Anda di halaman 1dari 9

Lex Et Societatis Vol. VII/No.

11/Nov/2019

HAK KEKEBALAN DAN KEISTIMEWAAN Relations, 1961), bahwa apabila negara ketiga
PEJABAT DIPLOMATIK DI NEGARA KETIGA telah memberikan izin terhadap pejabat
(THIRD STATE) MENURUT KONVENSI WINA diplomatik yang bersangkutan untuk memasuki
19611 wilayahnya maka negara ketiga wajib
Oleh: Monique Rashinta Christina Aurora memberikan Hak Kekebalan dan Keistimewaan
Ginting Munthe2 terbatas yang diperlukan untuk menjamin
perjalanan pejabat diplomatik tersebut.
ABSTRAK Pemberian Hak kekebalan dan keistimewaan ini
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk berlaku apabila diplomat tersebut hanya
mengetahui bagaimanakah pengaturan Hukum bertujuan transit di suatu wilayah negara
Internasional tentang Hak Kekebalan dan Hak ketiga, dalam perjalanannya menuju atau
Keistimewaan Pejabat Diplomatik dan kembali ke pos dinasnya, atau dalam perjalanan
bagaimanakah peran negara ketiga (third state) kembali kenegaranya. Dalam hal tindakan
terhadap Hak Kekebalan dan Keistimewaan transit seorang pejabat diplomatik tersebut
pejabat diplomatic yang dengan metode dilakukan dalam keadaan force majeure, maka
penelitian hukum normatif disimpulkan: 1. meskipun tanpa izin negara ketiga pejabat
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya diplomatik dapat transit di wilayah negara
seorang perwakilan diplomatik diberikan Hak ketiga tersebut dan negara ketiga memiliki
Kekebalan dan Keistimewaan, hal ini kewajiban untuk memberikan Hak Kekebalan
dibenarkan oleh hukum internasional dan dan Keistimewaan terbatas selama hak
sudah menjadi Hukum kebiasaan Internasional tersebut dibutuhkan dalam menjamin
sejak berabad-abad yang lalu, serta diatur perjalanan diplomat tersebut. Dalam hal
dalam Konvensi Wina 1961 tentang Hubungan pejabat diplomatik dalam keadaan damai (tidak
Diplomatik (Vienna Convention on Diplomatic sedang berperang) hanya berniat melewati
Relations, 1961). Hak kekebalan yang melekat wilayah negara ketiga, maka berdasarkan
pada seorang pejabat diplomatik menurut hukum kebiasaan internasional negara ketiga
Konvensi Wina 1961 adalah, kekebalan wajib memberikan Hak Innocent Passage (hak
(inviolability) pribadi, kekebalan (immunity) lintas bebas).
terhadap yurisdiksi pidana, perdata, dan Kata kunci: diplomatik; konvensi wina;
administrasi negara penerima, dan
keistimewaan (privileges) berupa pembebasan PENDAHULUAN
dari pajak,iuran, bea cukai negara penerima A. Latar Belakang Masalah
(sending state), pebebasan dari pemeriksaan Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya,
barang, terdapat juga pembebasan dari pejabat diplomatik diberikan hak kekebalan dan
jaminan sosial, pelayanan sosial, dan wajib keistimewaan yang didasarkan pada aturan-
militer. Akan tetapi, sekalipun pejabat aturan hukum kebiasaan internasional yang
diplomatik memiliki hak kekebalan dan sudah berlaku seperti praktek-praktek negara,
keistimewaan tersebut berdasarkan Pasal 40 serta perjanjian lainnya yang berkaitan dengan
ayat (1) Konvensi Wina 1961 tentang Hubungan hubungan antar negara.3 Adanya pemberian
Diplomatik (Vienna Convention on Diplomatic kekebalan dan keistimewaan bagi para pejabat
Relations, 1961), pejabat diplomatik wajib diplomattik pada hakikatnya merupakan hasil
mematuhi hukum negara penerima dan tidak sejarah diplomasi yang sudah lama sekali
boleh mencampuri urusan negara penerima. 2. dimana pemberian semacam itu dianggap
Peran negara ketiga (third state) terhadap sebagai kebiasaan internasional.4
pejabat diplomatik yang berada diwilayah
yurisdiksinya, berdasarkan ketentuan Pasal 40
Konvensi Wina 1961 tentang Hubungan
Diplomatik (Vienna Convention on Diplomatic 3 Helena Kezia Rindengan,Kajian Yuridis Hak kekebalan
dan Keistimewaan Diplomatik Menurut Konvensi Wina
1961, Jurnal Lex Et Societatis Vol. VII, No. 2, 2019, hlm.
1 Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing: Dr. Cornelis Dj. 103
Massie, SH, MH; Prisilia F. Worung, SH, MH 4 Sumaryo Suryokusumo, Hukum Diplomatik dan Konsuler
2 Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. Jilid I, Cetakan Pertama, Jakarta: PT. Tatanusa, 2013, hlm.
16071101079 132

