030860911
Tugas.2
Permasalahan 1
Adapun setiap perkara yang telah diregister perkara baik peradilan agama
maupun peradilan umum wajib menempuh mediasi terlebih dahulu kecuali
perkara yang ditentukan dalam ketentuan PERMA No. 1 Tahun 2016 Tentang
Prosedur Mediasi di Pengadilan.
Permasalahan 2
Permasalahan 3
PT. Anugrah sebagai pemasok Daging dan Sayuran sudah hampir 3 (tiga)
tahun bekerja sama dengan Supermarket PT. Berkah. Dalam kontrak bisnis
mereka mencantumkan klausula penyelesaian sengketa bahwa “jika
dikemudian hari terjadi sengketa kedua belah pihak akan mengutamakan
musyawarah mufakat dan apabila tidak dicapai kata mufakat maka keduanya
tunduk dan patuh pada pengadilan sesuai domisili para pihak”.
JAWABAN - 1
Tahap pelaksanaan mediasi adalah tahap dimana para pihak yang bersengketa
bertemu dan berunding dalam suatu forum. Dalam tahap ini, terdapat beberapa
langkah penting, yaitu sambutan dan pendahuluan oleh mediator, presentasi dan
pemaparan kondisi-kondisi faktual yang dialami para pihak, mengurutkan dan
mengidentifikasi secara tepat permasalahan para pihak, diskusi (negosiasi) masalah-
masalah yang disepakati, mencapai alternatif-alternatif penyelesaian, menemukan
butir kesepakatan dan merumuskan keputusan, mencatat dan menuturkan kembali
keputusan, dan penutup mediasi.
3. Tahap akhir implementasi mediasi
Tahap ini merupakan tahap dimana para pihak menjalankan kesepakatan-kesepakatan
yang telah mereka tuangkan bersama dalam suatu perjanjian tertulis. Para pihak
menjalankan hasil kesepakatan berdasarkan komitmen yang telah mereka tunjukkan
selama dalam proses mediasi. Pelaksanaan (implementasi) mediasi umumnya
dijalankan oleh para pihak sendiri, tetapi pada beberapa kasus, pelaksanaannya
dibantu oleh pihak lain.
Pada dasarnya setiap perkara di Pengadilan wajib melalui proses mediasi. Kecuali:
JAWABAN - 3
Dalam hal para pihak telah menyetujui bahwa sengketa di antara mereka akan
diselesaikan melalui arbitrase dan para pihak telah memberikan wewenang, maka
arbiter berwenang menentukan dalam putusannya mengenai hak dan kewajiban para
pihak jika hal ini tidak diatur dalam perjanjian mereka. Persetujuan untuk
menyelesaikan sengketa melalui arbitrase dimuat dalam suatu dokumen yang
ditandatangani oleh para pihak.
Selain itu apabila disepakati penyelesaian sengketa melalui arbitrase terjadi dalam
bentuk pertukaran surat, maka pengiriman teleks, telegram, faksimili, e-mail atau
dalam bentuk sarana komunikasi lainnya, wajib disertai dengan suatu catatan
penerimaan oleh para pihak.
Lanjut Umar mengatakan, tidak ada keharusan dalam UU 30/1999 yang menentukan
perjanjian arbitrase harus dibuat dalam akta notaris perjanjian arbitrase harus disusun
secara cermat, akurat, dan mengikat. Tujuannya untuk menghindari perjanjian
arbitrase tersebut digunakan oleh salah satu pihak sebagai kelemahan yang bisa
digunakan untuk memindahkan sengketa tersebut ke jalur pengadilan.
Maka sejalan dengan pendapat di atas, menurut hemat kami meskipun tidak terdapat
klausula arbitrase di dalam kontrak, para pihak tetap dapat menyelesaikan
permasalahannya melalui arbitrase. Dengan catatan para pihak membuat perjanjian
arbitrase tersendiri setelah timbul sengketa. Tentunya perjanjian ini harus dibuat atas
dasar kesepakatan dan iktikad baik.