Anda di halaman 1dari 38

1

ANALISA INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) SEWON BANTUL, YOGYAKARTA TAHUN 2002
Oleh : Tomi Hendartomo Email : masdarto@gmail.com

I. LATAR BELAKANG

Pengelolaan kualitas air merupakan salah satu prioritas dalam pengelolaan lingkungan di Indonesia. Hasil pemantauan kualitas air yang dilaksanakan melalui program Prokasih masih menunjukkan tingginya kadar polutan di badan air. Air mempunyai karakteristik fisik dan kimiawi yang sangat mempengaruhi kehidupan organisme di dalamnya. Apabila terjadi perubahan kualitas perairan, terutama oleh bahan pencemaran lingkungan, maka keseimbangan hidup organisme yang ada di perairan tersebut bahkan kehidupan manusia pada khususnya dapat terganggu. Pencemaran

lingkungan air sebaiknya dikendalikan pada tingkat awal dari suatu proses pencemaran yang terjadi. Apabila tingkat pencemaran air sangat dominan, maka pencegahan dan penanggulangannya memerlukan biaya yang sangat mahal (Rao, et al., 2001). Sumberdaya air selain merupakan sumber daya alam juga merupakan komponen ekosistem yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Kebutuhan akan air cenderung semakin meningkat dari waktu ke waktu, baik untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti untuk air minum, air bersih dan sanitasi maupun sebagai sumber daya yang diperlukan bagi pembangunan ekonomi seperti untuk pertanian, industri, pembangkit tenaga listrik dan pariwisata. Air yang digunakan untuk berbagai kebutuhan dan keperluan hingga saat ini dan untuk kurun waktu mendatang masih mengandalkan pada sumber air permukaan, khususnya air sungai. Ketersediaan sumber daya air sungai cenderung menurun karena penurunan kualitas dan kuantitas yang tersedia juga karena kualitas yang ada menjadi tidak dapat dimanfaatkan karena adanya pencemaran (BAPEDAL, 2001). Pencemaran mengakibatkan dampak negatip terhadap manusia, hewan, tumbuh - tumbuahan dan harta benda atau dengan kata lain terhadap

kehidupan bersama (sosial). Dampak pencemaran sosial ekonomi dapat diartikan dampak terhadap individu - individu dalam kehidupan bersama yang dinilai dengan satuan moneter (ekonomi). Suatu produk yang dihasilkan melalui proses produksi dari suatu industri yang menimbulkan pencemaran dijual dengan harga yang relatif murah dibanding dengan harga produk yang sama dengan teknologi yang sama, tetapi tidak mencemari karena sudah memakai alat pengolah limbah. Kota Yogyakarta dikenal sebagai pusat pendidikan, kebudayaan dan pariwisata. Namun keadaan air sungai dan air tanah mengalami pencemaran yang cukup berat, sehingga perlu adanya upaya-upaya

pencegahan/pengurangan pencemaran tersebut. Sistem penyaluran air buangan ruimah tangga di kota Yogyakarta sebenarnya telah ada sejak tahun 1936 yang dibangun pada zaman kolonial Belanda dengan panjang total 110 km dimana output buangan tersebut langsung diarahkan ke tiga sungai yang membelah kota Yogyakarta seperti Sungai Code, Winongo dan Gajahwong. Pada saat itu pembuangan langsung ke sungai-sungai tersebut tidak menjadi persoalan. Pencemaran air sungai karena di samping jumlah penduduknya masih sedikit juga kualitas pencemarannya tidak begitu berat sehingga air masih mampu untuk melakukan peruraian (Self purification). Pembangunan instalasi air limbah yang terletak di desa

Pendowoharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul ini merupakan tindak lanjut Program Jangka Menengah (PJM) pengembangan kota Yogyakarta (1993/1994-1997/1998) yang wilayahnya meliputi seluruh kodya Yogyakarta, sebagian wilayah Kabupaten Sleman dan sebagian wilayah Kabupaten Bantul (3 kecamatan). Realisasi pembangunan instalasi pengolahan air limbah ini merupakan hibah dari pemerintah Jepang kepada Departemen Pekerjaan Umum yang dimulai pada bulan Januari 1994. Dengan memanfaatkan pipa-pipa saluran limbah yang telah ada sejak tahun 1936. Proyek ini merupakan salah satu upaya untuk mendukung Program Kali Bersih (PROKASIH) yang oleh

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta telah ditetapkan bagi ketiga sungai tersebut di atas. Target pelayanan pengolahan air limbah dari konsumen secara bertahap akan ditingkatkan dari 29 % untuk tahuin 2002 wilayah perkotaan ini berarti sekitar 110.000 jiwa (22 % penduduk kota) dapat terlayani. Sedangkan target sampai tahun 2012 diharapkan mampu melayani 59% wilayah perkotaan atau sekitar 273.000 jiwa (53% penduduk kota). Tabel 1. No. Target Pelayanan Pengolahan Air Limbah IPAL Sewon Bantul tahun 2002 1. 2. Luas kota Pelayanan sanitasi - perumahan - non perumahan 3. 4. 5. Jumlah penduduk Penduduk terlayani Sambungan rumah - Sambungan perumahan - Sambungan non perumahan 1.257 1.330 1.112 218 436.294 10.000 21.090 17.330 4.300 tahun 2012 3.257 2.443 2.133 300 468.975 273.000 53.505 42.650 10.855 Jiwa Jiwa Unit Ha Ha Satuan

Daerah pelayanan

(Sumber : Dinas Pekerjaan Umum DIY, 2002) Pembangunan instalasi air limbah dan pembangunan pipa induk sepanjang 6 km merupakan hibah dari pemerintah Jepang senilai Y3.149.000.000 dengan perincian untuk detail engineering sebanyak Y71.000.000, konstruksi dan supervisi Y3.078.000.000. Sedangkan

kelengkapan-kelengkapan lain disediakan dari dana APBD Propinsi dan APBN berupa : Pengadaan lahan seluas 6,7 Ha dan fasilitas pelengkap seperti pagar, air bersih, listrik dan lain-lain dari APBD Propinsi sebesar Rp. 1.370.000. Dana pendamping untuk pembangunan sebagian pipa induk dari APBN sebesaer Rp. 6.190.000.000. Instalasi pengolahan air limbah kota ini mencegah kotoran-kotoran yang mencemari sungai dan air tanah yang mengaliri kota Yogyakarta.

Dengan menggunakan sistem pengolahan biologi, yaitu laguna aerasi fakultatif yang sangat sederhana dan bertujuan untuk mencegah bibit penyakit yang ditimbulkan oleh kotoran-kotoran yang mencemari air permukaan. Limbah kota yang telah diolah dalam instalasi pengolahan akan dibuang ke Sungai Bedog melalui pipa beton dan kanal atau saluran terbuka. Sungai Bedog termasuk dalam pengendalian satuan air limbah golongan II yang dinyatakan dalam keputusan Gubernur DIY. Nilai BOD keluaran (effluen) berada di bawah harga 50 mg/l.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Sesuai dengan sumber asalnya, air limbah mempunyai komposisi yang sangat bervariasi dari setiap tempat dan setiap saat. Akan tetapi, secara garis besar zat yang terdapat di dalam air limbah dikelompokkan seperti skema berikut : Air limbah

Air (99,9%)

Bahan padatan (0,1%)

Organik
Protein (65%) Karbohidrat (25%) Lemak (10%)

Anorganik
Butiran Garam Logam

Gambar 1. Skema pengelompokkan bahan yang terkandung dalam air limbah (Sugiharto, 1987). Pengetahuan mengenai karakteristik air buangan baik kuantitas maupun kualitasnya adalah suatu hal yang perlu dipahami dalam merencanakan suatu unit pengolahan limbah air buangan. Kualitas air buangan dibedakan atas tiga karakteristik, yaitu : 1. Karakteristik fisik. Parameter yang termasuk dalam kategori ini adalah solid ( zat padat ), temperatur, warna, bau.

