Anda di halaman 1dari 21

PENGANTAR TEKNIK LINGKUNGAN

“ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI OPAK”

DOSEN PENGAMPUH : RETNO SUSETYANINGSIH ST, MP

NAMA : NURDAYANTI SALIM

NIM : 18250997

KELAS : C (REGULER)

INSTITUT TEKNOLOGI YOGYAKARTA


2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang sudah memberikan karuniaNya pada saya dalam melaksanakan
tugas praktikum Pengantar Teknik Lingkungan ini. Sehingga akhirnya
tersusunlah materi laporan praktikum yang sistematis. Hal ini saya
lakukan untuk memenuhi tugas praktikum Pengantar Teknik Lingkungan.

Walaupun waktunya cukup singkat, tapi kegiatan ini menghasilkan


sesuatu yang berharga dalam mengaplikasikan ilmu TL dari perkuliahan
yang sedang kami jalani melalui praktik dalam dunia kerja yang nyata.

Dengan selesainya laporan praktikum Pengantar Teknik Lingkungan


secara resmi ini, maka tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada
semua orang yang sudah membantu saya. dan terima kasih juga untuk
para pihak yang sudah terlibat langsung.

Saya mohonkan saran dan kritiknya apabila terdapat banyak


kekurangan pada hasil laporan praktikum Pengantar Teknik Lingkungan
yang sudah saya buat. Semoga laporan ini memberi banyak kegunaan
pada semua pihak termasuk kelompo saya.

Terima kasih.

Yogyakarta¸ 12 November 2018


Penulis

DAFTAR ISI
Kata
pengantar……………………………………………….
Daftar
isi……………………………………………………..

Bab I. pendahuluan

- Latar belakang……………………………………….....
- Tujuan……………………………………………….....
- Manfaat………………………………………………...

Bab II. Tinjauan pustaka……………………………………

Bab III. Hasil dan pembahasan

- Pembahasan hasil analisa lab…………………………


- Pemecahan masalah…………………………………..

Bab IV. Kesimpulan………………………………………..

BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang

Air sungai merupakan salah satu komponen lingkungan yang memiliki


fungsi penting bagi kehidupan manusia, termasuk untuk menunjang
pembangunan ekonomi yang hingga saat ini masih merupakan tulang pungung
pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan sungai yang utama adalah
untuk pengairan lahan pertanian dan untuk memenuhi kebutuhan air bersih.
Seiring dengan pertambahan penduduk dan perkembangan berbagai industri,
maka pencemaran air sungai telah menjadi masalah serius yang dihadapi oleh
manusia.

Robert dan Roestam (2005:170) mengemukakan bahwa air limbah domestik


adalah air bekas yang tidak dapat dipergunakan lagi untuk tujuan semula baik
yang mengandung kotoran manusia (tinja) atau dari aktifitas dapur, kamar
mandi dan cuci dimana kuantitasnya antara 50 – 70% dari rata-rata pemakaian
air bersih (120-140 liter/orang/hari).
Pencemaran oleh limbah domestik yaitu limbah cair yang berasal dari rumah
tangga lebih umum dan mengenai lebih banyak orang daripada pencemaran oleh
limbah industri. Pada umumnya, limbah domestik mengandung sampah padat
yang berupa tinja, dan cair yang berasal dari sampah rumah tangga. Pencemaran
limbah cair yang berasal dari hasil MCK masyarakat merupakan pencemaran
yang kurang nampak dan efeknya baru terasa setelah waktu yang lama,
pencemaran ini kurang mendapat perhatian.