40
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 11/Nov/2019

B. Perumusan Masalah negara-negara dan bahkan telah diterima oleh


1. Bagaimanakah pengaturan Hukum para ahli hukum internasional. Meskipun
Internasional tentang Hak Kekebalan dan seorang Duta Besar telah terlibat dalam
Hak Keistimewaan Pejabat Diplomatik? komplotan atau penghianatan melawan
2. Bagaimanakah peran negara ketiga (third kedaulatan negara penerima, seorang Duta
state) terhadap Hak Kekebalan dan besar dapat diusir, tetapi tidak dapat ditangkap
Keistimewaan pejabat diplomatik? atau diadili.6 Pada tahun 1706 di Inggris telah
C. Metode Penelitian dikenal adanya hak kekebalan dan
Penelitian ini dilakukan dengan keistimewaan lewat “Act of Anne” yang
menggunakan metode penelitian kepustakaan menyatakan “setiap wakil asing haruslah
(library research). dianggap suci dan tidak dapat di ganggu gugat
(inviolability).7
PEMBAHASAN Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
A. Pengaturan Hukum Internasional Tentang mengartikan kata “kekebalan” sebagai keadaan
Hak Kekebalan Dan Hak Keistimewaan (sifat, hal) kebal; daya tahan. Sedangkan
Pejabat Diplomatik keistimewaan yang berasal dari kata “istimewa”
Berdasarkan aturan hukum internasional, yang berarti khas (untuk tujuan dan sebagainya
setiap negara diharapkan dan diwajibkan untuk yang tentu); khusus; lain daripada yang lain;
memberikan hak-hak dan keistimewaan- luar biasa; terutama; lebih-lebih. Secara
keistimewaan kepada para diplomat yang sederhana dapat diartikan bahwa Hak
diakreditasikan dinegaranya. Pemberian hak kekebalan dan Hak istimewa pejabat diplomatik
kekebalan dan hak keistimewaan diplomatik adalah berbagai hak yang dimiliki pejabat
berasal dari hukum kebiasaan internasional diplomatik yang membuat dirinya memiliki sifat
yang telah berkembang selama berabad-abad kebal atau daya tahan terhadap suatu hal, dan
dan telah melewati evaluasi yang panjang, khusus dalam hal-hal tertentu.
kemudian diatur dalam Konvensi Wina 1961. Dalam protokol II Pedoman Tertib
Hal ini sejalan dengan pernyataan Konvensi Diplomatik Republik Indonesia, diatur bahwa
Wina 1961 dalam Mukadimahnya yang kekebalan terkandung dua pengertian, yaitu
menyatakan “Recalling that peoples of all kekebalan (Immunity), dan tidak dapat
nations from ancient times have recognized the diganggu gugat (inviolability). Tidak dapat di
status of diplomatic agents.”. Indonesia juga ganggu gugat atau inviolabilitas (inviolability)
sebagai salah satu negara yang meratifikasi adalah kekebalan diplomat terhadap alat-alat
Konvensi Wina 1961 tentang Hubungan kekuasaan negara penerima dan kekebalan
Diplomatik melalui Undang-Undang Republik terhadap segala gangguan yang merugikan.
Indonesia Nomor 1 tahun 1982, terikat dengan Dalam pengertian tersebut terkandung makna
ketentuan pemberian hak kekebalan dan bahwa para diplomat memiliki hak memperoleh
keistimewaan terhadap pejabat diplomatik,. perlindungan dari negara-negara penerima.
Pada masa Yunani kuno, gangguan terhadap Sedangkan kekebalan (immunity) diartikan
seseorang Duta Besar dianggap merupakan sebagai kekebalan terhadap yurisdiksi negara
pelanggaran yang paling berat. Demikian pula penerima baik yurisdiksi hukum perdata,
di zaman Romawi, para penulis telah sepakat hukum administrasi negara, maupun hukum
mengenai anggapan bahwa terjadinya cidera pidana.8
terhadap seorang wakil diplomatik merupakan Pengertian keistimewaan adalah berbagai
pelanggaran secara sengaja terhadap jus hak istimewa (privilege) yang melekat pada
gentium.5 Pada abad ke-16 dan 17 pada waktu
pertukaran Duta-Duta Besar secara permanen 6 Sumaryo Suryokusumo, op.cit, hlm. 50
diantara negara-negara di Eropa sudah mulai 7 A. Masyhur Effendi, Hukum Diplomatik Internasional:
menjadi umum, kekebalan dan keistimewaan Hubungan Politik Bebas Aktif Hukum Diplomatik Dalam
diplomatik telah diterima sebagai praktik Era Ketergantungan Antar Bangsa, Surabaya: Usaha
Nasional, 1993, hlm. 83
8 Widodo, op.cit. hlm. 115; terkutip; Protokol II Pedoman
5 Sumaryo Suryokusumo, op.cit, hlm. 52;terkutip; Tertib Diplomatik Departemen Luar Negeri Republik
Philipson, International Law and Custom of Ancient Greece Indonesia, Departemen Luar Negeri, www.deplu.go.id,
and Rome, Vol. I, London, 1911, hlm. 328 diakses tanggal 21 April 2009.

