Anda di halaman 1dari 9

Nama : Nicholas Glenn Dimas Adilanang

NPM : 1806219482
Kelas Hukum Acara Perdata (C) Reguler
Tugas Individu Akhir Semester

MEDIASI

Pengertian mediasi menurut PERMA No. 1/2016 adalah Mediasi adalah cara
penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan Para
Pihak dengan dibantu oleh Mediator, yaitu Hakim atau pihak lain yang memiliki Sertifikat
Mediator sebagai pihak netral yang membantu Para Pihak dalam proses perundingan guna
mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa menggunakan cara memutus
atau memaksakan sebuah penyelesaian.1 Mediasi dalam HIR disebutkan bahwa “Jika pada
hari yang ditentukan itu, kedua belah pihak datang, maka pengadilan negeri dengan
pertolongan ketua mencoba akan memperdamaikan mereka. Jika perdamaian yang
demikian itu dapat dicapai, maka pada waktu bersidang, diperbuat sebuah surat (akte)
tentang itu, dalam mana kedua belah pihak dihukum akan menepati perjanjian yang
diperbuat itu, surat mana akan berkekuatan dan akan dijalankan sebagai putusan yang
biasa.”2 Disimpulkan bahwa Mediasi merupakan cara penyelesaian sengketa melalui proses
perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh Mediator.

Pedoman mediasi di pengadilan terdapat pada Bab II PERMA No.1 Tahun 2016.
Ruang lingkup mediasi hanya berlaku untuk mediasi yang terkait dengan proses berperkara
di pengadilan, bahwa perkara yang di mediasikan hanyalah sebatas perkara yang
dipermasalahkan dalam gugatan oleh penggugat, tidak boleh diluar gugatan. Kemudian
apabila tidak dilaksanakan, akan mengakibatkan putusan batal demi hukum. 3 Dalam Pasal 4
Ayat (1) PERMA No. 1/2016 pun disebutkan bahwa “Semua sengketa perdata yang
1
Mahakamah Agung Republik Indonesia, Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan, Pasal 1
2
Herzien Inlandsch Reglement, Pasal 130
3
Mahkamah Agung Republik Indonesia, Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan, Pasal 2 Ayat (3)

1
diajukan ke Pengadilan termasuk perkara perlawanan (verzet) atas putusan verstek dan
perlawanan pihak berperkara (partij verzet) maupun pihak ketiga (derden verzet) terhadap
pelaksanaan putusan yang telah berkekuatan hukum tetap, wajib terlebih dahulu
diupayakan penyelesaian melalui Mediasi, kecuali ditentukan lain berdasarkan Peraturan
Mahkamah Agung ini.”.4 Kemudian dalam hal kesepakatan dalam mediasi tidak tercapai
dan proses berlanjut ke persidangan, pada putusan wajib disebutkan bahwa telah
diupayakan upaya perdamaian melalui mediasi dengan menyebutkan pula nama
mediatornya.

Sengketa yang dikecualikan dari kewajiban penyelesaian melalui Mediasi


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi; a.) sengketa yang pemeriksaannya di
persidangan ditentukan tenggang waktu penyelesaiannya meliputi antara lain sengketa yang
diselesaikan melalui prosedur Pengadilan Niaga, Pengadilan Hubungan Industrial,
keberatan atas putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha, keberatan atas putusan Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen, permohonan pembatalan putusan arbitrase, keberatan
atas putusan Komisi Informasi, penyelesaian perselisihan partai politik, sengketa yang
diselesaikan melalui tata cara gugatan sederhana; b.) sengketa yang pemeriksaannya
dilakukan tanpa hadirnya penggugat atau tergugat yang telah dipanggil secara patut; c.)
gugatan balik (rekonvensi) dan masuknya pihak ketiga dalam suatu perkara (intervensi); d.)
sengketa mengenai pencegahan, penolakan, pembatalan dan pengesahan perkawinan; e.)
sengketa yang diajukan ke Pengadilan setelah diupayakan penyelesaian di luar Pengadilan
melalui Mediasi dengan bantuan Mediator bersertifikat yang terdaftar di Pengadilan
setempat tetapi dinyatakan tidak berhasil berdasarkan pernyataan yang ditandatangani oleh
Para Pihak dan Mediator bersertifikat.5