2. Karakteristik kimia, terbagi dalam tiga kategori : zat organik, zat anorganik dan gas - gas. Polusi zat organik biasanya dinyatakan dalam BOD (Biological Oxygen Demand ) dan COD (Chemical Oxygen Demand ). 3. Karakteristik Biologi, adalah banyaknya mikroorganisme yang terdapat dalam air limbah tersebut, seperti : bakteri, algae, virus, fungi. Sifat biologis ini perlu diketahui dalam kaitannya untuk mengetahui tingkat pencemar air limbah sebelum dibuang ke badan air penerima

(Tjokrokusumo, 1995 ). Bahan polutan yang terkandung di dalam air buangan secara umum dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu bahan terapung, bahan tersuspensi dan bahan terlarut. Selain dari tiga kategori tersebut, masih ada lainnya yaitu panas, warna, rasa, bau dan radioaktif. Menurut sifatnya tiga kategori bahan polutan tersebut dapat dibedakan sebagai yang mudah terurai secara biologi (biodegradable) dan tidak mudah terurai secara biologi (non biodegradable). Dampak terhadap air badan air, limbah industri dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Suhu Setiap organisme mempunyai suhu minimum, optimum dan maksimum untuk hidupnya dan mempunyai kemempuan menyesuaikan diri sampai batas tertentu. Suhu air mempunyai pengaruh yang besar dalam proses pertukaran zat atau metabolisme dari makhluk hidup. Selain itu suhu juga berpengaruh terhadap kadar oksigen terlarut dalam air. Semakin tinggi temperatur suatu perairan, semakin cepat pula perairan tersebut mengalami kejenuhan. Suhu air untuk budidaya ikan berkisar antara 25 30oC. 2. Derajat keasaman (pH) Efek polutan bersifat asam terhadap kehidupan ikan dapat

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangbiakan. Batas minimum air tawar pada umumnya adalah pada pH 4 dan batas maksimum pada pH 11. 3. Oksigen terlarut (DO)

Kadar DO merupakan salah satu parameter kualitas air yang penting bagi kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan. Ikan memerlukan oksigen dalam bentuk oksigen terlarut. Oksigen terlarut dipengaruhi oleh suhu, pH dan karbondioksida. Air kolam yang mengandung konsentrasi oksigen terlaut yang rendah akan mempengaruhi kesehatan ikan, karena ikan lebih mudah terserang penyakit atau parasit. Bila konsentrasi oksigen terlarut dibawah 4 - 5 mg/l maka ikan tidak mau makan dan tidak berkembang dengan baik. Bila konsentrasi oksigen terlarut tetap sebesar 3 atau 4 mg/l untuk jangka waktu yang lama maka ikan akan menghentikan makan dan

pertumbuhannya terhenti. Kadar oksigen 0,2 - 0,8 mg/l merupakan konsentrasi yang dapat memetikan ikan gurameh (Hammer, 1986). 4. Zat organik terlarut. (BOD) Zat organik terlarut menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut di badan air, sehingga badan air tersebut mengalami kekurangan oksigen yang sangat diperlukan oleh kehidupan air dan menyebabkan menurunnya kualitas badan air tersebut. 5. COD (Chemical Oxygen Demand) COD diperlukan untuk menentukan kekuatan pencemaran suatu limbah dengan mengukur jumlah oksigen untuk mengoksidasi zat - zat organik yang terdapat pada air limbah tersebut. COD adalah ukuran dari jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi kimia bahan - bahan organik perairan. COD juga dikatakan sebagai jumlah oksigen yang dikonsumsi. 6. Zat padat tersuspensi ( Total Suspended Solid / TSS ). Pengendapan zat padat ini di dalam dasar badan air akan mengganggu kehidupan di dalam air tersebut. Juga endapan solid didasar badan air akan mengalami dekomposisi yang menyebabkan menurunnya kadar oksigen tersebut disamping menimbulkan bau busuk dan pemandangan tidak sedap. 7. Nitrogen dan pospor. Kedua unsur kimia ini disebut nutrien, yang apabila masuk ke dalam air di badan air yang diam seperti telaga, waduk, kolam dan lain - lain akan

menyebabkan tumbuhnya ganggang dengan cepat sehingga akan menurunkan kualitas beban air. 8. Minyak dan bahan - bahan terapung. Bahan - bahan tersebut menyebabkan kondisi tidak sedap dan terganggunya penetrasi sinar matahari, serta masuknya oksigen dari udara ke dalam badan air tersebut ( aerasi ). 9. Logam berat, sianida dan racun organik. Unsur - unsur tersebut sangat merusak kehidupan perairan, dan membahayakan kesehatan manusia. 10. Warna dan kekeruhan. Baik warna maupun kekeruhan sangat mempengaruhi estetika walaupun belum tentu membahayakan kehidupan di dalam air maupun kesehatan manusia. 11. Organik tracer. Termasuk dalam kategori tracer adalah phenol yang menyebabkan air berbau dan rasa tidak enak, khususnya jika badan air digunakan sebagai air baku air minum. 12. Bahan yang tidak mudah mengalami dekomposisi biologis ( Refactory Substance ). Sebagai contoh adalah ABS ( Alkyl Benzene Sulfonate ) bahan utama pembuat deterjen yang menyebabkan timbulnya busa di permukaan badan air. 13. Bahan yang mudah menguap ( Volatile Materials ). Termasuk dalam kategori ini antara lain hidrogen sulfida, dan gas methan yang menyebabkan udara tercemar (Mackenzei, 1991). Mengingat sifat - sifat limbah sedemikian kompleksnya maka cara pengolahannya harus disesuaikan dengan sifat - sifat limbah yang bersangkutan, harus dilakukan survei, analisis contoh limbah dan yang paling penting adalah dilakukan percobaan dalam skala laboratorium untuk menentukan parameter yang akan digunakan sebagai kriteria perencanaan. Proses pengolahan air limbah merupakan proses tiruan dari proses self purification, yaitu proses pemurnian kembali pada badan air yang terkena buangan limbah tanpa pengolahan/bantuan manusia, dimana selama

prosesnya meliputi tahapan - tahapan perbaikan kualitas air yang terdiri dari empat zone, yaitu dimulai dari zone degradasi, zone pengurai aktif, zone perbaikan dan zone normal yang waktunya dipersingkat. Penyingkatan waktu tersebut dapat dilakukan dengan cara melalui pengolahan limbah. Unsur - unsur yang tidak dikehendaki kehadirannya dalam air limbah dapat dihilangkan dengan cara fisik, kimia, dan biologi. Cara pengolahan secara fisik disebut unit operasi. Sedangkan pengolahan dengan

mempergunakan zat - zat kimia atau aktivitas biologi disebut unit proses. Pengolahan fisik sering disebut pengolahan primer dengan maksud untuk mereduksi zat padat tersusupensi dan tergantung dari waktu tinggal dalam bak pengendapan. Pengolahan kimia sering disebut pengolahan sekunder yang bertujuan untuk mengendapkan partikel yang mudah mengendap. Pengolahan biologi sering pula disebut pengolahan sekunder dengan tujuan untuk mengurangi kandungan bahan organik dalam limbah cair (BOD).

Pengolahan Fisik Pada umumnya sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan diinginkan agar bahan - bahan tersusupensi berukuran besar dan yang mudah mengendap atau bahan - bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu. Metode - metode pengolahan secara fisik meliputi penyaringan, pengemdapan, pengapungan, pengadukan dan pengeringan lumpur (Hammer, 1986). 1. Screen (Penyaringan) Fungsinya adalah untuk menahan benda- benda kasar seperti sampah dan benda- benda terapung lainnya. 2. Equalisasi Karakteristik air buangan dari industri seringkali tidak konstan, misalnya unsur - unsur pH, warna, BOD dan sebagainya. Hal ini akan menyulitkan dalam pengoperasian suatu instalasi pengolahan air limbah, sehingga dibuat suatu sistem equalisasi sebelum air limbah tersebut diolah.

3. Sedimentasi (Pengendapan) Proses Pengendapan adalah pengambilan partikel partikel

tersuspensi yang terjadi bila air diam atau mengalir secara lambat melalui bak. Partikel - partikel ini akan terkumpul pada dasar kolam, membentuk suatu lapisan lumpur. Air yang mencapai outlet tangki akan berada dalam kondisi yang jernih. Proses pengendapan yang terjadi dalam suatu bak pengendapan merupakan unit utama pada pengolahan fisik. Ada dua macam bak pengendapan yaitu bak pengendapan dengan arah aliran horizontal dan aliran vertikal. 4. Mixing dan Stiring (Pencampuran dan pengadukan) Mixing adalah pencampuran dua zat atau lebih membentuk campuran yang homogen. Stiring adalah pengadukan campuran homogen hasil mixing sehingga terjadi proses penggumpalan dari zat - zat yang ingin dipisahkan dari air. 5. Pengeringan lumpur Penurunan kadar lumpur yang dilakukan dengan pengolahan fisik yang terdiri dari salah satu atau kombinasi unit - unit berikut : 1. Pengentalan lumpur (Sludge Thickener) 2. Pengeringan lumpur (Sludge Drying Bed)

Pengolahan Kimia Pengolahan kimia untuk air yang dapat dilakukan pada pengolahan air buangan industri adalah koagulasi - flokulasi, netralisasi, adsorbsi, dan desinfeksi. Pengolahan ini menggunakan zat - zat kimia sebagai pembantu yang bertujuan untuk menghilangkan partikel - partikel yang tidah mudah mengendap (koloid), logam berat dan zat organik beracun. (Tjokrokusumo, 1995).