41
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 11/Nov/2019

perwakilan diplomatik sebagai institusi dan perwakilan diplomatik (staf diplomatik, staf
anggota misi (sebagai inidvidu di negara teknik, staf pelayanan) selama mereka sedang
penerima. Contoh keistimewaan diplomatik melaksanakan tugas dinasnya.
adalah pembebasan dari pajak dan cukai.9 Keterwakilan negara yang dianggap suci
Kekebalan dan keistimewaan bagi (sancti habentur legati) tersebut memang
perwakilan asing disuatu negara pada sudah merupakan ungkapan yang sudah lama
hakekatnya dapat digolongkan dalam tiga sekali yang kemudian menjiwai prinsip tidak
kategori, yaitu dengan membedakan sifat diganggu-gugatnya misi diplomatik.11 Kekebalan
kekebalan dan keistimewaan itu sendiri yang diplomatik tidak hanya dimiliki oleh Kepala
diberikan kepada para diplomat serta perwakilan (seperti Duta Besar, Duta, atau
kekebalan dan keistimewaan yang keduanya kuasa Usaha), tetapi juga para diplomat lainnya
diberikan kepada perwakilan diplomatik.10 yang menjadi anggota perwakilan (seperti
1. Pertama, Kekebalan tersebut Counsellor, para Sekretaris, Atase), dan dalam
meliputi tidak diganggu-gugatnya hal tertentu juga diberikan kepada staf
para diplomat termasuk tempat administrasi dari perwakilan dan staf pelayanan
tinggal serta miliknya seperti yang (juru masak, supir, pelayan, penjaga).
tercantum dalam pasal 29, 30, dan Hak Kekebalan dan Keistimewaan yang
41 Konvensi Wina 1961, serta diberikan kepada diri pribadi pejabat diplomatik
kekebalan mereka dari yurisdiksi akan dijelaskan sebagai berikut:
baik administrasi, perdata maupun 1. Kekebalan (inviolability) Pribadi
pidana (pasal 31 Konvensi Wina 2. Kekebalan (Immunity) Yurisdiksional
1961). 3. Keistimewaan (Privilege) Pembebasan
2. Kedua, Keistimewaan atau Pajak, dan Iuran
kelonggaran yang diberikan 4. Keistimewaan (Privilege) Pembebasan Bea
kepada para diplomat yaitu Cukai dan Pemeriksaan Barang
dibebaskannya kewajiban mereka 5. Keistimewaan (Privilege) Pembebasan dari
untuk membayar pajak, bea cukai, Jaminan Sosial, Pelayanan Pribadi,
jaminan sosial dan perorangan Pelayanan Sosial, dan Wajib Militer
(pasal 33,34,35,dan 36 Konvensi Masih terdapat Hak Kekebalan dan
Wina 1961). Keistimewaan lainnya yang berlaku, namun Hak
3. Ketiga, kekebalan dan Kekebalan dan Keistimewaan ini di berikan
keistimewaan yang diberikan pada kepada Perwakilan Diplomatik, bukan hanya
perwakilan diplomatik bukan saja kepada pejabat diplomatik secara pribadi.
menyangkut tidak diganggu- Kekebalan dan Keistimewaan yang diberikan
gugatnya gedung perwakilan asing juga hampir sama, hanya saja kekebalan dan
disuatu negara termasuk arsip dan keistimewaan dalam kategori ini hanya
kebebasan berkomunikasi, tetapi digunakan dalam hal-hal yang berhubungan
juga pembebasan dari segala dengan tugas dinas.
perpajakan dari negara penerima 1. Kekebalan (Inviolability) Gedung
(pasal 22,23,24,26, dan 27 Perwakilan Asing
Konvensi Wina 1961). 2. Kekebalan (Inviolability) Arsip, Dokumen-
Kategori pertama dan kedua adalah hak Dokumen Perwakilan
kekebalan dan keistimewaan yang yang 3. Kekebalan (Inviolability) Komunikasi,
diberikan terhadap diri pribadi seorang pejabat Kantong Diplomatik (Diplomatic Bag)
diplomatik yang diakreditasikan. Sementara 4. Keistimewaan (Privilege) Pembebasan
kategori ketiga adalah hak kekebalan dan Pajak
keistimewaan yang diberikan kepada seluruh
perwakilan diplomatik yang diakreditasikan
dalam hal ini tidak hanya diberikan kepada
pejabat diplomatik tetapi juga kepada staf

9 Ibid, hlm. 116


10 Sumaryo Suryokusumo, op.cit, hlm. 69 11 L. Dembinski, op.cit, hlm. 163

42
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 11/Nov/2019

yang bersangkutan. Istilah “Third States”


