2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kita panjatkan atas limpahan nikmat yang telah Allah
SWT berikan, sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Pemberontakan-Pemberontakan Sejak Pancasila Lahir Sampai Hari Kesaktian
Pancasila” untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila. Doa, sholawat serta
salam tidak lupa kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah
membawa kita menuju agama yang benar ini.
Mempelajari sejarah merupakan suatu hal penting, yang dimana kita akan
mendapatkan pengetahuan mengenai seluk-beluk peristiwa-peristiwa masa
lampau. Dengan mempelajari sejarah kita bisa mempersiapkan kehidupan yang
lebih baik di masa sekarang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................2
C. TUJUAN.......................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
BAB III..................................................................................................................16
KESIMPULAN......................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hari Lahir Pancasila menjadi peringatan akan momen kelahiran Pancasila. Di
mana Soekarno menyampaikan pidato rumusan dasar negara dalam sidang
BUPKI 1 Juni 1945. Rumusan dasar tersebut terdiri dari lima butir, yakni
kebangsaan Indonesia, internasionalisme dan perikemanusiaan, mufakat atau
demokrasi, kesejahteraan sosial, dan Ketuhanan yang Maha Esa Pidato dari
Soekarno akhirnya diterima secara aklamasi oleh anggota BPUPKI. Pada sidang
PPKI 18 Agustus 1945, Pancasila pun disahkan sebagai dasar negara Indonesia.
Dikutip dari situs Badan Kepegawaian Negara, pemerintah menetapkan Hari
Lahir Pancasila sebagai Hari Libur Nasional sejak 2017. Hal ini dilakukan agar
seluruh warga negara memperingati Pancasila sebagai ideologi bangsa Kesaktian
PancasilaBerbeda dengan Hari Lahir Pancasila, Hari Kesaktian Pancasila justru
berkaitan dengan peristiwa G30S/PKI. Peristiwa tersebut merupakan sejarah
kelam Tanah Air yang identik dengan penculikan perwira tinggi militer Hari
Kesaktian Pancasila lekat dengan tragedi pemberontakan G30S/PKI yang
terjadipada 1965.Secara garis besar, Hari Lahir Pancasila menjadi peringatan akan
momen kelahiran Pancasila. Di mana Soekarno menyampaikan pidato rumusan
dasar negara dalam sidang BUPKI 1 Juni 1945.Rumusan dasar tersebut terdiri dari
lima butir, yakni kebangsaan Indonesia, internasionalisme dan perikemanusiaan,
mufakat atau demokrasi, kesejahteraan sosial, dan Ketuhanan yang Maha
Esa.Pidato dari Soekarno akhirnya diterima secara aklamasi oleh anggota
BPUPKI. Pada sidang PPKI 18 Agustus 1945, Pancasila pun disahkan sebagai
dasar negara Indonesia. Tragedi yang terjadi pada 30 September-1 Oktober 1965
ini merupakan upaya dari PKI untuk menggulingkan pemerintahan Soekarno dan
menggeser ideologi Pancasila menjadi komunis,Pemberontakan ini akhirnya
berhasil ditumpas oleh Soeharto dan pasukannya.Kendati demikian, tujuh perwira
1
militer gugur di tangan pasukan PKI.Setelah tragedi itu berakhir, tanggal 1
Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila Penetapan itu bertujuan
sebagai hari perkabungan dari peristiwa G30S/PKI. Selain perkabungan, Hari
Kesaktian Pancasila juga menjadi peringatan atas kemenangan Pancasila dari
ancaman ideologi komunis.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja pemberontakan-pemberontakan yang terjadi sejak Pancasila lahir
sampai Hari Kesaktian Pancasila?
2. Siapa saja tokoh dibalik pemberontakan tersebut?
3. Apa yang melatarbelakangi pemberontakan tersebut?
C. TUJUAN
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Pancasila yang diberikan dosen. Selain itu guna menambah wawasan
mengenai sejarah pemberontakan-pemberontakan yang terjadi sejak Pancasila
lahir hingga Hari Kesaktian Pancasila, yaitu mengenai siapa saja tokoh dibalik
gerakan pemberontakan dan apa yang melatarbelakangi gerakan pemberontakan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kegiatan FDR dikendalikan oleh PKI sejak Muso kembali Uni Soviet. Atas
anjuran dari Muso, partai yang tergabung dalam FDR meleburkan diri dalam PKI.
