakan 30 September 1965 berada di bawah kendali Letkol Untung dari
Komando Batalion I resimen Cakrabirawa. Letkol Untung pemimpin Gerakan 30
September 1965. Letkol Untung menunjuk Lettu Dul Arief menjadi ketua pelaksanaan
penculikan. Pasukan bergerak mulai pukul 03.00, enam Jendral menjadi korban
penculikan dan pembunuhan yakni Letjen. Ahmad Yani, Mayjen. R. Soeprapto,
Mayjen. Harjono, Mayjen. S. Parman, Brigjen D.I. Panjaitan dan Brigjen Sutoyo dan
satu perwira yakni Lettu Pierre Tendean. Keseluruhannya dimasukkan ke dalam
lubang di kawasan Pondok Gede, Jakarta
Satu Jendral selamat dalam penculikan ini yakni Jendral A.H. Nasution, namun
putrinya menjadi korban yakni Ade Irma Suryani serta ajudannya Lettu Pierre
Tendean. Korban lain adalah, Brigadir Polisi K.S. Tubun wafat ketika mengawal
rumah Dr. J. Leimena
Setelah berhasil menculik dan membunuh petinggi AD, PKI menguasai gedung
Radio Republik Indonesia. Dan mengumumkan sebuah Dekrit yang diberi nama
Dekrit no.1, yakni pernyataan bahwa gerakan G30S adalah upaya penyelamatan
negara dari Dewan Jendral yang ingin mengambil alih negara.
Kronologi G30S PKI secara Singkat: Penumpasan Pemberontakan. Akibat peristiwa
pada 30 September 1965 itu, banyak petinggi AD tidak diketahui keberadaannya.
Setelah menerima laporan serta membuat perkiraan, Soeharto mengambil kesimpulan
bahwa para perwira tinggi itu telah diculik dan dibunuh, lalu langsung mengambil alih
pimpinan AD guna menindaklanjuti peristiwa tersebut.
Pada 1 Oktober 1965, penumpasan pemberontakan G30S PKI pun dimulai. TNI
berusaha menetralisasi pasukan-pasukan yang menduduki Lapangan Merdeka.
Selanjutnya, Mayjen Soeharto menugaskan Kolonel Sarwo Edhi Wibowo untuk
merebut kembali gedung RRI dan Pusat Telekomunikasi. Dengan dikuasainya RRI
dan Telekomunikasi, pada jam 20.00 WIB Soeharto mengumumkan bahwa telah
terjadi perebutan kekuasaan oleh pasukan G30S. Diumumkan pula bahwa Presiden
Soekarno dan Menko Hankam/KASAB Jenderal A.H. Nasution dalam keadaan
selamat.
Pada 2 Oktober 1965, operasi berlanjut ke kawasan Halim Perdanakusuma, tempat
pasukan G30S mengundurkan diri dari kawasan Monas Kawasan. Pada tanggal yang
sama atas petunjuk Polisi Sukitman yang berhasil lolos dari penculikan PKI, pasukan
pemerintah menemukan lokasi jenazah para perwira di lubang sumur tua yang disebut
Lubang Buaya.
Pada 4 Oktober 1965, dilakukan pengangkatan jenazah tersebut dan keesokan
harinya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta. Para perwira yang
gugur akibat pemberontakan ini diberi penghargaan sebagai Pahlawan Revolusi.

Gambar 1.1 7 Pahlawan republik indoneisa gugur dalam peristiwa GS30PKI

3. Pemberontakan Negara Islam Indonseia


Gerakan NII ini bertujuan untuk menjadikan Republik Indonesia sebagai sebuah
Negara yang menerapkan dasar Agama Islam sebagai dasar Negara. Dalam
proklamasinya tertulis bahwa “Hukum yang berlaku di Negara Islam Indonesia adalah
Hukum Islam” atau lebih jelasnya lagi, di dalam undang-undang tertulis bahwa
“Negara Berdasarkan Islam” dan “Hukum tertinggi adalah Al Qur’an dan Hadist”.
Proklamasi Negara Islam Indonesia (NII) menyatakan dengan tegas bahwa kewajiban
Negara untuk membuat undang-undang berdasarkan syari’at Islam, dan menolak keras
terhadap ideologi selain Al Qur’an dan Hadist, atau yang sering mereka sebut dengan
hukum kafir.