Sifat dari proses mediasi yang pertama adalah proses mediasi bersifat tertutup
kecuali para pihak menghendaki lain.6 Para pihak yang dimaksud adalah adalah dua atau

4
Mahakamah Agung Republik Indonesia, Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan, Pasal 4 Ayat (1)
5
Ibid., Pasal 4 Ayat (2)
6
Ibid., Pasal 5 Ayat (1)

2
lebih subjek hukum yang bersengketa dan membawa sengketa mereka ke Pengadilan untuk
memperoleh penyelesaian.7 Proses mediasi dilakukan secara tertutup dalam ruangan yang
disediakan oleh pihak pengadilan negeri setempat dan proses mediasi diikuti oleh mediator,
para pihak yakni penggugat dengan/tanpa kuasa hukum dan tergugat dengan/tanpa kuasa
hukum. Kehadiran Para Pihak melalui komunikasi audio visual jarak jauh dianggap sebagai
kehadiran langsung.8

Sifat kedua dari proses mediasi adalah para pihak wajib menempuh mediasi dengan
dengan itikad baik.9 Bahwa penyampaian laporan Mediator mengenai pihak yang tidak
beriktikad baik dan ketidakberhasilan proses Mediasi kepada Hakim Pemeriksa Perkara
bukan merupakan pelanggaran terhadap sifat tertutup Mediasi. Bahwa yang dapat dikatakan
sebagai tindakan yang tidak memenuhi itikad baik adalah; a.) tidak hadir setelah dipanggil
secara patut 2 (dua) kali berturut-turut dalam pertemuan Mediasi tanpa alasan sah; b.)
menghadiri pertemuan Mediasi pertama, tetapi tidak pernah hadir pada pertemuan
berikutnya meskipun telah dipanggil secara patut 2 (dua) kali berturut-turut tanpa alasan
sah; c.) ketidakhadiran berulang-ulang yang mengganggu jadwal pertemuan Mediasi tanpa
alasan sah; d.) menghadiri pertemuan Mediasi, tetapi tidak mengajukan dan/atau tidak
menanggapi Resume Perkara pihak lain; e.) tidak menandatangani konsep Kesepakatan
Perdamaian yang telah disepakati tanpa alasan sah.10

Terkait ketidakhadiran para pihak dalam proses mediasi, bahwa ketidakhadiran Para
Pihak secara langsung dalam proses Mediasi hanya dapat dilakukan berdasarkan alasan sah.
Alasan sah meliputi antara lain kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan hadir dalam
pertemuan Mediasi berdasarkan surat keterangan dokter, di bawah pengampuan; bertempat
tinggal di luar negeri, atau menjalankan tugas negara, tuntutan profesi atau pekerjaan yang
tidak dapat ditinggalkan.11Sifat ketiga dari proses mediasi adalah pertemuan Mediasi dapat
dilakukan melalui media komunikasi audio visual jarak jauh yang memungkinkan semua
7
Ibid., Pasal 1 angka 5
8
Ibid., Pasal 6 Ayat (2)
9
Ibid., Pasal 7 Ayat (1)
10
Ibid., Pasal 7 Ayat (2)
11
Ibid., Pasal 6 Ayat (4)

3
pihak saling melihat dan mendengar secara langsung serta berpartisipasi dalam
pertemuan.12

