Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH MPKT - B

PBL - 2

MINIMNYA KUALITAS AIR BERSIH DI JAKARTA

Disusun Oleh HG 3: Reguler

1. M. Alfitras Tavares 1806139424

2. Hikmatu Shalihah 1806219854

3. Nadya Jessica Junita 1806139525

4. Nabilah Anika 1806139475

5. Nicholas Glenn Dimas 1806219482

6. Tinfani Audy Azzahra 1806220231

7. Yuliana Ancelina 1806139784

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS INDONESIA

2019

1
I. Pendahuluan
1. Apa kriteria air bersih?
2. Bagaimana kondisi perairan di Jakarta yang terkontaminasi senyawa kimia?
3. Bagaimana kondisi saluran air bersih di Jakarta?
4. Apa penyebab minimnya kualitas air bersih di Jakarta?
5. Apakah dampak dari minimnya kualitas air di Jakarta?
6. Apa langkah yang telah ditempuh oleh Pemerintah DKI Jakarta dalam meningkatkan
kualitas air bersih di Jakarta?
7. Apa langkah masyarakat dalam menanggulangi masalah air bersih ?

II. Analisis
Air merupakan zat berbentuk cair yang tersusun dari dua atom hidrogen yang terikat
secara kovalen pada satu atom oksigen. Air juga merupakan zat yang sangat banyak terdapat di
bumi. Hampir dua per tiga atau 71% dari permukaan bumi yang tertutupi oleh air. Air tidak
hanya berfungsi sebagai pelepas dahaga semata tetapi juga menentukan kualitas kesehatan
makhluk tersebut.1
Air bersih memiliki beberapa kriteria yaitu kriteria standar fisik dan kimia. Berikut
adalah kriteria air bersih dengan standar fisik yaitu, tidak keruh, tidak berwarna apapun, tidak
berasa apapun, Suhu antara 10-25 derajat celcius atau suhu sejuk, tidak meninggalkan endapan.
Sedangkan standar kimia yaitu berkaitan dengan bahan-bahan kimia yang terkandung di
dalamnya. Selain bisa diperiksa di laboratorium, kandungan bahan kimia pada air juga bisa
dilihat dari ciri fisik air. Air yang beracun atau mengandung logam berat biasanya memiliki bau
yang menyengat dan berwarna. Berikut merupakan standar kimianya, yaitu tidak mengandung
bahan kimia yang beracun, tidak mengandung zat-zat kimia yang berlebihan, tidak mengandung
logam berat, mengandung yodium yang cukup, derajat keasaman atau pH air haruslah netral,
yaitu sekitar tujuh.2
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan oleh orang banyak dan menjadi hajat
hidup manusia. Salah satu sumber dari air itu sendiri adalah sungai. Sungai sebagai salah satu
1 Rinawan Abadi, “Air Bersih: Kekayaan Tak Ternilai”, (Jakarta: Intan Pariwara, 2018) hlm. 2-10.
2 Ibid.