Pengolahan Biologi Pengolahan biologi adalah pengolahan air limbah dengan

memanfaatkan aktivitas biologi (aktivitas mikroorganisme) dengan tujuan

10

menyisihkan bahan pencemar dalam air limbah. Proses pengolahan biologi adalah penurunan bahan organik terlarut dan koloid dalam air limbah menjadi serat - serat sel biologi (berupa endapan lumpur), kemudian diendapkan pada bak sedimentasi. Proses ini dapat berlangsung secara aerob (dengan bantuan oksigen) maupun anaerob (tidak dengan bantuan oksigen). Ada 3 macam pengolahan biologi yang banyak diterapkan saat ini, yaitu: 1. Lumpur aktif. 2. Trickling filter. 3. Kolam oksidasi. Diantara sistem pengolahan limbah secara biologi tesebut tricling filter dapat menurunkan nilai BOD 80 - 90 %. Pada proses pengolahan biologi dengan menggunakan jenis trickling filter dengan cara melewatkan air limbah ke dalam media filter yang terdiri dari materi yang kasar dan keras. Zat organik yang terdapat di dalam air limbah diuraikan oleh bakteri dan mikroorganisme baru, sehingga populasi mikroorganisme pada permukaan media filter semakin banyak dan membentuk lapisan seperti lendir (slyme) (Metlaf, et .al, 1981).

Tabel 2. Proses

Efisiensi Pengolahan Limbah Cair Efisiensi Removal (%) BOD TSS 5 - 10 69 - 96 70 - 97 80 70 - 90 80 - 95 Sulfida 5 - 20 14 - 50 70 - 100 75 - 100

Screening Sedimentasi Koagulasi Lagoon Trickling Filter Lumpur aktif

25 - 62 41 - 70 70 80 - 90 85 - 95

(Sumber : Hammer, 1986)

11

Baku Mutu Limbah Cair Sungai Bedog termasuk dalam pengendalian satuan air limbah golongan II yang dinyatakan dalam Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta. Baku mutu limbah cair (Effluen) yang digunakan dalam penelitian ini ditetapkan dalam Surat Keputusan Gubernur DIY Nomer 214/KPTS/1991, seperti yang akan disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3. Baku Mutu Air Limbah Golongan II No. 1. 2. 3. 4. 5. Parameter BOD COD Suspended Solid (SS) pH Suhu Satuan Kadar Air Limbah Maksimum (Effluen) mg/l 50 mg/l mg/l o

100 200 6-9 38

(Sumber : Surat Keputusan Gubernur DIY Nomer 214/KPTS/1991)

III. HASIL PENGAMATAN DI IPAL SEWON BANTUL

1. Letak IPAL Sewon Bantul Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dibangun pada lahan seluas 6,7 Ha terletak di Dusun Diro dan Cepit, Desa Pendowoharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul diperuntukkan bagi kota Yogyakarta dan sebagian daerah kabupaten Sleman dan kabupaten Bantul. Pembangunan IPAL dimulai tahun 1994 - Desember 1995 dan mulai beroperasi pada tanggal 1 Januari 1996.

2. Pengolahan Air Limbah di IPAL Sewon Bantul a. Klasifikasi pengolahan air limbah Pengolahan air limbah domestik di IPAL Sewon Bantul menggunakan proses pengolahan secara fisika biologi dan tidak menggunakan proses

12

secara kimia, maka pengolahan air limbah di IPAL Sewon Bantul dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1. Pengolahan pendahuluan (pre treatment) Pengolahan pendahuluan yang digunakan meliputi saringan jeriji, saringan kasar, bak equalisasi dan pengandap pasir (grift chamber). 2. Pengolahan pertama (primary treatment) Pengolahan pertama adalah pengolahan yang bertujuan untuk menghilangkan zat padat tercampur di dalam air limbah melalui pengendapan atau pengapungan. 3. Pengolahan kedua (secondary treatment) Pengolahan kedua yang digunakan dalam pengolahan air limbah domestik di IPAL Sewon Bantul adalah aerasi dan pertumbuhan bakteri. 4. Pengolahan lanjut (Ultimate disposal) Pengolahan lanjut yang digunakan dalam pengolahan air limbah domestik di IPAL Sewon Bantul adalah pengolahan lumpur agar dapat dimanfaatkan kembali. b. Unit pengolahan air limbah Unit pengolahan air limbah yang digunakan dalam IPAL Sewon Bantul meliputi: 1. Saluran pembawa Air limbah yang dialirkan sebelum masuk IPAL melewati saluran pembawa. Saluran pembawa berbentuk lingkaran terbuat dari beton dengan diameter 100 - 130 cm. 2. Rumah pompa Rumah pompa terdiri atas : a. Bak equalisasi (equalition pond) Tujuan bak equalisasi dalam IPAL : Untuk menjaga sistem pengolahan biologis dari pembebanan bahan organik yang berfluktuasi. Untuk mengawasi derajat pH.

13

Untuk meredam aliran yang masuk bagi sistem pengolahan fisik. Untuk memberikan aliran yang kontinyu pada sistem

pengolahan biologis saat IPAL sedang tidak dioperasikan. Untuk memberikan kontrol kapasitas aliran air limbah yang lebih merata. Mencegah masuknya konsentrasi zat beracun yang tinggi dalam sistem pengolahan biologis. Bak equalisasi di dalam IPAL dirancang secara khusus sebagai bagian dari rumah pompa, sehingga dari luar fungsinya tidak terlihat begitu jelas. b. Saringan jeriji Saringan jeriji terletak sebelum pompa angkat. Berfungsi untuk memisahkan kotoran-kotoran seperti tas-tas plastik dan bahan terapung lainnya dalam aliran masuk. Kotoran-kotoran tersebut dipisahkan secara manual dengan penggaruk aluminium dari ayakan jeriji dan dibuang minimal sehari sekali. c. Water indicator level Water indicator level berfungsi menunjukkan ketinggian air limbah yang akan diolah dan jenis pengoperasian pompa. Ada dua jenis pengoperasian pompa berdasarkan ketinggian air : Operasi pompa otomatis Operasi pompa manual Jika ada peningkatan air limbah yang terjadi pada saat hujan deras maka air limbah secara langsung dibuang ke sungai menggunakan by pass, karena kualitas air limbah telah memenuhi effluen standar yang dapat diterima oleh badan air penerima. d. Pompa angkat Pompa angkat jenis ulir (screw) berjumlah tiga buah dengan kapasitas 10,7 m3/menit. Dimana dua unit operasional dan satu unit sebagai cadangan. Keuntungan menggunakan pompa ulir :

14

Saluran air limbah lanjutan tidak tersumbat oleh kotoran-kotoran tas-tas plastik dan bahan-bahan terapung lainnya. Mampu menurunkan beban BOD air limbah sampai dengan 30%. Menghilangkan buih-buih tidak masuk ke dalam kolam fakultatif. 3. Bak penangkap pasir (Grift Chamber) Grift Chamber digunakan untuk menyaring pasir, batu atau kerikil dan material kecil lainnya dari limbah cair. Partikel yang diendapkan pada Grift Chamber mempunyai berat jenis yang besar dan terdiri dari partikel-partikel anorganik dan organik. Pada umumnya partikel yang diendapkan pada Grift Chamber adalah pasir. Grift Chamber di IPAL Sewon Bantul berjumlah satu buah dua jalur dan dilengkapi dengan : a. Pompa pasir Pompa pasir yang digunakan berjenis pompa celup (submersible pump) dengan spesifikasi alat berdiameter alat 100 x 1 m3/menit x 15 m x 5,5 kw. b. Siklon pemisah Siklon pemisah yang digunakan memiliki spesifikasi alat diameter
3

100 x 1 m /menit dan berjumlah dua buah. Siklon pemisah ini dihubungkan langsung dengan pipa keluaran dari pompa pasir. Tanah dan pasir yang dikumpulkan pada dasar grift chamber dihisap bersama kotoran oleh pompa pasir yang dipisahkan menjadi padatan dan cairan di dalam siklon pemisah, lalu tanah dan pasir yang sudah dipisah ditimbun pada ruang dasar siklon. c. Saringan kasar Saringan kasar yang digunakan berjumlah dua buah dengan spesifikasi alat W 2000 x 40 mm (ukuran mesh). Berfungsi untuk menghilangkan kotoran-kotoran plastik dan kotoran mengapung lainnya yang lolos dari saringan jeriji. Kotoran tersebut dihilangkan dari saringan kasar dengan cara manual dengan penggaruk aluminium satu atau dua kali dalam sehari.

