Anda di halaman 1dari 26

Pengertian Nuzulul Qur'an

Nuzulul Qur'an terdiri dari kata nuzul dan Alqur'an yang berbentuk idafah. Penggunaan kata nuzul dalam
istilah nuzulul Qur'an (turunnya Al-Quran) tidaklah dapat kita pahami maknanya secara harfiah, yaitu
menurunkan sesuatu dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah, sebab Al-Quran tidaklah
berbentuk fisik atau materi. Tetapi pengertian nuzulul Qur'an yang dimaksud adalah pengertian majazi,
yaitu penyampaian informasi (wahyu) kepada Nabi Muhammad SAW. dari alam gaib ke alam nyata
melalui perantara malaikat Jibril AS.

Kata "Nuzul" (bahasa Arab: berasal dari Nazala) secara etimologis berarti turun, jatuh, keadaan turun,
tinggal sementara, dan hal yang menimpa. Sedangkan arti termitologis nuzul ialah turunnya al-Qur'an
kepada Nabi saw. Yang dibawa oleh Malaikat Jibril ke bumi. Kata Nazala dan derivasinya dipergunakan
al-Qur'an sebanyak 293 kali dan sebagiannya berkaitan dengan kitab yang diturunkan Allah Swt kepada
para rasul.

Kalau ditelusuri secara cermat tentang penggunaan kata yang dipergunakan untuk menunjukkan
turunnya al-Qur'an, maka akan ditemukan bahwa terkadang al-Qur'an menggunakan kata Nazzala
(seperti nazzala al-furqan) dan anzala (seperti anzalnahu fi lailat al-qadr). Kata anzala menunjukkan
kepada makna bahwa al-Qur'an pernah diturunkan sekaligus dan terkait dengan ruang dan waktu,
sedangkan nazzala memberi petunjuk bahwa al Qur'an turun berangsur-angsur dan terkait dengan
ruang dan waktu. Oleh karenanya, ulama klasik (salaf) hingga antara abad III H. Enggan memberikan
pengertian yang sebenamya berkaitan dengan nuzulnya al-Qur'an. Ulama sesudah abad III H.
Memahami arti "turun" dalam pengertian ditampakkan atau diperkenalkannya al-Qur'an ke pentas bumi
ini pada waktu dan tempat tertentu. Memang benar bahwa al-Qur'an bersifat qadim, seperti yang
dikatakan ulama klasik, yakni telah ada sebelum adanya waktu dan tempat, akan tetapi keberadaannya
ketika itu belum diketahui atau hadir di pentas bumi.

Ada juga pendapat yang memberikan alternatif dari problem teologis tersebut dengan memberikan
pengertian majaziy dari kata nuzul. Dalam hal ini nuzul diartikan penampakan al Qur'an ke pentas bumi
pada waktu dan tempat tertentu. Memang, menurut pandangan ini al Qur'an bersifat qadim, dalam
pengertian sudah ada sebelum adanya tempat dan waktu, an tetapi keberadaannya ketika itu belum
diketahui atau hadir di pentas bumi. Ketika al-Qur'an pertama kali diterima Nabi saw., ketika itu pula al-
Qur'an menampakkan diri. Oleh karenanya, inna anzalnahu fi lailat al-qadr mempunyai pengertian:
"Sesungguhnya Kami memulai memperkenalkan kehadiran al-Qur'an pada malam al-Qadr."
Kesimpulannya, ulama berbeda pendapat dalam memberikan arti "nuzul", yaitu: 1. Ulama yang
berpandangan bahwa dengan sifat qadim al-Qur'an, tidak mungkin al Qur'an membutuhkan waktu dan
tempat. Namun, mereka juga tidak berani berspekulasi dengan memberikan arti majaziy terhadap ayat-
ayat nuzul al-Qur'an.

Ulama yang memberikan pengertian majaziy terhadap arti nuzul, yakni dalam pengertian "turun" dari
yang tinggi derajatnya ke tempat yang lebih rendah derajatnya. 3. Ulama yang berpandangan bahwa
kata nuzul bukan berarti "turun" melainkan mempunyai pengertian penampakan al-Qur'an di muka
bumi yang sudah ada sebelum adanya waktu dan tempat (qadim).

Adapun defenisi al-Qur'an menurut bahasa adalah bentuk masdar (kata benda) dari kata kerja yang
berarti membaca, baik membaca dengan melihat tulisan ataupun dengan menghafal. Para ulama
berbeda pendapat tentang lafadz. "Al-Qur'an" apakah lafadznya mempunyai hamzah atau tidak.
Beberapa ulama yang dimaksud antara lain:

1. imam Syafi'i menyatakan bahwa lafadz Al-Qur'an itu ditulis dan dibaca tanpa memakai huruf hamzah.
Lafadz Al-Qur'an menurutnya adalah suatu istilah khusus terhadap kitab yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw.

2. Al-Farr, menyatakan bahwa Al-Qur'an tidaklah berasal dari kata à tetapi dari kata ¿j yang mengandung
arti "petunjuk atau indikator", sebab pada kenyataannya sebagian ayat al-Qur'an berfungsi sebagai
qarinah atau petunjuk bagi apa yang dimaksud oleh

ayat lain.

3. Al-Asy'ari mengatakan bahwa kata Al-Qur'an terambil dari kata d yang berarti

"menggabungkan" sebab al-Qur'an terdiri dari surah-surah dan ayat-ayat yang

kemudian digabungkan satu sama lain menjadi mushaf.

Secara istilah, ada beberapa pendapat tentang pengertian al-Qur'an, diantaranya:


1. Dr. Abd. Al-Shabur Syahin mendefinisikan al-Qur'an sebagai "kalam Allah yang diturunkan ke dalam
kalbu Muhammad saw. dengan perantara wahyu secara berangsur angsur dalam bentuk ayat-ayat dan
surah-surah sepanjang masa kerasulan (23 tahun), yang diawali dengan surah al-Fatihah dan ditutup
dengan surah al nas, dinukilkan secara mutawatir sebagai bukti yang mengandung mu'jizatatas
kebenaran risalah Islam."

