Anda di halaman 1dari 3

Nama : Odeh Opdiana

NIM : 044684918
Program Studi : Ilmu Hukum S1
Tugas 2 Hukum INternasional
Pertanyaan

1. Mengapa perwakilan suatu negara (diplomat) perlu mendapatkan kekebalan dan


keistimewaan tertentu?
2. Berikan analisa hukum anda terhadap penyadapan perwakilan diplomatik Indonesia
di Myanmar!
3. Jelaskan prinsip inviolability dalam hukum diplomatic!
4. Jelaskan perbedaan (a) perwakilan diplomatik dan (b) perwakilan konsuler!

Jawaban

1. Fungsi perwakilan diplomatik terdapat dalam Pasal 3 Konvensi Wina 1961 tentang
Perwakilan Diplomatik, fungsi tersebut adalah merepresentasikan negara pengirim,
melindungi kepentingan negara pengirim dan warga negaranya, melakukan negosiasi,
membuat laporan keadaan dan perkengangan negara penerima serta meningkatkan
hubungan kedua negara dalam bidang ekonomi, kultur dan sains. Perwakilan
diplomatik tentunya memiliki kekebalan-kekebalan yang diatur diatur dalam Konvensi
Winal 1961 pada Pasal 29 secara jelas mengatur tentang kekebalan pribadi yang
dimiliki oleh seorang diplomat, yang meyebutkan : “Pejabat diplomatik tidak boleh
diganggu-gugat; Pejabat diplomatik tidak boleh ditangkap dan ditahan; Negara
penerima harus memperlakukannya dengan penuh hormat dan mengambil langkah
yang layak untuk mencegah serangan atas diri, kebebasan dan martabat seorang
diplomat”. Tidak hanya seorang diplomat atau konteks berbicara tentang individu
tetapi juga tempat ataupun kantor seorang diplomat (Syafiza K., dkk, 2014: 45).
Mengenai kekebalan diplomatik ini, saya menjabarkan sebagaimana diatur di dalam
Pasal 22 sampai Pasal 33 Konvensi Wina tentang Hubungan Diplomatik. Kekebalan
tersebut antara lain : Kekebalan pribadi pejabat diplomatik, kekebalan keluarga
pejabat diplomatik, kekebalan yurisdiksi, kekebalan dari kewajiban menjadi saksi di
pengadilan, kekebalan gedung perwakilan diplomatik dan tempat kediaman wakil
diplomatik. Kemudian mengenai hak istimewa yang di berikan kepada perwakilan
diplomatik sebagai berikut : Bidang pajak dan iuran, pembebasan dari bea cukai dan
bagasi, pembebasan dari kewajiban keamanan sosial, pembebasan dari pelayanan
pribadi, pembebasan dari kewarganegaraan. Hak kekebalan dan keistimewaan yang
diberikan kepada perwakilan diplomatik sebagaimana diatur di dalam ketentuan
Konvensi Wina Tahun 1961 tentang Hubungan Diplomatik, ini juga terdapat di dalam
perwakilan negara, tidak terkecuali perwakilan diplomatik Korea Utara.
Hubungan diplomatik yang dilaksanakan akan memberikan suatu hak khusus seperti
hak kekebalan dan hak keistimewaan dengan tujuan pemberian hak tersebut agar
terjaminnya misi diplomatik dalam melaksanakan tugas di negara penerima dan dapat
berjalan dengan lancar, sesuai dengan harapan negara pengirim.

