11/Nov/2019
HAK KEKEBALAN DAN KEISTIMEWAAN Relations, 1961), bahwa apabila negara ketiga
PEJABAT DIPLOMATIK DI NEGARA KETIGA telah memberikan izin terhadap pejabat
(THIRD STATE) MENURUT KONVENSI WINA diplomatik yang bersangkutan untuk memasuki
19611 wilayahnya maka negara ketiga wajib
Oleh: Monique Rashinta Christina Aurora memberikan Hak Kekebalan dan Keistimewaan
Ginting Munthe2 terbatas yang diperlukan untuk menjamin
perjalanan pejabat diplomatik tersebut.
ABSTRAK Pemberian Hak kekebalan dan keistimewaan ini
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk berlaku apabila diplomat tersebut hanya
mengetahui bagaimanakah pengaturan Hukum bertujuan transit di suatu wilayah negara
Internasional tentang Hak Kekebalan dan Hak ketiga, dalam perjalanannya menuju atau
Keistimewaan Pejabat Diplomatik dan kembali ke pos dinasnya, atau dalam perjalanan
bagaimanakah peran negara ketiga (third state) kembali kenegaranya. Dalam hal tindakan
terhadap Hak Kekebalan dan Keistimewaan transit seorang pejabat diplomatik tersebut
pejabat diplomatic yang dengan metode dilakukan dalam keadaan force majeure, maka
penelitian hukum normatif disimpulkan: 1. meskipun tanpa izin negara ketiga pejabat
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya diplomatik dapat transit di wilayah negara
seorang perwakilan diplomatik diberikan Hak ketiga tersebut dan negara ketiga memiliki
Kekebalan dan Keistimewaan, hal ini kewajiban untuk memberikan Hak Kekebalan
dibenarkan oleh hukum internasional dan dan Keistimewaan terbatas selama hak
sudah menjadi Hukum kebiasaan Internasional tersebut dibutuhkan dalam menjamin
sejak berabad-abad yang lalu, serta diatur perjalanan diplomat tersebut. Dalam hal
dalam Konvensi Wina 1961 tentang Hubungan pejabat diplomatik dalam keadaan damai (tidak
Diplomatik (Vienna Convention on Diplomatic sedang berperang) hanya berniat melewati
Relations, 1961). Hak kekebalan yang melekat wilayah negara ketiga, maka berdasarkan
pada seorang pejabat diplomatik menurut hukum kebiasaan internasional negara ketiga
Konvensi Wina 1961 adalah, kekebalan wajib memberikan Hak Innocent Passage (hak
(inviolability) pribadi, kekebalan (immunity) lintas bebas).
terhadap yurisdiksi pidana, perdata, dan Kata kunci: diplomatik; konvensi wina;
administrasi negara penerima, dan
keistimewaan (privileges) berupa pembebasan PENDAHULUAN
dari pajak,iuran, bea cukai negara penerima A. Latar Belakang Masalah
(sending state), pebebasan dari pemeriksaan Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya,
barang, terdapat juga pembebasan dari pejabat diplomatik diberikan hak kekebalan dan
jaminan sosial, pelayanan sosial, dan wajib keistimewaan yang didasarkan pada aturan-
militer. Akan tetapi, sekalipun pejabat aturan hukum kebiasaan internasional yang
diplomatik memiliki hak kekebalan dan sudah berlaku seperti praktek-praktek negara,
keistimewaan tersebut berdasarkan Pasal 40 serta perjanjian lainnya yang berkaitan dengan
ayat (1) Konvensi Wina 1961 tentang Hubungan hubungan antar negara.3 Adanya pemberian
Diplomatik (Vienna Convention on Diplomatic kekebalan dan keistimewaan bagi para pejabat
Relations, 1961), pejabat diplomatik wajib diplomattik pada hakikatnya merupakan hasil
mematuhi hukum negara penerima dan tidak sejarah diplomasi yang sudah lama sekali
boleh mencampuri urusan negara penerima. 2. dimana pemberian semacam itu dianggap
Peran negara ketiga (third state) terhadap sebagai kebiasaan internasional.4
pejabat diplomatik yang berada diwilayah
yurisdiksinya, berdasarkan ketentuan Pasal 40
Konvensi Wina 1961 tentang Hubungan
Diplomatik (Vienna Convention on Diplomatic 3 Helena Kezia Rindengan,Kajian Yuridis Hak kekebalan
dan Keistimewaan Diplomatik Menurut Konvensi Wina
1961, Jurnal Lex Et Societatis Vol. VII, No. 2, 2019, hlm.