2
komponen penting bagi lingkungan berfungsi sebagai penunjang dalam keseimbangan manusia.
Karena adanya pembangunan di berbagai bidang maka akan mempunyai dampak berupa
kerusakan lingkungan termasuk didalamnya adalah pencemaran air sungai. Menurut Effendi
(2000) pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan
komponen lainnya ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.3
Perairan di Jakarta memiliki kondisi yang sangat amat mengkhawatirkan dan kondisinya
sudah tercemar berbagai senyawa kimia. Sumber pencemarannya dapat berasal dari berbagai
jenis limbah seperti limbah industri, domestik serta kegiatan lainnya seperti pertanian, perikanan
dan pariwisata.4 Sebanyak 13 aliran sungai yang melintas di wilayah Jakarta, 10 di antaranya
bermuara di Teluk Jakarta. Kawasan sungai di Jakarta ini sering dicemari oleh senyawa kimia
dan logam berat seperti Besi, Mangan, Seng, Kadmium, Cromium, Tembaga, Timbal, Nikel dan
Raksa.5 Di Jakarta sendiri terdapat lima sungai yang tercemar oleh senyawa kimia dan logam
yaitu sungai Ciliwung, sungai Cipinang, sungai Mookervart, sungai Sunter, dan sungai Grogol.6
Kondisi di sungai Ciliwung sendiri rata rata konsentrasi dari seng sekitar 0,01 - 0,17
mg/L lalu 0,70 mg/L untuk Mangan dan 3,00 mg/L untuk besi. Pencemaran ini disebabkan
karena kegiatan oleh penduduk disepanjang daerah aliran sungai Ciliwung. Namun untuk kadar
pencemarannya masih dibawah baku mutu yang ditetapkan oleh Keputusan Gubernur Provinsi
DKI Jakarta Nomor 582 Tahun 1995.7 Kondisi di sungai Cipinang yang diperuntukan untuk
pertanian dan usaha perkotaan di dalamnya terdapat kandungan air raksa, tembaga, mangan dan
seng. Konsentrasi tiap zatnya adalah sebagai berikut yaitu Tembaga dengan 0,05 mg/L, Mangan
sebesar 1,60 mg/L, Seng 0,16 mg/L, dan Air Raksa dengan 0,03 mg/L dimana air raksa sendiri
telah melewati baku mutu yang ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Dimana ini
akan berbahaya bagi kehidupan organisme akuatik dan manusia. Pencemaran di sungai Cipinang
ini berasal dari proses aktivitas pabrik/industri yang berskala kecil sampai besar. Seperti industri
tekstil, elektronika, makanan dan bahan kimia.8

3 Effendi H, “Telaahan Kualitas Air”, (Bogor: IPB Press, 2000) hlm. 5


4 Satmoko Yudo, “Kondisi Pencemaran Logam Berat di Perairan Sungai DKI Jakarta” JAI Vol 2, No. 1
(2006), hlm. 2.
5 Ibid. hlm. 1
6 Ibid. hlm. 4-12
7 Ibid. hlm. 5-6
8 Ibid. hlm. 7-8

3
Sungai Sunter sendiri didalamnya terdapat tiga bahan logam dan kimia yaitu mangan,
seng dan tembaga. Sungai ini diperuntukan untuk pertanian dan usaha perkotaan. Konsentrasi
tembaga disini hanya 0,06 mg/L, namun untuk sengnya sendiri sangat ekstrem yaitu sekitar
12,44 mg/L, dan untuk mangan hanya sekitar 2,00 mg/L. Sungai Grogol terdapat kandungan
mangan, seng, dan air raksa. Konsentrasi mangan sekitar 9,00 mg/L dimana itu melebihi baku
mutu, untuk seng sendiri sekitar 0,09 mg/L yang sudah melebihi baku mutu dan air raksa sebesar
0,0070 mg/L.9
Dalam sungai Mookervart dimana sungai ini diperuntukan untuk perikanan dan
peternakan, terdapat tiga kandungan yang terdeteksi yaitu seng, tembaga dan khrom. Seng selalu
melebihi baku mutu yang ada dan pernah mencapai 42,62 mg/L yang melebihi baku mutu yang
ada. Tembaga sendiri sekitar 0,13 mg/L dan khrom sebesar 0,14 mg/L. Keadaan di sungai
Mookervart ini tidak terlepas dari industri yang membuang limbah ke sungai tanpa diolah
terlebih dahulu.
Kondisi perairan di Jakarta khususnya sungai - sungainya sangat mengkhawatirkan, dan
telah terbukti bahwa terjadi pencemaran di dalamnya dengan adanya kandungan dari senyawa
kimia serta logam berat. Hal ini juga disebabkan dengan industri yang berada dalam daerah
aliran masing masing sungai. Banyak industri yang membuang limbahnya ke sungai tanpa diolah
terlebih dahulu dan hal ini dapat membahayakan kesehatan makhluk hidup yang menggunakan
sungai tersebut.10
Selain kondisi perairan Jakarta yang terkontaminasi, kondisi saluran air bersih di Jakarta
sekarang kian memburuk. Saluran air bersih digunakan untuk menyalur air bersih ke seluruh
pemukiman di Jakarta yang menggunakan jaringan pipa air bersih. Jaringan pipa air bersih yang
tersedia adalah 11.700 km namun idealnya Jakarta membutuhkan 19.500 km jaringan pipa air
bersih untuk dapat menyalurkan air bersih ke seluruh bagian kota. Selain itu, Jakarta merupakan
5 kota teratas yang memiliki saluran air bersih yang tidak memadai dan terancam mengalami
kelangkaan air bersih. Ini membuktikan bahwa kondisi saluran perairan Jakarta masih sangat
membutuhkan perbaikan. Jakarta merupakan ibu kota dan memiliki kepadatan penduduk
tertinggi di Indonesia. Oleh karena itu, sangatlah penting bagi pemerintah untuk memperhatikan
permasalahan air bersih ini. Dua per lima dari penduduk Jakarta memiliki akses terhadap ledeng