Mediator merupakan yaitu Hakim atau pihak lain yang memiliki Sertifikat Mediator
sebagai pihak netral yang membantu Para Pihak dalam proses perundingan guna mencari
berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa menggunakan cara memutus atau
memaksakan sebuah penyelesaian.13 Mediator berperan membantu merumuskan
kesepakatan damai dalam proses mediasi antara para pihak yang bersengketa tanpa
menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian. 14 Mediator pada
asasnya harus mengikuti pendidikan terlebih dahulu yang dibuktikan dengan sertifikat
mediator, namun bila tidak ada mediator yang bersertifikat maka hakim di lingkungan
pengadilan yang bersangkutan berwenang menjalankan fungsi mediator. Setiap Mediator
wajib memiliki Sertifikat Mediator yang diperoleh setelah mengikuti dan dinyatakan lulus
dalam pelatihan sertifikasi Mediator yang diselenggarakan oleh Mahkamah Agung atau
lembaga yang telah memperoleh akreditasi dari Mahkamah Agung.15 Para pihak berhak
memilih mediator diantara pilihan – pilihan berikut; hakim yang bukan memeriksa perkara,
advokat/akademisi hukum, profesi bukan hukum yang dianggap para pihak menguasa dan
berpengalaman dan/ atau hakim majelis pemeriksa perkara.

Tugas mediator dituliskan dengan jelas dalam PERMA No.1 Tahun 2016, yaitu; a.)
memperkenalkan diri dan memberi kesempatan kepada Para Pihak untuk saling
memperkenalkan diri; b.) menjelaskan maksud, tujuan, dan sifat Mediasi kepada Para
Pihak; c.) menjelaskan kedudukan dan peran Mediator yang netral dan tidak mengambil
keputusan; d.) membuat aturan pelaksanaan Mediasi bersama Para Pihak; e.) menjelaskan
bahwa Mediator dapat mengadakan pertemuan dengan satu pihak tanpa kehadiran pihak
12
Ibid., Pasal 5 Ayat (3)
13
Ibid., Pasal 1 angka 2
14
Bernadetha Aurelia Oktavira, S.H., Kamis 21 November 2019, “Perbedaan Mediator, Arbiter, dan
Konsiliator”, diakses dari https://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt5dd65ff35fc6f/perbedaan-
mediator--arbiter--dan-konsiliator/ pada tanggal 4 Mei 2020 Pukul 19:19 WIB
15
Mahakamah Agung Republik Indonesia, Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan, Pasal 13 Ayat (1)

4
lainnya (kaukus); f.) menyusun jadwal Mediasi bersama Para Pihak; g.) mengisi formulir
jadwal mediasi; h.) memberikan kesempatan kepada Para Pihak untuk menyampaikan
permasalahan dan usulan perdamaian; i.) menginventarisasi permasalahan dan
mengagendakan pembahasan berdasarkan skala proritas; j.) memfasilitasi dan mendorong
Para Pihak untuk: menelusuri dan menggali kepentingan Para Pihak, mencari berbagai
pilihan penyelesaian yang terbaik bagi Para Pihak dan bekerja sama mencapai
penyelesaian; k.) membantu Para Pihak dalam membuat dan merumuskan Kesepakatan
Perdamaian; l.) menyampaikan laporan keberhasilan, ketidakberhasilan dan/atau tidak
dapat dilaksanakannya Mediasi kepada Hakim Pemeriksa Perkara; m.) menyatakan salah
satu atau Para Pihak tidak beriktikad baik dan menyampaikan kepada Hakim Pemeriksa
Perkara; n.) tugas lain dalam menjalankan fungsinya.16

Terkait honorarium jasa mediator, pengguna jasa mediator hakim tidak dipungut
biaya, sedangkan uang jasa mediator bukan hakim ditanggung bersama oleh para pihak atau
berdasar kesepakatan.17 Kemudian dalam hal biaya pemanggilan para pihak, dibebankan
kepada pihak Penggugat melalui uang panjar biaya perkara. Jika tercapai kesepakatan,
maka biaya tersebut ditanggung bersama atau sesuai kesepakatan para pihak. Jika mediasi
gagal, maka biaya tersebut dibebankan kepada pihak yang oleh hakim dihukum untuk bayar
biaya perkara.18 Terkait tempat penyelenggaraan mediasi, Mediasi diselenggarakan di ruang
Mediasi Pengadilan atau di tempat lain di luar Pengadilan yang disepakati oleh Para Pihak.
Mediator Hakim dan Pegawai Pengadilan dilarang menyelenggarakan Mediasi di luar
Pengadilan. Mediator non hakim dan bukan Pegawai Pengadilan yang dipilih atau ditunjuk
bersama-sama dengan Mediator Hakim atau Pegawai Pengadilan dalam satu perkara wajib
menyelenggarakan Mediasi bertempat di Pengadilan. Penggunaan ruang Mediasi
Pengadilan untuk Mediasi tidak dikenakan biaya.19
Prosedur mediasi tertulis dalam PERMA No. 1 Tahun 2016. Pertama, hari sidang
pertama para pihak hadir. Kedua, Hakim mewajibkan mediasi dan menunda siding,