Adapun kriteria-kriteria yang mengindikasikan kualitas fisik dan kimia air


menurut Endrah
(2010) sebagai berikut:
1. Kekeruhan (turbidity), kekeruhan merupakan pengotor yang ada dalam air
yang akan diolah sebelum digunakan dalam industri yang bermacam–macam.
Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan
organik yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang dihasilkan
oleh buangan industri.
2. Temperatur, kenaikan temperatur air menyebabkan penurunan kadar oksigen
terlarut. Kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang
tidak sedap akibat degradasi anaerobik yang mungkin saja terjadi.
3. Warna, warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme, bahan-bahan
tersuspensi yang berwarna dan oleh ekstrak senyawa-senyawa organik serta
tumbuh-tumbuhan.
4. Solid (Zat padat), yaitu kandungan zat padat menimbulkan bau busuk, juga
dapat meyebabkan turunnya kadar oksigen terlarut. Zat padat dapat
menghalangi penetrasi sinar matahari kedalam air.
5. Bau dan rasa, dapat dihasilkan oleh adanya organisme dalam air seperti alga
serta oleh adanya gas seperti H2S yang terbentuk dalam kondisi anaerobik, dan
oleh adanya senyawa-senyawa organik tertentu.
6. Derajat keasaman atau pH merupakan parameter kimia yang menunjukkan
konsentrasi ion hidrogen pada perairan. Konsentrasi ion hidrogen tersebut dapat
mempengaruhi reaksi kimia yang terjadi di lingkungan perairan.

Selain itu, pencemaran lingkungan air juga dapat diukur dengan parameter
kualitas limbah. Beberapa parameter kimia kualitas air yang perlu diketahui
antara lain adalah BOD, COD, DO, dan pH.

Sedangakan menurut Abi Rizal (2010) untuk menilai kualitas air parameter
yang dapat digunakan meliputi temperatur, DO, pH, Alkalinitas, Besi,
Karbondioksida, Hidrogen Sulfida, Nitrogen, Kekerasan, Chorine, dan
Kecerahan air. Kadar Nitrogen dipakai juga sebagai indikator untuk menyatakan
derajat polusi. Kadar 0,5 mg/l merupakan batas maksimum yang lazim dianggap
sebagai batas untuk menyatakan bahan air itu “unpolluted.” Ikan masih dapat
hidup pada air yang mengandung N 2 mg/l. Nitrogen hadir di lingkungan dalam
berbagai bentuk kimia termasuk nitrogen organik, amonium, nitrit, nitrat, dan
gas hydrogen.

Proses reaksi kimia nitrit menjadi nitrat sangat penting karena nitrit
merupakan racun bagi kehidupan tanaman. Setiap faktor kualitas air berinteraksi
dan berpengaruh dengan parameter lain. Pada situasi tertentu reaksi antar
parameter akan menyebabkan racun pada air dan dapat mematikan organisme
yang hidup di air. Sehingga sangat penting adanya monitoring kualitas air secara
intensif selama masa pemeliharaan terutama dari sistim produksi budidaya
sungai.

Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kadar phospat air Sungai Opak
2. Untuk mengetahui kadar temperatur air Sungai Opak
3. Untuk mengetahui kadar coli tinja air Sungai Opak
4. Untuk mengetahui kadar suhu air Sungai Opak
5. Untuk mengetahui kadar Total Dissolve Solid (TDS) air Sungai Opak
6. Untuk mengetahui kadar Total suspended solid (TSS) air Sungai Opak
7. Untuk mengetahui kadar Chemical Oxygen Demand (COD) air Sungai Opak
8. Untuk mengetahui kadar Biological Oxygen Demand (BOD) air Sungai Opak

Kegunaan Penelitian
1. Menjadi salah satu indikator penilaian tugas dalam mata kuliah Pengantar
Teknik Lingkungan
2. Dapat digunakan sebagai acuan data dikemudian hari
3. Sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa khususnya mata kuliah
Pengantar Teknik Lingkungan
4. Untuk mengaplikasikan ilmu Pengantar Teknik Lingkungan yang telah
didapat dikelas
5. Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu bahan penentu kebijakan
untuk memperbesar dampak sosial budaya yang positif dan menekan dampak
sosial budaya yang negatif dalam kaitannya dengan pemanfaatan air sungai di
perkotaan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sungai Opak atau Kali Opak adalah nama sungai yang mengalir di Daerah
Istimewa Yogyakarta. Alirannya melintasi Kabupaten Sleman dan Kabupaten
Bantul. Hulu sungai ini berada di Gunung Merapi, lalu mengalir ke selatan
dengan muara menghadap ke Samudra Hindia di Pantai Samas. Sungai ini
melintas sisi barat Taman Wisata Candi Prambanan dan pernah menjadi batas
alami wilayah Kesultanan Yogyakarta dengan Kasunanan Surakarta

