8. Apa yang dimaksud dengan itikad baik dan tidak beritikad baik?
9. Apa akibat tidak beritikad baik bagi Penggugat dan juga bagi Tergugat
10. Apa saja syarat hasil mediasi yang dapat dicantumkan dalam putusan?
Bahwa mediasi merupakan salah satu proses penyelesaian sengketa yang lebih cepat dan murah, serta
dapat memberikan akses yang lebih besar kepada para pihak menemukan penyelesaian yang
memuaskan dan memenuhi rasa keadilan.
Fungsi Mediasi
Berdasarkan pasal 89 UU Nomor 39 Tahun 1999, Komnas HAM memiliki fungsi mediasi yaitu
menyelesaikan perkara HAM melalui perdamaian kedua belah pihak, penyelesaian perkara melalui
konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, dan penilaian ahli. Berikut selengkapnya:
Penyelesaian perkara melalui cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, dan penilaian ahli
Pemberian saran kepada para pihak untuk menyelesaikan sengketa melalui pengadilan
Penyampaian rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran HAM kepada Pemerintah untuk ditindaklanjuti
penyelesaiannya
Penyampaian rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran HAM kepada Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia untuk ditindaklanjuti.
Baca juga:
Merujuk pada Peraturan Komnas HAM Nomor 59 A/KOMNAS HAM/X/2008 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Mediasi Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, anggota Komnas HAM yang melakukan
mediasi atau disebut mediator adalah mereka yang disepakati oleh para pihak yang bersengketa.
Mediator juga dapat ditunjuk langsung oleh Komnas HAM untuk melaksanakan fungsi mediasi. Berikut
tahapan mediasi yang dilakukan oleh Komnas HAM:
3. Meminta salah satu pihak yang berperkara untuk menyatakan persetujuan dilakukannya mediasi
4. Memulai proses mediasi selambatnya 30 hari kerja sejak para pihak menyatakan persetujuannya.
berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung. Sengketa yang dikecualikan dari kewajiban penyelesaian
melalui mediasi meliputi:
Sengketa lain yang pemeriksaannya di persidangan ditentukan tenggang waktu penyelesaiannya dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Biaya mediasi
Biaya mediasi adalah biaya yang timbul dalam proses mediasi sebagai bagian dari biaya perkara, yang
diantaranya meliputi biaya pemanggilan para pihak, biaya perjalanan salah satu pihak berdasarkan
pengeluaran nyata, biaya pertemuan, biaya ahli, dan/atau biaya lain yang diperlukan dalam proses
mediasi. Komponen biaya mediasi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Jasa mediator
Biaya jasa mediator nonhakim dan bukan pegawai pengadilan ditanggung bersama atau berdasarkan
kesepakatan para pihak.
Biaya pemanggilan sebagaimana dimaksud tersebut di atas ditambahkan pada perhitungan biaya
pemanggilan para pihak untuk menghadiri sidang;
Dalam hal para pihak berhasil mencapai kesepakatan perdamaian, biaya pemanggilan sebagaimana
dimaksud tersebut diatas ditanggung bersama atau sesuai kesepakatan para pihak;
Dalam hal mediasi tidak dapat dilaksanakan atau tidak berhasil mencapai kesepakatan, biaya
pemanggilan para pihak dibebankan kepada pihak yang kalah, kecuali perkara perceraian di lingkungan
Peradilan Agama.
c. Biaya lain-lain di luar biaya jasa mediator dan biaya pemanggilan para pihak sebagaimana dimaksud di
atas dibebankan kepada para pihak berdasarkan kesepakatan.
Mediasi diselenggarakan di ruang mediasi pengadilan atau di tempat lain di luar pengadilan yang
disepakati oleh para pihak. Mediator hakim dan pegawai pengadilan dilarang menyelenggarakan
mediasi di luar pengadilan. Mediator nonhakim dan bukan pegawai pengadilan yang dipilih atau
ditunjuk bersama-sama dengan mediator hakim atau pegawai pengadilan dalam satu perkara wajib
menyelenggarakan mediasi bertempat di pengadilan. Penggunaan ruang mediasi pengadilan untuk
mediasi tidak dikenakan biaya.
Pasal 17
Mencapai Kesepakatan
(1) Jika mediasi menghasilkan kesepakatan perdamaian, para pihak dengan bantuan mediator wajib
merumuskan secara tertulis kesepakatan yang dicapai dan ditandatangani oleh para pihak dan mediator.
(2) Jika dalam proses mediasi para pihak diwakili oleh kuasa hukum, para pihak wajib menyatakan secara
tertulis persetujuan atas kesepakatan yang dicapai.
(3) Sebelum para pihak menandatangani kesepakatan, mediator memeriksa materi kesepakatan
perdamaian untuk menghindari ada kesepakatan yang bertentangan dengan hukum atau yang tidak
dapat dilaksanakan atau yang memuat iktikad tidak baik.
(4) Para pihak wajib menghadap kembali kepada hakim pada hari sidang yang telah ditentukan untuk
memberitahukan kesepakatan perdamaian.