15

4. Laguna aerasi fakultatif Laguna aerasi fakultatif merupakan salah satu jenis pengolahan air limbah secara biologis dengan memanfaatkan tiga jenis bakteri, yaitu bakteri aerob, anaerob dan fakultatif (aerob-anaerob) untuk

mendegradasi kandungan bahan pencemar yang terdapat dalam air limbah. Laguna aerasi fakultatif dirangkai dalam dua kolam pararel dan tiap kolam terdiri dari dua buah kolam atau laguna, dengan demikian semuanya berjumlah empat kolam atau laguna. Dengan demikian semuanya berjumlah empat kolam. Tiap kolam dilengkapi dengan aerator berjenis surface aeration dan waktu tinggal air limbah di laguna aerasi fakultatif 5,5 hari. Laguna aerasi fakultatif juga dilengkapi dengan : a. Aerator Aerator yang digunakan berjumlah empat buah, type surface aeration dengan spesifikasi alat diameter 2000 x 48 rpm x 30 kw. Aerator dioperasikan berdasarkan laju alir masukan kotoran, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel :

Tabel 4. Standar operasi aerator untuk setiap laju aliran masukan kotoran Laju aliran masukan dari 3 kotoran (m /hari) Laju alir masukan dari kotoran (%) Jumlah aerator yang beroperasi Aerator yang dioperasikan (Sumber : Luqman Hakim, 2000) 3.874 25 2 No 1-1 No 2-1 7.750 50 2 No 1-1 No 1-1 11.625 50 4 No 1-1/1-2 No 2-1/2-2 15.500 100 4 No 1-1/1-2 No 2-1/2-2

16

No 1-1 Laguna Aerasi Fakultatif

No 1-2 Laguna Aerasi Fakultatif

No 1 Kolam pertumbuhan

Aliran Masuk keluar No 2-1 Laguna Aerasi Fakultatif No 2-2 Laguna Aerasi Fakultatif No 2 Kolam pertumbuhan

Aliran

Gambar 2. Diagram alir proses pengolahan

Meskipun laju alir masukan dari kotoran lebih kecil dari laju alir rancangan, kotoran harus tetap diumpan ke saluran laguna. Jika laju alir masukan dari kotoran 80% lebih kecil dari harga rancangan, maka dapat dioperasikan hanya satu kolam saja (No. 1-1/1-2 atau No. 2-1/2-2). Pada kasus ini aerator No. 1-1/1-2 atau No. 2-1/2-2 harus dioperasikan. b. Kapal utama unit pembuangan lumpur Kapal utama unit pembuangan lumpur satu buah dengan spesifikasi alat W 2300 x L 6000 X H 1000 bertenaga mesin.
3

Berdasarkan harga rancangan 3300 m (110.000 orang dalam daerah layanan dan menghasilkan lumpur 30 lt/orang.th : (110.000 orang x 30 lt/org.th x 1000 = 3300 m3/th) lumpur per tahun akan terkumpul dalam laguna aerasi fakultatif. Alat pembuang lumpur yang digunakan terdiri dari atas sebuah unit penghisap dengan kapasitas 20 m3/jam (kandungan 20 % padatan dan 80 % cairan) pada sebuah kapal utama. c. Indikator ikan Ikan digunakan sebagai bioindikator terhadap tingkat pemulihan kualitas air melalui proses pengolahan. Jika ikan yang dijadikan indikator mati, maka hal itu menunjukkan bahwa kualitas air limbah masih jelek.

17

5. Kolam pematangan Air limbah yang telah diolah di kolam fakultatif dialirkan ke kolam pematangan dengan maksud untuk menstabilkan air limbah sebelum dibuang ke badan air. Kolam pematangan terdiri dari dua sistem yang dirangkai secara pararel dengan kolam fakultatif. Setelah

penghilangan kotoran organik dan bakteri collon bacilli, limbah olahan selanjutnya di alirkan ke dalam Sungai Bedog melalui pipa beton dan saluran terbuka. 6. Tempat pengeringan lumpur (sludge drying bed) Lumpur yang terkumpul dai dalam laguna aerasi fakultatif di buang ke tempat pengeringan dengan menggunakan unti pembuangan lumpur setahun sekali. Tempat pengeringan lumpur keseluruhannya terdiri dari 25 kolam, dibagi menjadi tiga bagian. Bagian No. 1 terdiri dari 9 kolam dan bagian No.2/No.3 masing-masing terdiri dari 8
3

kolam. Kapasitas efektif dari satu kolam sekitar 240 m . Jika konsentrasi lumpur 20 % maka kapsitas unit pembuangan lumpur adalah 20 m3/jam. Sehingga satu kolam pengering akan penuh dalam dua hari jika waktu operasi 6 jam/hari. Lumpur yang berada pada tempat pengeringan lumpur terbagi menjadi lapisan atas yang jernih dan lumpur yang kental pada bagian bawah. Batang penutup dipindahkan untuk mengeluarkan lapisan atas yang jernih dari tempat pengeringan. Operasi seperti ini diulangi untuk mengentalkan lumpur hingga cairan tidak dapat dipisahkan lagi. Setelah lumpur

dikeringkan dengan panas matahari sampai bisa dikeluarkan dengan pengeruk/sekop. Setelah dikeringkan di terik matahari 2-3 bulan, lumpur kering dibawa dengan sebuah lori dan dibuang di tempat pembuangan lumpur. c. Proses pengolahan air buangan Air limbah domestik yang berasal dari kota Yogyakarta dan sebagian Kabupaten Sleman serta Kabupaten Bantul dialirkan melalui jaringan pipa yang telah ada pada jaman Belanda. Sistem jaringan pipa yang menuju ke IPAL juga dilengkapi dengan pipa penggelontor.

18

Fungsi dari pipa penggelontor adalah untuk melarutkan sampah-sampah yang ada dalam pipa-pipa yang tidak disingkirkan akan menghambat laju aliran air limbah ke IPAL. Air penggelontor diambil dari empat inlet, yaitu Dam Bendolele, Dam Pogung, Dam Prawirodirjan dan Selokan Mataram. IPAL sebagai tujuan akhir merupakan titik terendah

dibandingkan dengan jaringan pipa keseluruhan, sehingga jaringan pipa air limbah ini memanfaatkan sistem pengaliran secara gravitasi dalam pengaliran air limbahnya. Limbah kota (kotoran) dipompakan ke dalam grift chamber dengan menggunakan pompa angkat. Sebelum pompa angkat tersebut dipasangi jeriji untuk melindungi pompa dari kerusakan akibat bendabenda besar seperti sampah. Pompa angkat tersebut jenis ulir (screw). Pompa tersebut menghisap limbah secara kontinu tanpa tersumbat oleh kotoran-kotoran yang terbawa aliran limbah. Pada IPAL ini dipasang tiga buah pompa, dimana satu buah sebagai cadangan. Pompa jenis screw dapat dikendalikan secara otomatis berdasarkan kuantitas air limbah yang mengalir. Dengan pompa angkat limbah kotor dituangkan ke dalam grift chamber dimana kotoran-kotoran kasar dan berat seperti tanah dan pasir akan mengendap. Keluaran dari grift chamber dialirkan ke saringan kasar untuk menangkap kotoran-kotoran seperti kantung plastik, ranting kayu dan kotoran lainnya akan mengendap dan berkumpul di dasar grift chamber. Kotoran tersebut kemudian dialirkan dengan menggunakan pompa celup (submersible pump) dan akan dipisahkan dari limbah cair dan padatan dengan menggunakan siklon pemisah. Kemudian padatan ditampung dalam hooper yang berada di bawah siklon dan dibuang secara berkala, sedangkan limbah cair dikembalikan ke dalam grift chamber. Limbah kotor yang telah diolah secara fisik tersebut diumpankan melalui tangki distribusi ke laguna aerasi fakultatif. Laguna aerasi fakultatif sibagi dalam dua jalur dan tiap jalur terdiri dari dua kolam yang dirangkai secara seri. Di dalam laguna aerasi fakultatif, kotoran-kotoran organik yang terkandung dalam limbah

19

kotor akan diuraikan dan dihilangkan secara biokimiawi dengan bantuan bakteri aerobik dan anaerobik. Pada permukaan laguna aerasi fakultatif, aerator mekanis dipasang untuk memasok oksigen, kemudian kotoran organik diuraikan oleh bakteri aerobik secara bersamaan pada bagian dasar atau bawah laguna yang tidak mengandung oksigen terjadi penguraian kotoran organik oleh bakteri anaerobik. Setelah penghilangan kotoran organik di laguna aerasi, limbah olahan tersebut dialirkan ke kolam pertumbuhan seperti halnya laguna aerasi fakultatif, kolam pertumbuhan juga terdiri dari dua sistem yang dirangkai secara pararel. Setelah penghilangan kotoran selanjutnya dialirkan ke dalam Sungai Bedog melalui pipa beton dan saluran terbuka. Lumpur yang mengendap di dasar laguna aerasi fakultatif, diurai oleh bakteri anaerobik dan lumpur tersebut harus dikuras atau dihisap setiap satu sampai dua tahun sekali secara vakum dengan menggunakan ejector udara. Lumpur yang terkumpul dihisap dan kemudian ditampung di dalam bak-bak pengeringan lumpur. Kemudian lumpur dikeringkan secara alamiah, selanjutnya lumpur kering tersebut dimusnahkan di tempat pengolahan limbah padat yang berada di luar lahan pengolahan limbah kota ini.

3. Standar Rancangan Sebagai salah satu unit pengolahan air limbah terpadu, maka IPAL Sewon Bantul dibangun berdasarkan Master plant yang disebut proyek pembangunan kota Yogyakarta (Yogyakarta Urban Development

Project/YUDP) agar tujuan dari dibangunnya IPAL ini dapat terpenuhi dengan baik. a. Kuantitas limbah kota/kualitas air. IPAL Sewon Bantul dibangun berdasarkan Master plant yang dibuat oleh proyek pembangunan kota Yogyakarta diperuntukkan untuk mengolah air limbah domestik.

