Anda di halaman 1dari 9

Lex Et Societatis Vol. VIII/No.

2/Apr-Jun/2020

PENGATURAN HUKUM INTERNASIONAL Restitution (restitusi) dan Satisfaction


TENTANG PERLINDUNGAN PEJABAT (pemuasaan).
DIPLOMATIK DI NEGARA PENERIMA 1 Kata kunci: pejabat diplomatik;
Oleh: Gracia E. Siregar2
PENDAHULUAN
ABSTRAK A. Latar Belakang
Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk Perwakilan Diplomatik merupakan Petugas
mengetahui bagaimana Pengaturan hukum Negara yang dikirim pada Negara lain untuk
internasional tentang Perlindungan Pejabat melaksanakan hubungan resmi antar Negara.
Diplomatik di Negara Penerima dan bagaimana Berdasarkan Konvensi Wina 1961 fungsi
Pertanggungjawaban Negara terhadap Pejabat pejabat diplomatik adalah untuk mewakili suatu
Diplomatik yang mendapat ancaman di Negara Negara yang mengirim pada Negara penerima,
Penerima di mana dengabn metode penelitian melindungi kepentingan Negara penerima dan
hukum normatif disimpulkan: 1. Pelanggaran warga negaranya di Negara penerima tersebut,
terhadap pejabat diplomatik sangat marak membuat persetujuan dengan Negara
terjadi, baik itu ancaman maupun terorisme. penerima, sesuai dengan undang-undang dan
Padahal, para pejabat diplomatik mempunyai membuat laporan kepada pemerintah Negara
tugas yang sangat berat dalam hal menjalin pengirim, serta menjaga hubungan baik antara
hubungan dan menjadi perwakilan bagi Negara penerima dan Negara pengirim.
negaranya di negara penerima. Untuk itu
diperlukan sebuah instrumen hukum sebagai B. Perumusan Masalah
bentuk perlindungan terhadap para perwakilan 1. Bagaimana Pengaturan hukum
diplomatik di negara penerima. Dalam hukum internasional tentang Perlindungan
internasional pun telah mengatur adanya Pejabat Diplomatik di Negara Penerima ?
aturan-aturan berupa konvensi tentang 2. Bagaimana Pertanggungjawaban Negara
perlindungan terhadap perwakilan diplomatik terhadap Pejabat Diplomatik yang
maupun konsuler. Konvensi-konvensi tersebut mendapat ancaman di Negara Penerima
yaitu, Konvensi Wina 1961 tentang Hubungan ?
Diplomatik dan Konvensi Wina 1963 tentang
Hubungan Konsuler. Dalam konvensi-konvensi C. Metode Penulisan
tersebut telah berisi tentang bagaimana hak Metode pendekatan yang digunakan dalam
kekebalan dan keistimewaan dari perwakilan penelitian ini adalah yuridis normative.
diplomatik dan konsuler itu sendiri. 2. Sebagai
negara penerima memiliki kewajiban untuk PEMBAHASAN
menjamin adanya keselamatan dan serta A. Pengaturan Hukum Internasional tentang
melindungi para perwakilan diplomatik di Perlindungan Pejabat Diplomatik
negaranya, sesuai dengan yang telah tercantum Para pejabat diplomatik yang menjalankan
dalam Konvensi Wina Pasal 29. Namun jika tugas di suatu negara berada dalam suatu
terjadi pelanggaran atau ancaman terhadap situasi yang khusus. Misi diplomatik tersebut
perwakilan diplomatik di negara penerima, merupakan sarana negara pengirim dalam
sebagai Negara penerima harusnya melakukan tugas-tugas resmi di negara
bertanggungjawab penuh atas pelanggaran penerima.3 Tetapi seringkali hubungan
yang terjadi terhadap para pejabat diplomatik diplomatik yang dilakukan antar negara
di negaranya. Dan bentuk tanggung jawab ditandai dengan tindakan-tindakan tidak
terhadap pelanggaran yang terjadi dapat dilihat mengenakan satu sama lain seperti penculikan,
sesuai dengan Draft ILC 2001 yaitu, Reparation pembunuhan, serangan terhadap pejabat-
(perbaikan), Compensation (kompensasi), pejabat diplomatik maupun perwakilan
diplomatik (gedung perwakilan dan tempat
tinggal) dan juga gangguan terhadap misi-misi
1
diplomatik. Dalam beberapa hal diplomat
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing: Hengky A. Korompis,
SH,MH; Marthim N. Tooy, SH,MH dijadikan sasaran karena statusnya sebagai
2 Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM.

16071101520 3 Boer Mauna, Op. Cit., 502.