Selanjutnya, PKI menyusun politbiro (dewan politik) dengan ketuanya Muso dan
sekretaris pertahanan Amir Syarifuddin. Dalam rangka untuk menjatuhkan
wibawa pemerintah, Muso dan Amir Syarifuddin berkeliling ke sejumlah kota di
Jawa Tengah dan Jawa Timur untuk mempropagandakan PKI beserta
programnya. Sambil menjelek-jelekkan pemerintah, PKI mempertajam persaingan
antara pasukan TNI yang pro-PKI dan propemerintah. Adanya persaingan tersebut
memicu terjadinya pemberontakan PKI di Madiun (Madiun Affair).
3
Di Surakarta pada tanggal 11 September 1948 terjadi bentrokan antara
pasukan propemerintah RI (Divisi Siliwangi) dan pro-PKI (Divisi IV). Untuk
mengatasi hal tersebut pemerintah menunjuk Kolonel Gatot Subroto sebagai
gubernur militer (meliputi daerah Surakarta, Pati, Semarang, dan Madiun).
Akhirnya pada tanggal 17 September 1948 pasukan pro-PKI mundur dari
Surakarta. Ternyata kejadian di Surakarta tersebut hanya untuk mengalihkan
perhatian. Pada waktu kekuatan TNI terjun ke Surakarta, Sumarsono dari Pesindo
dan Letnal Kolonel Dahlan dari Brigade 29 yang pro-PKI melakukan perebutan
kekuasaan di Madiun pada tanggal 18 September 1948. Tindakan PKI tersebut
disertai dengan penangkapan dan pembunuhan pejabat sipil, militer, dan pemuka
masyarakat, kemudian mereka mendirikan pemerintahan Soviet Republik
Indonesia di Madiun.
4
Pelopor gerakan DI/TII adalah Sekarmaji Marjian Kartosuwiryo. Dengan
ditandatanganinya Perjanjian Renville pada tanggal 8 September 1947 membuat
pasukan TNI harus hijrah dari Jawa Barat ke Jawa Tengah. Namun, kepindahan
tersebut tidak diikuti oleh pasukan Hizbullah dari Sabilillah yang dipimpin oleh
S.M. Kartosuwiryo. Menurut S.M. Kartosuwiryo, tidak seharusnya Republik
Indonesia melepaskan Jawa Barat kepada Belanda setelah berjuang bersama
dalam mencapai kemerdekaan. S.M. Kartosuwiryo kecewa dan tidak mengakui
lagi keberadaan Republik Indonesia dan kemudian memproklamasikan berdirinya
Negara Islam Indonesia (NII) pada tanggal 7 Agustus 1949 di Desa Cisayong,
Tasikmalaya, Jawa Barat. S.M. Kartosuwiryo membentuk Tentara Islam
Indonesia (TII) dengan markasnya di Gunung Geber. TII terdiri dari laskar
Hisbullah dan Sabilillah.
5
Allah dan ditunjukkan Rasul. Tujuan kedua adalah menyempurnakan jalannya
ajaran agama Islam, tidak ada paksaan dalam menganut dan memeluk Islam.
Sesudah Konferensi Meja Bundar timbul pertentangan antara AUI dengan RI
karena syarat-syarat yang disepakati dalam KMB ditolak AUI. Ketidakpatuhan
pihak AUI terhadap perintah dan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh alat-
alat negara menimbulkan ketegangan-ketegangan antara pihak AUI dengan RI.
Ketidaksediaan AUI menerima keputusan politik pemerintah pusat berupa
penggabungan laskar-laskar AUI ke dalam APPRIS (Angkatan Perang Republik
Indonesia Serikat) sebagai realisasi hasil-hasil KMB menimbulkan pertentangan.
Usaha perdamaian dan ultimatum Pemerintah tidak dihiraukan AUI sehingga
terjadi pertempuran antara AUI dengan Tentara Republik pada tanggal 30 Juli
1950. Untuk menumpas gerakan tersebut pemerintah membentuk pasukan
Banteng Raiders dan melanjarkan Operasi Gerakan Banteng Negara dan berhasil
menumpas pada tahun 1954.