Sungai Opak memiliki panjang sungai sekira 65 Km dimulai dari hulu


melewati wilayah Kecamatan Cangkringan, Kecamatan Ngemplak, Kecamatan
Kalasan, Kecamatan Prambanan, dan Kecamatan Berbah di Kabupaten Sleman.
Kemudian Kecamatan Piyungan, Kecamatan Pleret, Kecamatan Jetis,
Kecamatan Imogiri, Kecamatan Pundong dan berakhir di Kecamatan Kretek.
Debit air rata rata bulanan Sungai Opak sekitar 12,35 m3/detik dengan detik
maksimum sebesar 83,2 m3/detik dan minimum sebesar 1,89 m3/detik. Sungai
Opak memiliki beberapa anak sungai yang cukup besar, diantaranya:

1. Sungai Gendol
2. Sungai Tepus
3. Sungai Kuning
4. Sungai Code
5. Sungai Gajahwong
6. Sungai Belik
7. Sungai Tambakbayan
8. Sungai Nongko
9. Sungai Oyo
10. Sungai Winongo

Air Sungai Opak tergolong keruh, tetapi tidak berarti sangat tercemar karena
makhluk hidup yang tinggal disitu lumayan banyak dan bervariasi. Variasi
makhluk hidup tersebut salah satunya di daerah saluran irigasi Sungai Opak
yang melintasi sepanjang jalan menuju ke Pantai Parangtritis terdapat macam-
macam ikan, antara lain ikan sapu-sapu (Hypostomus plecostomus), ikan-ikan
kecil sejenis tawes Kepek (wader kepek), Lele Jawa (Clarias batracus), ikan
gabus, ikan Nilem (Osteochillus hasselti), dan ikan Beles. Pada daerah tersebut
Lele Jawa mulai terancam kepunahannya sejak adanya Lele Dumbo, karena
perkembangbiakan Lele Dumbo lebih cepat. Orang-orang disekitar daerah
tersebut jarang mau membudidayakan Lele Jawa. Di pinggiran sungai terdapat
tanaman eceng gondok yang berjumlah ratusan.

Sungai Opak dimanfaatkan warga sekitar di beberapa daerah misalnya di


Kembangsongo Jetis Bantul, warga memanfaatkan Sungai Opak sebagai mata
pencaharian untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti mencari pasir
untuk dijual sebagai bahan bangunan dan tidak sedikit warga yang memancing
di sungai ini. Selain itu, warga juga mencari kayu yang berasal dari daerah hulu
yang terbawa arus banjir untuk bahan bakar. Selain itu terdapat kerusakan di
beberapa daerah sekitar sungai. Salah satunya pada alur sungai di daerah
Sanden, Selomartani, Kalasan mengalami kerusakan parah akibat penambangan
liar. Sungai yang dulu lebarnya 40 meter sekarang menjadi 50 meter lebih.
Kerusakan tersebut sepanjang satu kilo meter di alur wilayah tersebut. Di
beberapa titik, bibir sungai yang asli telah bergeser hingga 15 meter ke arah
samping.

Selain itu, penambangan tersebut menyebabakan warga kehilangan lahan


pertanian lebih dari 500 meter. Kemarau panjang juga mengakibatkan debit air
Sungai Opak turun sekitar 40 persen. Hal tersebut terjadi karena semakin
minimnya daerah tangkapan air dan daerah tangkapan air tidak berfungsi
optimal. Contoh daerah tangkapan air tersebut antara lain kawasan perbukitan
Dieng di Wonosobo yang mengalami kerusakan cukup berat dan lereng Gunung
Merapi yang rusak akibat erupsi 2010 tetapi sekarang berangsur pulih setelah
diadakan reboisasi di daerah aliran sungai.

Di muara Sungai Opak terdapat kawasan hutan mangrove yang terletak di


desa Tirtohargo, kecamatan Kretek, kabupaten Bantul. Dusun Baros merupakan
kawasan perintis hutan bakau pada salah satu area di muara Sungai Opak
sehingga kawasan hutan mangrove tersebut sering disebut Kawasan Mangrove
Baros. Tanaman mangrove tumbuh lebat, di dekatnya terdapat hamparan rumput
yang digunakan oleh petani untuk pakan ternak. Terdapat sampah yang hanyut
dari hulu sungai dan tersangkut di kawasan muara ketika air pasang sehingga
membuat air laut dan tepi pantai tampak kotor. Kawasan ini berhasil
mengembangkan hutan bakau yang sebelumnya diprediksi tidak dapat tumbuh
dengan kondisi tanah dan lingkungan yang tidak memenuhi persyaratan. Usaha
penanaman mangrove merupakan salah satu usaha untuk menyelamatkan
kawasan pesisir pantai dari abrasi ombak laut selatan.