61
Lex Et Societatis Vol. VIII/No. 2/Apr-Jun/2020

wakil dari negara-negara dengan kebijakan- secara ilegal menyadap semua aktivitas dan
kebijakan tertentu atau sebagai tekanan pembicaraan para diplomat Republik Indonesia
terhadap pemerintah untuk mencapai tujuan- yang bertugas di Yangoon, Myanmar dengan
tujuan politik tertentu ataupun juga untuk memasang alat penyadap pada dinding kamar
merusakkan kredibilitas pemerintah yang sah.4 kerja Duta Besar Republik Indonesia untuk
Pelanggaran terhadap hak-hak kekebalan Myanmar.7 Disini peran pemerintah Myanmar
dan keistimewaan perwakilan diplomatik sebagai negara penerima harusnya ikut
sangat marak terjadi di dalam tahun 1980-an, mengamankan dan melindungi hak kekebalan
laju kegiatan tindak terorisme cukup menonjol dan keistimewaan perwakilan diplomatik
khususnya yang dilakukan terhadap para termasuk gedung perwakilan, tetapi nyatanya
pejabat diplomat merupakan tindakan yang dari pemerintah Myanmar malah melanggar
sangat membahayakan fungsi mereka dalam hak kekebalan dan keistimewaan diplomatik.
melakukan tugas sehari-hari. Dalam tahun Seiring dengan banyaknya pelanggaran
1980, tercatat ada 400 tindak terorisme yang terhadap hak kekebalan dan keistimewaan dari
ditujukan kepada para pejabat diplomatik dan perwakilan diplomatik. Maka dari itu dibuatnya
konsuler yang meliputi 60 negara. Sedangkan Konvensi yang mengatur adanya perlindungan
selama 6 bulan pertama dalam tahun 1981, terhadap para perwakilan diplomatik daripada
terdapat 191 tindak terorisme dengan objek serangan dan ancaman yang terjadi, yaitu :
yang sama termasuk yang menyangkut
perwakilan atau misi asing.5 1. Konvensi Wina 1961 tentang Hubungan
Sebagai contoh, kasus penembakan Duta Diplomatik
Besar Rusia, Andrei Karlov pada 19 Desember Kewajiban internasional untuk melindungi
2016 di Ankara Turki. Kejadian terjadi di sebuah para pejabat diplomatik dan konsuler termasuk
acara seni yang dilaksanakan oleh pemerintah gedung perwakilannya masing-masing
Rusia, disana Andrei Karlov memberikan pidato. merupakan hal yang mutlak dilakukan oleh
Penembakan kemudian dilakukan oleh seorang semua negara anggota, apalagi telah
mantan polisi Turki yaitu Mevlut Mert Atlintas. diberlakukannya beberapa instrumen
Andrei Karlov meninggal di rumah sakit saat internasional tentang hal itu.
diberikan perawatan.6 Dari kejadian tersebut, Dalam Konvensi Wina 1961 Pasal 29
Duta Besar Rusia sedang melaksanakan fungsi mengatur bahwa : “The person of a diplomatic
diplomatik, sehingga telah terjadi adanya agent shall be inviolable. The receiving state
pelanggaran terhadap hak kekebalan dan shall treat him with due respect and shall take
istimewa perwakilan diplomatik. all appropriate steps to prevent any attack in
Kemudian ada contoh yang berikutnya, his person, freedom or dignity.” Seorang agen
kasus penyadapan di kantor Kedutaan Besar diplomatik tidak dapat diganggu gugat. Ia tidak
Republik Indonesia (KBRI) yaitu terjadi di Korea dapat dipertanggungjawabkan dalam segala
Selatan, Kanada, Jepang, Finlandia, Norwegia, bentuk penangkapan atau penahanan. Negara
Denmark, China, dan Myanmar. Untuk di penerima harus memperlakukannya dengan
Myanmar, kasus penyadapan terjadi dua kali penuh hormat dan harus mengambil setiap
yaitu pada 2003 dan 2004. Dikarenakan kasus langkah yang diperlukan untuk mencegah
tersebut, maka tim gabungan keamanan adanya serangan terhadap diri sendiri,
Republik Indonesia yang terdiri dari unsur kemerdekaan dan martabat.8
Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg), Badan Perlindungan ini juga dilengkapi dengan
Intelijen Negara (BIN) dan Departemen Luar jaminan kebebasan bergerak dan berpergian di
Negeri melakukan pemeriksaan di Kantor KBRI wilayah negara penerima seperti yang
Yangon, Myanmar. Pemeriksaan tersebut disebutkan dalam Pasal 26 adalah merupakan
menunjukan bawah junta militer Myanmar kewajiban pemerintah di negara akreditasi

4Ibid. hlm 504. 7 “Duta Besar Indonesia di Myanmar akui adanya


5Sumaryo Suryokusumo, Op. Cit. hlm 33. penyadapan”
6 “Duta Besar Rusia untuk Turki tewas di Ankara” https://nasional.tempo.co/read/44939/duta-besar-
https://www.bbc.com/indonesia/dunia-38373034, diakses indonesia-di-myanmar-akui-adanya-penyadapan
pada 11 september 2019 8 Lihat Pasal 29 Konvensi Wina 1961.