9 Ibid. hlm. 9-11


10 Ibid. hlm 12.

4
dan menggali sumur secara tidak sah sehingga menguras cadangan air di bawah tanah yang
menyebabkan bencana alam seperti banjir dan tanah longsor. Jika hal ini dibiarkan maka
permasalahan tidak akan berhenti menerjang ibu kota Jakarta. Sumber saluran air bersih di
Jakarta adalah PD PAM Jaya yang berasal dari Kali CIliwung, Sungai Sekretaris, Sungai BKT,
Mookervart dan Sungai Krukut. Pemerintah DKI sedang melakukan penurunan Non Revenue
Water(NRW) yaitu menghilangkan sebanyak-banyaknya kebocoran di saluran air bersih yang
sudah mencapai 50 persen tingkat pemulihan. Solusi terbaik dalam membenahi saluran air bersih
dan permasalahan kelangkaan air bersih di Jakarta adalah naturalisasi bantaran sungai Ruang
Terbuka Hijau(RTH) untuk menyerap permukaan sungai dan habitat ekosistem tepian air.
Kualitas air bersih di kota-kota besar seperti Jakarta sangatlah minim. Kondisi ini
disebabkan oleh berbagai hal akibat ulah dari manusia, seperti overpopulasi, hingga pembuangan
limbah industri dan rumah tangga. Overpopulasi terjadi di Jakarta, terdapat 8,6 11 juta penduduk
di wilayah seluas 7.659,02 km2 12. Hal ini menyebabkan terjadinya minim lahan terbuka hijau
akibat penggunaan lahan yang tidak memperhatikan konservasi air dan tanah. Karena minimnya
lahan terbuka hijau maka kualitas air tanah menurun akibat kurangnya daerah resapan air. Selain
itu, overpopulasi juga mengakibatkan masyarakat membangun rumah tanpa memperhatikan
pembuatan septic tank dengan baik dan benar akibat minimnya lahan. Hal ini menyebabkan air
tanah menyerap bakteri dan virus dari tinja, sehingga kualitas air tanah menurun.13 Kemudian
overpopulasi juga mengakibatkan padatnya pemukiman yang tidak diikuti dengan penyebaran
saluran sanitasi air bersih sehingga dapat memperburuk kualitas air bersih di Jakarta.
Tidak hanya itu saja, kualitas air bersih di Jakarta kian menurun akibat pencemaran di
sejumlah 13 sungai beserta anak sungainya telah melampaui batas ambang dengan kandungan
limbah semakin tinggi ke arah hilir dan muara.14 Melihat kondisi perairan di Jakarta terutama
pada sungai-sungainya yang sudah tercemar akibat limbah industri yang mengandung senyawa
kimia dan logam-logam berat tentu akan berdampak pada kualitas air bersih di daerah tersebut.