Gambar 1.2 Karto Suwiryo Pemimpin DI/TII


a. pemberontaan NII/TII di jawa barat

Pada tanggal 7 Agustus 1949 Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo secara resmi


menyatakan bahwa organisasi Negara Islam Indonesia (NII) berdiri berlandaskan
kanun azasi, dan pada tanggal 25 Januari 1949, ketika pasukan Siliwangi sedang
melaksanakan hijrah dari Jawa Barat ke Jawa Tengah, saat itulah terjadi kontak
senjata yang pertama kali antara pasukan TNI dengan pasukan DI/TII. Selama
peperangan pasukan DI/TII ini di bantu oleh tentara Belanda sehingga peperangan
antara DI/TII dan TNI menjadi sangat sengit. Hadirnya DI/TII ini mengakibatkan
penderitaan penduduk Jawa Barat, karena penduduk tersebut sering menerima terror
dari pasukan DI/TII. Selain mengancam para warga, para pasukan DI/TII juga
merampas harta benda milik warga untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka.
  Pagar Betis merupakan operasi penumpasan pemberontakan DI/TII di Jawa
Barat yang dilakukan pada 7 Agustus 1949. Dalam operasi ini, ratusan ribu tenaga
rakyat dikerahkan untuk mengepung tempat persembunyian DI/TII. Pagar Betis
merupakan singkatan dari Pasukan Garnisun Berantas Tentara Islam. Lewat operasi
ini, Kartosuwiryo, pemimpin pemberontakan DI/TII Jawa Barat, berhasil dibekuk.
Baca juga: Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat Latar belakang Operasi Pagar Betis
dilancarkan untuk mengatasi pemberontakan DI/TII di Jawa Barat yang dipimpin
oleh Kartosuwiryo. Terjadinya pemberontakan DI/TII didorong oleh rasa tidak puas
Kartosuwiryo terhadap situasi setelah kemerdekaan Republik Indonesia. Pasalnya,
kemerdekaan RI diselimuti oleh bayang-bayang Belanda yang masih ingin berkuasa
di Indonesia. Awal 1948, Kartosuwiryo bertemu dengan Panglima Laskar Sabilillah
dan Raden Oni Syahroni. Mereka menentang adanya Perjanjian Renville, yang
dianggap tidak dapat melindungi rakyat Jawa Barat. Sejak saat itu, Kartosuwiryo
mulai melakukan pemberontakan, salah satunya dengan mendirikan Tentara Islam
Indonesia (TII). Divisi Siliwangi Disambut Gerakan DI/TII Untuk menanggulangi
pemberontakan tersebut, pemerintah mengeluarkan peraturan No. 59 Tahun 1948
yang berisi tentang penumpasan DI/TII. Salah satu caranya adalah dengan
menurunkan pasukan Kodam Siliwangi dan menerapkan taktik Pagar Betis.
Pelaksanaan Untuk menumpas gerakan DI/TII Jawa Barat, AH Nasution
menerapkan Operasi Pagar Betis. Strategi ini dilaksanakan dengan langkah
pengepungan. Dalam Operasi Pagar Betis, pasukan TNI mengepung basis-basis
pemberontak DI/TII Jawa Barat. Pemerintah tidak hanya mengerahkan TNI, tetapi
juga mengirimkan ribuan tenaga rakyat dalam operasi penumpasan DI/TII Jawa
Barat Masyarakat ikut berperan aktif membantu TNI dengan membuat pos-pos
pertahanan di sekitar lereng gunung. Baca juga: Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo,
Pelopor Gerakan DI/TII Salah satu tujuan dibentuknya Operasi Pagar Betis adalah
untuk mempersempit ruang gerak DI/TII. Setelah perjuangan yang cukup panjang,
akhirnya pada 4 Juni 1962, Kartosuwiryo ditangkap di Gunung Geber. Tokoh yang
menangkap Kartosuwiryo adalah Letda Suhanda, pemimpin Kompi C Batalyon 328
Kujang II/Siliwangi. Tertangkapnya Kartosuwiryo menjadi akhir dari
pemberontakan DI/TII di Jawa Barat.

b. pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah


selain di Jawa Barat, pasukan DI/TII ini juga muncul di Jawa Tengah semenjak
adanya Majelis Islam yang di pimpin oleh seseorang bernama Amir Fatah. Amir
Fatah adalah seorang komandan Laskar Hizbullah yang berdiri pada tahun 1946,
menggabungkan diri dengan pasukan TNI Battalion 52, dan bertempat tinggal di
Berebes, Tegal. Amir ini mempunyai pengikut yang jumlahnya cukup banyak, dan
cara Amir mendapatkan para pasukan tersebut, yaitu. Dengan cara menggabungkan
para laskar untuk masuk ke dalam anggota TNI. Setelah Amir Fatah mendapatkan
pengikut yang banyak, maka pada tangal 23 Agustus 1949 ia memproklamasikan
bahwa organisasi Darul Islam (DI) berdiri di desa pesangrahan, Tegal. Dan setelah
proklamasi tersebut di laksanakan, Amir pun menyatakan bahwa gerakan DI yang di
pimpinnya bergabung dengan organisasi DI/TII Jawa Barat yang di pimpin oleh
Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo.
Di Kebumen juga terdapat sebuah organisasi  bernama Angkatan Umat Islam
(AUI) yang di dirikan oleh seorang kyai bernama Mohammad Mahfud
Abdurrahman. Organisasi tersebut juga bermaksud untuk membentuk Negara Islam
Indonesia (NII) dan bersekutu dengan Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo.
Sebenarnya, gerakan ini sudah di desak oleh pasukan TNI. Akan tetapi, pada tahun
1952, organisasi ini bangkit kembali dan menjadi lebih kuat setelah terjadinya
pemberontakan Battalion 423 dan 426 di Magelang dan Kudus. Upaya untuk
menumpas pemberontakan tersebut, pemerintah membentuk sebuah pasukan baru
yang di beri nama Banteng Raiders dengan organisasinya yang di sebut Gerakan
Banteng Negara (GBN). Pada tahun 1954 di lakukan sebuah operasi yang di sebut
Operasi Guntur untuk menghancurkan kelompok DI/TII tersebut.

Gambar pemberontakaan DII/TII di jawa timur


c. Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan
Pada bulan Oktober 1950 terjadi sebuah pemberontakan Kesatuan Rakyat yang
Tertindas (KRyT) yang di pimpin oleh seorang mantan letnan dua TNI bernama
Ibnu Hajar. Dia bersama kelompok KRyT menyatakan bahwa dirinya adalah bagian
dari organisasi DI/TII yang berada di Jawa Barat. Sasaran utama yang di serang oleh
kelompok ini adalah pos-pos TNI yang berada di wilayah tersebut. Setelah
pemerintah memberi kesempatan untuk menghentikan pemberontakan secara baik-
baik, akhirnya seorang mantan letnan Ibnu Hajar menyerahkan diri. Akan tetapi,
penyerahan dirinya tersebut hanyalah sebuah topeng untuk merampas peralatan TNI,
dan setelah peralatan tersebut di rampas olehnya, maka Ibnu Hajar pun melarikan
diri dan kembali bersekutu dengan kelompok DI/TII. Setelah itu, akhirnya
pemerintahan RI mengadakan Gerakan Operasi Militer (GOM) yang di kirim ke
Kalimantan selatan untuk menumpas pemberontakan yang terjadi di Kalimantan
Selatan tersebut, dan pada tahun 1959, Ibnu Hajar berhasil di ringkus dan di jatuhi
hukuman mati pada tanggal 22 Maret 1965.
c. Pemberontakan DI/TII di Aceh

Sesaat setelah Kemerdekaan Republik Indonesia di proklamasikan, di Aceh


(Serambi Mekah) terjadi sebuah konflik antara kelompok alim ulama yang
tergabung dalam sebuah organisasi bernama PUSA (Persatuan Ulama Seluruh
Aceh) yang di pimpin oleh Tengku Daud Beureuh dengan kepala adat
(Uleebalang). Konflik tersebut mengakibatkan perang saudara antara kedua
kelompok tersebut yang berlangsung sejak Desember 1945 sampai Februari 1946.
Untuk menanggulangi masalah tersebut, pemerintah RI memberikan status Daerah
Istimewa tingkat provinsi kepada Aceh, dan mengangkat Tengku Daud Beureuh
sebagai pemimpin/gubernur.
Setelah terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indoneisa (NKRI) yang
terbentuk pada bulan Agustus 1950. Pemerintahan Republik Indonesia
mengadakan sebuah sistem penyederhanaan administrasi pemerintahaan yang
mengakibatkan beberapa daerah di Indonesia mengalami penurunan status. Salah
satu dari semua daerah yang statusnya turun yaitu Aceh, yang tadinya menjabat
sebagai Daerah Istimewa, setelah operasi penyederhanaan tersebut di mulai, status
Aceh pun berubah menjadi daerah keresidenan yang di kuasai oleh provinsi
Sumatera Utara. Kejadiaan ini sangat mengecewakan seorang Daud Beureuh, dan
akhirnya Daud Beureuh membuat sebuah keputusan yang bulat untuk bergabung
dengan organisasi Negara Islam Indonesia (NII) yang di pimpin oleh Sekarmadji
Maridjan Kartosoewirjo. Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 20 Spetember
1953. Setelah Daud Beureuh bergabung dengan NII, mereka melakukan sebuah
operasi untuk menguasai kota-kota yang berada di Aceh, selain itu mereka juga
melakukan propaganda untuk memperkeruh citra pemerintahan Republik
Indonesia.
Pemberontakan yang di lakukan Daud Beureuh bersama angota NII yang di
pimpin oleh Sekarmadji akhirnya di atasi oleh pemerintah dengan cara
menggunakan kekuatan senjata dan operasi militer dari TNI. Setelah pemerintahan
RI melakukan operasi tersebut, maka kelompok DI/TII tersebut mulai terkikis dari
kota-kota yang di tempatinya. Tentara Nasional Indonesia-pun memberikan
pencerahan kepada penduduk setempat untuk menghindari kesalah pahaman dan
mengembalikan kepercayaan kepada pemerintahan Republik Indoneisa. Tanggal
17 sampai 28 Desember 1962, atas nama Prakasa Panglima Kodami Iskandar
Muda, kolonel M.Jasin mengadakan Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh, yang
musyawarah tersebut mendapat dukungan dari para tokoh masyarakat Aceh dan
musyawarah yang di lakukan tersebut berhasil memulihkan kemanana di Aceh.

c. Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan


Selain pemberontakan DI/TII di Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Kalimantan
Selatan. Pemberontakan DI/TII ini juga terjadi di Sulawesi Selatan yang di pimpin
oleh Kahar Muzakar, organisasi yang sudah di dirikan sejak tahun 1951 tersebut
baru bisa di runtuhkan oleh pemerintah pada Tahun 1965. Untuk menumpas
organisasi tersebut di butuhkan banyak biaya, tenaga, dan waktu karena kondisi
medan yang sangat sulit. Meski demikian, para pemberontak DI/TII sangat
menguasai area tersebut. Selain itu, para pemberontak memanfaatkan rasa
kesukuan yang berkembang di kalangan masyarakat untuk melawan pemerintah
dalam menumpas organisasi DI/TII tersebut. Setelah pemerintahan Republik
Indonesia mengadakan operasi penumpasan DI/TII bersama anggota Tentara
Republik Indonesia. Barulah seorang Kahar Muzakar tertangkap dan di tembak
oleh pasukan TNI pada tanggal 3 Februari 1965.

Pada akhirnya TNI mampu menghalau seluruh pemberontakan yang terjadi pada
saat itu. Karena seperti yang kita ketahui Indonesia terbentuk dari berbagai suku
dengan beragam kebudayaannya dan UUD 45 yang melindungi beberapa
kepercayaan sehingga tidak mungkin untuk menjadikan salah satu hukum agama di
jadikan hukum negara.

Bukti Pemberontakan DI/TII di Indonesia

Gambar 1.3 Rakyat pribumi yg di todong senjata ketika di introgasi oleh


pasukan DI/TII

BAB III
KESIMPULAN

Ideologi adalah seperangkat gagasan yang memuat penjelasan terhadap realistis, cita-cita,
nilai yang ingin dicapai, dan cara mencapai cita-cita tersebut yang menjadi pedoman bagi
suatu komunitas untuk bertindak, yang diakui dan dinyatakan secara tersurat oleh komunitas
tersebut. Ideologi disebut juga sebagai identitas dari sebuah negara.
Pancasila sebagai ideologi negara adalah sarana pemersatu masyarakat dan pengarah
motivasi bangsa untuk mencapai cita-cita. Dan Pancasila sebagai ideologi negara secara lebih
luas adalah visi atau arah kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Pancasila sebagai
ideologi negara bangsa indonesia mempunyai banyak mengalami rintangan yaitu,
pemberontakan PKI, Pemberontakan GS30PKI, Peberontakan NII.
Maka kita sebagai warga negara indonesia selalu mempertahankan ideologi Pancasila,
menolak ideologi dan pemahaman baru yang bertentangan dengan ideologi Pancasila.
mngimplementasikan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dalam kehidupan sehari-
hari.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

https://m.mediaindonesia.com/humaniora/431439/contoh-kata-pengantar-
untuk-tugas-makalah-karya-ilmiah-dan-laporan

https://bpip.go.id/berita/1035/814/fungsi-pancasila-sebagai-pandangan-hidup-
bangsa-begini-penjelasannya.html
https://www.gramedia.com/literasi/makna-pancasila-sebagai-ideologi-negara/

https://tirto.id/peristiwa-konflik-dan-pergolakan-ideologi-dalam-sejarah-
indonesia-ggdh

Anda mungkin juga menyukai