16
Ibid., Pasal 14
17
Ibid., Pasal 8 Ayat (1) dan (2)
18
Ibid., Pasal 9
19
Ibid., Pasal 11

5
ketidakhadiran pihak turut tergugat tidak menghalangi mediasi, kemudian para pihak
memilih mediator dari daftar mediator maksimal dua hari kerja. Ketiga, para pihak
menyampaikan mediator pilihan kepada Ketua Majelis Hakim yang kemudian akan
menyampaikan kepada mediator terpilih dan maksimal lima hari kerja para pihak
menyerahkan resume perkara kepada satu sama lain dan mediator. Keempat, jika para pihak
tidak sepakat memilih mediator maka para pihak wajib melaporkan kepada Ketua Majelis
Hakim. Kelima, Ketua Majelis Hakim akan menunjuk hakim bukan pemeriksa perkara
yang bersertifikat pada pengadilan yang sama (jika pada pengadilan yang sama tidak ada
hakim bukan pemeriksa perkara maka Ketua Majelis Hakim akan menunjuk hakim
pemeriksa perkara dengan atau tanpa sertifikat dalam waktu maksimal lima hari kerja dan
para pihak telah menyerahkan resume.

Keenam, proses mediasi berlangsung paling lama 30 hari kerja sejak mediator
dipilih. Atas dasar kesepakatan para pihak, jangka waktu dapat diperpanjang 30 hari kerja.
Ketujuh, jika mediasi berhasil mencapai kesepakata, para pihak dengan bantuan mediator
wajib merumuskan kesepakatan secara tertulis dalam Kesepakatan Perdamaian yang
ditandangani para pihak dan moderator berbentuk Akta Perdamaian. Akta Perdamaian
mempunyai kekuatan hukum seperti suatu putusan hakim yang biasa yang telah
mempunyai kekuatan hukum yang tetap (in kracht van gewijsde).20 Akan tetapi, jika para
pihak tidak menghendaki akta perdamaian, kesepakatan harus memuat klausula pencabutan
gugatan. Kedelapan, jika mediasi gagal, pernyataan dan pengakuan para pihak dalam
proses mediasi tidak dapat digunakan sebagai alat bukti dalam proses persidangan, catatan
mediator wajib dimusnahkan, mediator tidak dapat diminta sebagai saksi, dan mediator
tidak dapat dikenai pertanggungjawaban pidana/perdata atas isi kesepakatan perdamaian
hasil proses mediasi.

Perdamaian dapat dilakukan pada proses pemeriksaan sidang berlangsung yang


dsebut sebagai perdamaian sukarela. Pada tahap pemeriksaan perkara, hakim pemeriksa

20
Ny. Retnowulan Sutantio, S.H., Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktek, (Bandung: CV. Mandar
Maju, 1979), Hlm. 36

6
perkara tetap berupaya mendorong perdamaian sebelum pengucapan putusan. Para pihak
dapat mengajukan permohonan untuk perdamaian, kemudian hakim pemeriksa perkara
wajib menunda persidangan paling lama 14 hari terhitung sejak penetapan mediator.
Menurut Zulkarnaen dalam bukunya Penyitaan dan Eksekusi dikatakan bahwa usaha
mendamaikan para pihak yang berperkara tersebut dilakukan selama proses perkara di
pengadilan selama perkara masih dalam taraf pemeriksaan judex facti.21 Akan tetapi, dalam
PERMA No. 1/2016 disebut bahwa sepanjang perkara belum diputus pada tingkat upaya
hukum banding, kasasi atau peninjauan kembali, Para Pihak atas dasar kesepakatan dapat
menempuh upaya perdamaian.22