20

Berdasarkan data analisa kuantitas air limbah domestik kota Yogyakarta maka diketahui : Kuantitas limbah kota rata-rata : 15.500 me/hari (179,4 lt/det) Kuantitas maksimum per jam 1282 m3/jam (356 lt/det) Beban BOD influen : 5103 kg/hari (46 g/orang/hari) Konsentrasi BOD aliran masuk : 332 mg/l Konsentrasi BOD aliran keluar : 30 - 40 mg/l Pengurangan BOD : 90%.

4. Diagram Alir proses pengolahan Dari penjelasan kuantitas dan kualitas air limbah domestik yang akan diolah maka di design alat-alat pengolahan yang dimaksudkan agar air limbah domestik tersebut memenuhi baku mutu yang ditetapkan. Pengolahan tesebut pada dasarnya terdiri dari satuan operasi dan satuan proses yang keduanya saling terkait dan menetukan daya guna atau efisiensi bangunanbangunan pengolahan, yang kemudian menghasilkan effluent yang

memenuhi baku mutu yang ditetapkan. Prosedur lengkap pengolahan air limbah domestik digambarkan dalam diagram alir proses sebagai berikut :

Aliran Masuk

Saringan jeriji

Grift Chamber

Saringan kasar

Laguna Aerasi Fakultatif

Kolam pertumbuhan

Aliran keluar

Pengering lumpur

Gambar 3. Diagram Alir Proses Pengolahan IPAL Sewon Bantul

5. Data Teknis Berdasarkan diagram alir proses pengolahan, maka didapatkan data teknis rancangan instalasi pengolahan air limbah sebagai berikut seperti ditunjukkan pada tabel

21

Tabel 5. Kapasitas instalasi Rumah pompa Kolam Fakultatif Bak pengendapan pasir Kolam pematangan Bak pengering lumpur

Data Teknis IPAL Sewon Bantul 4 kolam fakultatif 2 kolam pematangan 2 unit operasioanl I unit cadangan 5,5 hari (waktu penyimpanan) 60 detik (waktu penyimpanan) 5,5 hari (waktu penyimpanan) 1,3 hari (waktu 3 penyimpanan) 4.000 m Laboratorium dan lain -lain

15.500 m3/hari (179,4 l/det) 10,7 m3/menit x 3 unit 77 m x 70 m x 4 m x 4 bak 2 m x 9 m x 1,2 m x 2 bak 77 m x 70 m x 2 m x 2 kolam 34 m x 232 m x 0,5 m

Fasilitas gedung 390 m2 (Sumber : Dinas Pekerjaan Umum DIY, 2002) 6. Utilitas

Dalam pengoperasian IPAL dilengkapi dengan beberapa sarana dan prasarana pendukung yang akan memperlancar proses operasi, beberapa sarana tersebut antara lain : 1. Pengadaan air Sumber air untuk berbagai keperluan, seperti mandi, kloset, kran untuk menyiram dan air proses disediakan dari PAM Kabupaten Bantul dan air tanah. Air dari PAM ditampung terlebih dahulu, kemudian dialirkan ke alat-alat plumbing. 2. Pengadaan listrik. Sumber listrik terdiri dari dua sumber, yaitu dari PLN, dan genset milik IPAL yang berfungsi sebagai cadangan apabila listrik mati, maka genset akan menyala secara otomatis. Listri dimanfaatkan untuk

pengoperasian beberapa alat antara lain : a. Aerator Jumlah aerator di IPAL ada empat buah yang dipasang pada tempat laguna sebesar 30 kva yang dapat menyediakan oksigen 183 kgO2/jam/unit. b. Lift pump Dalam rumah pompa terdapat tiga lift pump dengan daya sebesar 15
3

kva/unit yang mampu mengangkat air sebanyak 10,7 m /menit unit dimana satu pompa untuk cadangan.

22

c. Hidran Terdapat delapan buah hidran yang tersebar di sekitar lokasi IPAL. d. Pompa lumpur Berfungsi untuk menyedot lumpur kemudian disalurkan ke hopper dan cairannya dikembalikan ke grift chamber. e. Derek Terdapat di grift chamber untuk mengangkat pasir dan di laguna aerasi fakultatif untuk mengangkat perahu atau boat. f. Peralatan listrik lainnya Macam-macam alat listri lainnya untuk mendukung operasi IPAL, diantaranya terdiri atas : lampu penerangan di dalam dan di luar gedung, AC, kipas angin, inkubator, heater, destilised dan lain-lain. Keseluruhannya menggunakan listrik dan memerlukan daya sebesar 315.000 watt. g. Transportasi Dalam menunjang kelancaran operasional, maka IPAL dilengkapi dengan truk untuk mengangkut sampah yang berasal dari bar screen, mengangkat lumpur dan juga untuk keperluan lainnya. Tiga buah sepeda motor dan satu mobil sebagai sarana para karyawan untuk kelancaran tugas sehari-hari.

7. Tarif Retribusi Tarif retribusi air limbah di Kotamadya Yogyakarta yang masuk ke saluran air kotor kemudian diolah di IPAL Sewon Bantul diatur berdasarkan PERDA No. 9 tahun 1991. Tarif tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

23

Tabel 6. Tarif Retribusi Assainering


No. Wajib Retribusi Pemeliharaan per bulan, Rp Biaya administrasi formulir, Rp Biaya ijin penyambungan, Rp Keterangan

Rumah tangga 1. 2. 3. 4. 5. K1 K2 K3 K4 K5 PERUSAHAAN 1. 2. 3. P1 P2 P3 3.000 6.000 12.000 500 500 500 2.500 5.000 7.500 500 1.000 2.000 4.000 8.000 500 500 500 500 500 2.000 2.500 3.000 3.500 4.000

Jumlah penghuni 1-5 orang 6-10 orang 11-20 orang 21-50 orang lebih dari 50 orang Modal lancar 0 s/d Rp. 25.000.000 lebih dari Rp. 25.000.000 lebih dari Rp. 50.000.000

(Sumber : PEMDA Tingkat II Yogyakarta, 1998)

8. Inventarisasi Aset Milik IPAL Sewon Bantul. Tabel 7. Inventarisasi Aset IPAL Sewon, Lahan dan Struktur Bangunan
Uraian Unit Volume Tahun instalasi 1994
1994 1994 1994 1994 1994 1994 1994 1994 1994 1994 1994 1994 1994 1994 1994 1994

Nilai aktual (Rp juta) 6.080


9.042 260 234 121 650 325 325 130 18.720 7.020 2.600 780 325 260 1.204 169

Lahan Struktur bangunan


Pipa induk Saluran terbuka ke Sungai Bedog Siphon Manhole Bangunan intake & pompa angkat Ruang pompa Grift Chamber Bak pembagi Kolam aerasi fakultatif Kolam Maturasi Tempat pengering lumpur Bangunan operasi Bangunan Generator Banguanan garasi Jalan Pagar

Ha
m m Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit LS LS LS LS LS

6,7
10.092 500 5 31 1 1 1 1 4 2 25 1 1 1 1 1

Nilai penggantian (Rp juta) 6.080


10.433 300 270 140 750 375 375 150 21.600 8.100 3.000 900 375 300 1.390 195

Total Bangunan

41.905

48.353

(Sumber : DPU Propinsi DIY, 1998)

24

Tabel 8.

Inventarisasi Aset IPAL Sewon (Peralatan)


Satuan Volume Tahun instalasi Nilai aktual (Rp. juta)
269 5.043 403 538 134 269 538 403 538 538 5.379 2.152 2.690 134 2.690 807 1.210 1.345 1.681 144 120 80 48 21 6.052 13.448 403 134 202

Uraian

Nilai penggantian (Rp. juta)


336 6.304 504 672 168 336 672 504 672 672 6.724 2.690 3.362 168 3.362 1.009 1.513 1.681 2.101 240 200 100 120 36 7.565 16.810 504 168 252

Peralatan
Pintu inlet Screw pump Geared Trolley Chain Hoist Pintu inlet Grift Chamber Pompa pasir dalam Grift Chamber Coarse screen dalam Grift Chamber Gerbang outlet Grift Chamber Pemisah siklon Electric trolley chain Hoist pada Grift Chamber Pintu distribusi Pintu FAL Aerator untuk FAL Pintu kolam maturasi Pompa air servis Electric trolley chain Hoist pada FAL Unit penghisap lumpur Unit pembuang lumpur Kompresor dengan genset Generator diesel cadangan Dump truk Vakum truk Pick up truk Panther Sepeda motor Tempat pipa dan asesori Peralatan listrik Peralatan laboratorium Perlengkapan kantor Peralatan Unit Unit Unit Unit Unit Unit 2 Unit 2 Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit 1 Unit Unit Unit Unit Unit LS LS LS LS LS 2 2 1 1 3 1 1 1 1 1 1995 1995 1995 1995 1995 1995 1995 1995 1995 1995 1995 2 2 2 20 4 10 2 1 1 1 1 1995 1995 1995 1995 1995 1995 1995 1995 1995 1995 1995 1995 1995 1 3 1 2 2 1995 1995 1995 1995 1995

Total peralatan

47.413

59.445

(Sumber : DPU Propinsi DIY, 1998) Tabel 9. Ringkasan Inventarisasi Aset IPAL Sewon
Uraian Lahan Bangunan sipil Peralatan Nilai Total Nilai Aktual (Rp. juta) 6.080 41.905 47.413 95.816 Nilai Penggantian (Rp. juta) % 6.080 5,3 48.353 42,5 59.445 52,5 113.878 100

% 6,4 43,9 49,7 100

(Sumber : DPU Propinsi DIY, 1998)

25

Total nilai aktual IPAL Sewon sebesar Rp. 95,4 milyar dan nilai penggantinya Rp. 113,88 milyar.