62
Lex Et Societatis Vol. VIII/No. 2/Apr-Jun/2020

mengambil semua tindakan yang diperlukan memperlakukan para pejabat diplomatik


untuk melindungi pejabat diplomatik dari dengan hormat dan melindungi mereka dari
tindakan kekerasan.9 gangguan orang-orang lain serta gangguan
Dalam pasal 29 menunjukan bahwa negara terhadap kebebasan dan martabat mereka.13
penerima pun memiliki kewajiban untuk Aturan terhadap perwakilan diplomatik juga
melindungi para diplomat yang ada di termasuk perlindungan terhadap gedung
negaranya dengan cara sebagaimana yang perwakilan yang diatur dalam Pasal 22 ayat 2
dijelaskan. Hal ini juga sejalan dengan prinsip Konvensi Wina 1961, yaitu : “The receiving
kesepakatan bersama (mutual consent) dan state is under a special duty to take all
prinsip resiprositas atau timbal balik bahwa appropriate steps to protect the premises of the
masing-masing negara pun ingin agar para mission against any intrusion or damage and to
diplomatnya sendiri aman di negara mereka prevent any disturbance of the peace of the
ditugaskan serta menjaga hubungan yang telah mission or impairment of its dignity.” Negara
ada.10 penerima mempunyai kewajiban khusus untuk
Kemudian hak kekebalan dari pejabat mengambil langkah yang patut untuk
diplomatik terdapat kekebalan yuridiksional, melindungi wisma-wisma perwakilan dari setiap
akibat yang paling penting tidak boleh diganggu gangguan atau kerusakan dan mencegah setiap
gugatnya seorang diplomatik adalah hak untuk gangguan ketenangan perwakilan atau hal yang
bebas dari yuridiksi negara penerima merugikan martabat perwakilan diplomatik.14
sehubungan dengan masalah-masalah kriminal. Tidak diganggu-gugatnya gedung perwakilan
Dapatlah dikatakan bahwa kekebalan para asing suatu negara pada hakikatnya
diplomat bersifat mutlak dan dalam keadaan menyangkut dua aspek. Aspek pertama adalah
apapun mereka tidak boleh diadili ataupun mengenai kewajiban negara penerima untuk
dihukum. Bila seorang diplomat melakukan memberikan perlindungan sepenuhnya sebagai
tindakan kriminal di negara akreditasi, tentunya perwakilan asing di negara tersebut dari setiap
tergantung dari pemerintah atau kepala gangguan. Bahkan bila terjadi keadaan luar
perwakilannya untuk menanggalkan kekebalan biasa seperti putusnya hubungan diplomatik
diplomatik seorang diplomat.11 atau terjadinya konflik bersenjata antara
Dalam Konvensi Wina 1961 juga mengatur negara pengirim dan negara penerima,
tentang hak-hak istimewa dan kekebalan kewajiban negara pnerima untuk melindungi
anggota keluarga pejabat diplomatik, Pasal 37 gedung perwakilan berikut harta milik dan
menyatakan bahwa “the members of family of arsip-arsip tetap harus dilakukan. Aspek kedua,
a diplomatic agent forming part of his adalah kedudukan perwakilan asing itu sendiri
household shall, if they are not nationals of the yang dinyatakan kebal dari pemeriksaan
receiving state, enjoy the privileges and termasuk barang-barang miliknya dan semua
immunities specified in articles 29 to 36.” arsip-arsip.15
Anggota keluarga dari seorang wakil diplomatik Konvensi Wina 1961 dalam Pasal 34,
yang merupakan bagian dari rumah tangganya, seorang pejabat diplomatik akan dibebaskan
yang bukan berwarga negara negara penerima dari semua pungutan dan pajak-pajak, baik
akan menikmati hak-hak istimewa dan pajak barang bergerak maupun barang tidak
kekebalan sebagaimana diatur dalam pasal 29 begerak, pajak pusat, daerah dan kotapraja,
sampai 26.12 kecuali :
Seperti juga halnya dengan kantor-kantor a) Pajak-pajak tidak langsung dari
perwakilan, terdapat dua aspek dari kekebalan suatu barang yang biasanya telah
yaitu kewajiban negara penerima untuk tidak dimasukkan dalam harga barang
melakukan hak-hak berdaulat terutama hak- atau jasa;
hak penegakan hukum dan kewajiban untuk b) Pungutan dan pajak-pajak atas
harta milik pribadi tidak bergerak,
yang terletak di wilayah negara
9 Boer Mauna, Op. cit, hlm 504.
10 Setyo Widagdo dan Hanif Nur Widhiyanti, Op. cit. hlm
189. 13 Boer Mauna, Op.cit., hlm 504.
11 Lihat Pasal 32 Konvensi Wina 1961 14 Lihat Pasal 22 Konvensi Wina 1961.
12 Lihat Pasal 37 Konvensi Wina 1961. 15 Sumaryo Suryokusumo, Op.cit., hlm 148.