1 Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing: Dr. Cornelis Dj. 103
Massie, SH, MH; Prisilia F. Worung, SH, MH 4 Sumaryo Suryokusumo, Hukum Diplomatik dan Konsuler
2 Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. Jilid I, Cetakan Pertama, Jakarta: PT. Tatanusa, 2013, hlm.
16071101079 132
40
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 11/Nov/2019
41
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 11/Nov/2019
perwakilan diplomatik sebagai institusi dan perwakilan diplomatik (staf diplomatik, staf
anggota misi (sebagai inidvidu di negara teknik, staf pelayanan) selama mereka sedang
penerima. Contoh keistimewaan diplomatik melaksanakan tugas dinasnya.
adalah pembebasan dari pajak dan cukai.9 Keterwakilan negara yang dianggap suci
Kekebalan dan keistimewaan bagi (sancti habentur legati) tersebut memang
perwakilan asing disuatu negara pada sudah merupakan ungkapan yang sudah lama
hakekatnya dapat digolongkan dalam tiga sekali yang kemudian menjiwai prinsip tidak
kategori, yaitu dengan membedakan sifat diganggu-gugatnya misi diplomatik.11 Kekebalan
kekebalan dan keistimewaan itu sendiri yang diplomatik tidak hanya dimiliki oleh Kepala
diberikan kepada para diplomat serta perwakilan (seperti Duta Besar, Duta, atau
kekebalan dan keistimewaan yang keduanya kuasa Usaha), tetapi juga para diplomat lainnya
diberikan kepada perwakilan diplomatik.10 yang menjadi anggota perwakilan (seperti
1. Pertama, Kekebalan tersebut Counsellor, para Sekretaris, Atase), dan dalam
meliputi tidak diganggu-gugatnya hal tertentu juga diberikan kepada staf
para diplomat termasuk tempat administrasi dari perwakilan dan staf pelayanan
tinggal serta miliknya seperti yang (juru masak, supir, pelayan, penjaga).
tercantum dalam pasal 29, 30, dan Hak Kekebalan dan Keistimewaan yang
41 Konvensi Wina 1961, serta diberikan kepada diri pribadi pejabat diplomatik
kekebalan mereka dari yurisdiksi akan dijelaskan sebagai berikut:
baik administrasi, perdata maupun 1. Kekebalan (inviolability) Pribadi
pidana (pasal 31 Konvensi Wina 2. Kekebalan (Immunity) Yurisdiksional
1961). 3. Keistimewaan (Privilege) Pembebasan
2. Kedua, Keistimewaan atau Pajak, dan Iuran
kelonggaran yang diberikan 4. Keistimewaan (Privilege) Pembebasan Bea
kepada para diplomat yaitu Cukai dan Pemeriksaan Barang
dibebaskannya kewajiban mereka 5. Keistimewaan (Privilege) Pembebasan dari
untuk membayar pajak, bea cukai, Jaminan Sosial, Pelayanan Pribadi,
jaminan sosial dan perorangan Pelayanan Sosial, dan Wajib Militer
(pasal 33,34,35,dan 36 Konvensi Masih terdapat Hak Kekebalan dan
Wina 1961). Keistimewaan lainnya yang berlaku, namun Hak
3. Ketiga, kekebalan dan Kekebalan dan Keistimewaan ini di berikan
keistimewaan yang diberikan pada kepada Perwakilan Diplomatik, bukan hanya
perwakilan diplomatik bukan saja kepada pejabat diplomatik secara pribadi.
menyangkut tidak diganggu- Kekebalan dan Keistimewaan yang diberikan
gugatnya gedung perwakilan asing juga hampir sama, hanya saja kekebalan dan
disuatu negara termasuk arsip dan keistimewaan dalam kategori ini hanya
kebebasan berkomunikasi, tetapi digunakan dalam hal-hal yang berhubungan
juga pembebasan dari segala dengan tugas dinas.