(5) Para pihak dapat mengajukan kesepakatan perdamaian kepada hakim untuk dikuatkan dalam bentuk
akta perdamaian.
(6) Jika para pihak tidak menghendaki kesepakatan perdamaian dikuatkan dalam bentuk akta
perdamaian, kesepakatan perdamaian harus memuat klausula pencabutan gugatan dan atau klausula
yang menyatakan perkara telah selesai.
Pasal 18
(1). Jika setelah batas waktu maksimal 40 (empat puluh) hari kerja sebagaimana dimaksud dalam pasal
13 ayat (3), para pihak tidak mampu menghasilkan kesepakatan atau karena sebab-sebab yang
terkandung dalam Pasal 15, mediator wajib menyatakan secara tertulis bahwa proses mediasi telah
gagal dan memberitahukan kegagalan kepada hakim.
(2). Segera setelah menerima pemberitahuan tersebut, hakim melanjutkan pemeriksaan perkara sesuai
ketentuan hukum acara yang berlaku.
(3) Pada tiap tahapan pemeriksaan perkara, hakim pemeriksa perkara tetap berwenang untuk
mendorong atau mengusahakan perdamaian hingga sebelum pengucapan putusan.
(4) Upaya perdamaian sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) berlangsung paling lama 14 (empat belas)
hari kerja sejak hari para pihak menyampaikan keinginan berdamai kepada hakim pemeriksa perkara
yang bersangkutan.
Pasal 19
(1) Jika para pihak gagal mencapai kesepakatan, pernyataan dan pengakuan para pihak dalam proses
mediasi tidak dapat digunakan sebagai alat bukti dalam proses persidangan perkara yang bersangkutan
atau perkara lain.
(3) Mediator tidak boleh diminta menjadi saksi dalam proses persidangan perkara yang bersangkutan.
(4) Mediator tidak dapat dikenai pertanggungjawaban pidana maupun perdata atas isi kesepakatan
perdamaian hasil proses mediasi.
Jangka waktu proses mediasi di dalam pengadilan, sepakat atau tidak sepakat, adalah 22 hari,
sedangkan untuk mediasi di luar pengadilan jangka waktunya 30 hari
Jika mediasi menghasilkan kesepakatan, para pihak wajib merumuskan secara tertulis kesepakatan yang
dicapai dan ditandatangani kedua pihak, dimana hakim dapat mengukuhkannya sebagai sebuah akta
perdamaian
Apabila tidak tercapai suatu kesepakatan, hakim melanjutkan pemerikasaan perkara sesuai dengan
ketentuan Hukum Acara yang berlaku
1. Dalam waktu paling lama 5 (lima) hari kerja setelah para pihak menunjuk mediator yang disepakati,
masing-masing pihak dapat menyerahkan resume perkara kepada satu sama lain dan kepada mediator.
2. Dalam waktu paling lama 5 (lima) hari kerja setelah para pihak gagal memilih mediator, masing-
masing pihak dapat menyerahkan resume perkara kepada hakim mediator yang ditunjuk.
3. Proses mediasi berlangsung paling lama 40 (empat puluh) hari kerja sejak mediator dipilih oleh para
pihak atau ditunjuk oleh ketua majelis hakim.
4. Atas dasar kesepakatan para pihak, jangka waktu mediasi dapat diperpanjang paling lama 14 (empat
belas) hari kerja sejak berakhir masa 40 (empat puluh) hari.
5. Jangka waktu proses mediasi tidak termasuk jangka waktu pemeriksaan perkara.
6. Jika diperlukan dan atas dasar kesepakatan para pihak, mediasi dapat dilakukan secara jarak jauh
dengan menggunakan alat komunikasi.
1. Iktikad baik dalam arti obyektif, bahwa suatu perjanjian yang dibuat
Iktikad baik dalam arti subyektif, yaitu pengertian iktikad baik yang
terletak dalam sikap batin seseorang. Di dalam hukum benda iktikad baik
Itikad Buruk itu sendiri dapat dijelaskan sebagai perbuatan yang mengandung maksud dan tujuan yang
tidak baik, atau suatu tindakan yang dilakukan dengan niatan buruk. Misalnya, seseorang yang membeli
barang curian dengan mengetahui bahwa barang tersebut merupakan curian, hal ini disebut pembeli
beritikad buruk.
Ada akibat hukum bagi pihak yang tidak beritikad baik, bagi penggugat, antara lain:
Penggugat yang dinyatakan tidak beriktikad baik dalam proses Mediasi, gugatan dinyatakan tidak dapat
diterima oleh Hakim Pemeriksa Perkara.
Mediator menyampaikan Penggugat tidak berittikad baik disertai dengan rekomendasi pengenaan Biaya
Mediasi dan perhitungan besarannya dalam laporan ketidakberhasilan atau tidak dapat dilaksanakannya
Mediasi.
Hakim Pemeriksa Perkara mengeluarkan putusan yang merupakan putusan akhir yang menyatakan
gugatan tidak dapat diterima disertai penghukuman pembayaran Biaya Mediasi dan biaya perkara.