63
Lex Et Societatis Vol. VIII/No. 2/Apr-Jun/2020

penerima, kecuali yang dikuasainya receiving state is under a special duty to take all
atas nama negara pengirim atau appropriate steps to protect the consular
untuk keperluan perwakilan; premises against any intrusion or damage and
c) Pajak-pajak tanah milik, suksesi to prevent any disturbance of the peace of the
atau warisan yang dikenakan oleh consular post or impairment of its dignity.”
negara penerima, tunduk pada Negara penerima mempunyai kewajiban khusus
ketentuan dari ayat 4 pasal 39; untuk mengambil langkah yang patut untuk
d) Pungutan dan pajak atas melindungi wisma-wisma konsuler dari setiap
penghasilan pribadi yang gangguan atau pengrusakan dan mencegah
bersumber di negara penerima dan setiap gangguan ketenangan atau yang
pajak atas modal yang ditanamkan merugikan martabat perwakilan konsuler.17
dalam usaha-usaha perniagaan Dalam Pasal 40 Konvensi Wina 1963 juga
dalam negara penerima; dicantumkan perlindungan terhadap pejabat
e) Biaya yang dipungut atas jasa-jasa konsuler : “the receiving state shall treat
khusus yang diterimanya; consular officers with due respect and shall take
f) Biaya-biaya pendaftaran, all appropriate steps to prevent any attack in
pengadilan atau pencatatan,hipotik their person, freedom or dignity.” Negara
dan bea materai untuk harta milik penerima harus memperlakukan pejabat
tidak bergerak, tunduk pada konsuler dengan penuh hormat dan harus
ketentuan-ketentuan pasal 23. 16 mengambil langkah yang patut untuk
mencegah setiap serangan atas diri pribadinya,
2. Konvensi Wina 1963 tentang Hubungan kebebasan dan martabatnya.18
Konsuler Hak kekebalan dan keistimewaan juga
Dalam Pasal 7 Konvensi Wina 1963 tentang berlaku terhadap pejabat konsuler di saat
hubungan konsuler menyebutkan bahwa suatu pejabat konsuler menjalankan tugas dan
perwakilan konsuler yang berada di suatu fungsinya. Dan negera penerima berkewajiban
negara bertugas untuk menjalankan fungsi- untuk menjamin dan melindungi hak kekebalan
fungsi konsuler. Dibukanya suatu perwakilan dan istimewa dari pejabat konsuler.
konsuler karena negara pengirim menganggap
perlu dibentuknya perwakilan konsuler B. Pertanggungjawaban Negara Terhadap
mengingat kepentingan negaranya dan warga Pejabat Diplomatik yang Mendapat
negaranya. Ancaman di Negara Penerima
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya Sering tindakan yang diambil oleh suatu
sebagai perwakilan konsuler di suatu negara, negara menimbulkan luka atau penghinaan
para perwakilan konsuler juga berhak untuk atas, martabat atau kewajiban negara lain.
mendapatkan hak kekebalan dan keistimewaan Kaidah-kaidah hukum internasional mengenai
sebagai penunjang dan jaminan untuk mereka tanggung jawab negara menyangkut keadaan-
bertugas dengan lancar dan mempermudah keadaan di mana, dan prinsip-prinsip dengan
kegiatan mereka di negara penerima. mana, negara yang dirugikan menjadi berhak
Hak kekebalan dan keistimewaan atas ganti rugi untuk kerugian yang dideritanya.
perwakilan konsuler seperti yang tercantum Tanggung jawab negara telah dinyatakan secara
dalam Konvensi Wina 1963, sebagai berikut : tegas dibatasi pada “pertanggungjawaban
1. Kekebalan kantor konsuler negara-negara bagi tindakan-tindakan yang
2. Kekebalan alat komunikasi dan kekebalan secara internasional tidak sah”.19
berkomunikasi Prinsip kedaulatan negara dalam hubungan
3. Kekebalan pribadi pejabat konsuler internasional sangatlah dominan. Negara
4. Kekebalan fiskal berdaulat mempunyai kedaulatan yang satu
5. Pembebasan pembayaran pajak pribadi tidak tunduk pada negara berdaulat yang lain.
6. Pembebasan bea masuk Negara mempunyai kedaulatan penuh atas
Perlindungan tentang Perwakilan Konsuler
diatur dalam Pasal 31 ayat 3, yaitu “… the 17 Lihat Pasal 31 Konvensi Wina 1963
18 Lihat Pasal 40 Konvensi Wina 1963
16 Lihat Pasal 34 Konvensi Wina 1961. 19 J.G Starke, Op.cit., hlm 391.