Di daerah Muara Baros, sampah dari hulu yang hanyut terbawa arus ke
muara menyebabkan daerah muara tampak kotor dan tercemar. Bila hal ini
dibiarkan terus menerus dan dalam jangka waktu lama (puluhan tahun) akan
menimbulkan kerusakan lingkungan di muara tersebut. Selain itu, jumlah variasi
makhluk hidup akan berkurang dan sumber dayanya juga berkurang. Maka dari
itu, perlu adanya pelestarian lingkungan yang tidak hanya di muara saja, tetapi
yang lebih penting adalah di hulunya. Karena sumber limbah berawal dari hulu.
Selain itu, penambangan liar yang terus menerus dilakukn akan menimbulkan
pelebaran sungai. Akibatnya warga kehilangan lahan pertnian yang berada di
sekitar sungai. Sehingga penghasilan dan sumber makanan warga sekitar
berkurang. Hal tersebut sangat merugikan dan perlu dihentikan. Saat gempa
bumi melanda wilayah Yogyakarta 27 Mei 2006, pihak Badan Survei Geologi
Amerika Serikat (USGS) menyatakan pusat gempa (episentrum) berada di
kawasan Pantai Samas atau tepatnya di muara Sungai Opak, pada koordinat
8,007 derajat Lintang Selatan, 110,286 derajat Bujur Timur.
BAB III
HASIL & PEMBAHASAN

Hasil Pengujian sampel (lab)

No Parameter Satuan Hasil Analisa


.
1. pH - 6,8
2. Suhu °C 28,5
3. TDS mg/L 263
4. TSS mg/L 78
5. COD mg/L 119,224
6. BOD mg/L 53,870
7. phospat mg/L 0,7243
8. Coli Tinja MPN/ 100 ml 7.103

Baku Mutu Air DIY


Parameter Kandungan
Baku Mutu Satuan Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Kelas 4
Air DIY
pH - 6 - 8.5 6 - 8.5 6-9 5-9
Suhu °C ± 3˚C ± 3˚C ± 3˚C ± 3˚C
Terhadap Terhadap Terhadap Terhadap suhu
suhu udara suhu udara suhu udara udara
TDS mg/L 1000 1000 1000 2000
TSS mg/L 0 50 400 400
COD mg/L 10 25 50 100
BOD mg/L 2 3 6 12
Phospat mg/L 0.2 0.2 1 5
Coli Tinja MPN/ 100 ml 1000 5000 10000 10000

KLASIFIKASI MUTU AIR


Pasal 5
Klasifikasi Mutu Air dalam Peraturan ini ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas :
1. Air kelas satu adalah air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum,
dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
2. Air kelas dua adalah air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman dan
atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
3. Air kellas tiga adalah air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan
air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
4. Air kelas empat adalah air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.

Pembahasan hasil :

pH = 6,8 Kelas 1 : masuk standar baku mutu


Kelas 2 : masuk standar baku mutu
Kelas 3 : masuk standar baku mutu
Kelas 4 : masuk standar baku mutu

suhu = 28,5 ˚C Kelas 1 : melebihi standar baku mutu


Kelas 2 : melebihi standar baku mutu
Kelas 3 : melebihi standar baku mutu
Kelas 4 : melebihi standar baku mutu

TDS = 263 mg/L Kelas 1 : dibawah standar baku mutu


Kelas 2 : dibawah standar baku mutu
Kelas 3 : dibawah standar baku mutu
Kelas 4 : dibawah standar baku mutu

TSS = 78 mg/L Kelas 1 : melebihi standar baku mutu


Kelas 2 : melebihi standar baku mutu
Kelas 3 : dibawah standar baku mutu
Kelas 4 : dibawah standar baku mutu