9. Manajemen IPAL Sewon Bantul Manajemen merupakan suatu proses kegiatan perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang bertujuan untuk mengendalikan suatu usaha, agar dalam penyelesaiannya dapat

disesuaikan dengan biaya dan waktu yang telah ditetapkan. Jumlah karyawan IPAL Sewon Bantul adalah 34 karyawan, yang berasal dari 2 orang dari CV. Cipta Karya Sleman, 2 orang dari DPU Bantul, 7 orang dari DKKP dan sisanya dari tenaga honorer. Dalam pengelolaannya, beberapa elemen-elemen yang ada

membentuk bidang atau devisi dimana masing-masing bidang memilki tugas yang berbeda-beda. Oleh karena itu dibuatlah suatu struktur organisasi IPAL Sewon, Bantul yang dapat dilihat pada gambar berikut :

26

III. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

1.

Perhitungan Efisiensi IPAL Sewon Bantul dan Beban Pencemaran yang Dihasilkan untuk Parameter COD pada bulan November 2002. Tabel 10. Perhitungan Efisiensi IPAL dan Beban Pencemaran yang Dihasilkan untuk Parameter COD

Tanggal Debit, COD inlet, COD outlet, Efisiensi, Beban inlet, Beban outlet, 3 m /hari mg/l mg/l % Kg/hari Kg/hari 1 9886.8 468 46 90.17 4627.02 454.79 2 8998.7 600 42 93.00 5399.22 377.95 4 8699.1 582 50 91.41 5062.88 434.96 5 7789.6 520 58 88.85 4050.59 451.80 6 8142.7 524 58 88.93 4266.77 472.28 7 9758.4 664 52 92.17 6479.58 507.44 8 8731.2 544 52 90.44 4749.77 454.02 9 7950.1 608 52 91.45 4833.66 413.41 11 8132 344 40 88.37 2797.41 325.28 12 8613.5 304 32 89.47 2618.50 275.63 13 8121.3 456 46 89.91 3703.31 373.58 14 8592.1 324 52 83.95 2783.84 446.79 15 8560 568 56 90.14 4862.08 479.36 16 11909.1 368 56 84.78 4382.55 666.91 18 10293.4 584 58 90.07 6011.35 597.02 19 8763.3 664 56 91.57 5818.83 490.74 20 9769.1 636 56 91.19 6213.15 547.07 21 10753.5 608 52 91.45 6538.13 559.18 22 9490.9 456 50 89.04 4327.85 474.55 23 8420.9 656 52 92.07 5524.11 437.89 25 9405.3 496 50 89.92 4665.03 470.27 26 8955.9 448 54 87.95 4012.24 483.62 27 9362.5 642 50 92.21 6010.73 468.13 28 8816.8 616 46 92.53 5431.15 405.57 29 8613.5 344 32 90.70 2963.04 275.63 30 10229.2 528 48 90.91 5401.02 491.00 Rata9106.11 521.23 49.85 90.10 4751.30 455.19 rata = (Sumber : Data Pengendalian Kualitas Air Bulan Nov.2002 IPAL Sewon) Dari tabel diatas untuk bulan November 2002, dapat diketahui :
3

Debit rata-rata = 9.106,11 m /hari COD inlet rata-rata = 521,23 mg/l COD outlet rata-rata = 49,85 mg/l

27

Efisiensi IPAL untuk menurunkan parameter COD = 90,10% Beban pencemaran rata-rata COD yang masuk IPAL = 4.751,3 kg/hari Beban pencemaran rata-rata COD setelah pengolahan = 455,19 kg/hari Effluen air limbah untuk parameter COD rata-rata = 49,85 mg/l, hasil ini sangat jauh dibawah baku mutu yang telah ditetapkan, yaitu 100 mg/l. Beban pencemaran COD rata-rata yang diterima Sungai Bedog = 455,19 kg/hari.

2.

Perhitungan Efisiensi IPAL Sewon Bantul dan Beban Pencemaran yang Dihasilkan untuk Parameter BOD pada bulan November 2002. Tabel 11 Perhitungan Efisiensi IPAL dan Beban Pencemaran yang Dihasilkan untuk Parameter BOD

Tanggal Debit, BOD inlet, BOD outlet, Efisiensi, Beban inlet, Beban outlet, 3 m /hari mg/l mg/l % Kg/hari Kg/hari 1 9886.8 156 15 90.38 1542.34 148.30 2 8998.7 200 15 92.50 1799.74 134.98 4 8699.1 194 16.5 91.49 1687.63 143.54 5 7789.6 175 18 89.71 1363.18 140.21 6 8142.7 175 17.5 90.00 1424.97 142.50 7 9758.4 220 17 92.27 2146.85 165.89 8 8731.2 181 17 90.61 1580.35 148.43 9 7950.1 200 17.5 91.25 1590.02 139.13 11 8132 114 16 85.96 927.05 130.11 12 8613.5 105 13 87.62 904.42 111.98 13 8121.3 152 15 90.13 1234.44 121.82 14 8592.1 175 15 91.43 1503.62 128.88 15 8560 188 14 92.55 1609.28 119.84 16 11909.1 144 14.5 89.93 1714.91 172.68 18 10293.4 194 19 90.21 1996.92 195.57 19 8763.3 190 18 90.53 1665.03 157.74 20 9769.1 175 15 91.43 1709.59 146.54 21 10753.5 202 17 91.58 2172.21 182.81 22 9490.9 152 18 88.16 1442.62 170.84 23 8420.9 218 17 92.20 1835.76 143.16 25 9405.3 170 16 90.59 1598.90 150.48 26 8955.9 150 18 88.00 1343.39 161.21 27 9362.5 214 17 92.06 2003.58 159.16 28 8816.8 204 15.5 92.40 1798.63 136.66 29 8613.5 114 12 89.47 981.94 103.36 30 10229.2 176 16 90.91 1800.34 163.67 rata-rata 9106.11 174.54 16.13 90.51 1591.45 146.90

28

(Sumber : Data Pengendalian Kualitas Air Bulan Nov.2002 IPAL Sewon)

Dari tabel diatas untuk bulan November 2002, dapat diketahui : Debit rata-rata = 9.106,11 m3/hari BOD inlet rata-rata = 174,54 mg/l BOD outlet rata-rata = 16,13 mg/l Efisiensi IPAL untuk menurunkan parameter BOD = 90,51% Beban pencemaran rata-rata BOD yang masuk IPAL = 1.591,45 kg/hari Beban pencemaran rata-rata BOD setelah pengolahan = 146,90 kg/hari Effluen air limbah untuk parameter BOD rata-rata = 16,13 mg/l, hasil ini sangat jauh dibawah baku mutu yang telah ditetapkan yaitu 50 mg/l. Beban pencemaran BOD rata-rata yang diterima Sungai Bedog = 146,90 kg/hari.

3.

Perhitungan Efisiensi IPAL Sewon Bantul dan Beban Pencemaran yang Dihasilkan untuk Parameter SS (Suspended Solid) pada bulan November 2002. Tabel 12. Perhitungan Efisiensi IPAL dan Beban Pencemaran yang Dihasilkan untuk Parameter SS

Tanggal Debit, SS inlet, SS outlet, Efisiensi, Beban inlet, Beban outlet, m3/hari mg/l mg/l % Kg/hari Kg/hari 1 9886.8 307 32 89.58 3035.25 316.38 2 8998.7 421 33 92.16 3788.45 296.96 4 8699.1 392 37 90.56 3410.05 321.87 5 7789.6 496 46 90.73 3863.64 358.32 6 8142.7 327 44 86.54 2662.66 358.28 7 9758.4 320 31 90.31 3122.69 302.51 8 8731.2 357 43 87.96 3117.04 375.44 9 7950.1 401 39 90.27 3187.99 310.05 11 8132 357 42 88.24 2903.12 341.54 12 8613.5 211 30 85.78 1817.45 258.41 13 8121.3 323 25 92.26 2623.18 203.03 14 8592.1 396 24 93.94 3402.47 206.21 15 8560 346 40 88.44 2961.76 342.40 16 11909.1 238 20 91.60 2834.37 238.18 18 10293.4 587 43 92.67 6042.23 442.62 19 8763.3 532 44 91.73 4662.08 385.59 20 9769.1 527 44 91.65 5148.32 429.84