11 Badan Pusat Statistika, “Tabel Proyeksi Penduduk di Jakarta Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
Tahun 2018”, https://jakarta.bps.go.id/dynamictable/2018/01/31/17/tabel-proyeksi-penduduk-dki-jakarta-
laki-laki-dan-perempuan-menurut-kelompok-umur-2018.html, diakses pada 14 Mei 2019
12 Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, “Geografis Jakarta”,
http://www.jakarta.go.id/v2/news/category/geografis-jakarta, diakses pada 14 Mei 2019
13 KESMAS, “Pencemaran Bakteorologis Air”, http://www.indonesian-publichealth.com/pola-
pencemaran-bakteriologis/, diakses pada 14 Mei 2019
14 Susmarkanto, “Pencemaran Lingkungan Perairan Sungai Salah Satu Faktor Penyebab Banjir di
Jakarta”, Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol.3, No. 1 (2002), hlm.14

5
Selain minimnya kualitas air bersih yang diakibatkan oleh dampak dari sungai-sungai yang
sudah tercemar, terdapat beberapa penyebab lain yang juga dapat mengakibatkan turunnya
kualitas air bersih di Jakarta, yakni disebabkan karena ketidaksadaran masyarakat yang
membuang limbah rumah tangga sembarang di sungai dimana jumlahnya semakin hari semakin
besar sesuai perkembangan penduduk dan perkembangan kota Jakarta.15.
Secara umum sungai dan situ di DKI Jakarta telah mengalami perubahan pada kualitas
airnya. Indeks Kualitas Air pada sungai maupun situ di DKI Jakarta menunjukkan nilai buruk
sampai sedang, padahal perairan tersebut digunakan untuk berbagai keperluan manusia. 16
Dampak buruk yang terjadi pada perairan di sungai dan situ di DKI Jakarta dapat berdampak
balik negatif berupa timbulnya berbagai bibit penyakit. Perlu adanya tindakan nyata dari seluruh
lapisan masyarakat untuk memperbaiki kualitas perairan yang ada yaitu dimulai dari diri sendiri
untuk secara bijak melihat lingkungan sebagai suatu kesatuan yang tidak terpisahkan dari
manusia dan mentaati peraturan yang ada.
Bila terjadi pencemaran air, baik berupa bibit penyakit (bakteri, virus, parasit) maupun
zat-zat kimia beracun dan berbahaya akan dapat menyebabkan gangguan kesehatan dan
gangguan ekosistem.17 Air tercemar mikroba patogen yang dikonsumsi oleh masyarakat dapat
menyebabkan berbagai penyakit menular. Penyakit menular yang disebarkan oleh air disebut
penyakit bawaan air (waterborne diseases).18
Air juga dapat berperan sebagai sarang insekta yang menyebarkan penyakit pada
masyarakat. Insekta jenis ini disebut sebagai vektor penyakit. Beberapa penyakit yang
disebarkan oleh vektor penyakit antara lain:19 Penyakit Demam Berdarah (Dengue
Haemorrhagic Fever) dengan gejala demam dan perdarahan. Penyakit ini menyebar di antara
masyarakat melalui vektor berupa nyamuk Aedes aegypti (nyamuk yang suka bersarang di air
yang bersih). Filariasis, yang dikenal dengan penyakit kaki gajah (Elephantiasis). Penyebab
penyakit ini adalah cacing bulat kecil (filaria). Vektor penyakit ini berupa nyamuk Culex
fatigans. Filaria dapat menyebabkan terjadinya penyumbatan saluran limpatik yang

15 Satmoko Yudo dan Nusa Idaman Said “Masalah Pencemaran Air di Jakarta, Sumber dan Alternative
Penaggulangannya” JAI Vol 2, No. 2 (2001), hlm. 1.