Akan tetapi dalam pelaksanaannya ada beberapa hal yang menjadi kendala dalam
pelaksanaan mediasi di pengadilan pada tingkat upaya banding, kasasi, dan peninjauan
kembali tersebut, yaitu23; mediasi pada proses ini menimbulkan bias penafsiran pada
beberapa ketentuan hukumnya, ketentuan yang mengatur pada tahap ini belum jelas dan
bahkan tidak ada peraturan pelaksanaannya secara detail, layanan pengadilan terhadap
pelaksanaan penyelesaian sengketa dengan jalan mediasi tersebut belum memuaskan, dan
tidak ada batasan dalam perkara apa saja mediasi dapat dilakukan mengakibatkan kesulitan
untuk membantu merumuskan harapan dan usulan rencana perdamaian yang diusulkan para
pihak secara sederhana manakala kasus yang dihadapinya sangatlah rumit dan kompleks.

Terkait kesepakatan diluar pengadilan, para pihak dengan mediator luar pengadilan
dengan kesepakatan perdamaian dapat mengajukan ke pengadilan untuk memperoleh akta
perdamaian dengan mengajukan gugatan yaitu kesepakatan perdamaian dan dokumen
sebagai alat bukti. Kemudian hakim akan mengabulkan dengan memenuhi syarat; sesuai
kehendak para pihak, tidak bertentangan dengan hukum, tidak merugikan pihak ketiga,
dapat dieksekusi dan dengan itikad baik. Ketentuan ini lanjut diatur dalam Pasal 36
PERMA No. 1 Tahun 2016.
21
Zulkarnaen, Penyitaan dan Eksekusi, (Bandung: Pustaka Setia, 2017). Hlm. 263
22
Mahakamah Agung Republik Indonesia, Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan, Pasal 34 Ayat (1)
23
Harika Nova Yeri, Tesis Magister: “Penyelesaian Sengketa Perdata pada Tingkat Upaya Hukum Banding,
Kasasi, dan Peninjauan Kembali Melalui Perdamaian”, (Jakarta: Universitas Indonesia, 2013), Hlm. 125 - 126

7
Perdamaian depan hakim banyak berhasil dalam perkara utang piutang dan perkara
warisan. Dalam perkara utang piutang jumlah uang yang seharusnya dibayar sekaligus,
dibayar dengan cara mengangsur dan biaya perkara dipikul bersama oleh kedua belah pihak
masing – masing untuk separuhnya. Dalam perkara warisan pada umumnya pihak
penggugat mengalah sedikit dan menerima lebih kecil daripada bagian yang sesungguhnya
ia harus terima, juga dalam persoalan ini biaya perkara dipikul oleh kedua belah pihak.
Dalam gugat perceraian, hakim akan berusaha untuk mendamaikan suami istri yang hendak
berserai sesuai dengan Pasal 39 UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.24

REFERENSI
Herzien Inlandsch Reglement
Mahkamah Agung Republik Indonesia, Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2016
tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan
Mahkamah Agung Republik Indonesia, Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2008
tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan
Sutantio, Ny. Retnowulan. 1979. Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktek.
Bandung: CV. Mandar Maju.
Zulkarnaen. 2017. Penyitaan dan Eksekusi. Bandung: Pustaka Setia.
Yeri, Harika Nova. 2013. Tesis Magister: “Penyelesaian Sengketa Perdata pada Tingkat
Upaya Hukum Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali Melalui Perdamaian”.
Fakultas Hukum. Universitas Indonesia. Jakarta.
Hukumonline.com, “Perbedaan Mediator, Arbiter, dan Konsiliator”, diakses dari
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt5dd65ff35fc6f/perbedaan-mediator--
arbiter--dan-konsiliator/ pada tanggal 4 Mei 2020 Pukul 19:19 WIB

24
Ny. Retnowulan Sutantio, S.H., Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktek, (Bandung: CV. Mandar
Maju, 1979), Hlm. 37

8
9

Anda mungkin juga menyukai