COD = 119,224 mg/L Kelas 1 : melebihi standar baku mutu


Kelas 2 : melebihi standar baku mutu
Kelas 3 : melebihi standar baku mutu
Kelas 4 : melebihi standar baku mutu

BOD = 53,870 mg/L Kelas 1 : melebihi standar baku mutu


Kelas 2 : melebihi standar baku mutu
Kelas 3 : melebihi standar baku mutu
Kelas 4 : melebihi standar baku mutu

Phosfat = 0,7243 mg/L Kelas 1 : melebihi standar baku mutu


Kelas 2 : melebihi standar baku mutu
Kelas 3 : dibawah standar baku mutu
Kelas 4 : dibawah standar baku mutu

Coli tinja = 7 × 103 MPN/100 ml Kelas 1 : melebihi standar baku mutu


Kelas 2 : melebihi standar baku mutu
Kelas 3 : melebihi standar baku mutu
Kelas 4 : melebihi standar baku mutu

Penjelasan :
- pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau
kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. pH air disungai code dapat dikatakan termasuk
kategori asam karena memiliki pH yang kurang dari 7.0. namun sesuai dengan baku mutu,
pH air disungai code ini dapat dikatakan masuk ke dalam standar baku mutu yang ada
diYogyakarta.

- Suhu menunjukkan derajat panas benda. Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu benda,


semakin panas benda tersebut. Suhu air disungai opak ini jika ditinjau dari baku mutu
dapat dikatakan telah melebihi standar baku mutu yang ada dan sudah tidak dapat lagi
digunakan sesuai dengan peruntukannya.

- TDS (Total Dissolved Solids) atau ” Padatan Terlarut ” mengacu pada setiap mineral,
garam, logam, kation atau anion yang terlarut dalam air. Ini mencakup apa pun yang ada
dalam air selain molekul air murni ( H20 ) dan limbah padat. (Limbah padat adalah
partikel / zat yang tidak larut dan tidak menetap dalam air, seperti bulir kayu dll.). dilihat
dari hasil yang telah saya paparkan diatas menunjukan bahwa sungai code memiliki TDS
yang berada dibawa standar baku mutu air diYogyakarta. Sehingga air sungai tersebut
dapat dikatakan sudah tercemar dan tidak dapat digunakan sesuai dengan peruntukannya.

- Total suspended solid atau padatan tersuspensi total (TSS) adalah residu dari padatan total
yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2μm atau lebih besar dari
ukuran partikel koloid. Yang termasuk TSS adalah lumpur, tanah liat, logam oksida,
sulfida, ganggang, bakteri dan jamur. Dilihat dari hasil data diatas dapat dikatakan bahwa
air sungai code memiliki kekeruhan yang cukup tinggi yang tentunya tidak sesuai dengan
standar baku mutu air diYogyakarta. Sehingga air sungai tersebut dapat dikatakan sudah
tercemar dan tidak dapat digunakan sesuai dengan peruntukannya.

- Chemical Oksigen Demand (COD ) adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat dalam air, secara kimia. Atau kebutuhan
oksigen kimia untuk reaksi oksidasi terhadap bahan buangan di dalam air. Dilihat dari hasil
yang telah dipaparkan diatas menunjukan bahwa sungai code memiliki COD yang cukup
tinggi dari standar baku mutu air diYogyakarta yang telah ditetapkan. Hal ini dapat
membuat kehidupan akuatik didalamnya terganggu dan juga tidak dapat digunakan sesuai
peruntukannya.
- Biochemical Oksigen Demand (BOD) atau dalam alat pengukur indonesia yang banyak
disebut Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) adalah jumlah oksigen terlarut yang
dibutuhkan oleh organisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi bahan-bahan
buangan didalam air. Jika konsumsi oksigen tinggi yang ditunjukkan dengan semakin
kecilnya sisa oksigen terlarut, berarti kandungan polutannya organiknya tinggi. Maka
sungai code telah dikatakan memiliki kandungan polutan yang begitu besar karena
memiliki jumlah BOD yang melebihi standar baku mutu air diYogyakarta. Sehingga
sungai code dapat dikatakan sudah tercemar.