16 BPLHD DKI Jakarta, Data Pemantauan Kualitas Air Sungai di Propinsi DKI Jakarta, BPLHD DKI
Jakarta, Jakarta
17 Wardhana, W. A. Dampak Pencemaran Lingkungan. (Yogyakarta: Penerbit Andi Offset, 1995)
18 Sastrawijaya, A. T. Pencemaran Lingkungan. (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 1991)
19 Slamet, J. S. Kesehatan Lingkungan. (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 2000)

6
mengakibatkan cairan tubuh tidak bisa mengalir, sehingga terjadi pembengkakan yang semakin
lama semakin membesar dan mengeras.
Selain penyakit dari insekta, dapat pula terjadi penyakit dari bakteri atau virus yang
menyebar dari kotornya air yang ada. Beberapa contoh penyakit yang mungkin timbul adalah Diare
dan Hepatitis A.20 Diare adalah salah satu penyakit paling umum ditemui yang disebabkan oleh
pencemaran air. Diare dapat mengakibatkan dehidrasi dan kematian bagi anak-anak. Cara
pencegahannya dapat dilakukan dengan merebus air yang akan diminum untuk membunuh bakteri di
dalam air. Hepatitis A disebabkan oleh virus dan menyerang hati. Selain ditularkan oleh air yang
tercemar, Hepatitis A juga dapat menular melalui kontak langsung dengan penderita. Gejala penyakit
ini antara lain, diare, sakit perut, mual, kelelahan, dan depresi. Penyakit lain yang disebabkan oleh
virus di air yang tercemar adalah polyomavirus dan polio. 21
Berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah DKI Jakarta terkait peningkatan kualitas
air bersih di Jakarta. Pertumbuhan penduduk dan industri yang terus meningkat akan menjadi
ancaman serius terhadap kualitas dan kuantias air. PBB mencatat, setidaknya ada 780 juta orang
di dunia yang tidak memiliki akses terhadap air bersih dan hampir 2,5 miliar tidak memiliki
akses terhadap sanitasi yang memadai. Jika krisis air terus berlanjut, diperkirakan pada 2050
mendatang, dua per tiga penduduk dunia kekurangan air. Sementara itu, data dari Badan Pusat
Statistik (BPS) pada 2010 menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan air minum penduduk
Indonesia baru mencapai 55,04 persen atau masih ada sekitar 80 juta masyarakat yang belum
terpenuhi kebutuhan air minum.22 Oleh karena itu, permasalahan ini menjadi sorotan bagi
Pemerintah DKI Jakarta.
Salah satu upaya Pemerintah DKI Jakarta adalah pembenahan Sungai Ciliwung.
Pemerintah DKI Jakarta dan Pemerintah Korea Selatan menandatangani kerja sama dengan
peletakan batu pertama proyek restorasi Sungai Ciliwung yang merupakan salah satu sungai
kategori tercemar berat di Indonesia. Kerja sama ini bertujuan untuk memulihkan kualitas sungai
Ciliwung agar lebih bersih dalam waktu yang lebih cepat. Pengalaman Korea selama 20 tahun
menangani pemulihan kualitas Sungai Han menjadi pembelajaran bagi Indonesia dalam

20 Muhammad Sufyan, “3 Penyakit Ini Dampak dari Air yang Tercemar”,


https://www.liputan6.com/health/read/2397802/3-penyakit-ini-dampak-dari-air-yang-tercemar, diakses pada 15 Mei
2019
21 Ibid
22 Kementrian Lingkungan Hidup RI, “Status Lingkungan Hidup Indonesia”, 2010, diakses dari
http://www.menlh.go.id/DATA/SI.HI_2010.pdf. Pada tanggal 14 Mei 2019 Pukul 14.47 WIB