2. Kalangan pakar ushul fiqh, fiqh dan bahasa arab mendefinisikan bahwa al-Qur'an adalah kalam Allah
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, yang lafadznya mengandung mukjizat, membacanya bernilai
ibadah, yang diturunkan secara mutawatir dan ditulis pada mushaf, mulai dari awal al fatihah sampai
akhir surah an-Nas

Muhammad Abdul Azhim Al-Zarqani mentakwilkan kata nuzul dengan kata l'lam (seperti yang dikutip
oleh Rifat Syauqi Nawawi dan M. Ali Hasan), alasannya; pertama, mentakwilkan kata nuzul dengan i'lam
berarti kembali pada apa yang telah diketahui dan dipahami dari yang diacunya, kedua, yang dimaksud
dengan adanya Al-Quran di Lauh al mahfuzh, Baitul 'Izzah dan dalam hati Nabi SAW. juga berarti bahwa
Al-Quran telah di-l'lam kan oleh Allah pada masing-masing tempat tersebut sebagai petunjuk bagi
manusia untuk mencapai kebenaran, ketiga, mentakwilkan kata nuzul dengan i'lam hanyalah tertuju
pada Al Quran semata dengan semua segi dan aspeknya.2

Proses turunnya Al-Quran 3

Al-Qur'an pertama kali yang turun adalah surat Al-Alaq ayat 1-5. Turunnya ayat ini menjadi tanda awal
kenabian Muhammad. Selain itu, turunnya Al-Qur'an menjadi awal dari perjuangan Nabi Muhammad
menyebarkan agama Islam di Jazirah Arab.Al-Qur'an pertama kali diturunkan di Gua Hira, sebelah utara
Mekah pada 17 Ramadan 610 Masehi. Oleh karena itu, Nuzulul Quran diperingati oleh umat Muslim
pada malam ke-17 Ramadan. Dasar dari peringatan Nuzulul Qur'an pada 17 Ramadan adalah tafsiran
dari Surat al-Anfal ayat 41.

‫شکرا ب ل مو د اوو اوجاع امها تا مرغ دم على الدن الى مرح و الجيرة ولو بشريا او يجتها او ي خرما لون لها لى ل ريحة الماء لع‬
‫وادی می ارتان می توا ن جا را دارد‬

‫اول العالم‬
"Dan ketahuilah, sesungguhnya segala yang kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka seperlima
untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak yatim, orang miskin, dan ibnu sabil, (demikian) jika kamu
beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari
Furqan, yaitu pada hari bertemunya dua pasukan. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."(QS. Al-Anfal 8:
Ayat 41)

Perbedaan kitab Al-Quran dipandang dari aspek proses penurunannya sangat jauh berbeda dengan
kitab-kitab wahyu lainnya. Sehingga karena alasan perbedaan tersebut, sikap meragukan sumber
munculnya teks wajar ketika dipertanyakan oleh orang-orang kafir. Dalam Al-Quran Allah mengabadikan
pertanyaan mereka;

‫هلولره له بوو ل نلها اورنك لتوالي مطلع اربيال ن لنج او قدح‬

‫تش در دماوند‬

Terjemahnya:

"Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al-Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun
saja?"; demikianlah supaya kami perkuat hatimu dengannya dan kami membacanya secara tartil (teratur
dan benar)." (QS. Al-Furqan: 32) Allah menurunkan al-Qur'an kepada manusia melalui 3 kali tahap
penurunan.

1.Di lauhil mahfudz

22 - 21: ‫ فحوا طولحم » (چورت‬،‫له وه داره درجم‬

Semua orang tidak tau kapan, tangal, bulan, tahunnya berapa ketika turun?Ibnu Katsir lewat riwayat
ibnu khatam: "Ma min syai' in qodo allah al quran wama qoblahu wama ba'dahu illa bil lauhil mahfudz"

Quranic Word.
Artinya: "Apapun yang di qodo' Allah sebelum dan sesudah alquran, semuanya itu di letakkan di lauhil
mahfudz dan tak tau dimana itu letaknya dan tidak diijinkan siapaun tau tentang lauhil mahfudz. Adapun
jumlahnya seklaigus atau jumlatan wahidatan.

2. Dari lauhil mahfudz ke baitul 'izza

Tahap Kedua, Al-Qur'an dari Lauh Mahfuzh diturunkan ke langit bumi (Baitul 'Izzah) Berdasarkan kepada
beberapa ayat dalam Al-Qur'an dan Hadits berkah yang dinamakan malam Al-Qadar (Lailatul Qadar)
dalam bulan suci Ramadhan. Sebagaimana firman Allah:

"Sesungguhnya Kami telah memurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan."(QS Al Qadr: 1)

Dan firman Allah:

"(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenal petunjuk itu
dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). (QS. Al Baqarah:

185)

Dan firman Allah:

"sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya

Kami-lah yang memberi peringatan." (QS. Ad-Dukhaan: 3)

Tiga ayat tersebut di atas menegaskan bahwa Al-Qur'an, diturunkan pada suatu malam bulan
Ramadhan yang dinamakna malam Lailatul Qadar yang penuh berkah.

3.baitul 'izzah ke Rasulallah.

Seperti pada dalil Al-Qur'an berikut ini "Dan sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu ayat-ayat
yang jelas." (QS. Al

Baqarah: 99).

‫د اردها به شرح فرانا سانا ساو اوريه لنا را اما رونغ موج‬

"Dia-lah yang menurunkan Al-Qur'an kepadamu. Di antara (isinya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah
pokok-pokok isi Al-Qur'an, dan yang lain (ada ayat-ayat) yang mutasyabbihat." (QS. Ali Imran :7).