29

21 10753.5 446 47 89.46 4796.06 22 9490.9 208 35 83.17 1974.11 23 8420.9 485 31 93.61 4084.14 25 9405.3 239 38 84.10 2247.87 26 8955.9 333 19 94.29 2982.31 27 9362.5 388 20 94.85 3632.65 28 8816.8 344 18 94.77 3032.98 29 8613.5 226 12 94.69 1946.65 30 10229.2 329 24 92.71 3365.41 rata-rata 9106.11 366.77 33.12 90.62 3332.50 (Sumber : Data Pengendalian Kualitas Air Bulan Nov.2002 IPAL Sewon) Dari tabel diatas untuk bulan November 2002, dapat diketahui : Debit rata-rata = 9.106,11 m3/hari SS inlet rata-rata = 366,77 mg/l SS outlet rata-rata = 33,12 mg/l Efisiensi IPAL untuk menurunkan parameter SS = 90,62% Beban pencemaran rata-rata SS yang masuk IPAL = 3.332,50 kg/hari Beban pencemaran rata-rata SS setelah pengolahan = 300,33 kg/hari Effluen air limbah untuk parameter SS rata-rata = 33,12 mg/l, hasil ini sangat jauh dibawah baku mutu yang telah ditetapkan yaitu 200 mg/l. Beban pencemaran SS rata-rata yang diterima Sungai Bedog = 300,33 kg/hari.

505.41 332.18 261.05 357.40 170.16 187.25 158.70 103.36 245.50 300.33

4. Perhitungan Efisiensi IPAL Sewon Bantul Untuk meningkatkan Oksigen terlarut (DO) dalam air limbah pada bulan November 2002.

Tabel 13. Perhitungan Efisiensi IPAL Untuk meningkatkan Oksigen terlarut (DO) dalam air limbah

Tanggal DO inlet, DO outlet, Efisiensi mg/l mg/l ,% 1 0.75 5 85.00 2 0.5 5 90.00 4 0.5 4.5 88.89 5 0.6 4 85.00 6 0.75 4.5 83.33 7 0.6 4.5 86.67 8 0.75 4.5 83.33 9 0.5 4 87.50 11 1 4.5 77.78 12 1.25 5 75.00

30

13 0.8 5 84.00 14 1 5 80.00 15 0.75 5 85.00 16 1 5 80.00 18 0.75 4 81.25 19 0.75 4.5 83.33 20 0.25 5 95.00 21 0.75 4.8 84.38 22 1 4.5 77.78 23 0.75 5 85.00 25 0.8 5 84.00 26 1 4.5 77.78 27 0.5 5 90.00 28 0.75 5 85.00 29 1 5.2 80.77 30 0.8 4.5 82.22 rata-rata 0.76 4.71 83.77 (Sumber : Data Pengendalian Kualitas Air Bulan Nov.2002 IPAL Sewon)

Konsentarsi Oksigen terlarut air limbah sebelum dan sesudah pengolahan

DO inlet, mg/l

3
DO outlet, mg/l

DO, mg/l
2

0 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Tanggal pengecekan bulan November 2002

31

Gambar 4.

Konsentrasi oksigen terlarut (DO) air limbah sebelum dan sesudah pengolahan

Dari gambar diatas, dapat dilihat setelah ada pengolahan air limbah konsntrasi oksigen terlarut pada air limbah mengalami peningkatan, dari ratarata = 0,76 mg/l menjadi rata-rata 4,71 mg/l atau naik 83,77%. Sehingga kualitas air limbah menjadi lebih baik dan tidak berbahaya apabila dibuang ke perairan.

5. Kondisi suhu dan pH air limbah sebelum dan sesudah pengolahan di IPAL Sewon Bantul untuk bulan November 2002.

Tabel 14 Kondisi suhu dan pH air limbah sebelum dan sesudah pengolahan Tanggal 1 2 4 5 6 7 8 9 11 12 13 14 15 16 18 19 20 21 22 23 25 26 27 28 29 pH inlet pH outlet Suhu Suhu inlet, C outlet, C 6.9 7.5 28.6 30 7 7.3 29.1 30.6 6.9 7.5 28.8 30.2 6.9 7.6 28.8 30 7 7.3 28.8 30.1 6.9 7.3 29.4 30 7 7.4 28.6 30.4 6.9 7.4 28.8 30.5 7 7.4 28.8 30.8 7 7.5 29.1 30.2 7 7.4 28.8 30 7 7.4 29.6 30.1 7.1 7.2 29 30.1 7.2 7.5 29.4 30.8 6.8 7.5 28.6 29.8 6.9 7.6 28.8 30.1 6.9 7.3 28.8 29.9 7 7.6 28.4 29.4 6.9 7.4 29.2 29.8 7 7.3 29.2 30 7 7.4 28.9 29.5 7 7.3 28.4 29.2 6.9 7.4 28.6 29.5 7 7.3 28.7 29.5 7 7.3 28.8 29.5

32

30 6.9 7.4 27 29 Rata-rata = 6.97 7.40 28.81 29.96 (Sumber : Data Pengendalian Kualitas Air Bulan Nov.2002 IPAL Sewon) Dari data diatas, dapat dilihat : Suhu rata-rata effluen air limbah yang dibuang ke Sungai Bedog, T =
o

29,96 C, suhu effluen ini sangat baik dan masih jauh dibawah baku mutu yang telah ditetapkan, yaitu 40 oC. pH rata-rata effluen air limbah yang dibuang ke Sungai Bedog, pH = 7,4, pH effluen ini, masih masuk kisaran baku mutu pH yang telah ditetapkan, yaitu 6-9.

6. Evaluasi Pengelolaan pada IPAL Beberapa permasalahan yang timbul di IPAL misalnya di dalam bak penampung, pengurasan air limbah dilakukan dalam jangka waktu yang lama lebih dari satu bulan, sedangkan pengolahan yang baik dilakukan satu bulan sekali. Jika waktu pengurasan lama maka lumpur akan menumpuk dan akan mempengaruhi nilai BOD air limbah tersebut, namun mengingat pengurasan bak dilakukan secara manual oleh petugas IPAL dan kapasitas air limbah besar maka pengurasan bak tidak bisa dilakukan satu bulan sekali. Permasalahan lainnya adalah pada sifon, seharusnya pengolahan itu hanya air murni (limbah cair) saja, namun kenyataannya pada sipon-sipon itu terdapat banyak sekali sampah padat seperti bungkus dterjen, bungkus shampo dan lain sebagainya. Sampah-sampah padat ini sangat mengganggu karena masuk ke dalam sipon. Pihak IPAL harus mengambil sampah padat itu setiap hari kadangkala mereka harus mengambil sampah padat itu sampai dua kali sehari. Selain itu pihak IPAL juga kesulitan untuk memeriksa laju aliran limbah di setiap titik jaringan, karena manhole banyak terdapat di dalam rumah-rumah penduduk. Sedangkan pada grift chamber yang digunakan untuk menggerakkan pompa adalah selang dari plastik, karena plastik merupakan bahan yang lentur sehingga bisa untuk menggerakkan pompa ke kanan dan ke kiri maupun ke arah depan dan ke belakang. Tetapi sekarang pihak IPAL sudah mengganti selang plastik tersebut dengan selang karet yang diimport dari

33

Jepang. Di IPAL sebagian besar peralatan buatan dari luar negeri, jadi jika ada peralatan yang rusak mereka harus memesannya terlebih dahulu, sehingga memerlukan waktu yang lama untuk penggantiannya. Sedangkan proses pengolahan harus terus dilakukan dan biaya yang mereka butuhkan juga banyak. Sedangkan keungan IPAL untuk semua pembiayaan berasal dari subsidi dari pemerintah dan dana itu terbatas. Pihak IPAL pernah mengganti peralatan yang rusak itu dengan peralatan buatan dalam negeri, memang biaya yang dikeluarkan lebih ringan dan waktu penggantiannya lebih cepat, namun peralatan itu tidak bertahan lama, hanya tahan beberapa bulan saja, sehingga mereka harus

menggantinya lagi dengan yang baru, sedangkan pada saat penggantian peralatan tersebut, proses pengolahan harus berhenti sebentar dan ini mempengaruhi kondisi air limbah.

7. Manfaat IPAL Sewon Bantul Perencanaan teknis sistem pembuangan air limbah telah

selesai dilaksanakan oleh Japan International Cooperation (JICA) pada tahun 1992. Dari hasil perencanaan tersebut, proyek ini dapat memberikan manfaat secara langsung, yaitu : Meningkatkan pelayanan sanitasi bagi 22 % penduduk pada tahun 2002 dan 53 % penduduk pada tahun 2012. Meningkatkan kualitas air sungai (BOD diturunkan dari 332 mg/l menjadi 30 mg/l). Meningkatkan estetika lingkungan di sekitar daerah aliran sungai. Menghasilkan pupuk sebanyak 3.300 m3 pertahun. Tambahan air untuk irigasi pertanian di daerah hilir Sungai Bedog. Sedangkan manfaat tidak langsung adalah suatu keuntungan atau nilai lebih yang dapat diperoleh dalam jangka waktu tertentu dan tidak dapat langsung dinikmati oleh seseorang atau sekelompok orang seperti : Pulihnya ekosistem biota air. Terjaganya kualitas air tanah dari pencemaran. Perbaikan kualitas lingkungan.