B. Peran Negara Ketiga Terhadap Hak kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa
Kekebalan Dan Hak Istimewa Pejabat Indonesia oleh para ahli hukum internasional
Diplomatik Menurut Konvensi Wina 1961 asal Indonesia sesuai dengan arti masing-
Pemberian Hak Kekebalan dan Hak masing kata tersebut yaitu, kata third yang
Keistimewaan kepada pejabat diplomatik artinya ketiga dan kata states dalam bentuk
merupakan hal yang dianggap wajar oleh tunggal yaitu state yang berarti negara sebagai
negara-negara dalam pelaksanaan hubungan “Negara Ketiga”.
diplomatik, sebagaimana yang telah tertulis Memang suatu fakta yang tak terbantahkan,
dalam mukadimah Konvensi Wina 1961 tentang jika karena kebutuhan, baik kepentingan
Hubungan Diplomatik, bahwa pemberian kedua individu maupun kepentingan umum, ataupun
hak tersebut bukan untuk kepentingan individu karena letak posnya yang jauh dari negara
pejabat diplomatik itu sendiri melainkan pengirimnya, seorang agen diplomatik pada
diperlukan dalam rangka menjamin agar suatu waktu harus melintasi batas-batas negara
pejabat diplomatik dapat melaksanakan tugas lain, bahkan jika diperlukan ia harus tinggal
dan fungsinya dengan baik sebagai perwakilan sementara waktu di negara ketiga.12 Tidak ada
negaranya. larangan bahwa pejabat diplomatik tidak boleh
Hak kekebalan dan keistimewaan tersebut berada di negara lain selama masa dinas di
melekat kepada pejabat diplomatik selama ia negara akreditasinya, dan hal ini tidak perlu
ditugaskan untuk menjalankan misi di negara dipermasalahkan juga selama tidak terjadi
penerima, dan sudah pasti akan diberikan oleh perkara apapun yang berhubungan dengan
negara penerima berdasarkan asas resiprositas, pejabat diplomatik tersebut. Namun, tidak
bahkan negara penerima memiliki kewajiban menutup kemungkinan terjadinya pelanggaran
untuk memberikan segala upaya perlindungan hukum yang dilakukan atau melibatkankan
untuk mencegah terjadinya hal yang merugikan pejabat diplomatik saat berada di negara
diplomat. ketiga. Telah terdapat beberapa kasus
Akan tetapi dalam melaksanakan tugas dan mengenai seorang diplomat terlibat perkara
fungsinya terdapat keadaan yang sering muncul hukum di negara ketiga.
keadaan dimana seorang pejabat diplomatik Hukum Internasional memberikan jaminan
dalam melaksanakan tugasnya harus melewati, penuh terhadap para diplomat ketika berada di
singgah (transit), ataupun berada sementara di negara dimana ia diakreditasikan, jaminan
negara ketiga. Terdapat juga keadaan dimana perlindungan bahwa hak kekebalan dan
pejabat diplomatik berada di negara ketiga keistimewaan para diplomat pasti berlaku pada
karena memiliki keperluan tertentu atau mereka. Muncul permasalahan apakah seorang
terkadang sekedar berkunjung ke wilayah pejabat diplomatik dapat menggunakan hak
negara ketiga. kekebalan dan keistimewaannya di negara
Istilah negara ketiga yang digunakan disini ketiga dan apakah negara ketiga tersebut harus
merujuk kepada negara lain yang bukan mengakui hak kekebalan dan keistimewaan
merupakan negara penerima seorang pejabat terhadap pejabat diplomatik yang tidak
diplomatik yang bersangkutan, bukan memiliki hubungan dengan negaranya, atau
merupakan negara akreditasi dari seorang sejauh mana negara ketiga berperan dalam
pejabat diplomatik yang bersangkutan, memberi perlindungan terhadap pejabat
sekalipun tidak menutup kemungkinan negara diplomatik, atau apakah negara ketiga wajib
ketiga tersebut juga memiliki hubungan mengizinkan pejabat diplomatik transit di
diplomatik dengan negara tempat asal pejabat negaranya. Jika melihat dari perspektif bahwa
diplomatik tersebut. Istilah negara ketiga ini setiap negara berdaulat dan setara maka tidak
berasal dari Konvensi Wina 1961 tentang ada kewajiban dari pihak negara ketiga untuk
Hubungan Diplomatik yang menggunakan memberikan hak kekebalan dan keistimewaan
istilah “Third States” untuk menyebut negara terhadap seorang pejabat diplomatik yang tidak
lain diluar pihak negara penerima (receiving diakreditasikan di negaranya. Di negara ketiga,
state) dan negara pengirim (sending State), seorang wakil diplomatik tidak untuk
yang berhubungan dengan pejabat diplomatik
12 Syahmin AK, 2008, op.cit, hlm. 150

43
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 11/Nov/2019

melaksanakan tugas dan fungsinya dinegara as the matter of rights or of discretion,