Menurut Manna' al-Qaththan, terdapat dua mazhab pokok di kalangan para ulama di seputar
pemahaman tentang proses turunnya Al-Quran, yaitu: 1). Pendapat Ibnu Abbas dan sejumlah ulama,
bahwa yang dimaksud dengan turunnya Al Quran ialah turunnya Al-Quran secara sekaligus ke Baitul
'Izzah di langit dunia untuk menunjukkan kepada para malaikatnya bahwa betapa besar masalah
ini,selanjutnya Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. secara bertahap selama dua puluh
tiga tahun sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang mengiringinya sejak beliau diutus sampai wafatnya.
Pendapat ini didasarkan pada riwayat-riwayat dari Ibnu Abbas. Antara lain: "Al-Quran diturunkan
sekaligus ke langit dunia pada lailah al-qadr. Kemudian setelah itu, ia diturunkan selama dua puluh
tahun"

Al-Quran itu dipisahkan dari al-zikr, lalu diletakkan di Baitul 'Izzah di langit dunia. Maka Jibril mulai
menurunkannya kepada Nabi SAW." "Al-Quran diturunkan pada lailah al-qadr pada bulan Ramadhan ke
langit

dunia sekalia lalu ia diturunkan secara berangsur-angsur." 2). Pendapat yang disandarkan pada al-Sya'bi
bahwa permulaan turunnya Al-Quran dimul pada lailah al-qadr di bulan Ramadhan, malam yang
diberkahi. Sesudah itu turun secar bertahap sesuai dengan peristiwa yang mengiringinya selama kurang
lebih dua puluh fig tahun. Dengan demikian, Al-Quran hanya memiliki satu macam cara turun, yaitu
turun secan bertahap kepada Rasulullah SAW., sebab yang demikian inilah yang dinyatakan oleh Al
Quran.

Terjemahnya:

‫روز مرد را ه ل لها من الي شكم ما و این که‬

"Dan Al Quran itu Telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-
lahan kepada manusia dan kami menurunkannya bagian demi bagian."(QS. Al-Isra': 106)

‫ ق ح او فرح اي أسلمت منها هو لك حاول لقوة الشهوة للمول‬٢ ‫ه ابو ل نليا اورنه ل هاوالز مبلغ ارزان لنج او قدح لمهج‬

Terjemahnya:

"Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun
saja?"; demikianlah supaya kami perkuat hatimu dengannya dan kami membacanya secara tartil (teratur
dan benar). Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan
kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya." (QS. Al-Furqan: 32-
33)

Di samping dua pendapat mayoritas di atas, terdapat lagi pandangan-pandangan yang lain,

3) Pendapat yang menyebutkan bahwa Al-Quran, diturunkan ke langit dunia pada dua puluh malam
kemuliaan (lailah al-qadr), yang setiap malam kemuliaan tersebut ada yang ditentukan

oleh Allah untuk diturunkan setiap tahunnya, dan jumlah untuk satu tahun penuh itu kemudian
diturunkan secara berangsur-angsur kepada Rasulullah SAW. 4). Ada juga sebagian ulama yang
berpandangan bahwa Al-Quran turun pertama-tama secara berangsur-angsur ke Lauh al-mahfuz,
kemudian diturunkan secara sekaligus ke Bait al-'Izzah Dan setelah itu, turun sedikit demi sedikit.
Pendapat yang menetapkan tiga tahap proses penurunan Al-Quran di atas, mulai dari penetapannya di
Lauh al-mahfuz, kemudian menuju langit dunia di Bait al-'Izzah, kemudian

ditetapkan dalam hati Rasululllah SAW. dapat kita lihat perbedaannya dalam tabel perbandingan berikut

No

Turun ke Lauh al-mahfuz

Turun ke Bait al-'Izza

Turun Ke Nabi Muhammad SAW. Melalui Perantara Malaikat Jibril

AS

Keterangan

Sekaligus

Sekaligus

Sekaligus
Tiap tahun pada malam qadar

Sekaligus

Berangsur-angsur Pendapat nomor 1 ini yang paling masyhur dan banyak diperpegangi oleh para ulama

Berangsur-angsur

Sekaligus

Berangsur-angsur

Sedangkan pendapat yang disandarkan pada al-Sya'bi berbeda dengan tiga pandangan di atas.
Mayoritas ulama juga mengikuti pandangannya bahwa Al-Quran hanya diturunkan dengan cara
berangsur-angsur.

Di antara ulama yang mengikuti pandangannya adalah Shubhi Shaleh. Ia menjelaskan bahwa pendapat
al-Sya'bilahyang lebih dapat diterima, sebab pendapat tersebut didasarkan pada firman Allah SWT. (QS.
Al-Qadar: 1 dan Al-Isra': 106) sedang pendapat yang mengatakan bahwa Al-Quran diturunkan tiga kali,
yaitu dari Lauh al-mahfuzh ke Baitul 'Izzah, yang selanjutnya diturunkan secara bertahap dan sejalan
dengan peristiwa tertentu, meskipun didasarkan pada sumber riwayat yang benar, namun tidaklah
dapat diterima sebab turunnya wahyu dengan cara demikian termasuk dalam wilayah yang gaib, yang
hanya dapat diterima berdasarkan keyakinan akan kebenaran kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya (bukan
lagi pada kenyataan turunnya wahyu itu sendiri). Al-Quran hanya menegaskan bahwa ia turun secara
terpisah dan berangsur-angsur. Lain halnya dengan al-Suyuthi, al-Zarkasyi, Ibnu Hajar dan ulama-ulama
lainnya, mereka lebih memegang pendapat yang sebaliknya dengan menyandarkannya pada riwayat
yang dianggap shahih dan mu'tamad.
disebutkan Al-Quran dan menolak menggunakan riwayat atau hendak menghindari sikap kritis
Perbedaan di atas terjadi karena yang satu menyandarkannya pada ketegasan yang terhadap riwayat-
riwayat lama, sedang yang lain di samping menyandarkannya pada Al-Quran, mereka juga
menyandarkan pendapatnya dengan merujuk pada riwayat yang memenuhi standar kesahihan.