- Fosfor adalah nutrisi penting untuk manusia, hewan, dan tumbuhan. Ini adalah salah satu
zat yang paling umum di lingkungan kita, alami dalam makanan kita, air kita dan tubuh
kita. Dari hasil yang telah dipaparkan diatas menunjukan bahwa kandungan fosfat pada air
sungai code telah melebihi standar kualifikasi kelas 1 dan 2 sedangkan pada kelas 3 dan 4
malah berada jauh dibawah baku mutu. Hal tersebut membuktikan bahwa air sungai
tersebut telah mengalami pencemaran.

- Bakteri koliform merupakan golongan mikroorganisme yang lazim digunakan sebagai


indikator, di mana bakteri ini dapat menjadi sinyal untuk menentukan suatu sumber air telah
terkontaminasi oleh patogen atau tidak. Berdasarkan penelitian, bakteri koliform ini
menghasilkan zat etionin yang dapat menyebabkan kanker. Selain itu, bakteri pembusuk ini
juga memproduksi bermacam-macam racun seperti indol dan skatol yang dapat
menimbulkan penyakit bila jumlahnya berlebih di dalam tubuh. Dari hasil yang telah
dipaparkan diatas menyatakan bahwa air sungai code sudah tidak dapat lagi digunakan
untuk kehidupan sehari-hari ataupun untuk peruntukan lainnya karena kadar coliform dalam
sungai code telah melebihi standar baku mutu air yang ada diYogyakarta.

Pemecahan masalah :

TDS
Ada 2 (dua) metode populer untuk menurunkan TDS air, yakni menggunakan mesin Reverse
Osmosis dan menggunakan filter demineral.

- Menggunakan Mesin RO

TDS dapat diturunkan dengan menggunakan mesin reverse osmosis hingga menjadi 0 (Nol), namun
tentunya juga tergantung TDS air baku awal. Jika TDS air baku awal sebelum diproses sudah diatas
100 ppm, maka sulit untuk diupayakan menjadi NOL.

Paling bisa diturunkan menjadi sekitar 10 ke bawah, tetapi tidak mencapai NOL. Agar dapat menjadi
NOL dapat dikombinasi menggunakan filter demineral untuk penyaringan tahap awal.

- Menggunakan Filter Demineral / Demin

Filter demin menggunakan 2 media kombinasi, yakni resin anion dan kation. Filter demin ini terbukti
efektif menurunkan TDS air baku secara cepat. Hanya saja hasil produksi filter demineral tidak stabil
untuk mempertahankan TDS air, sehingga perlu regenerasi berkala agar TDS bisa kembali turun.
Berbeda dengan mesin RO yang dapat mempertahankan kestabilan TDS dalam waktu yang lama.

TSS
Berikut adalah beberapa cara untuk menyingkirkan TSS dari Air Limbah :
1.   Proses Koagulasi dan Flokulasi

Proses ini adalah proses penggumpalan lumpur ataupun sludge dengan menggunakan bahan
kimia yang bernama koagulan. Pertama air limbah dikondisikan dengan cara ditambahkan Basa agar
memiliki suasana basa, untuk kemudian dikoagulasikan dengan bahan kimia.
bahan kimia yang biasa digunakan pada proses ini adalah PAC, Alum, FeCl3. Biasanya setelah
dilakukan proses koagulasi ini, maka TSS akan berkumpul dan mengendap bersama. Untuk itu
diperlukan proses selanjutnya yang disebut sebagai proses sedimentasi

2. Proses Sedimentasi

Proses ini adalah rangkaian dari proses sebelumnya yakni proses koagulasi. Pada Cara ini TSS
yang sudah menjadi endapan atau sludge diendapakan dengan gravitasi pada tangki dengan
berbentuk kerucut dibawah. Sehingga Endapan dapat dialirkan untuk masuk ke proses filtrasi
ataupun dengan sludge press equipment seperti filter press atau screw press.

3. Proses Dengan Menggunakan Sistem DAF


Sistem DAF (Dissolve Air Floatation), digunakan untuk menurunkan TSS yang memiliki karakter
mengambing diatas permukaan air. Biasanya TSS tersebut berasal dari zat organik yang terbawa
pada air limbah.
Prinsip kerjanya adalah membuat digumpalan sludge dengan proses koagulasi dan flokulasi untuk
selanjutnya endapan yang tercipta ditiupkan keatas dengan bantuan blower. Dan kemudian masuk
kedalam tangki sludge thickener. Sedangkan air yang bersih akan berada dibawah dan dipompakan
menuju line selanjutnya.