tersebut. Sehingga tidak dapat dikatakan to same immunity from the jurisdiction
bahwa kekebalan dan hak-hak istimewa of the courts of the third country that
dibutuhkan dinegara ketiga atas dasar he would have if he were resident
kebutuhan fungsional.13 therein…”18
Di abad enam belas dan tujuh belas,
merupakan suatu kebiasaan bagi para diplomat Putusan pengadilan New York diatas
yang melewati negara ketiga dalam perjalanan menegaskan bahwa seorang duta yang dalam
mereka ke wilayah dimana mereka perjalanan ke atau dari posnya di negara lain
diakreditasikan, mencari jaminan keselamatan berhak atas innocent passage melalui negara
dari penguasa negara yang akan dilewatinya. ketiga. Pandangan terhadap kasus tersebut
Negara-negara dapat, secara umum yang telah diambil bahwa kekebalan semacam
memberikan jaminan lewat dengan aman (safe itu diperlukan untuk menjalankan tugas-tugas
passage) kepada duta besar in transit.14 Hingga diplomatik secara bebas dan tidak hambatan,
abad ke-19 negara-negara menerima bahwa dan bahwa untuk mengharuskan seorang
duta besar menikmati hak lintas aman melalui diplomat dalam pemeriksaan pengadilan
negara-negara ketiga dalam perjalanannaya terhadap suatu tindakan dinegara ketiga lebih
ketempat tugasnya.15 sulit lagi dibandingkan di negara penerima.19
Sudah menjadi hukum kebiasaan Kekebalan dan keistimewaan diplomatik di
internasional yang dipraktikkan oleh banyak negara ketiga memiliki pengaturan sendiri
negara, bahwa negara ketiga memberikan dalam Konvensi Wina 1961, namun tidak serinci
kekebalan dan keistimewaan atau paling tidak Hak kekebalan dan Keistimewaan Diplomatik di
hak melintas bebas (innocent passage) bagi negara penerima. Mengenai hak kekebalan dan
para diplomat saat melakukan in transit,16 keistimewaan di negara ketiga, Konvensi Wina
diplomat juga dapat untuk tinggal sementara 1961 tentang Hubungan Diplomatik mengatur
waktu di negara tersebut dalam suatu waktu sebagai berikut.
tertentu dan juga kepada mereka diberikan Article 40
kekebalan-kekebalan dan hak-hak istimewa 1. If a diplomatic agent passes through or is
yang lazimnya diberikan kepada seorang wakil in the territory of a third State, which has
diplomatik yang diakriditer di suatu negara.17 granted him a passport visa if such visa
Kasus Bergman V. De Sieyes (1946), was necessary, while proceeding to take
menyangkut seorang Duta/Minister dari up or to return to his post, or when
Kedutaan Besar Perancis di Bolivia yang dalam returning to his own country, the third
perjalanannya melalui New York terlibat dalam State shall accord him inviolability and
kasus perdata. Ia kemudian mengelak dengan such other immunities as may be required
alasan bahhwa sebagai seorang diplomat to ensure his transit or return. The same
seharusnya ia dibebaskan dari tuntutan shall apply in the case of any members of
perdata. Dalam menghadapi perkara itu, his family enjoying privileges or
pengadilan kemudian menghentikan tuntutan immunities who are accompanying the
dengan memutuskan: diplomatic agent, or travelling separately
“that the foreign minister en route to join him or to return to their country.
either to or from his post in another 2. In circumstances similar to those
country, is entitled to innocent passage specified in paragraph 1 of this article,
through a third country, and is also third States shall not hinder the passage
entitled, on the same grounds, wheter of members of the administrative and
technical or service staff of a mission, and
13 Edi Suryono, Moenir Arisoendaha, op.cit, hlm. 70; of members of their families, through
terkutip; B. Sen-Sir Gerald Fitzmaurice GCMG, A. their territories.
Diplomat’s Hand Book of International Law and Practice,
The Hague: Martinus Nijhoff, hlm. 170
14 Sri Setianingsih, Wahyuningsih, op.cit, hlm. 8.41
15 Ibid. 18 Sumaryo Suryokusumo, op.cit, hlm. 64; terkutip; 170 F.
16 Syahmin AK, op.cit, hlm 151 2d 360 (2d Cir.1948)
17 Edi Suryono, Moenir Arisoendaha, op.cit, hlm. 71 19 Ibid.; terkutip; Lord Gore-Booth, hlm. 152