Pendapat Subhi Shaleh di atas terkesan senada dengan kekhawatiran yang dilontarkan oleh Nasr Hamid
Abu Zaid. Beliau menjelaskan bahwa konsep tersebut dapat menjerumuskan ke dalam belantara
hipotesis yang menyesatkan. Misalnya ketika kita mempertanyakan, Apakah firman Allah
"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya di malam qadar" termasuk 1 apa di balik Al-Quran
diturunkan ke langit sekaligus? Tepatnya, kapan diturunkan? misteri sebagian Al-Quran yang diturunkan,
sementara firman tersebut mempergunakan bentuk lampau masa

yang berarti bertentangan dengan eksistensinya dalam wujud teks sebelum diturunkan? Apabila kita
katakan bahwa ayat tersebut ditambahkan ke dalam teks setelah diturunkannya, bukankah itu artinya
bahwa ia bukan termasuk Al-Quran yang azali dan qadim yang merupakan sifat zat Ilahi? Ini akan
menyebabkan hancurnya konsep sifat azali kalam Allah, dan akan menghancurkan semua konsep ini dari
akar-akarnya. Sebaliknya yang menyandarkan pendapatnya pada argumen riwayat hanya terkadang
terjebak dalam ungkapan "masalah waktu dan kaifiat-nya, tiada yang mengetahuinya kecuali Allah
semata". Karena alasan tersebut pandangan ulama yang searah dengan pandangan Shubhi Shaleh
maupun Abu Zaid, akhirnya lebih tertuju pada upaya pengungkapan pemahaman mereka tentang
hikmah di balik diturunkannya Al-Quran secara berangsur-angsur, karena bagian inilah yang terpenting
menurut mereka. Abu Zaid Mengatakan bahwa sikap para ulama fikih dan ushul terhadap asbabun nuzul
lebih matang sebagaimana yang tampak jelas dari perbincangan mereka mengenai hikmah apa di balik
Al-Quran diturunkan secara bertahap, dan tentang apa urgensinya dalam mengungkap makna teks.

C. Ayat yang Pertama dan Terakhir Diturunkan

a. Ayang yang pertama diturunkan

al-Quran:

Terdapat empat pendapat mengenai apakah yang mula-mula diturunkan mengenai


1. Jumhur (Pendapat yang paling rajih atau sahih) setuju yaitu yang pertama diturunkan ialah lima ayat
pertama surah al-'Alaq berdasarkan riwayat 'Aisyah yang dicatat oleh Imam Bukhari, Muslim dan al-
Hakim dalam kitab-kitab hadis mereka. Aisyah ra. menyatakan: "Sesungguhnya permulaan wahyu
datang kepada Rasulullah SAW. melalui mimpi yang benar di waktu tidur. Mimpi itu jelas dan terang
bagaikan terangnya pagi hari. Kemudian dia gemar menyendiri dan pergi ke gua Hira. untuk beribadah
beberapa malam dengan membawa bekal. Sesudah kehabisan bekal, beliau kembali kepada isterinya
Khadijah r.a., maka Khadijah pun membekalinya seperti bekal terdahulu sehingga beliau didatangi
dengan suatu kebenaran (wahyu) di gua Hira' tersebut, apabila seorang malaikat (Jibril a.s.) datang
kepadanya dan mengatakan: "Bacalah!" Rasulullah menceritakan, maka aku pun menjawab: "Aku tidak
tahu membaca." Malaikat tersebut kemudian memeluk-ku sehingga aku merasa sesak nafas, kemudian
aku dilepaskannya sambil berkata lagi: "Bacalah!" Maka aku pun menjawab: "Aku tidak tahu membaca."
Lalu dia memeluk-ku sampai aku rasa sesak nafas dan dilepaskannya sambil berkata: "Bacalah!" Aku
menjawab: "Aku tidak tahu membaca." Maka dia memeluk-ku buat ketiga kalinya seraya berkata:
"Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Menciptakan manusia dari segumpal
darah. Bacalah! Dan Tuhanmu yang Maha Pemurah! Yang mengajar dengan perantaraan kalam dan
mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya". Setelah berlaku peristiwa itu kembalilah Rasulullah
SAW. kepada isterinya Khadijah (membawa ayat-ayat ini) dengan tubuh menggigil.........hingga akhir
hadis" (al-Hadis). 2. Pendapat lain mengatakan Surah al-Muddatstsir yang pertama kali diturunkan
berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Jabir bin 'Abdullah seorang sahabat.

Daripada Abu Salamah bin Abdul Rahman, dia berkata: "Aku telah bertanya kepada Jabir bin 'Abdullah:
Yang manakah di antara al-Qur'an mula-mula diturunkan? Jabir menjawab," all". Aku berkata, "Atau iqra
bismi rabbikal ladzi Khalaq". Dia Jabir berkata, "Aku katakan kepadamu apa yang dikatakan Rasulullah
SAW kepada kami: "Sesungguhnya aku berdiam diri di gua Hira'. Maka ketika habis masa diam-ku, aku
turun lalu aku susuri lembah. Aku lihat ke depan, ke belakang, ke kanan dan ke kiri. Lalu aku lihat ke
langit, tiba-tiba aku melihat Jibril yang amat menakutkan. Maka aku pulang ke Khadijah. Khadijah
memerintahkan mereka untuk menyelimuti aku. Mereka pun menyelimuti aku.