Biaya Mediasi sebagai penghukuman kepada penggugat dapat diambil dari panjar biaya perkara atau
pembayaran tersendiri oleh penggugat dan diserahkan kepada tergugat melalui kepaniteraan
Pengadilan.
kemudian, akibat hukum bagi tergugat jika tidak beritikad baik antara lain:
Tergugat yang dinyatakan tidak beriktikad baik dikenai kewajiban pembayaran Biaya Mediasi.
Mediator menyatakan Tergugat tidak berittikad baik dalam laporan mediasi disertai rekomendasi
pengenaan biaya dan besarannya.
Hakim Pemeriksa Perkara berdasarkan laporan mediator sebelum melanjutkan pemeriksaan perkara
mengeluarkan penetapan tentang tidak berittikad baik dan menghukum Tergugat untuk membayar.
Pembayaran biaya mediasi oleh Tergugat mengikuti pelaksanaan putusan yang telah berkekuatan
hukum tetap.
sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 7 ayat 2 diatas, maka gugatan dinyatakan
tidak dapat diterima oleh haikim pemeriksa perkara (Pasal 22 ayat 1 PERMA
No. 1/2016). Penggugat yang tidak bertikad tidak biak juga dikenakan kewajiban
membayar biaya mediasi (Pasal 22 ayat 2 PERMA No. 1/2016). Sebaliknya apabila
untuk membayar biaya mediasi (Pasal 23 ayat 1 PERMA No. 1/2016). Penjelasan
mengenai akibat tidak beritikad baik dalam PERMA No. 1/2016 yang dijelaskan
pada Pasal 22 dan Pasal 23:
“Pasal 22:
3. Mediator menyampaikan laporan penggugat tidak beritikad baik kepada Hakim Pemeriksa Perkara
disertai rekomendasi pengenaan biaya mediasi
dilaksanakannya mediasi;
Pasal 23:
dan perhitungan besarnya dan laporan ketidak berhasilan atau tidak dapat
dilaksanakannya mediasi;
8. Dalam hal para pihak secara bersama-sama dinyatakan tidak beritikad baik
DOWNLOAD
Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan
Para Pihak dengan dibantu oleh Mediator.
Semua sengketa perdata yang diajukan ke Pengadilan termasuk perkara perlawanan (verzet) atas
putusan verstek dan perlawanan pihak berperkara (partij verzet) maupun pihak ketiga (derden verzet)
terhadap pelaksanaan putusan yang telah berkekuatan hukum tetap, wajib terlebih dahulu diupayakan
penyelesaian melalui Mediasi, kecuali ditentukan lain berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung ini.
Sengketa yang dikecualikan dari kewajiban penyelesaian melalui Mediasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
Sengketa yang pemeriksaannya dilakukan tanpa hadirnya penggugat atau tergugat yang telah dipanggil
secara patut;
Gugatan balik (rekonvensi) dan masuknya pihak ketiga dalam suatu perkara (intervensi);
Sengketa yang diajukan ke Pengadilan setelah diupayakan penyelesaian di luar Pengadilan melalui
Mediasi dengan bantuan Mediator bersertifikat yang terdaftar di Pengadilan setempat tetapi dinyatakan
tidak berhasil berdasarkan pernyataan yang ditandatangani oleh Para Pihak dan Mediator bersertifikat.
Tahap pramediasi adalah tahap awal dimana mediator menyusun sejumlah langkah dan persiapan
sebelum mediasi dimulai. Pada tahap ini, mediator melakukan beberapa langkah strategis, yaitu
membangun kepercayaan diri, menghubungi para pihak, menggali dan memberikan informasi awal
mediasi, fokus pada masa depan, mengkoordinasikan para pihak yang bersengketa, mewaspadai
perbedaan budaya, menentukan tujuan, para pihak, serta waktu dan tempat pertemuan, dan
menciptakan situasi kondusif bagi kedua belah pihak.
Tahap pelaksanaan mediasi adalah tahap dimana para pihak yang bersengketa bertemu dan berunding
dalam suatu forum. Dalam tahap ini, terdapat beberapa langkah penting, yaitu sambutan dan
pendahuluan oleh mediator, presentasi dan pemaparan kondisi-kondisi faktual yang dialami para pihak,
mengurutkan dan mengidentifikasi secara tepat permasalahan para pihak, diskusi (negosiasi) masalah-
masalah yang disepakati, mencapai alternatif-alternatif penyelesaian, menemukan butir kesepakatan
dan merumuskan keputusan, mencatat dan menuturkan kembali keputusan, dan penutup mediasi.
Tahap ini merupakan tahap dimana para pihak menjalankan kesepakatan-kesepakatan yang telah
mereka tuangkan bersama dalam suatu perjanjian tertulis. Para pihak menjalankan hasil kesepakatan
berdasarkan komitmen yang telah mereka tunjukkan selama dalam proses mediasi. Pelaksanaan
(implementasi) mediasi umumnya dijalankan oleh para pihak sendiri, tetapi pada beberapa kasus,
pelaksanaannya dibantu oleh pihak lain.