44
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 11/Nov/2019

3. Third States shall accord to official dan perlindungan yang sama seperti yang
correspondence and other official diberikan negara penerima.
communications in transit, including Berlandaskan ketentuan dalam pasal 40 ayat
messages in code or cipher, the same (4) Konvensi Wina 1961 dapat dimengerti
freedom and protection as is accorded by bahwa negara ketiga juga wajib memberi
the receiving State. They shall accord to kekebalan dan keistimewaan diplomatik baik
diplomatic couriers, who have been pada saat normal maupun Force majeure
granted a passport visa if such visa was pada:21
necessary, and diplomatic bags in transit, 1. Agen diplomatik yang transit di
the same inviolability and protection as wilayahnya, baik agen diplomatik
the receiving State is bound to accord. tersebut dalam rangka menuju pos
4. The obligations of third States under kedinasannya, kembali ke pos dinasnya,
paragraphs 1, 2 and 3 of this article shall maupun perjalanan pulang ke negara
also apply to the persons mentioned asalnya.;
respectively in those paragraphs, and to 2. Anggota keluarga diplomat yang berhak
official communications and diplomatic menikmati hak kekebalan dan
bags, whose presence in the territory of keistimewaan diplomatik yang ada di
the third State is due to force majeure.20 negara ketiga baik dalam rangka
Berpijak dari ketentuan dalam Pasal 40 mengikuti agen diplomatik maupun
Konvensi Wina 1961 tentang Hubungan berpergian secara terpisah dan
Diplomatik dapat dimengerti bahwa apabila bergabung kembali dinegara ketiga untuk
pejabat diplomatik melewati atau berada di selanjutnya melangsungkan
wilayah negara ketiga yang telah memberikan perjalanannya menuju ke negara asalnya;
visa/paspor, jika visa demikian diperlukan, 3. Kurir diplomatik yang ada di negara
sedang dalam perjalanan ke posnya, atau ketiga beserta tas diplomatik yang
kembali ke negaranya sendiri, maka negara dibawanya, padahal kurir diplomatik
ketiga itu akan memberinya hak untuk tidak tersebut tidak menuju ke negara ketiga;
diganggu-gugat dan kekebalan-kekebalan lain 4. Staf administratif, staf teknik, staf
yang diperlukan untuk menjamin meneruskan pelayanan beserta sanak keluarganya
perjalanannya atau kembali. Hal yang sama yang melintasi negara ketiga. Khusus
akan berlaku dalam hal anggota keluarganya untuk para staf dan keluarganya ini
yang menyertai perjalanannya menikmati hak- hanya wajib tidak menghambat atau
hak istimewa dan kekebalan-kekebalan menghalang-halangi perjalanannya.
diplomatik, atau berpergian secara terpisah Pengaturan Konvensi Wina 1961 mengenai
untuk bergabung dengannya, atau kembali ke kewajiban negara ketiga terhadap pejabat
negerinya. Negara-negara ketiga tidak boleh diplomatik bukan mengharuskan negara ketiga
menghalangi lewatnya anggota-anggota staf untuk selalu memberi izin masuknya seorang
administratif dan teknik, atau staf pelayanan pejabat diplomatik yang tidak diakreditasikan
misi dan anggota keluarga mereka melalui kenegaranya. Eileen Denza dalam bukunya
wilayah mereka. “Diplomatic Law: A Commentary on the Vienna
Negara-negara ketiga akan memberikan Convention on Diplomatic Relations”,
persetujuan untuk korespondensi dan menyatakan bahwa di dalam Pasal 40 ayat (1)
komunikasi resmi in transit, termasuk Konvensi Wina 1961 menjelaskan tentang
penggunaan pesan-pesan dan kode atau angka, adanya hak negara transit untuk menolak
kekebasan dan perlindungan yang sama seperti perjalanan seorang perwakilan diplomatik. Hal
yang yang diberikan oleh negara penerima. ini merupakan makna dari kalimat dalam pasal
Negara-negara ketiga harus memperkenankan 40 ayat (1) Konvensi Wina yang berbunyi
pula para kurir diplomatik yang telah diberi visa “which has granted him a passport visa if such
paspor, apabila visa semacam itu dianggap visa was necessary”, jadi dengan tidak
perlu, untuk membawa kantong-kantong meberikan visa/paspor kepada perwakilan
diplomatik in transit, memberikan kebebasan diplomatik artinya negara ketiga tersebut