34

Peningkatan

kesadaran

masyarakat

mengenai

hidup

sehat

dan

pengembangan pariwisata serta pendidikan lingkungan hidup.

8. Manajemen Pengelolaan Limbah Cair. Pengelolaan limbah cair sebagai bagian upaya pengendalian pencemaran lingkungan menjadi bagian yang sangat strategis dalam optimalisasi hasil-hasil pembangunan. Namun demikian kegiatan

pengelolaan limbah cair belum mendapatkan perhatian yang memadai bagi masyarakat dan pengusaha. Hal ini bisa dilihat dari sedikitnya jumlah pelayanan yang hanya 29% wilayah perkotaan Yogyakarta. Kapasitas pengolahan yang sedang terpakai berjumlah lebih kurang
3

11.320 m /hari (juli 1998) atau 73% dari kapasitas yang dirancang 15.500 m3/hari. Total jumlah sambungan resmi adalah 7.595 yang mana 6.956 merupakan sambungan rumah tangga dan 639 non rumah tangga. Berdasarkan asumsi bahwa satu orang menghasilkan limbah dengan volume 100 l/hari, rata-rata setiap rumah tangga terdiri dari lima orang/sambungan limbah rumah tangga dan non rumah tangga menghasilkan 2 m3/hari; produksi limbah rumah tangga per hari terhitung 3.800 m3 dan produksi limbah non rumah tangga kurang lebih 1.300 m3. Total yang dihitung untuk volume limbah adalah 5.100 m3/hari atau 33% dari kapasitas desain IPAL. Volume tetap dengan ukuran kurang lebih 6.200 m3/hari, tidak terhitung untuk dan yang berasal dari : Air penggelontor Air hujan Sambungan yang belum tercatat. Kemudian aspek teknis hasil olahan limbah yang telah di treatment sudah relatif baik. Hasil analisis limbah yang diolah dapat dilihat pada lampiran. Namun demikian pada satu sisi bila terjadi kerusakan tidak dapat segera ditanggulangi akibat tida tersedianya suku cadang, tidak adanya biaya perawatan dan sebagainya. Oleh sebab itu, dalam pengelolaannya perlu dilakukan pendekatan managemen baik dari perencanaan, pengorganisasian maupun koordinasi.

35

9. Analisis SWOT. Pendekatan SWOT adalah pendekatan manajerial di dalam

merumuskan peubah-peubah (variabel) yang sangat menetukan dan berpengaruh terhadap kinerja dan eksistensi sebuah program dan

kelembagaannya, baik berupa peubah positif maupun peubah negatif. Disisi internal, peubah positifya merupakan kekuatan (Strenghts) dan peubah negatifnya menjadi kelemahan (Weaknesses). Peubah ini menempel (inherent) dan sepenuhnya di bawah kendali institusi bersangkutan. Disisi eksternal, peubah positifnya merupakan peluang (Opportunities) dan peubah negatifnya merupakan ancaman (Threats), sebuah peubah yang berada diluar kontrol institusi bersangkutan. Analisis SWOT akan diberlakukan secara umum untuk setiap institusi (organisasi dan manajemen) setiap sektor dalam bentuk matrik analisis yang akan mengintegrasikan analisis internal dan eksternal. Analisis ini akan memudahkan manajemen didalam

merumuskan dan memilih alternatif strategi pemecahan masalah dan dilanjutkan pengembangan program dan kelembagaannya. Sektor air limbah kendati memberikan ancaman besar terhadap kesehatan dan kehidupan perkotaan pada umumnya, sampai saat ini kedudukannya masih sebagai cost centre. Dalam kedudukan demikian dan dalam keterbatasan kemampuan keuangan daerah tentu saja dimasa depan sektor akan menghadapi kedala besar. Kendati telah dibangun unti IPAL di Sewon yang akan diarahkan menjadi perusahaan untuk melayani kebutuhan tiga Dati II. Tetapi karena unit IPAL Sewon dikelola oleh PU Propinsi sebagai proyek, justru tidak memiliki akses ke penghimpunan retribusi yang dilakukan oleh Dati II. akibatnya unit ini tetap berkedudukan sebagai cost centre.

36

Tabel 15 Hasil Analisis SWOT Aset Fisik IPAL Sewon


Kekuatan Kelemahan
anggaran untuk biaya operasi dan pemeliharaan yang memadai. Adanya sampah pada air limbah. Beban BOD yang rendah, karena terlalu banyak air hujan dan air penggelontor yang masuk. Tidak adanya suku cadang peralatan . Mahalnya harga bahan kimia dan bahan reaktif laboratorium.

Kualitas konstruksi dan kondisi bangunan Kekurangan


serta peralatan yang masih baik. Pengelolaan dan staf yang berkualitas dan bermotivasi. Efisiensi pengolahan yang tinggi (90%). Operasi dan pemeliharaan IPAL yang sederhana. Tersedianya manual operation & maintenance yang jelas. Adanya kelebihan kapasitas di IPAL.

Peluang

Ancaman
Efektivitas IPAL berkurang karena kurangnya anggaran operational & maintenance. Motivasi yang berkurang dari staf karena struktur kelembagaan IPAL yang bersifat sementara (temporal). Pemukiman umum yang semakin berkembang di sekitar IPAL.

Tersedianya donatur internasioanl dan


peyandang dana untuk proyek lingkungan hidup (JICA). Keterlibatan sektor swasta dalam sektor air limbah. Tersedianya lumpur kering dalam volume yang besar.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan 1. Air buangan rumah tangga sebelum pengolahan mempunyai parameter diatas ambang batas baku mutu, dengan adanya instalasi pengolahan air limbah maka parameter pencemar BOD, COD dan SS dapat diturunkan, sehingga effluen yang dihasilkan konsentrasinya di bawah baku mutu yang telah ditetapkan dalam hal ini air limbah golongan II, sesuai dengan Keputusan Gubernur DIY No. 213/KPTS/1991. 2. Dari data yang diperoleh untuk bulan November 2002 efisiensi alat pengolahan air limbah cukup tinggi untuk menurunkan parameter : BOD efisiensi rata-rata COD efisiensi rata-rata SS efisiensi rata-rata = 90,51% = 90,10% = 90,62%

37

Saran 1. Untuk mendapatkan effluen yang lebih baik, maka operasionalisasi alat harus bisa dioptimalkan dengan pengawasan jaringan perpipaan, pemisahan partikel atau sampah kasar sebelum masuk IPAL. 2. Dilakukan pengawasan yang terus menerus oleh petugas kebersihan agar sampah kasar jangan masuk ke kolam aerasi dan kolam pematangan, karena dapat mengganggu proses yang terjadi pada kolam tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

BAPEDAL, 2001. Program Kali Bersih (PROKASIH). Yogyakarta. Dinas Pekerjaan Umum DIY, 2002, Brosur IPAL Sewon Bantul, Yogyakarta. Gaudy, Jr., A.F., and E.T., Gaudy, 1981 . Microbiology for Environmental Scientist and Engineers. 1 ed., pp. 175 - 180, Mcgraw Hill International Book Compa ny, Aukland. Hakim, L., 2000, Evaluasi Pengelolaan IPAL Sewon Bantul, Tugas Hukum Lingkungan, UGM, Yogyakarta. Hammer, M.J., 1986. Water and Wastewater Technology. 2 ed., John Wiley and Sons, New York. Mackenzie, L.D., and Cornwell, 1991. Introduction to Environmental Engineering. 2 ed., pp. 348 - 352, McGraw Hill International Editions, Ltd., Singapore. Metclaf, Eddy, and G., Tchobanoglous, 1981. Waste Water Engineering Treatment Disposal. 2 ed., pp. 400 - 414, Tata McGraw Hill Publishing Company, Ltd., New Delhi. Rao, A.V., and Bhole, A.G., 2001. A Low-Cost Technology for The Treatment of Wastewater. Water Research Journal, pp. 38. Rosyida, A., 2000. Keunggulan Pengolahan Biologi Secara Trickling Filter pada Limbah Cair Tekstil. Prosiding Seminar Nasional Peranan Teknologi dalam Pembangunan Lingkungan Dan Pengelolaan Sumber Daya Alam Yang Berke lanjutan, BPPT, Jakarta. Sugiarto, 1987. Dasar - Dasar Pengolahan Air Limbah. Universitas Indonesia,

38

Press, Jakarta. Tjokrokusumo, 1995. Enjinering Lingkungan. Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan, Yogyakarta. YUIMS, 1999, Inventarisasi dan Evaluasi Kinerja Aset -Aset Prasarana di Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta, Yogyakarta Urban Infrastructure Management Supoport.

Anda mungkin juga menyukai