perpajakan dari negara penerima 1. Kekebalan (Inviolability) Gedung
(pasal 22,23,24,26, dan 27 Perwakilan Asing
Konvensi Wina 1961). 2. Kekebalan (Inviolability) Arsip, Dokumen-
Kategori pertama dan kedua adalah hak Dokumen Perwakilan
kekebalan dan keistimewaan yang yang 3. Kekebalan (Inviolability) Komunikasi,
diberikan terhadap diri pribadi seorang pejabat Kantong Diplomatik (Diplomatic Bag)
diplomatik yang diakreditasikan. Sementara 4. Keistimewaan (Privilege) Pembebasan
kategori ketiga adalah hak kekebalan dan Pajak
keistimewaan yang diberikan kepada seluruh
perwakilan diplomatik yang diakreditasikan
dalam hal ini tidak hanya diberikan kepada
pejabat diplomatik tetapi juga kepada staf
42
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 11/Nov/2019
43
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 11/Nov/2019
44
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 11/Nov/2019
3. Third States shall accord to official dan perlindungan yang sama seperti yang
correspondence and other official diberikan negara penerima.
communications in transit, including Berlandaskan ketentuan dalam pasal 40 ayat
messages in code or cipher, the same (4) Konvensi Wina 1961 dapat dimengerti
freedom and protection as is accorded by bahwa negara ketiga juga wajib memberi
the receiving State. They shall accord to kekebalan dan keistimewaan diplomatik baik
diplomatic couriers, who have been pada saat normal maupun Force majeure
granted a passport visa if such visa was pada:21
necessary, and diplomatic bags in transit, 1. Agen diplomatik yang transit di
the same inviolability and protection as wilayahnya, baik agen diplomatik
the receiving State is bound to accord. tersebut dalam rangka menuju pos
4. The obligations of third States under kedinasannya, kembali ke pos dinasnya,
paragraphs 1, 2 and 3 of this article shall maupun perjalanan pulang ke negara
also apply to the persons mentioned asalnya.;
respectively in those paragraphs, and to 2. Anggota keluarga diplomat yang berhak
official communications and diplomatic menikmati hak kekebalan dan
bags, whose presence in the territory of keistimewaan diplomatik yang ada di
the third State is due to force majeure.20 negara ketiga baik dalam rangka
Berpijak dari ketentuan dalam Pasal 40 mengikuti agen diplomatik maupun
Konvensi Wina 1961 tentang Hubungan berpergian secara terpisah dan
Diplomatik dapat dimengerti bahwa apabila bergabung kembali dinegara ketiga untuk
pejabat diplomatik melewati atau berada di selanjutnya melangsungkan
wilayah negara ketiga yang telah memberikan perjalanannya menuju ke negara asalnya;
visa/paspor, jika visa demikian diperlukan, 3. Kurir diplomatik yang ada di negara
sedang dalam perjalanan ke posnya, atau ketiga beserta tas diplomatik yang
kembali ke negaranya sendiri, maka negara dibawanya, padahal kurir diplomatik
ketiga itu akan memberinya hak untuk tidak tersebut tidak menuju ke negara ketiga;
diganggu-gugat dan kekebalan-kekebalan lain 4. Staf administratif, staf teknik, staf
yang diperlukan untuk menjamin meneruskan pelayanan beserta sanak keluarganya
perjalanannya atau kembali. Hal yang sama yang melintasi negara ketiga. Khusus
akan berlaku dalam hal anggota keluarganya untuk para staf dan keluarganya ini
yang menyertai perjalanannya menikmati hak- hanya wajib tidak menghambat atau
hak istimewa dan kekebalan-kekebalan menghalang-halangi perjalanannya.
diplomatik, atau berpergian secara terpisah Pengaturan Konvensi Wina 1961 mengenai
untuk bergabung dengannya, atau kembali ke kewajiban negara ketiga terhadap pejabat
negerinya. Negara-negara ketiga tidak boleh diplomatik bukan mengharuskan negara ketiga
menghalangi lewatnya anggota-anggota staf untuk selalu memberi izin masuknya seorang
administratif dan teknik, atau staf pelayanan pejabat diplomatik yang tidak diakreditasikan
misi dan anggota keluarga mereka melalui kenegaranya. Eileen Denza dalam bukunya
wilayah mereka. “Diplomatic Law: A Commentary on the Vienna
Negara-negara ketiga akan memberikan Convention on Diplomatic Relations”,
persetujuan untuk korespondensi dan menyatakan bahwa di dalam Pasal 40 ayat (1)
komunikasi resmi in transit, termasuk Konvensi Wina 1961 menjelaskan tentang
penggunaan pesan-pesan dan kode atau angka, adanya hak negara transit untuk menolak
kekebasan dan perlindungan yang sama seperti perjalanan seorang perwakilan diplomatik. Hal
yang yang diberikan oleh negara penerima. ini merupakan makna dari kalimat dalam pasal
Negara-negara ketiga harus memperkenankan 40 ayat (1) Konvensi Wina yang berbunyi
pula para kurir diplomatik yang telah diberi visa “which has granted him a passport visa if such
paspor, apabila visa semacam itu dianggap visa was necessary”, jadi dengan tidak
perlu, untuk membawa kantong-kantong meberikan visa/paspor kepada perwakilan
diplomatik in transit, memberikan kebebasan diplomatik artinya negara ketiga tersebut
45
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 11/Nov/2019
46
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 11/Nov/2019
47
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 11/Nov/2019
Agreements, London: Taylor and Francis, Menurut Konvensi Wina 1961”, Artikel
1995. dimuat dalam: Journal of USU
Masyhur Effendi, A., Hukum Diplomatik International Law, Vol. 7 No. 1, 2019.