20 Konvensi Wina 1961, Pasal 40 21 Widodo, op.cit, hlm. 179

45
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 11/Nov/2019

menolak perwakilan diplomatik berada pemeriksaan bagasi pribadi dapat diberikan


diwilayahnya.22 Jika kehadiran seorang pejabat atas dasar etika dan kesopanan, tetapi tidak
diplomatik di wilayah negara ketiga dianggap diharuskan oleh Pasal 40. Hak istimewa lainnya
tidak diinginkan maka negara ketiga berhak yang tidak berhubungan dengan perjalanan
menolak pejabat diplomatik tersebut untuk transit tidak harus diberikan.27
singgah diwilayahnya.
Menurut Syahmin AK, penting bahwa para PENUTUP
diplomat yang diangkat oleh pemerintahnya A. Kesimpulan
juga diakui pengangkatannya oleh negara 1. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya
ketiga, agar seandainya pejabat diplomatik in seorang perwakilan diplomatik diberikan
transit di negara ketiga tersebut akan Hak Kekebalan dan Keistimewaan, hal ini
mendapatkan fasilitas yang diperlukan oleh dibenarkan oleh hukum internasional dan
diplomat yang bersangkutan.23 Alternatif lain sudah menjadi Hukum kebiasaan
yang dapat dijadikan dasar perlindungan adalah Internasional sejak berabad-abad yang
melalui perjanjian bilateral untuk memberi lalu, serta diatur dalam Konvensi Wina
jaminan lewat dengan aman (safe passage) 1961 tentang Hubungan Diplomatik
terhadap para diplomat dan kurir in transit dari (Vienna Convention on Diplomatic
kedua pihak negara yang melakukan perjanjian. Relations, 1961). Hak kekebalan yang
Hal ini pernah dipraktikkan oleh Inggris dan melekat pada seorang pejabat diplomatik
Rusia melalui Treaty tahun 1623.24 menurut Konvensi Wina 1961 adalah,
Selain Hak tidak dapat diganggu-gugat kekebalan (inviolability) pribadi,
(inviolability), kekebalan (immunity) yang kekebalan (immunity) terhadap yurisdiksi
diberikan kepada diplomat in transit terbatas pidana, perdata, dan administrasi negara
pada apabila kekebalan tersebut dibutuhkan penerima, dan keistimewaan (privileges)
untuk menjamin transit atau kepulangan. berupa pembebasan dari pajak,iuran, bea
Dengan demikian, selama tidak ditangkap atau cukai negara penerima (sending state),
ditahan, tidak ada kalimat dalam Pasal 40 ayat pebebasan dari pemeriksaan barang,
(1) Konvensi Wina 1961 yang memberikan terdapat juga pembebasan dari jaminan
halangan untuk tuntutan terhadap perkara sosial, pelayanan sosial, dan wajib militer.
perdata terhadap pejabat diplomatik.25 Dalam Akan tetapi, sekalipun pejabat diplomatik
kasus tertentu, seperti di negara Perancis, memiliki hak kekebalan dan
Inggris, dan Amerika Serikat, agen diplomatik in keistimewaan tersebut berdasarkan Pasal
transit diberikan kekebalan (immunity) dari 40 ayat (1) Konvensi Wina 1961 tentang
yurisdiksi perdata .26 Hubungan Diplomatik (Vienna
Selanjutnya menurut Eileen Denza, Istilah Convention on Diplomatic Relations,
“inviolability” yang dimaksud mungkin hanya 1961), pejabat diplomatik wajib
mengacu pada kekebalan pribadi dan tidak mematuhi hukum negara penerima dan
mencakup properti pribadi atau tempat tidak boleh mencampuri urusan negara
kediaman sementara seperti kamar hotel. penerima.
Untuk dokumen-dokumen berhak atas 2. Peran negara ketiga (third state)
inviolability of archives of a foreign sovereign terhadap pejabat diplomatik yang berada
state (tidak diganggu-gugatnya arsip-arsip dari diwilayah yurisdiksinya, berdasarkan
negara asing yang berdaulat). Adapun ketentuan Pasal 40 Konvensi Wina 1961
mengenai hak istimewa lainnya seperti hak tentang Hubungan Diplomatik (Vienna
istimewa pabean dan pembebasan dari Convention on Diplomatic Relations,
1961), bahwa apabila negara ketiga telah
22 Eileen Denza, Diplomatik Law: A Commentary on the memberikan izin terhadap pejabat
Vienna Convention on Diplomatic Relations, Second diplomatik yang bersangkutan untuk
Edition, United States: Oxford University Press, 2002, hlm. memasuki wilayahnya maka negara
369
23 Syahmin A.K., op.cit, hlm. 101
ketiga wajib memberikan Hak Kekebalan
24 Sri Setianingsih, Wahyuningsih, op.cit, hlm. 8.41 dan Keistimewaan terbatas yang
25 Eileen Denza, Loc.cit
26 Ibid, hlm. 368 27 Eileen Denza, Loc.cit.

46
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 11/Nov/2019

diperlukan untuk menjamin perjalanan dilaksanakannya hubungan diplomatik


pejabat diplomatik tersebut. Pemberian tersebut.
Hak kekebalan dan keistimewaan ini 2. Perlu diadakan kesepahaman di antara
berlaku apabila diplomat tersebut hanya negara-negara mengenai ketentuan Pasal
bertujuan transit di suatu wilayah negara 40 Konvensi Wina 1961 tentang
ketiga, dalam perjalanannya menuju atau Hubungan Diplomatik melalui sosialisasi
kembali ke pos dinasnya, atau dalam atau forum internasional, dan perlu di
perjalanan kembali kenegaranya. Dalam buat suatu hukum internasional yang
hal tindakan transit seorang pejabat mengatur bagaimana prosedur
diplomatik tersebut dilakukan dalam penanganan terhadap penyalahgunaan
keadaan force majeure, maka meskipun hak kekebalan diplomatik di negara
tanpa izin negara ketiga pejabat ketiga. setiap negara perlu menjalin dan
diplomatik dapat transit di wilayah menjaga hubungan baik dengan negara-
negara ketiga tersebut dan negara ketiga negara lainnya, sekalipun negara
memiliki kewajiban untuk memberikan tersebut tidak memiliki hubungan dalam
Hak Kekebalan dan Keistimewaan hal apapun. Pengangkatan seorang
terbatas selama hak tersebut dibutuhkan diplomat penting juga diakui oleh negara
dalam menjamin perjalanan diplomat ketiga, agar apabila diplomat tersebut
tersebut. Dalam hal pejabat diplomatik diharuskan transit di suatu negara ketiga,
dalam keadaan damai (tidak sedang diplomat tersebut akan diberikan segala
berperang) hanya berniat melewati fasilitas yang dibutuhkannya tanpa
wilayah negara ketiga, maka berdasarkan hambatan. Jika diperlukan suatu negara
hukum kebiasaan internasional negara dapat membuat perjanjian bilateral
ketiga wajib memberikan Hak Innocent dengan negara lain yang mengatur
Passage (hak lintas bebas). mengenai ketentuan pejabat diplomatik
in transit diantara kedua negara tersebut.
B. Saran
1. Untuk kelancaran pelaksanaan hubungan DAFTAR PUSTAKA
diplomatik antar negara sebagaimana AK, Syamin, Hukum Diplomatik Suatu
yang ditentukan dalam Konvensi Wina Pengantar, Bandung: Armico, 1998.
1961 tentang Hubungan Diplomatik -------., Hukum Diplomatik Dalam Kerangka
(Vienna Convention on Diplomatic Studi Analisis, Jakarta: P.T RajaGrafindo
Relations, 1961), maka setiap negara Persada, 2008.
hendaknya menghormati, memahami, B. Sen, A Diplomat’s Handbook of International
dan mematuhi konvensi tersebut. Law and Practice, Netherlands: Martinus
Seorang pejabat diplomatik yang akan Nijhoff Publishers, 1988.
bertugas di luar negeri memerlukan Dembinski, L. The Modern Law Of Diplomacy,
pembekalan khusus tentang aturan Netherlands: Martinus Nijhoff Publishers,
mengenai Hak Kekebalan dan 1988.
Keistimewaan diplomatik sehingga tidak Denza Eileen, Diplomatik Law: A Commentary
menyalahgunakan hak tersebut, on the Vienna Convention on Diplomatic
melainkan menggunakannya untuk Relations, United States: Oxford University
kelancaran dan efisiensi dalam Press, 2002.
melaksanakan tugas dan fungsinya Glahn, Gerhard von, Law among Nation: An
sebagai wakil negaranya. Dengan Introduction to Publik International Law,
demikian maka tujuan dari pelaksanaan New York: Mc Millan Publishing co. Inc.,
suatu hubungan diplomatik yang intinya 1970.
mewujudkan saling pengertian dan Gore-Booth, D. Pakenham, Satow’s Guide to
kerjasama internasional, demi Diplomatics Practice, New York: Longeman
kepentingan negara-negara bersama Group Limited, 1981.
dapat terwujud sesuai dengan maksud Jan Osmanczyk, Edmund, Encylopedia of the
United Nations and International