64
Lex Et Societatis Vol. VIII/No. 2/Apr-Jun/2020

orang, barang dan perbuatan teritorialnya. Secondary rules inilah yang disebut hukum
Meskipun demikian, tidaklah berarti bahwa tanggung jawab negara.24
negara dapat menggunakan kedualatan itu Persoalan tentang prinsip-prinsip umum
seenaknya sendiri. Hukum internasional telah bagi pertanggungjawaban negara telah menjadi
mengatur bahwa di dalam kedaulatan terkait di tugas bagi The International Law Commision
dalamnya kewajiban untuk tidak (ILC) untuk dituangkan dalam sebuah instrumen
menyalahgunakan kedaulatan tersebut. hukum. ILC dalam kaitan dengan tugas tersebut
Karenanya, suatu negara dapat dimintai mengeluarkan The ILC Draft Articles mengenai
pertanggungjawaban untuk tindakan-tindakan pertanggungjawaban negara.25 Rumusan yang
atau kelalaiannya yang melawan hukum.20 dikeluarkan oleh International Law Commision
Pertanggungjawaban negara berhubungan (ILC) merupakan usaha yang sangat berarti
erat dengan suatu keadaan terhadap prinsip dalam memperlengkapi hukum diplomatik.26
fundamental dari hukum internasional, yaitu Karakteristik esensial dari pertanggungjawaban
negara atau suatu pihak yang dirugikan berhak tergantung pada beberapa faktor. Pertama
untuk mendapatkan ganti rugi atas kerugian terdapatnya eksistensi akan terdapatnya
yang dideritanya.21 Dalam interaksinya satu sebuah kewajiban internasional. Kedua, telah
sama lain amat besar kemungkinannya negara terjadinya sebuah tindakan (commission) atau
membuat kesalahan ataupun pelanggaran yang kelalaian (omission) yang menyebabkan
merugikan negara lain, di sinilah muncul terjadinya pelanggaran. Dan terakhir adalah
pertanggungjawaban negara tersebut. Setiap terdapatnya kerugian yang diakibat oleh
pelanggaran terhadap hak negara lain tindakan yang melawan hukum.27 Hakim Huber
menyebabkan negara tersebut wajib untuk menyatakan bahwa, pertanggungjawaban
memperbaikinya atau dengan kata lain merupakan ikutan dari sebuah hak. Semua hak
mempertanggungjawabkannya.22 Suatu negara yang memiliki karakter internasional
dikatakan bertanggungjawab dalam hal, negara mengandung kewajiban internasional pula.
tersebut melakukan pelanggaran atas Pertanggungjawaban mengakibatkan kewajiban
perjanjian internasional, melanggar kedaulatan untuk melakukan perbaikan (reparasi) dalam
wilayah negara lain, menyerang negara lain, kewajiban yang dimaksud tidak dilaksanakan.28
mencederai perwakilan diplomatik negara lain, Dalam Pasal 1 Draft State responsibility for
bahkan memperlakukan warga asing dengan Internationally Wrongful Acts 2001 menyatakan
seenaknya. Oleh karena itu, bahwa “Every internationally wrongful act of a
pertanggungjawaban negara berbeda-beda State entails the Internasional responsibility of
kadarnya tergantung pada kewajiban yang that State.” setiap internationally wrongful act
diembannya atau besar kerugian yang telah yang dilakukan suatu negara, menimbulkan
ditimbulkan.23 tanggung jawab internasional terhadap negara
Dalam hukum internasional dikenal dengan tersebut.29
adanya dua macam aturan, primary rules dan Sehubungan dengan meningkatnya
secondary rules. Primary rules adalah pelanggaran-pelanggaran terhadap misi atau
seperangkat aturan yang mendefinisikan hak staf diplomatik, pada tahun 1981 Majelis
dan kewajiban negara yang tertuang dalam Umum PBB telah mengeluarkan resolusi yang
bentuk traktat, hukum kebiasaan atau meminta kepada negara-negara anggota untuk
instrumen lainnya. Secondary rules adalah memberitahukan kepada Sekretaris Jenderal
seperangkat aturan yang mendefinisikan mengenai tindakan-tindakan terorisme yang
bagaimana dan apa akibat hukum apabila dilakukan terhadap misi atau staf diplomatik.
primary rules itu dilanggar oleh negara.
24 Sefriani, Op.cit., hlm 254.
25 Jawahir Thontowi dan Pranoto Iskandar, Op.cit., hlm
197.
20 Sefriani, Op.cit., hlm. 253 26 Sumaryo Suryokusumo, Op.cit., hlm 40.
21 Yudha B. Ardhiwisastra, Hukum Internasional Bunga 27 Jawahir Thontowi dan Pranoto Iskandar, Op.cit., hlm

Rampai, Alumni, Bandung, 2003, hlm 4. 197.


22 Sefriani, Op.cit., hlm 254. 28 Ibid.
23 Jawahir Thontowi dan Pranoto Iskandar, Op.cit., hlm 29 Lihat Pasal 1 Draft articles on Responsibility of States for