Terjemahnya:"Hai orang yang berkemul (berselimut), Bangunlah, lalu berilah peringatan!" Atau "Wahai
orang yang berselimut; bangkitlah, lalu berilah peringatan".

Hadis ini menggambarkan peristiwa yang terjadi di gua Hira', atau al-Muddassir adalah surah yang
pertama diturunkan setelah terputusnya wahyu. Dapat disimpulkan ayat pertama untuk kenabian ialah
Iqra' dan surah pertama untuk risalah ialah surah al-Muddassir.

b. Ayat yang Terakhir Diturunkan


Berbagai pendapat mengenai yang terakhir diturunkan tetapi semua pendapat ini tidak mengandung
sesuatu yang dapat disandarkan kepada Rasulullah SAW., malah masing-masing merupakan ijtihad atau
dugaan. al-Qadhi Abu Bakar mengatakan mungkin mereka memberitahu apa yang terakhir kali didengar
oleh mereka kepada Rasulullah SAW ketika beliau hampir wafat. Antara pendapat tersebut ialah:

a. Amir al-Sha'bi meriwayatkan bahawa 'Abdullah bin 'Abbas pernah berkata: "Ayat terakhir diturunkan
kepada Rasulullah SAW adalah ayat mengenai riba." Firman Allah,

‫ لوانا اورما نينا اما او ن اور نو ام علي نابوال تم مدرك ترموم‬Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan tinggalkanlah sisa riba yang belum dipungut" (al-Baqarah:278) b. Abdullah bin 'Utbah
r.a. katanya, 'Abdullah bin 'Abbas berkata kepada saya: "Adakah

anda tahu ayat yang terakhir sekali turun? Jawab-ku "tahu" yang terjemahnya yaitu: (Apabila datang
pertolongan Allah dan kemenangan) (al-Nasr: 1). Berkata Ibnu Abbas:

"Kamu benar." c. Said bin Jubair mengatakan orang-orang Kufah berselisih tentang ayat,

‫" مل اباذع امرظع نمو النغم العزم ادم عم موازج مرهج ادالخ اميد بضغي ال مواع مرغو دعاو‬Dan sesiapa yang membunuh
seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah Neraka Jahanam, kekal dia di dalamnya dan
Allah murka kepadanya dan melaknatnya serta menyediakan baginya azab siksa yang besar." (An-
nisa':93). Saya menemui Ibn *Abbas dan mempertanyakan ayat ini dan beliau berkata: "Ayat ini adalah
ayat terakhir diturunkan dan selepas itu tidak ada ayat yang menasakhkan ayat ini."

d. Pendapat Ubay bin Ka'abYusuf bin Mihran meriwayatkan kepada Abdullah bin

'Abbas Ubay bin Ka'ab mengatakan potongan ayat al-Qur,an terakhir diturunkan ialah,

Daripada Abu Salamah bin Abdul Rahman, dia berkata: "Aku telah bertanya kepada Jabir bin 'Abdullah:
Yang manakah di antara al-Qur'an mula-mula diturunkan? Jabir menjawab," all". Aku berkata, "Atau iqra
bismi rabbikal ladzi Khalaq". Dia Jabir berkata, "Aku katakan kepadamu apa yang dikatakan Rasulullah
SAW kepada kami: "Sesungguhnya aku berdiam diri di gua Hira'. Maka ketika habis masa diam-ku, aku
turun lalu aku susuri lembah. Aku lihat ke depan, ke belakang, ke kanan dan ke kiri. Lalu aku lihat ke
langit, tiba-tiba aku melihat Jibril yang amat menakutkan. Maka aku pulang ke Khadijah. Khadijah
memerintahkan mereka untuk menyelimuti aku. Mereka pun menyelimuti aku.

Terjemahnya:"Hai orang yang berkemul (berselimut), Bangunlah, lalu berilah peringatan!" Atau "Wahai
orang yang berselimut; bangkitlah, lalu berilah peringatan".

Hadis ini menggambarkan peristiwa yang terjadi di gua Hira', atau al-Muddassir adalah surah yang
pertama diturunkan setelah terputusnya wahyu. Dapat disimpulkan ayat pertama untuk kenabian ialah
Iqra' dan surah pertama untuk risalah ialah surah al-Muddassir.

b. Ayat yang Terakhir Diturunkan

Berbagai pendapat mengenai yang terakhir diturunkan tetapi semua pendapat ini tidak mengandung
sesuatu yang dapat disandarkan kepada Rasulullah SAW., malah masing-masing merupakan ijtihad atau
dugaan. al-Qadhi Abu Bakar mengatakan mungkin mereka memberitahu apa yang terakhir kali didengar
oleh mereka kepada Rasulullah SAW ketika beliau hampir wafat. Antara pendapat tersebut ialah:

a. Amir al-Sha'bi meriwayatkan bahawa 'Abdullah bin 'Abbas pernah berkata: "Ayat terakhir diturunkan
kepada Rasulullah SAW adalah ayat mengenai riba." Firman Allah,

‫ لوانا اورما نينا اما او ن اور نو ام علي نابوال تم مدرك ترموم‬Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan tinggalkanlah sisa riba yang belum dipungut" (al-Baqarah:278) b. Abdullah bin 'Utbah
r.a. katanya, 'Abdullah bin 'Abbas berkata kepada saya: "Adakah

anda tahu ayat yang terakhir sekali turun? Jawab-ku "tahu" yang terjemahnya yaitu: (Apabila datang
pertolongan Allah dan kemenangan) (al-Nasr: 1). Berkata Ibnu Abbas:

"Kamu benar." c. Said bin Jubair mengatakan orang-orang Kufah berselisih tentang ayat,
‫" مل اباذع امرظع نمو النغم العزم ادم عم موازج مرهج ادالخ اميد بضغي ال مواع مرغو دعاو‬Dan sesiapa yang membunuh
seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah Neraka Jahanam, kekal dia di dalamnya dan
Allah murka kepadanya dan melaknatnya serta menyediakan baginya azab siksa yang besar." (An-
nisa':93). Saya menemui Ibn *Abbas dan mempertanyakan ayat ini dan beliau berkata: "Ayat ini adalah
ayat terakhir diturunkan dan selepas itu tidak ada ayat yang menasakhkan ayat ini."