2. Kekebalan dan keistimewaan yang dimiliki seorang wakil diplomatik didasarkan pada
pemberian kesempatan seluas-luasnya kepada wakil diplomatik dalam melakukan
tugasnya dengan sempurna. Hal tersebut merupakan bentuk perlindungan terhadap
perwakilan diplomatik beserta fasilitas-fasilitasnya termasuk di dalamnya gedung
perwakilan diplomatik asing. Tanggung jawab negara lahir apabila negara melakukan
perbuatan yang bertentangan dengan hukum karena kesalahan atau kelalaiannya
sehingga menimbulkan pelanggaran kewajiban hukum Internasional. Dalam hal terjadi
pelanggaran terhadap kekebalan dan keistimewaan wakil diplomatik, maka negara
penerima dapat dikatakan tidak dapat memberikan perlindungan dan Kenyaman
terhadap para diplomatik dalam menjalankan fungsi dan misi-misinya.Penyelesaian
sengketa Internasional antara Indonesia dengan Myanmar dalam kasus penyadapan
gedung diplomatik dapat ditempuh dalam berbagai cara diantaranya melalui prosedur
penyelesaian secara politik, hukum (yuridis) maupun dalam kerangka kerjasama
ASEAN. Namun menggunakan jalur diplomatik atau jalur negosiasi yang didasarkan
pada itikad baik dari kedua negara yang merupakan langkah awal yang paling baik
dalam penyelesaian sengketa. Bila kesepakatan gagal diambil dalam jalur diplomasi,
maka dapat ditempuh cara-cara penyelesaian sengketa secara hukum dan
membawanya ke Mahkamah Internasional.
Menurut saya Berdasarkan bunyi Pasal 1 dan 2 dari ICCPR 1950 dapat ditegaskan
bahwa penyadapan yang pada prinsipnya dilarang dapat dikecualikan jika dilakukan
untuk hal-hal yang berkaitan dengan a). keamanan nasional, b). keamanan publik atau
keamanan ekonomi negara, c). pencegahan kejahatan atau kriminalitas, d).
perlindungan kesehatan atau perlindungan moral, serta e). perlindungan hak-hak dan
kebebasan orang lain.
Pengecualian terhadap larangan penyadapan juga terjadi sebagai Lex Specially dalam
Kejahatan Internasional dalam konteks penanggulangan Kejahatan Pidana
Internasional, terutama terkait dengan kejahatan inti (core crime). Kejahatan inti (core
crime) tersebut sebagaimana diatur oleh Statuta Roma 1998 menurut William
Chabach mencakup: a). kejahatan HAM berat (Gross Violation of Human Rights), b).
petnis (genocida/etnic cleansing), berdasarkan pada Newremberg Adhoc Tribunal
1946, c). kejahatan Perang (war crimes), berdasarkan Tokyo Adhoc Tribunal 1948, d).
kejahatan Kemanusiaan (crime against humanity), dan e). agresi (the act of
aggression).
Pengecualian atas larangan penyadapan dalam ranah hukum pidana internasional
selain pada kejahatan inti (core crimes) juga diberlakukan pada Kejahatan Lintas
Negara Teroganisir (transnational organized crime) karena temasuk kejahatan luar
biasa (extra ordinary crime). Secara rinci kejahatan lintas negara yang juga termasuk
kejahatan luar biasa (extra ordinary crime), mencakup: a). kejahatan korupsi
(corruption crime), b). perdagangan orang (human rafficking), c). pencucian uang
(money laundering), d). perdagangan narkotika (illicit drug trafficking), e).
penyelundupan senjata (weapon smuggling), dan sebagainya. Pada kasus extra
ordinary crime seperti tersebut di atas dimungkinkan dilakukan penyadapan sepanjang
ada pengaturan yang jelas dalam peraturan perundangan-undangan negara terkait.

3. Inviolability adalah kekebalan terhadap alat-alat kekuasaan dari Negara


Penerima dan kekebalan terhadap segala gangguan yang merugikan sehingga
mengandung pengertian memiliki hak untuk mendapatkan perlindungan dari alat-alat
kekuasaan Negara Penerima.

4. a. Perwakilan Diplomatik adalah Perwakilan yang kegiatannya meliputi semua


kepentingan Negara Republik Indonesia dan yang wilayah kerjanya meliputi seluruh
wilayah negara penerima atau yang bidang kegiatannya melingkupi bidang kegiatan
suatu organisasi internasional. Sedangkan
b. Perwakilan Konsuler adalah Perwakilan yang kegiatannya meliputi semua
kepentingan Negara Republik Indonesia di bidang konsuler dan mempunyai wilayah
kerja tertentu dalam wilayah negara penerima.

Sumber refrensi:
1. https://rechtsvinding.bphn.go.id/?page=artikel&berita=529#:~:text=Hubungan%20diplomatik%
20yang%20laksanakan%20akan,sesuai%20dengan%20harapan%20negara%20pengirim.
2. https://www.neliti.com/id/publications/158117/pelanggaran-terhadap-hak-kekebalan-
diplomatik-studi-kasus-penyadapan-kedutaan-be
3. Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM NO. 2 VOL. 22 APRIL 2015: 183 – 202
4. https://jdih.setkab.go.id/PUUdoc/14868/KP0511976.htm#:~:text=(4).,bidang%20kegiatan%20
suatu%20organisasi%20internasional.

Anda mungkin juga menyukai