4. Menggunakan Floating Solid Trap

Sebenarnya sistem ini mirip sekali dengan grease trap yang digunakan untuk menangkap minyak
dari air. Proses ini cocok untuk menurunkan TSS yang bersifat mengambang diatas permukaan air
dan dengan debit yang rendah.

5. Proses Menggunakan Filter (Sand Filter ataupun Carbon Filter)

Proses menggunakan kedua jenis filter ini cocok untuk diterapkan pada air dengan tingkat TSS
yang rendah Ataupun sering juga kita jumpai digunakan pada post treatment atau treatment tahap
akhir. Air dipompakan menuju pasir berkerapatan 40 - 80 mesh, sehingga kotoran terperangkap.
Dan zat kotoran serta zat organik yang lolos selanjutnya dapat ditangkap oleh karbon aktif filter.
Sehingga dihasilkan air yang bersih.
Penggunaan filter press ataupun screw press juga termasuk kategori ini. Sludge yang
mengandung banyak air ditekan dengan menggunakan kain berkerapatan tinggi, sehingga
dihasilkan sludge dengan kandungan air minimal.

BOD & COD


Cara Menurunkan Nilai COD dan BOD :

1. Penambahan Oksidator
 Yakni penambahan zat-zat yang dapat mengoksidasikan polutan dalam air, oksidator yang
biasa dipakai antara lain :
- Kaporit Hidrogen Peroksida
2. Reaksi Kimia Koagulasi dan Flokulasi
Reaksi ini bermaksud untuk menghilangkan TSS yang ada dalam air, dengan begitu ikut
turunlah nilai si COD namun hati-hati dalam penambahan flokulan, kaalau over dosis bisa
menaikan nilai COD.

3. Biological Treatment
untuk nilai COD dan BOD diatas 2000 ppm bisa menggunakan Anaerobic, namun jika
nilainya kecil, maka lebih efektif menggunakan aerobic.

4. Penggunaan BioCleaner
Merupakan suatu alat terbaru yang berfungsi untuk menurunkan nilai COD dan BOD
secara efektif dan rendah biaya. cara penginstalannya mudah, dan tidak memakan tempat yang
luas.

5. Multiple Oxidation Process


Ini adalah cara terbaru, konsepnya adalah dengan menggunakan proses oksidasi bertingkat
sehingga semua zat organik dan tss dan lainnya teroksidasi. Cara ini termasuk cara yang ampuh
termasuk menurunkan nilai COD juga.

6. Klorinasi
Cara keempat dalam menurunkan BOD ini biasanya hanya dilakukan di lini terkahir.
Yakni kalau BOD sudah ada diangka 100 atau tinggal sedikit lagi masuk ke baku mutu. Sebab
kalau kita gunakan jadi cara utama untuk menurunkan nilai BOD dalam air limbah, maka yang
terjadi TDS nya bisa terlampaui.

Phospat

 Teknologi untuk menghilangkan kadar phosphate yang tinggi  antara lain :


          - Fisika ( filtrasi partikel phosphate; membrane filter)
          - Kimia (presipitasi/pengendapan;  adsorbs fisiko-kimia)
          - Biologi (asimilasi;  Enhanced Biological Phosporus Removal =EBPR). 
 Efisiensi removal pengolahan biologis  Phosphat dalam beragam bentuk:
         - Phosphat organic à 20-50% (pengolahan primer) dan 40-80% (pengolahan sekunder)
         - ORTHOPhosphate à 0-40% (pengolahan primer) dan 0-40% (pengolahan sekunder)
         - Condense Phosphat à 0- 20% (pengolahan primer) dan 40-80% (pengolahan sekunder)
         - Phosphate total à 5- 20% (pengolahan primer) dan 10-30% (pengolahan sekunder)
 Pengolahan phosphate secara kimia  diantaranya  pakai kapur CaOH, tawas, Feri chloride
          - 5Ca2+  +  4OH-  +  3 HPO4 2-  ---> Ca5 (PO4)3 (OH) + 3 H2O     (pakai kapur)
          - Al2 (SO4)2 + 2 PO4 3-   ---> 2 AlPO4  + 3 SO4 2-    (pakai tawas)
          - FeCl3 +  PO4 3-    --->  FePO4  + 3 Cl -      (pakai feri chloride)