7
mengubah sungai yang kotor dan penyebab banjir, menjadi sungai bersih yang menjadi ruang
publik. Restorasi Sungai Ciliwung ini akan meliputi perbaikan sungai sepanjang 470 meter
secara ekologis, seperti pengerukan lumpur sebanyak 20.000 ton, pemasangan pintu air serta
perbaikan bantaran sungai dengan menggunakan tanaman (wetland). Pembuatan Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) dengan kapasitas IPAL 500 m3 /hari dilakukan untuk
memastikan limbah yang dibuang ke sungai seluruhnya diolah terlebih dahulu. 23 Kemudian
Pemerintah DKI Jakarta, Kementerian Lingkungan Hidup bersama dengan Kementerian
Pekerjaan Umum, Kehutanan, Pertanian telah melakukan berbagai kegiatan percontohan
pemulihan kualitas lingkungan DAS Ciliwung secara terpadu dengan meletakkan kualitas air
sungai sebagai pemersatu kegiatan antar sektor dan daerah. Pemerintah juga telah menggagas
kegiatan “Selamatkan Sungai Kita“ untuk meningkatkan kepedulian komunitas masyarakat
terhadap sungai melalui kegiatan pemantauan kesehatan sungai dengan menggunakan metode
Biotilik.24
Selain pembenahan Kali Ciliwung, Pemerintah DKI Jakarta juga melakukan upaya
peningkatan kualitas air bersih dengan Program Kampung Hijau. Program “Kampung Hijau”
dirancang sebagai salah satu bentuk nyata untuk membantu masyarakat agar tercipta suatu
keadaan lingkungan yang sehat, bersih, nyaman, tertib dan aman, serta kondusif
untukberkembangnya perekonomian masyarakat. Program “Kampung Hijau” memiliki alternatif
program antara lain perbaikan infrastruktur kampung (pembuatan tempat pembuangan sampah,
perbaikan saluran pembuangan air, perbaikan jalan setapak, penyediaan pos terpadu: keamanan,
kesehatan, temu warga), penyediaan sarana dan prasarana kampung (pengadaan gerobak sampah,
pengadaan papan nama jalan, penomoran rumah warga yang teratur), dan riset/penelitian
(melakukan need assessment, melakukan monitoring program, melakukan evaluasi program).25
Lewat program ini, kualitas air bersih ditingkatkan dengan penyediaan mesin penyaring air di
tiap kampung yang dapat dijangkau oleh Pemerintah DKI Jakarta dan diharapkan dapat
mengatasi masalah air bersih di tiap perkampungan di DKI Jakarta.

23 Ibid.
24 Ibid.
25 Sri Pare Eni, “Upaya-upaya Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta dalam Mengatasi Masalah
Permukiman Kumuh di Perkotaan”, Jurnal Lingkungan Volume 2 No. 2 Februari 2015, diakses dari
http://repository.uki.ac.id/489/1/UPAYA%20-%20UPAYA%20PEMERINTAH%20DAERAH%20PROVINSI
%20DKI%20JAKARTA%20DALAM%20MENGATASI%20MASALAH%20PERMUKIMAN%20KUMUH
%20DI%20PERKOTAAN.pdf pada tanggal 14 Mei 2019 Pukul 15.25 WIB

8
Pencemaran air di Jakarta telah menunjukkan gejala yang cukup serius, terutama yang
berasal dari buangan industri dari pabrik-pabrik yang membuang limbah ke sungai tanpa
pengolahan terlebih dahulu dan tidak kalah memegang andil baik secara sengaja atau tidak
sengaja adalah masyarakat, yakni akibat air buangan rumah tangga yang jumlahnya semakin hari
semakin besar sesuai dengan jumlah penduduk dan kondisi ini diperburuk lagi dengan rendahnya
kesadaran masyarakat yang membuang sampah maupun kotoran ke dalam sungai dimana dapat
mempercepat pencemaran sungai-sungai yang ada di Jakarta. Oleh karena itu, dibutuhkan peran
masyarakat dalam menanggulangi masalah air bersih akibat pencemaran tersebut.
Salah satu peran masyarakat ialah melalui adanya pembentukkan kelompok Sadar
Lingkungan (Darling) yang dibentuk oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bekerja
sama dengan pemerintah26. Kelompok Darling ini sudah di bentuk dalam skala nasional maupun
lokal. Kelompok ini berkembang ke arah Industri Lingkungan dimana kelompok ini menjalankan
kegiatannya dalam menanggulangi masalah air bersih dengan cara menjual produknya seperti
kompos, tanaman hias atau kertas daur ulang yang mempunyai nilai komersial 27 sehingga
limbah-limbah tersebut dapat dikatakan sudah mendapat pengolahan terlebih dahulu dan
memiliki nilai guna serta pada dampaknya dapat mengurangi pencemaran air sekaligus dapat
mengatasi masalah krisis air bersih.

