Disusun untuk memenuhi tugas kuliah yang diampu oleh Drs. Jamzuri, M.Pd
Disusun Oleh :
Aditya Santoso
K2310002
Pendidikan Fisika 2010 A
PENDAHULUAN
1. Hukum perdata
a. Sejarah
Hukum perdata (burgerlijkrecht) bersumber pokok burgerlijk wet boek
(KHUS) atau kitab undang-undang hukum sipil yang berlaku di Indonesiasejak
tanggal 1 mei 1848 KUHP ini merupakan copyan dari KUHP belanda , berdasarkan
asas konkordasi .
Sebagian besar dalam KHUS merupakan hukum perdata Perancis . yaitu code
Napoleon (1811-1838) code Napoleon terdiri dari code civil yang berasal dari para
pengarang bangsa Perancis tentang hukum Romawi , hukum kanonik , dan hukum
kebiasaan setempat.
Belanda merupakan Negara jajahan Perancis sampai kedudukan Perancis
sampai kedudukan perancis berakhir , pada saat itu di bentuk sebuah panitia kecil
yang diketuai oleh Mr. J.M. Kemper , untuk membuat suatu kodifikasi hukum perdata
yang bersumber pada code Napoleon dan sebagian kecil hukum Belanda kuno .
Kodifikasi tersebut kemudian di resmikan pada tanggal 1 Oktober 1838.
buku :
PEMBAHASAN
1. Hukum Pidana dan Perdata dalam Kewirausahaan
Secara umum, berikut beberapa kasus pelanggaran hukum dalam bidang kewirausahaan
terkait kasus pidana dan perdata antara lain :
a. Kasus Pidana.
1) Kasus Penggelapan. Dalam Pasal 372 KUHP, mengenai Penggelapan, dikatakan
Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukam memiliki suatu benda yang
seluruhnya atau sebagian milik orang lain, yang ada dalam kekuasaannya bukan
karena kejahatan, diancam karena penggelapan dengan pidana penjara paling lama
4 (empat) tahun atau denda paling banyak Rp.900,2) Kasus penipuan. Pasal 378 KUHP merumuskan sebagai berikut: "Barang siapa
dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan
melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu
muslihat ataupun dengan rangkaian kebohongan menggerakkan orang lain untuk
menyerahkan sesuatu benda kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun
menghapuskan piutang, diancam karena penipuan dengan pidana penjara paling
lama 4 tahun."
b. Kasus Perdata.
1) Kasus hutang piutang. Adapun pengertian hutang piutang yaitu memberikan
sesuatu (uang atau barang) kepada seseorang dengan perjanjian dia akan
membayar yang sama dengan itu. sama dengan perjanjian pinjam meminjam yang
dijumpai dalam ketentuan kitab Undang-Undang hukum perdata pasal 1754 yang
berbunyi : pinjam meminjam adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang
satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah barang-barang tertentu dan
habis karena pemakaian, dengan syarat bahwa yang belakangan ini akan
mengembalikan sejumlah yang sama dari macam keadaan yang sama pula.
2) Kasus bursa dagang. Disebutkan pada undang-undang hukum perdata pasal 59
Bursa dagang adalah tempat pertemuan para pedangang, juragan perahu,
makelar, kasir dan orang - orang lain yang termasuk dalam gelanggang
perdagangan. Pertemuan itu didasarkan atas Mentri Keuangan. Dilanjutkan pada
pasal 60 Dari permusyawaratan dan permufakatan yang terjadi pada bursa itu
dibuatnya ketetapan - ketetapan tentang kurs wesel, tentang harga segala barang
perdagangan, asuransi - asuransi, permuatan kapal, biaya - biaya pengangkutan
baik melalui air, maupun daratan obigasi - obigasi dalam dan luar negri, andil andil dalam berbagai dana dan surat - surat berharga lainnya, yang dapat
ditetapkan kursnya. Kurs atau harga yang berbagai -bagai itu harus disusun
menurut peraturan atau kelaziman setempat.
2. Contoh Kasus Hukum bidang Kewirausahaan :
Seorang direktur perusahaan penyalur tekstil didakwa menggelapkan uang Rp 741
juta. Namun, dia menganggap kasus itu perdata utang-piutang. Lelaki muda berpakaian rapi
itu tampak gelisah diruang sebelah sel Pengadilan Negeri Jakarta Barat , 12 Mei lalu.
Maklum saja, persidangan atas dirinya belum juga dimulai walaupun ia telah menunggu
sekitar dua jam. Lelaki itu, Sugiyanto Widjaya alias Inggit, 34 tahun, dituduh menggelapkan
uang dan ia disidang oleh majelis hakim yang dipimpin Sumantri.