194. Internationally Wrongful Acts, ILC, 2001.

65
Lex Et Societatis Vol. VIII/No. 2/Apr-Jun/2020

Resolusi tersebut juga minta kepada segenap kelalaian (culpa) pada pejabat atau agen
anggota PBB agar melaporkan tindakan- negara yang bersangkutan.33
tindakan apa yang telah dilakukan untuk Maka menurut teori tersebut, jika terjadi
menghukum para pelanggar termasuk usaha ancaman atau pelanggaran terhadap pejabat
pencegahan agar tidak lagi terjadi antara lain diplomatik, negara penerima
melalui sanksi-sanksi. Negara-negara anggota bertanggungjawab mutlak atas kesalahan
juga diminta untuk memberikan pandangan tersebut, seperti yang telah disebutkan dalam
mereka mengenai langkah-langkah yang akan pasal 29 Konvensi Wina 1961.
diambil di masa mendatang untuk melindungi Merupakan suatu bentuk pelanggaran
wakil-wakil diplomatik dan termasuk terhadap Konvensi Wina 1961, disaat negara
30
perwakilannya. penerima gagal untuk memberikan
Setiap internationally wrongful acts negara perlindungan terhadap para perwakilan
menimbulkan tanggung jawab negara. Tindakan diplomatik yang telah menjalankan tugas dan
berbuat atau tidak berbuat (omission) dari fungsinya. Maka negara penerima berhak untuk
negara dapat merupakan internationally bertanggung jawab atas segala yang telah
wrongful acts yang mengandung dua unsur dialami oleh negara pengirim, negara pengirim
yaitu: juga bertanggung jawab untuk melakukan
1. Dapat dilimpahkan pada negara perbaikan terhadap kerugian yang di akibatkan
berdasarkan hukum internasional; oleh negara penerima dalam segala bentuk.
2. Merupakan pelanggaran kewajiban Dalam Draft ILC, dengan jelas menunjuk
terhadap hukum internasional (breach of siapa yang dapat mengajukan
an international obligation).31 pertanggungjawaban. Pertama, pasal 42 yang
Tanggung jawab negara juga berkaitan menggunakan istilah ‘injured state’ atau
dengan teori kesalahan, dalam hukum sebagai negara yang terugikan. Penggunaan
internasional terdapat dua macam teori istilah injured state ini merupakan analogi dari
kesalahan negara yang membahas tentang pasal 60 ayat 2 VCLT. Dan yang kedua adalah
apakah tanggung jawab negara terhadap pasal 48 yang menunjuk pada komunitas
tindakannya yang melanggar hukum atau internasional secara keseluruhan. Pengertian
kelalaiannya itu mutlak atau apakah perlu kewajiban erga omnes oleh pengadilan
adanya pembuktian kesalahan niat atau dinyatakan sebagai ‘sebagaimana dicerminkan
kehendak dari tindakan pejabat atau agen sifat alamiahnya merupakan persoalan bersama
negara.32 Terdapat dua teori kesalahan (by their very nature they are the concern of all
diantaranya adalah : states. In view of the importance of the rights
1. Teori objektif, Menurut teori ini tanggung involved, all States can be held to have legal
jawab adalah mutlak. Menurut teori ini interest in their protection…)’.34
manakala suatu pejabat atau agen Kemudian bentuk tanggung jawab negara
negara telah melakukan tindakan yang penerima terhadap pelanggaran yang telah
mengakibatkan kerugian terhadap orang dilakukan, berdasarkan Draft ILC 2001, sebagai
lain, maka negaranya bertanggung jawab berikut :
menurut hukum internasional tanpa 1. Pasal 30 (Cessation and non-repetition)
dibuktikan apakah tindakan tersebut “ The state responsible for the
dilaksanakan dengan maksud baik atau internationally wrongful act is under an
jahat. Dalam teori ini tidak di obligation :
pertimbangkan unsur suatu perbuatan. a) to cease that act, if it is continuing;
2. Teori Subjektif, Menurut teori ini b) to offer appropriate assurancces and
tanggung jawab negara ditentukan oleh guarantees of non-repetition, if
adanya unsur kesalahan (dolus) atau circumstances so require.”
Berdasarkan pasal 30 huruf b, bentuk
tanggung jawab yang dapat dilakukan
30Sumaryo Suryokusumo, Op. cit. hlm 40
31Sefriani, Op.cit.. hlm 256. 33Ibid.
32 Huala Adolf, Aspek Aspek Negara dalam Hukum 34 Jawahir Thontowi dan Pranoto Iskandar, Op.cit, hlm
Internasional, RajaGrafindo, Jakarta, 1996, hlm 187. 203.