d. Pendapat Ubay bin Ka'abYusuf bin Mihran meriwayatkan kepada Abdullah bin

'Abbas Ubay bin Ka'ab mengatakan potongan ayat al-Qur,an terakhir diturunkan ialah,

Daripada Abu Salamah bin Abdul Rahman, dia berkata: "Aku telah bertanya kepada Jabir bin 'Abdullah:
Yang manakah di antara al-Qur'an mula-mula diturunkan? Jabir menjawab," all". Aku berkata, "Atau iqra
bismi rabbikal ladzi Khalaq". Dia Jabir berkata, "Aku katakan kepadamu apa yang dikatakan Rasulullah
SAW kepada kami: "Sesungguhnya aku berdiam diri di gua Hira'. Maka ketika habis masa diam-ku, aku
turun lalu aku susuri lembah. Aku lihat ke depan, ke belakang, ke kanan dan ke kiri. Lalu aku lihat ke
langit, tiba-tiba aku melihat Jibril yang amat menakutkan. Maka aku pulang ke Khadijah. Khadijah
memerintahkan mereka untuk menyelimuti aku. Mereka pun menyelimuti aku.

Terjemahnya:"Hai orang yang berkemul (berselimut), Bangunlah, lalu berilah peringatan!" Atau "Wahai
orang yang berselimut; bangkitlah, lalu berilah peringatan".

Hadis ini menggambarkan peristiwa yang terjadi di gua Hira', atau al-Muddassir adalah surah yang
pertama diturunkan setelah terputusnya wahyu. Dapat disimpulkan ayat pertama untuk kenabian ialah
Iqra' dan surah pertama untuk risalah ialah surah al-Muddassir.

b. Ayat yang Terakhir Diturunkan

Berbagai pendapat mengenai yang terakhir diturunkan tetapi semua pendapat ini tidak mengandung
sesuatu yang dapat disandarkan kepada Rasulullah SAW., malah masing-masing merupakan ijtihad atau
dugaan. al-Qadhi Abu Bakar mengatakan mungkin mereka memberitahu apa yang terakhir kali didengar
oleh mereka kepada Rasulullah SAW ketika beliau hampir wafat. Antara pendapat tersebut ialah:
a. Amir al-Sha'bi meriwayatkan bahawa 'Abdullah bin 'Abbas pernah berkata: "Ayat terakhir diturunkan
kepada Rasulullah SAW adalah ayat mengenai riba." Firman Allah,

‫ لوانا اورما نينا اما او ن اور نو ام علي نابوال تم مدرك ترموم‬Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan tinggalkanlah sisa riba yang belum dipungut" (al-Baqarah:278) b. Abdullah bin 'Utbah
r.a. katanya, 'Abdullah bin 'Abbas berkata kepada saya: "Adakah

anda tahu ayat yang terakhir sekali turun? Jawab-ku "tahu" yang terjemahnya yaitu: (Apabila datang
pertolongan Allah dan kemenangan) (al-Nasr: 1). Berkata Ibnu Abbas:

"Kamu benar." c. Said bin Jubair mengatakan orang-orang Kufah berselisih tentang ayat,

‫" مل اباذع امرظع نمو النغم العزم ادم عم موازج مرهج ادالخ اميد بضغي ال مواع مرغو دعاو‬Dan sesiapa yang membunuh
seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah Neraka Jahanam, kekal dia di dalamnya dan
Allah murka kepadanya dan melaknatnya serta menyediakan baginya azab siksa yang besar." (An-
nisa':93). Saya menemui Ibn *Abbas dan mempertanyakan ayat ini dan beliau berkata: "Ayat ini adalah
ayat terakhir diturunkan dan selepas itu tidak ada ayat yang menasakhkan ayat ini."

d. Pendapat Ubay bin Ka'abYusuf bin Mihran meriwayatkan kepada Abdullah bin

'Abbas Ubay bin Ka'ab mengatakan potongan ayat al-Qur,an terakhir diturunkan ialah,

Daripada Abu Salamah bin Abdul Rahman, dia berkata: "Aku telah bertanya kepada Jabir bin 'Abdullah:
Yang manakah di antara al-Qur'an mula-mula diturunkan? Jabir menjawab," all". Aku berkata, "Atau iqra
bismi rabbikal ladzi Khalaq". Dia Jabir berkata, "Aku katakan kepadamu apa yang dikatakan Rasulullah
SAW kepada kami: "Sesungguhnya aku berdiam diri di gua Hira'. Maka ketika habis masa diam-ku, aku
turun lalu aku susuri lembah. Aku lihat ke depan, ke belakang, ke kanan dan ke kiri. Lalu aku lihat ke
langit, tiba-tiba aku melihat Jibril yang amat menakutkan. Maka aku pulang ke Khadijah. Khadijah
memerintahkan mereka untuk menyelimuti aku. Mereka pun menyelimuti aku.