Ketiga, yang muncul dari pembelotan sebagian tentara dari kesatuan Divisi
Diponegoro Jawa Tengah. Kemunculan kelompok yang terlibat Darul Islam dari
Divisi Diponegoro Jawa Tengah berasal dari Batalion 423 dan Batalion 426.
Menurut Van Dijk, gerakan eks Batalion 426 merupakan bagian dari penegakan
cita-cita negara Islam Darul Islam Kartoesoewirjo. Pemberontakan Darul Islam
eks Batalion 426 relatif singkat yang dimulai bulan Desember 1951 – April 1952.
Pemberontakan eks Batalion 426 disebabkan simpati mereka terhadap gerakan
Darul Islam dan ketidakpuasan anggota batalion atas perlakuan pihak Divisi.
Penanaman cita-cita Darul Islam ke dalam Batalion 426 dipengaruhi oleh
pemimpin terkemuka mereka yakni Kapten Sofyan yang menjadikan batalion 426
sebagai bagian dari Tentara Islam Indonesia. Mereka menggunakan sentimen
Islam dan menanamkan semangat berperang melawan TNI yang dianggap kafir.
3) Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan
6
pertengahan bulan Oktober 1950 menyerang pos-pos TNI dan mengacaukan
sejumlah wilayah di Kalimantan Selatan.
7
Dengan kembalinya Daud Beureueh ke tengah masyarakat menandai berakhirnya
pemberontakan DI/TII.
Setelah batas waktu ultimatum tidak dipenuhi oleh Andi Aziz, pemerintah
mengirimkan pasukan ekspedisi di bawah kepemimpinan Kolonel Alex
Kawilarang. Pada tanggal 26 April 1950 seluruh pasukan mendarat di Makassar
dan terjadilah pertempuran. Pada tanggal 5 Agustus 1950 tiba-tiba Markas Staff
Brigade 10/Garuda Matram di Makassar dikepung oleh pengikut Andi Aziz, tetapi
8
berhasil dipukul mundur pihak TNI. Peristiwa ini dikenal dengan peristiwa 5
Agustus 1950.
9
Kelompok III dipimpin oleh Mayor Suryo Subandro
10
Dewan Garuda di Sumatra Selatan yang dipimpin oleh Letnan
Kolonel Barlian, berkedudukan di Palembang.
11
dinamakan Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta). Permesta secara terang-
terangan mendukung PRRI.
Pemerintah segera bertindak mengahadapi pemberontakan yang berkobar di
Sulawesi Utara tersebut melalui jalur perundingan dengan mengirimkan misi
damai dengan dipimpin Mengkom. Jalur perdamaian ini tidak membuahkan hasil.
Karena itu pemerintah lantas melakukan operasi militer yang dinamakan Operasi
Merdeka yang terdiri dari OperasiSaptaMarga I-IV dan Operasi Mena I-II yang
dipimpin oleh Letnan Kolonel Rukminto Hendraningrat. Pada bulan April 1958
Operasi Merdeka segera dilancarkan ke Sulawesi Utara. Ternyata dalam
petualangannya, Permesta mendapat bantuan dari pihak asing. Hal ini terbukti saat
ditembak jatuhnya sebuah pesawat pada tanggal 18 Mei 1958 di atas Ambon.
Ternyata pesawat itu dikemudikan A.L. Pope seorang warga negara Amerika
Serikat. Hanya berselang 6 bulan kemudian, Agustus 1958, pemberontakan
Permesta dapat ditumpas.
12
Simatupang. Pemerintah RIS menempuh 2 cara untuk menumpas pemberontakan
APRA di Bandung, yaitu melakukan tekanan terhadap pimpinan tentara Belanda
dan melakukan operasi militer. Perdana RIS Moh. Hatta, mengutus pasukan ke
Bandung dan mengadakan perundingan dengan komisaris tinggi Belanda di
Jakarta. Hasil dari perundingan tersebut, Westerling didesak untuk meninggalkan
kota Bandung. Gerakan APRA semakin terdesak dan terus dikejar oleh pasukan
APRIS bersama rakyat dan akhirnya gerakan APRA dapat dilumpuhkan. Akhir
dari pemberontakan yaitu pasukan APRA berhasil dilumpuhkan, namun
Westerling melarikan diri.