III. Penutup

26 Arie Herlambang, “Pencemaran Air dan Strategi Penanggulangannya”, JAI Volume 2 No. 1 2006, hlm.11,
https://www.academia.edu/24121479/PENCEMARAN_AIR_DAN_STRATEGI_PENGGULANGANNYA, diakses
pada 15 Mei 2019.
27 Ibid.

9
1. Kriteria air bersih dibagi menjadi melalui standar fisik dan standar kimia. Kriteria air
bersih dengan standar fisik yaitu, tidak keruh, tidak berwarna apapun, tidak berasa
apapun, Suhu antara 10-25 derajat celcius atau suhu sejuk, tidak meninggalkan endapan.
Kemudian standar kimia yaitu berkaitan dengan bahan-bahan kimia yang terkandung di
dalamnya. Selain bisa diperiksa di laboratorium, kandungan bahan kimia pada air juga
bisa dilihat dari ciri fisik air. Air yang beracun atau mengandung logam berat biasanya
memiliki bau yang menyengat dan berwarna. Kriteria air bersih dengan standar kimia
yaitu, tidak mengandung bahan kimia yang beracun, tidak mengandung zat-zat kimia
yang berlebihan, tidak mengandung logam berat, mengandung yodium yang cukup,
derajat keasaman atau pH air haruslah netral, yaitu sekitar tujuh.
2. Kondisi perairan di Jakarta, khususnya pada sungainya sangat terkontaminasi dengan
senyawa kimia dan logam berat. Tingkat pencemarannya sudah sangat tinggi dan terdapat
beberapa zat didalam kandungannya seperti seng, tembaga, air raksa, khrom, besi,
mangan dan lain lain. Hal ini disebabkan karena banyaknya industri yang berdiri pada
daerah aliran sungai. Industri itu mulai dar industri skala kecil hingga skala besar, dan
industri tersebut membuang limbah ke sungai tanpa diolah terlebih dahulu. Sehingga
sungai tercemar dan bagi makhluk hidup yang menggunakan/memanfaatkan sungai akan
mendapatkan efek yang negatif bagi kesehatannya.
3. Kondisi saluran air bersih Jakarta merupakan hal yang harus diperhatikan oleh
pemerintah. Selain jumlah penduduk Jakarta yang sangat padat, dampak dari kondisi
buruk saluran air bersih ini membuat penduduk Jakarta secara tidak sah menggali sumur
dan menarik sumber air bawah tanah secara besar-besaran. Hal ini akan menyebabkan
bencana alam seperti banjir dan tanah longsor. Selain itu, air bersih di Jakarta belum
dapat dijangkau oleh seluruh penduduk di Jakarta. Oleh karena itu, pemerintah harus
mengalokasikan secara bijak dalam pembenahan saluran bersih air di Jakarta untuk
menjamin keberlangsungan hidup masyarakat Jakarta baik di tengah kota atau pun
pinggiran Jakarta.
4. Minimnya kualitas air bersih di Jakarta disebabkan oleh perkembangan laju pertumbuhan
penduduk yang tidak diikuti dengan luas lahan serta pembuangan limbah, baik limbah
industri maupun limbah rumah tangga. Perkembangan laju pertumbuhan penduduk
tersebut mengakibatkan minimnya lahan terbuka hijau, pembangunan rumah penduduk