Internasional: Hubungan Politik Bebas Aktif Mangku, Dewa Gede Sudika, “Pelanggaran
Hukum Diplomatik Dalam Era Terhadap Hak Kekebalan Diplomatik (Studi
Ketergantungan Antar Bangsa, Surabaya: Kasus Penyadapan Kedutaan Besar
Usaha Nasional, 1993. Republik Indonesia (KBRI) Di Yangon
Kusumaatmadja Mochtar, Pengantar Hukum Myanmar Berdasarkan Konvensi Wina
Internasional, Bandung: P.T Alumni, 2003. 1961”, Artikel dimuat dalam: Jurnal
Oppenheim-Lauterpacht, International Law, Perspektif, Volume XV No. 3, 2010.
Vol. I 8th.ed., New York: Longman Green & Pratiana, Wayan, ”Perjanjian Internasional”,
Co., 1960. Artikel dimuat dalam: Jurnal Ilmiah Hukum
Setianingsih, Sri, Hukum Internasional, Banten: dan Pembangunan, Edisi No. 4, Tahun ke-
Universitas Terbuka, 2017. XI, 1981.
Sumarsono Mestoko, Indonesia Dan Hubungan Rindengan Helena Kezia, “Kajian Yuridis Hak
Antar-Bangsa, Jakarta: Sinar Harapan, kekebalan dan Keistimewaan Diplomatik
1988. Menurut Konvensi Wina 1961”, Artikel
Suryokusumo Sumaryo, Hukum Diplomatik Dan dimuat dalam: Jurnal Lex Et Societatis Vol.
Konsuler, Jakarta: P.T Tatanusa, 2013. VII No. 2, 2019.
-------., Hukum Diplomatik Teori Dan Walean, Gladys Maria Yohana, “Perwakilan
Kasus,Bandung: P.T. Alumni,2013. Diplomatik Melakukan Tindak Pidana Di
Suryono, Edi, Hukum Diplomatik Kekebalan dan Negara Penerima Menurut Konvensi Wina
Keistimewaannya, Bandung: Angkasa, 1961”, Manado: UNSRAT, 2017.
1991.
Widagdo, Setyo, Hukum Diplomatik dan
Konsuler, Malang: Bayumedia Publishing,
2008.
Widodo, Hukum Diplomatik & Mahkamah
Pidana Internasional, Yogyakarta:
Aswajaya Pressindo, 2017.
-------., Hukum Kekebalan Diplomatik Era
Globalisasi, Yogyakarta: CV. Aswajaya
Pressindo, 2012.
JURNAL ILMIAH
Agnes Prabani Irma Prasetyarini, dkk,
“Kebijakan Negara Penerima Atas
Larangan Kebebasan Bergerak Bagi
Diplomat Asing Di Negara Penerima (Studi
Kasus Diplomat Italia Yang Dilarang
Meninggalkan Negara India)”, Artikel
dimuat dalam: Diponegoro Law Journal,
Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017.
AK, Syahmin, Penerapan Prinsip Kekebalan dan
Keistimewaan Diplomatik (Analisis
Terhadap Kasus Penangkapan dan
Penahanan Diplomat Asing di Indonesia),
Artikel dimuat dalam: Jurnal Hukum dan
Pembangunan, No. 3, 1999.
Daulay, Dedy Syahputra. “ Tinjauan Yuridis
Mengenai Kekebalan Diplomatik (Immunity
dan Inviolability) Di Negara Ketiga
48