66
Lex Et Societatis Vol. VIII/No. 2/Apr-Jun/2020

negara penerima adalah memberi jaminan Dengan adanya bentuk tanggung jawab
terhadap negara pengirim bahwa seperti yang telah tercantum dalam Draft
pelanggaran terhadap negara pengirim articles on Responsibility of States for
tidak akan terjadi lagi. Dengan diberikan Internationally Wrongful Acts, ILC 2001, maka
jaminan tersebut maka akan menimbulkan suatu bentuk kewajiban bagi suatu negara
rasa aman bagi negara pengirim untuk pengirim yang telah lalai atau gagal untuk
melaksanakan tugas dan fungsi sebagai melindungi para perwakilan diplomatik di
perwakilan diplomatik. negaranya untuk dapat bertanggung jawab atas
2. Pasal 31 (Reparation) segala bentuk pelanggaran yang dialami.
1) The responsible state is under an Seperti halnya, disaat terjadi kasus
obligation to make full reparation for penyadapan di Kedutaan Besar Republik
the injury caused by the internationally Indonesia (KBRI) di Yangon, Myanmar. Pada
wrongful act. saat itu Myanmar selaku negara penerima yang
2) Injury includes any damage, wheter berkewajiban untuk menjaga dan melindungi
material or moral, caused by the perwakilan diplomatik di negaranya sesuai
internationally wrongfull act of a State. dengan Konvensi Wina 1961, tetapi disitu
Berdasarkan pasal 31, negara penerima Myanmar telah mencederai Konvensi Wina
bertanggungjawab untuk memberikan sendiri dengan melakukan penyadapan
reparasi penuh terhadap negara pengirim terhadap gedung perwakilan Indonesia. Maka
terhadap kerugian yang dialami, baik itu dari itu, Myanmar sebagai negara penerima
dalam bentuk materil atau moral, berhak untuk bertanggung jawab atas
tergantung dari kejadian yang dialami kegagalan untuk memberikan perlindungan
3. Pasal 34 (Forms of Reparation) terhadap kekebalan dan keistimewaan
“Full reparation for the injury caused by the diplomatik terhadap perwakilan diplomatik
internationally wrongful act shall take the Indonesia, seperti bentuk tanggung jawab yang
form of restitution, compensation and telah tercantum dalam draft ILC 2001. Dengan
satisfaction, either singly or in combination, adanya bentuk pertanggungjawaban dari
in accordance with the provions of this Myanmar sebagai negara yang
chapter.” bertanggungjawab adanya kasus yang menimpa
Berdasarkan pasal 34, reparasi penuh pihak Indonesia, akan terbentuk suatu
yang dimaksud terdiri dari resutition, hubungan yang baik antara kedua negara
compensation dan satisfaction. Bentuk tersebut dan negara-negara yang mengadakan
tanggungjawab yang dapat dilakukan hubungan diplomatik dengan Myanmar akan
tergantung dari kerugian yang dialami. merasa aman.
4. Pasal 37 (Satisfaction) Pun juga, disaat terjadi hal yang demikian,
1) The State responsible for an negara penerima harus memberikan
internationally wrongful act is under an perlindungan dan keamanan terhadap hak
obligation to give satisfaction for the kekebalan diplomatik terhadap perwakilan
injury caused by that act insofar as it diplomatik negara pengirim. Namun, jka terjadi
cannot be made good by restitution or kasus ancaman atau terror terhadap para
compensation. perwakilan diplomatik di Negara penerima,
2) Satisfaction may consist in an Negara penerima harus bertanggungjawab atas
acknowledgement of the breach, an ancaman dan teror karena negara-negara
expression of regret, a formal apology tersebut sudah menyetujui adanya Perjanjian
or another appropriate modality. Internasional yang mengatur negara-negara
3) Satisfaction shall not be out to the tersebut, seperti yang telah tercantum dalam
injury and may not take a form Hukum Internasional atas hal tersebut.
humiliating to the responsible State. Kemudian dengan adanya bentuk tanggung
Berdasarkan Pasal 37, Satisfaction yang jawab akan tercipta adanya keseimbangan dan
dimaksud adalah pengakuan atas pelanggaran, hubungan baik antar negara penerima dan
ekspresi penyesalan, permintaan maaf resmi negara pengirim.
atau cara lain yang sesuai.

67
Lex Et Societatis Vol. VIII/No. 2/Apr-Jun/2020

PENUTUP tertuang di dalam Konvensi Wina.


A. Kesimpulan Dengan hal demikian, para pejabat
1. Pelanggaran terhadap pejabat diplomatik diplomatik yang berada di negara
sangat marak terjadi, baik itu ancaman penerima bisa menjalankan tugas dan
maupun terorisme. Padahal, para pejabat fungsinya dengan baik dikarenakan telah
diplomatik mempunyai tugas yang sangat merasa aman dan dilindungi. Maka tidak
berat dalam hal menjalin hubungan dan akan terjadi insiden yang dapat
menjadi perwakilan bagi negaranya di membahayakan para pejabat diplomatik.
negara penerima. Untuk itu diperlukan 2. Negara penerima (receiving state) harus
sebuah instrumen hukum sebagai bentuk bertanggung penuh atas segala ancaman
perlindungan terhadap para perwakilan dan pelanggaran yang terjadi terhadap
diplomatik di negara penerima. Dalam para perwakilan diplomatik. Kemudian
hukum internasional pun telah mengatur diperlukan sebuah upaya untuk
adanya aturan-aturan berupa konvensi membuat ketentuan yang lebih tegas dan
tentang perlindungan terhadap ketat mengenai pertanggungjawaban
perwakilan diplomatik maupun konsuler. negara terhadap tindakan yang
Konvensi-konvensi tersebut yaitu, merugikan negara lain. Agar bisa
Konvensi Wina 1961 tentang Hubungan meminimalisir ancaman dan pelanggaran
Diplomatik dan Konvensi Wina 1963 yang terjadi terhadap para pejabat
tentang Hubungan Konsuler. Dalam diplomatik di negara pengirim.
konvensi-konvensi tersebut telah berisi
tentang bagaimana hak kekebalan dan DAFTAR PUSTAKA
keistimewaan dari perwakilan diplomatik Adolf, Huala. Aspek Aspek Negara dalam
dan konsuler itu sendiri. Hukum Internasional, RajaGrafindo,
2. Sebagai negara penerima memiliki Jakarta, 1996.
kewajiban untuk menjamin adanya Ardhiwisastra, Yudha B. Hukum Internasional
keselamatan dan serta melindungi para Bunga Rampai, Alumni, Bandung, 2003.
perwakilan diplomatik di negaranya, Dembinski, L. The Modern Law of Diplomacy,
sesuai dengan yang telah tercantum Martinus Nijhoff Publishers,
dalam Konvensi Wina Pasal 29. Namun Netherlands, 1988.
jika terjadi pelanggaran atau ancaman Denza, Eileen. Diplomatic Law, Commentary on
terhadap perwakilan diplomatik di the Vienna Convention on Diplomatic
negara penerima, sebagai Negara Relations, Oceania Publication, Inc.
penerima harusnya bertanggungjawab Dobbs Ferry, New York, 1976 dikutip
penuh atas pelanggaran yang terjadi dalam buku Sumaryo Suryokusumo,
terhadap para pejabat diplomatik di Hukum Diplomatik dan Konsuler, PT
negaranya. Dan bentuk tanggung jawab Tatanusa, Jakarta, 2013.
terhadap pelanggaran yang terjadi dapat Effendi, A. Masyhur. Hukum Konsuler – Hukum
dilihat sesuai dengan Draft ILC 2001 Diplomatik serta Hak dan Kewajiban
yaitu, Reparation (perbaikan), Wakil – Wakil Organisasi
Compensation (kompensasi), Restitution Internasional/Negara, IKIP Malang,
(restitusi) dan Satisfaction (pemuasaan). Malang, 1994.
Kindred, Hugh M. International Law Chiefly as
B. Saran Interpreted and Applied in Canada,
1. Sebagai Negara penerima (receiving Emond Montgomery Publications
state) harus menjaga hubungan baik Limited, Canada, 1987.
dengan Negara pengirim (sending state), Kusumaatmadja, Mochtar. Pengantar Hukum
yaitu dengan menjaga dan melindungi Internasional, Buku I: Bagian Umum, PT
keamanan perwakilan diplomatik yang Binacipta, Bandung, 1982.
ada di negaranya dari segala macam …………………, dan Etty R. Agoes, Pengantar
ancaman. Dan juga sebagai negara Hukum Internasional, Edisi ke-2, PT
penerima harus menaati apa yang telah Alumni, Bandung, 2010.