Coliform

a. Media zeolit alam


Post treatment pada media zeolit alam diperoleh hasil > 2400 MPN/100 ml sehingga tidak
terjadi penurunan kandungan Total Coliform dari > 2400 MPN/100 ml tetap menjadi > 2400
MPN/100 ml, sehingga dapat disimpulkan bahwa media zeolit alam tidak efektif dalam
menurunkan kandungan Total Coliform.

b. Media manganese green sand


Post treatment pada media manganese green sand, pada menit ke-15 dari> 2400 MPN /100
lt turun menjadi 1600 MPN/100 lt, pada menit ke -30 dan ke-45 diperoleh hasil dari> 2400
MPN/100 lt tetap menjadi> 2400 MPN/100 ml dan pada menit ke - 60 diperoleh hasil dari>
2400 MPN/100 ml turun menjadi 81 MPN/100 lt. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa
media manganese green sand efektif menurunkan kandungan Total Coliform pada menit ke-60
Saringan pasir lambat melalui proses adsorbsi dan proses lain,bakteri dapat dihilangkan dari
air dan ditahan pada permukaan butiran pasir yaitu kira-kira 85-99% total bakteri, dan dapat
menghasilkan air yang memenuhi syarat bakteriologi yaitu air yang tidak mengandung
eschericia coli.

c. Media zeolit teraktivasi dengan pemanasan


Post treatment pada media zeolit teraktivasi dengan pemanasan. Telah diperoleh penurunan
terbesar pada menit ke -45 yaitu 81 MPN/100 ml dari>2400 MPN/100 ml, sedangkan pada
menit sebelum dan sesudahnya mengalami penurunan yang tidak stabil, hal ini bisa terjadi
karena peneliti pada saat memberikan pemanasan pada media zeolit (reaktor III) tidak
memperhatikan suhu pemanasan, jadi kemungkinan perlakuan pemanasan dengan cara
menggoreng media telah melebihi ketahanan zeolit pada suhu maksimal, sehingga menurut
Kirk Othmer (1998) dalam karya Dian Kusuma dan Anthonius (2010) apabila zeolit
dipanaskan melebihi temperature maksimalnya maka akan merusak struktur zeolit itu sendiri.
Dengan rusaknya struktur di dalam Kristal akan mengakibatkan berkurangnya ruang–ruang
hampau dara di dalam zeolit dan akhirnya akan mengurangi daya adsorpsi zeolit.

BAB IV
KESIMPULAN & SARAN

Kesimpulan

Kita harus menggunakan air seperlunya dan tidak menggunakan air yang tercemar
untuk kebutuhan dan keperluan sehari-hari karena di dalamnya terkandung zat-zat yang
sangat berbahaya. Pencemaran air akan terus ada, namun kita dapat menanggulangi dan
mengurangi jumlah pencemaran air.

    Saran
       Agar pencemaran air tak ada lagi, saran kami adalah:

 Sebaiknya kita harus berhati- hati dalam menggunakan air, karena air itu ada yang
tercemar dan ada yang tidak.
 Jagalah air di lingkungan rumah dan sekitar agar tetap bersih dan terhindar dari
pencemaran air.
 Jangan membuang sampah ke sungai atau kolam, buanglah sampah pada
tempatnya agar tidak terjadi pencemaran air.
 Untuk limbah industri, sebelum dibuang sebaiknya diolah terlebih dahulu.
 Hindari pemakaian obat pemberantas hama dan serangga secara berlebihan.

Daftar pustaka
http://triharningsih.blogspot.com/2013/09/laporan-hasil-observasi-pencemaran-air.hmtl
Wardhana, W.A. (2001). Dampak pencemaran lingkungan. Yogyakarta: Andi.
Mulia, R.M. (2005). Kesehatan lingkungan. Yogyakarta: Graha ilmu
Sastrawijaya, A.T (2000). Pencemaran lingkungan. Jakarta: Rineka cipta
Kristanto, Philip. (2000). Ekologi industry. Yogyakarta: Andi

Anda mungkin juga menyukai