Terjemahnya:"Hai orang yang berkemul (berselimut), Bangunlah, lalu berilah peringatan!" Atau "Wahai
orang yang berselimut; bangkitlah, lalu berilah peringatan".
Hadis ini menggambarkan peristiwa yang terjadi di gua Hira', atau al-Muddassir adalah surah yang
pertama diturunkan setelah terputusnya wahyu. Dapat disimpulkan ayat pertama untuk kenabian ialah
Iqra' dan surah pertama untuk risalah ialah surah al-Muddassir.

b. Ayat yang Terakhir Diturunkan

Berbagai pendapat mengenai yang terakhir diturunkan tetapi semua pendapat ini tidak mengandung
sesuatu yang dapat disandarkan kepada Rasulullah SAW., malah masing-masing merupakan ijtihad atau
dugaan. al-Qadhi Abu Bakar mengatakan mungkin mereka memberitahu apa yang terakhir kali didengar
oleh mereka kepada Rasulullah SAW ketika beliau hampir wafat. Antara pendapat tersebut ialah:

a. Amir al-Sha'bi meriwayatkan bahawa 'Abdullah bin 'Abbas pernah berkata: "Ayat terakhir diturunkan
kepada Rasulullah SAW adalah ayat mengenai riba." Firman Allah,

‫ لوانا اورما نينا اما او ن اور نو ام علي نابوال تم مدرك ترموم‬Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan tinggalkanlah sisa riba yang belum dipungut" (al-Baqarah:278) b. Abdullah bin 'Utbah
r.a. katanya, 'Abdullah bin 'Abbas berkata kepada saya: "Adakah

anda tahu ayat yang terakhir sekali turun? Jawab-ku "tahu" yang terjemahnya yaitu: (Apabila datang
pertolongan Allah dan kemenangan) (al-Nasr: 1). Berkata Ibnu Abbas:

"Kamu benar." c. Said bin Jubair mengatakan orang-orang Kufah berselisih tentang ayat,

‫" مل اباذع امرظع نمو النغم العزم ادم عم موازج مرهج ادالخ اميد بضغي ال مواع مرغو دعاو‬Dan sesiapa yang membunuh
seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah Neraka Jahanam, kekal dia di dalamnya dan
Allah murka kepadanya dan melaknatnya serta menyediakan baginya azab siksa yang besar." (An-
nisa':93). Saya menemui Ibn *Abbas dan mempertanyakan ayat ini dan beliau berkata: "Ayat ini adalah
ayat terakhir diturunkan dan selepas itu tidak ada ayat yang menasakhkan ayat ini."

d. Pendapat Ubay bin Ka'abYusuf bin Mihran meriwayatkan kepada Abdullah bin
'Abbas Ubay bin Ka'ab mengatakan potongan ayat al-Qur,an terakhir diturunkan ialah,

Daripada Abu Salamah bin Abdul Rahman, dia berkata: "Aku telah bertanya kepada Jabir bin 'Abdullah:
Yang manakah di antara al-Qur'an mula-mula diturunkan? Jabir menjawab," all". Aku berkata, "Atau iqra
bismi rabbikal ladzi Khalaq". Dia Jabir berkata, "Aku katakan kepadamu apa yang dikatakan Rasulullah
SAW kepada kami: "Sesungguhnya aku berdiam diri di gua Hira'. Maka ketika habis masa diam-ku, aku
turun lalu aku susuri lembah. Aku lihat ke depan, ke belakang, ke kanan dan ke kiri. Lalu aku lihat ke
langit, tiba-tiba aku melihat Jibril yang amat menakutkan. Maka aku pulang ke Khadijah. Khadijah
memerintahkan mereka untuk menyelimuti aku. Mereka pun menyelimuti aku.

Terjemahnya:"Hai orang yang berkemul (berselimut), Bangunlah, lalu berilah peringatan!" Atau "Wahai
orang yang berselimut; bangkitlah, lalu berilah peringatan".

Hadis ini menggambarkan peristiwa yang terjadi di gua Hira', atau al-Muddassir adalah surah yang
pertama diturunkan setelah terputusnya wahyu. Dapat disimpulkan ayat pertama untuk kenabian ialah
Iqra' dan surah pertama untuk risalah ialah surah al-Muddassir.

b. Ayat yang Terakhir Diturunkan

Berbagai pendapat mengenai yang terakhir diturunkan tetapi semua pendapat ini tidak mengandung
sesuatu yang dapat disandarkan kepada Rasulullah SAW., malah masing-masing merupakan ijtihad atau
dugaan. al-Qadhi Abu Bakar mengatakan mungkin mereka memberitahu apa yang terakhir kali didengar
oleh mereka kepada Rasulullah SAW ketika beliau hampir wafat. Antara pendapat tersebut ialah:

a. Amir al-Sha'bi meriwayatkan bahawa 'Abdullah bin 'Abbas pernah berkata: "Ayat terakhir diturunkan
kepada Rasulullah SAW adalah ayat mengenai riba." Firman Allah,
‫ لوانا اورما نينا اما او ن اور نو ام علي نابوال تم مدرك ترموم‬Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan tinggalkanlah sisa riba yang belum dipungut" (al-Baqarah:278) b. Abdullah bin 'Utbah
r.a. katanya, 'Abdullah bin 'Abbas berkata kepada saya: "Adakah

anda tahu ayat yang terakhir sekali turun? Jawab-ku "tahu" yang terjemahnya yaitu: (Apabila datang
pertolongan Allah dan kemenangan) (al-Nasr: 1). Berkata Ibnu Abbas:

"Kamu benar." c. Said bin Jubair mengatakan orang-orang Kufah berselisih tentang ayat,

‫" مل اباذع امرظع نمو النغم العزم ادم عم موازج مرهج ادالخ اميد بضغي ال مواع مرغو دعاو‬Dan sesiapa yang membunuh
seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah Neraka Jahanam, kekal dia di dalamnya dan
Allah murka kepadanya dan melaknatnya serta menyediakan baginya azab siksa yang besar." (An-
nisa':93). Saya menemui Ibn *Abbas dan mempertanyakan ayat ini dan beliau berkata: "Ayat ini adalah
ayat terakhir diturunkan dan selepas itu tidak ada ayat yang menasakhkan ayat ini."

d. Pendapat Ubay bin Ka'abYusuf bin Mihran meriwayatkan kepada Abdullah bin

'Abbas Ubay bin Ka'ab mengatakan potongan ayat al-Qur,an terakhir diturunkan ialah,