68
Lex Et Societatis Vol. VIII/No. 2/Apr-Jun/2020

Mauna, Boer. Hukum Internasional: Pengertian Widodo. Hukum Diplomatik dan Konsuler Pada
Peranan Dan Fungsi Dalam Era era Globalisasi, LaksBang Justitia,
Dinamka Global, PT Alumni, Bandung, Surabaya, 2009.
2001.
Noor S.M., Birkah Latif dan Kadarudin. Hukum Sumber Lain :
Diplomatik dan Hubungan Internasiona, “Duta Besar Indonesia di Myanmar akui adanya
Pustaka Pena Press, Makassar, 2016. penyadapan”
Pakenham, Gore-Booth, D. Satow’s Guide to https://nasional.tempo.co/read/44939/
Diplomacy Practice, Fifth Edition, duta-besar-indonesia-di-myanmar-akui-
Logman Group Ltd, London, 1979. adanya-penyadapan
Parthiana, I Wayan. Pengantar Hukum “Duta Besar Rusia untuk Turki tewas di Ankara”
Internasional, Mandar Maju, Bandung, https://www.bbc.com/indonesia/dunia
2003. -38373034, diakses pada 11 september
Rudy, T. May. Hukum Internasional 2, PT Refika 2019
Aditama, Bandung, 2011. Draft articles on Responsibility of States for
Sefriani. Hukum Internasional Suatu Pengantar Internationally Wrongful Acts, ILC,
Edisi Kedua, Rajawali Pers, Jakarta, 2001.
2017. Vienna Convention On Diplomatic, 1961.
Sen, B. A Diplomat’s Handbook of International Vienna Convention On Diplomatic, 1963.
Law and Practice, Martinus Nijhoff Statuta Mahkamah Internasional
publishers, Den Haag, 1979.
Soekanto Soerjono dan Sri Mamudji. Penelitian
Hukum Normatif, RajaGrafindo, Jakarta,
2009.
Starke, J.G. Pengantar Hukum Internasional
Edisi Kesepuluh, Sinar Grafika, Jakarta,
1989.
Suryokusumo, Sumaryo. Hukum Diplomatik
Teori dan Kasus, Alumni, Bandung,
1995.
…………………, Hukum Diplomatik dan Konsuler,
PT Tatanusa, Jakarta, 2013.
Suryono Edy. Perkembangan Hukum
Diplomatik, Mandar Maju, Bandung,
1992.
…………………, dan Moenir Arisoendha. Hukum
Diplomatik Kekebalan dan
Keistimewaanya, Angkasa, Bandung,
1991.
A.K, Syahmin. Hukum Diplomatik dalam
Kerangka Studi Analisis. PT Rajagrafindo
Persada, Jakarta, 2008.
…………………, Hukum Diplomatik Suatu
Pengantar. CV Armico, Bandung, 1988.
Thontowi, Jawahir dan Pranoto Iskandar.
Hukum Internasional Kontemporer, PT
Refika Aditama, Bandung, 2006.
Widagdo, Setyo dan Hanif Nur W. Hukum
Diplomatik dan Konsuler, Bayumedia
Publishing, Malang, 2008.

69

Anda mungkin juga menyukai