13
(Staf Umum Angkatan Darat) yang dianggap kerap berkontak dengan CIA
(Central Intelligence Agency/Agen rahasia Amerika Serikat), membuat para
perwira muda ini meragukan patriotisme para Jenderal SUAD dan Jenderal-
Jenderal pimpinan militer di Jakarta lainnya.
Versi Peter Dale Scott atau Geoffrey Robinson
Menurut teori ini, dalang Gerakan 30 September adalah Dinas Intelijen
Amerika Serikat (CIA). AS sangat khawatir Indonesia jatuh ke tangan komunis.
Pada masa itu PKI memang tengah kuat-kuatnya menanamkan pengaruh di
Indonesia. Oleh karena itu, CIA kemudian bekerja sama dengan suatu kelompok
dalam tubuh Angkatan Darat untuk memprovokasi PKI agar melakukan gerakan
kudeta. Setelah itu, PKI yang dihancurkan. Adapun tujuan akhir skenario CIA ini
adalah menjatuhkan kekuasaan Soekarno.
Versi John D. Legge
Menurut teori ini, tidak ada dalang tunggal dan tidak ada skenario besar
dalam G-30-S. Kejadian tersebut hanya merupakan hasil dari perpaduan antara,
seperti yang disebut Soekarno: "unsur-unsur nekolim (negara Barat), pimpinan
PKI yang keblinger, serta oknum-oknum ABRI yang tidak benar". Semuanya
pecah dalam improvisasi di lapangan.
Versi Brian May
Soeharto sebagai dalang Gerakan 30 September. Pendapat ini antara lain
dikemukakan oleh Brian May dalam bukunya yang berjudul Indonesia Tragedy.
Menurut Brian May, terdapat kedekatan hubungan antara Letkol Untung sebagai
pimpinan Gerakan 30 September 1965 dan Mayjen Soeharto yang saat itu
menjabat Panglima Kostrad.
Versi Anthony Dake dan John Hughes
Soekarno adalah dalang Gerakan 30 September. Teori ini dikemukakan
antara lain oleh Anthony Dake dan John Hughes. Teori ini beranjak dari asumsi
bahwa Soekarno berkeinginan melenyapkan kekuatan oposisi terhadap dirinya,
yang berasal dari sebagian perwira tinggi Angkatan Darat. Adapun dasar teori ini
antara lain berasal dari kesaksian Shri Biju Patnaik (seorang pilot asal India yang
menjadi sahabat banyak pejabat di Indonesia sejak masa revolusi). la mengatakan
bahwa pada 30 September 1965 tengah malam Soekarno memintanya untuk
14
meninggalkan Jakarta sebelum subuh. Menurut Shri Biju Patnaik, Soekarno
berkata "sesudah itu saya akan menutup lapangan terbang". Di sini seakan
Soekarno tahu bahwa akan ada peristiwa besar esok harinya. Teori ini dilemahkan
antara lain dengan tindakan Soekarno yang ternyata kemudian menolak
mendukung G-30-S, bahkan pada tanggal 6 Oktober 1965 dalam sidang Kabinet
Dwikora di Bogor, Soekarno mengutuk G-30-S ini.
15
BAB III
KESIMPULAN
16
DAFTAR PUSTAKA
Sumber :ilmu Pengetahuan Sosial 3 oleh untuk smp/mts kelas ix, ISBN:
9789794628829, 9794628824, Penerbit Grasindo
Sumber: Buku Saku Sejarah UTBK SBMPTN 2021 oleh Syahri Ramadhan, ISBN:
9786236521557, 6236521557, Penerbit Garudhawaca
Sumber: Sejarah Indonesia oleh Berta Rahardian, Candra Kirana, Catur Wahyu
Nugroho, CintaSetya, dkk, Penerbit Viva Pakarindo
https://www.google.com/url?q=https://eprints.uny.ac.id/21369/3/3.%2520BAB
%2520I.pdf&usg=AOvVaw1NzzQU-61_whgIkLFJwFbs&hl=in_ID
Cornelis van Dijk. Darul Islam, Sebuah Pemberontakan, Jakarta: Grafiti Pers.
1983, hlm. 137.
17
18