Dalam dakwan jaksa penuntut umum H. Hamzah Patarangi, Sugiyanto telah
menggelapkan uang milik perusahaan tekstil PT Cahaya Mitra Damai (CMD), Bandung, Rp
741 juta. Ceritanya,pada Oktober 1994, Presiden Komisaris PT CMD Miming Theniko dan
Partner bisnisnya mendirikan suatu usaha dagang untuk menyalurkan dan memasarkan
tekstilnya. Perusahaan itu bernama PD Krisjaya Makmur. Komposisi modal kepemilikan :
Miming Theniko 20 persen, Yansen Theniko 20 persen, Afi Tanujaya 30 persen, dan Aming
Tanujaya 30 persen.
ujar Sugiyanto. Dia mengaku mengenal Miming sejak 1989. Saat itu, PD Krisjaya miliknya
sudah berjalan. Kemudian, pada 1994, dia bekerjasama dengan Miming untuk menjual tekstil
PT CMD. Namun, memang ada masalah dalam hal pembayaran. itu pun hanya sekitar 200
juta, bukan Rp 700a-an juta seperti dakwaan jaksa, katanya lagi.
Pengacara Sugiyanto, Adi Warman, yakin bahwa dakwaan jaksa itu salah alamat.
Menurut dia, perkara ini sebenarnya merupakan perkara utang-piutang, bukan pidana
penggelapan. Jadi, terkesan dipaksakan untuk ke pidana, ujarnya. Dan, menurut Adi lagi,
Mimimg bukan kali ini saja memidanakan kasus perdata seperti yang dialami kliennya.
Karena itu, Adi sendiri siap dengan beberapa bukti untuk mematahkan dakwaan tersebut.
Itu kan dakwaan saya, pembuktian di persidangan bisa dilihat nanti, ujar Hamzah.
Dan, memang, acara persidangan kali itu adalah pemeriksaan para saksi yang diajukan jaksa,
yaitu saksi Deden, karyawan PT CMD bagian keuangan, dan Kiki dari bagian pemasaran.
Menurut Deden, dia memgetahui pendirian PD Krisjaya itu setelah diberi tahu bosnya,
Miming, pada Oktober 1994. Namun, dia sendiri tidak melihat secara langsung akta surat izin
usaha perdagangan (SIUP) PD Krisjaya. Yang saya tahu, salah satu pemilik PD Krisjaya
adalah bos saya, kata Deden.
Sampai kini memang belum terbukti di persidangan, apakah perkara itu penggelapan
(pidana) atau utang-piutang (perdata). Toh, Sugiyanto sudah meringkuk di Rutan Salemba,
menunggu jawaban permohonan penangguhan penahanan yang di ajukan pengacarnya.
Memang, saya sedang kena musibah. ujar lelaki bermata sipit itu.
http://pakmanihuruksh.wordpress.com/2012/05/24/antara/
Analisis :
Hal diatas dapat dikategorikan termasuk masalah Pidana. Hal ini dapat dikatakan
demikian karena unsur-unsur dalam Pasal 372 KUHP tersebut telah terpenuhi. Yaitu Sugiato
dalam hal ini memiliki suatu benda yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain (Miming)
yang ada dalam kekuasaannya, bukan karena kejahatan
Diatas juga dikatakan bahwa, yang mengusulkan nama Sugianto selaku pengelola PD
Krisjaya adalah miming. Ini artinya antara Sugianto dan Miming memilki hubungan dalam
bidang pekerjaan. Miming mempercayakan sugianto untuk menerima pasokan tekstil dr PT
CDM untuk dipasarkan ke wilayah Jawa dan Sumatra dan Sugiyanto selaku penerima
pembayaran dari pelanggan baik secara tunai maupun kredit untuk kemudian meneruskannya
ke PT CMD dan mengembalikan barang-barang tekstil yang tidak terjual ke PT CMD.
Namun hal ini lah yang tidak dijalankan oleh sugianto. Sugianto tidak meneruskan uang
tersebut ke PT CMD.
Sementara itu, kasus ini tersebut tidak dapat disebut sebagai kasus utang-piutang.
karena Yang dikatakan utang piutang, tentunya ada Pihak yang memberikan Piutang dan di
satu pihak lagi ada Pihak yang menerima utang. Hal ini tidak ada dalam kasus tersebut.
Daftar Pustaka :
http://ilmupengetahuanhukum.blogspot.com/2008/06/hukum-perdata-hukum-pidana-danhukum.html
http://pakmanihuruksh.wordpress.com/2012/05/24/antara/
http://modus-kejahatan.blogspot.com/2009/03/penipuan-pasal-378-kuhp.html
http://www.sjdih.depkeu.go.id/fullText/1847/23tahun~1847Stbl.htm