10
tanpa memperhatikan sistem pembuangan tinja (septic tank) dengan baik dan benar, serta
penyebaran saluran sanitasi air bersih. Kemudian pembuangan limbah, baik limbah
rumah tangga maupun industri membuat sungai-sungai di Jakarta tercemar.
5. Minimnya kualitas air bersih di Jakarta sangat berdampak pada kesehatan dari masing-
masing pribadi warganya yang menggunakan airnya secara langsung maupun tidak
langsung. Beberapa contoh penyakit yang dapat tersebar karena adanya pencemaran air
yang mengakibatkan rendahnya kualitas air adalah diare, hepatitis a, demam berdarah,
malaria. Demikianlah banyak dampak buruk dari minimnya kualitas air bersih di Jakarta.
6. Berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah DKI Jakarta terkait peningkatan kualitas
air bersih di Jakarta. Salah satu upaya Pemerintah DKI Jakarta adalah pembenahan
Sungai Ciliwung. Pemerintah DKI Jakarta bekerjasama dengan pihak lain terkait
melakukan berbagai kegiatan percontohan pemulihan kualitas lingkungan DAS Ciliwung
secara terpadu dengan meletakkan kualitas air sungai sebagai pemersatu kegiatan antar
sektor dan daerah. Selain pembenahan Sungai Ciliwung, Pemerintah DKI Jakarta
melakukan Program Kampung Hijau yang bertujuan membenahi kualitas hidup tiap
perkampungan di DKI Jakarta salah satunya kualitas air bersih dengan membuat
penyaringan air di tiap perkampungan yang dapat dijangkau oleh Pemerintah DKI
Jakarta.
7. Dibutuhkan peran masyarakat dalam menanggulangi masalah air bersih akibat
pencemaran. Salah satu peran masyarakat ialah melalui adanya pembentukkan kelompok
Sadar Lingkungan (Darling) yang dibentuk oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
yang bekerja sama dengan pemerintah . Kelompok Darling ini sudah di bentuk dalam
skala nasional maupun lokal. Kelompok ini berkembang ke arah Industri Lingkungan
dimana kelompok ini menjalankan kegiatannya dalam menanggulangi masalah air bersih
dengan cara menjual produknya seperti kompos, tanaman hias atau kertas daur ulang
yang mempunyai nilai komersial sehingga limbah-limbah tersebut dapat dikatakan sudah
mendapat pengolahan terlebih dahulu dan memiliki nilai guna serta pada dampaknya
dapat mengurangi pencemaran air sekaligus dapat mengatasi masalah krisis air bersih.

11
Daftar Pustaka

Abadi, Rinawan. Air Bersih: Kekayaan Tak Ternilai. (Jakarta: Intan Pariwara, 2018).

Effendi, H. Telaahan Kualitas Air. (Bogor: IPB Press, 2000).

Yudo, Satmoko. Kondisi Pencemaran Logam Berat di Perairan Sungai DKI Jakarta. (JAI Vol 2,
No. 1, 2006).

Yudo, Satmoko dan Said, Nusa. Masalah Pencemaran Air di Jakarta, Sumber dan Alternatif
Penanggulangannya. (JAI Vol 2, No. 2, 2001).
Wardhana, W. A. Dampak Pencemaran Lingkungan. (Penerbit Andi Offset. Yogyakarta,
1995).
Slamet, J. S. Kesehatan Lingkungan. (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2000).

Sastrawijaya, A. T. Pencemaran Lingkungan. (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 1991).

Kementerian Lingkungan RI. Status Lingkungan Hidup Indonesia. (Jakarta: Penerbit Kementrian
Lingkungan Republik Indonesia, 2010).

12

Anda mungkin juga menyukai