47
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 11/Nov/2019

Agreements, London: Taylor and Francis, Menurut Konvensi Wina 1961”, Artikel
1995. dimuat dalam: Journal of USU
Masyhur Effendi, A., Hukum Diplomatik International Law, Vol. 7 No. 1, 2019.
Internasional: Hubungan Politik Bebas Aktif Mangku, Dewa Gede Sudika, “Pelanggaran
Hukum Diplomatik Dalam Era Terhadap Hak Kekebalan Diplomatik (Studi
Ketergantungan Antar Bangsa, Surabaya: Kasus Penyadapan Kedutaan Besar
Usaha Nasional, 1993. Republik Indonesia (KBRI) Di Yangon
Kusumaatmadja Mochtar, Pengantar Hukum Myanmar Berdasarkan Konvensi Wina
Internasional, Bandung: P.T Alumni, 2003. 1961”, Artikel dimuat dalam: Jurnal
Oppenheim-Lauterpacht, International Law, Perspektif, Volume XV No. 3, 2010.
Vol. I 8th.ed., New York: Longman Green & Pratiana, Wayan, ”Perjanjian Internasional”,
Co., 1960. Artikel dimuat dalam: Jurnal Ilmiah Hukum
Setianingsih, Sri, Hukum Internasional, Banten: dan Pembangunan, Edisi No. 4, Tahun ke-
Universitas Terbuka, 2017. XI, 1981.
Sumarsono Mestoko, Indonesia Dan Hubungan Rindengan Helena Kezia, “Kajian Yuridis Hak
Antar-Bangsa, Jakarta: Sinar Harapan, kekebalan dan Keistimewaan Diplomatik
1988. Menurut Konvensi Wina 1961”, Artikel
Suryokusumo Sumaryo, Hukum Diplomatik Dan dimuat dalam: Jurnal Lex Et Societatis Vol.
Konsuler, Jakarta: P.T Tatanusa, 2013. VII No. 2, 2019.
-------., Hukum Diplomatik Teori Dan Walean, Gladys Maria Yohana, “Perwakilan
Kasus,Bandung: P.T. Alumni,2013. Diplomatik Melakukan Tindak Pidana Di
Suryono, Edi, Hukum Diplomatik Kekebalan dan Negara Penerima Menurut Konvensi Wina
Keistimewaannya, Bandung: Angkasa, 1961”, Manado: UNSRAT, 2017.
1991.
Widagdo, Setyo, Hukum Diplomatik dan
Konsuler, Malang: Bayumedia Publishing,
2008.
Widodo, Hukum Diplomatik & Mahkamah
Pidana Internasional, Yogyakarta:
Aswajaya Pressindo, 2017.
-------., Hukum Kekebalan Diplomatik Era
Globalisasi, Yogyakarta: CV. Aswajaya
Pressindo, 2012.

JURNAL ILMIAH
Agnes Prabani Irma Prasetyarini, dkk,
“Kebijakan Negara Penerima Atas
Larangan Kebebasan Bergerak Bagi
Diplomat Asing Di Negara Penerima (Studi
Kasus Diplomat Italia Yang Dilarang
Meninggalkan Negara India)”, Artikel
dimuat dalam: Diponegoro Law Journal,
Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017.
AK, Syahmin, Penerapan Prinsip Kekebalan dan
Keistimewaan Diplomatik (Analisis
Terhadap Kasus Penangkapan dan
Penahanan Diplomat Asing di Indonesia),
Artikel dimuat dalam: Jurnal Hukum dan
Pembangunan, No. 3, 1999.
Daulay, Dedy Syahputra. “ Tinjauan Yuridis
Mengenai Kekebalan Diplomatik (Immunity
dan Inviolability) Di Negara Ketiga

48

Anda mungkin juga menyukai