A. Pengertian Qira'at Al-Qur'an

Qira'at adalah jamak dari qira'ah artinya bacaan. Adapun pengertian qira'ah secara istilah, al-Zarqani
mengemukakan definisinya sebagai berikut

"Suatu mazhab yang dianut oleh seorang imam qird'ât yang berbeda dengan lainnya dalam pengucapan
Al-Qur'an serta sepakat-sepakat riwayat dan jalur-jalur daripadanya, bas perbedaan ini dalam
pengucapan huruf-huruf maupun dalam pengucapan keadaan-keadaannya"

Definisi ini mengandung tiga unsur pokok Pertama, qira'at dimaksudkan menyangkut bacaan ayat-ayat
Al-Qur'an Cara membaca Al-Qur'an berbeda dari satu imam dengan imam qira'ah yang lainnya. Kedua,
cara bacaan yang dianut dalam satu mazhab qira'ah didasarkan atas riwayat dan bukan atas qiyas atau
ijtihad Ketign, perbedaan antara qira'ah qira'ah bisa terjadi dalam pengucapan huruf-huruf dan
pengucapannya dalam berbagai keadaan

Di samping itu, Ibn Jarir membuat definisi, bahwa Qira'at adalah ilmu pengetahuan tentang cara-cara
melafalkan kalimat-kalimat Al-Qur'an dan perbedaannya dengan membangsakannya kepada penukilnya

Adz-dzhabi menyebutkankan didalam Thabaqat Al-Qurra, sahabat yang terkenal sebagai guru dan ahli
qiraat al quran ada 7 orang yaitu, Utsman, Ali, Ubay, Zaid Bin Tsabit, Abu Ad-Darda dan Abu Musa Al-
asy'ari Lebih lanjut t menjelaskan mayoritas sahabat mempelajari qiraat dari Ubay, kemudian kepada
sahabat itulah sejumlah besar tabiin di setiap negeri mempelajari qiraat

Menurut al-Muqri, qira at adalah seorang yang mengetahui qira'ah-qira'ah dan diriwayatkan kepada
orang lain secara lisan. Sekiranya ia hafal kitab al-Taisir (Kitab Qira'ah) misalnya, ia belum dapat
meriwayatkan (yuqri) isinya selama orang yang menerimanya dari gurunya secara lisan tidak
menyampaikan kepadanya secara lisan pula dengan periwayatan yang bersambung-sambung (musalsal).
Sebab dalam masalah qira'ah banyak hal yang tidak dapat ditetapkan kecuali melalui pendengaran dan
penyampaian secara lisan. Al-Qari al-Mubtadı' (qari pemula) adalah orang yang mulai melakukan
personifikasi qira'ah hingga ia dapat mempersonifikasikan tiga qira'ah. Al-Muntahi (qari tingkat akhir)
ialah orang yang mentrasfer kebanyakan qira'ah atau qira'ah yang termasyhur."

Selanjutnya perlu diketahui bahwa Al-Qur'an yang tercetak belum dapat dijadikan pegangan dalam
masalah qira'ah. Sesuatu kenyataan bahwa banyak mushaf yang dicetak di belahan dunia Islam sebelah
timur berbeda dengan yang dicetak di Afrika Timur, misalnya qira'ah yang umum diikuti di kedua wilayah
ini berbeda. Bahkan mushaf-mushaf yang ditulis atas perintah Khalifah 'Utsman itu tidak bertitik dan
berbaris. Karena itu, mushaf-mushaf ini dapat dibaca dengan berbagai qira'ah sebagaimana yang akan
dipaparkan pada pembahasan selanjutnya. Rasulullah SAW bersabda: "sesungguhnya Al-Qur'an ini
diturunkan atas tujuh huruf (cara bacaan), maka bacalahn (menurut) yang engkau anggap mudah." (HR.
Bukhari dan Muslim).

Para sahabat tidak semuanya mengetahui semua cara membaca Al-Qur'an Sebagian mengambil satu
cara bacaanya dari rasul, sebagian mengambil dua, dan yang lainnya mengambil lebih sesuai dengan
kemampuan dan kesempatan masing-masing. Para sahabat berpencar ke berbagai kota dan daerah
dengan membawa dan mengajarkan cara baca yang mereka ketahui, sehingga cara baca menjadi
populer di kota atau daerah tempat mereka mengajarkannya Terjadilah perbedaan cara baca Al-Qur'an
dari satu kota ke kota yang lain. Kemudian, para tahun menerima cara baca tertentu dari para sahabat
Para tabut al-tabun menerimanya dari tabun dan meneruskannya pula kepada generasi
berikutnya.Dengan demikian, tumbulah berbagai qira'ah yang kesemuanya

berdasarkan riwayat Hanya saja sebagian menjadi populer dan yang lain tidak Riwayatnya juga sebagian
murawatir dan yang lainnya tidak

B.Sejarah Perkembangan Qira'at

Di zaman sahabat, para qari yang terkenal adalah Ali bin abi thalib, Ubai bin ka'ab, Zaid bin tsabit, Ibnu
mas'ud, Abu musa al-asy'ari da lain lain

Para sahabat dan tab'in banyak yang belajar dari mereka tentang Qira'at al-qur'an,

para ahli Qira'at di kalangan sahabat tentunya menyandarkan pada ajaran

Kemudian pada masa tabi'in ada sekelompok orang yang mengkhususkan diri

rasulallah dalam bacaan

Dari merekalah Qira'at tersebar luas di seluruh penjuru wilayah islam Karna pada saat itu ketika Usman
bin affan menyebarkan Al-qur'an ke seluruh pelosok, beliau juga mengirimkan ahli Qira'at yang sesuai
dengan bacaan yang ada pada tempat mereka. Demikianlah yang dikatakan oleh al-Zargani

dalam menekuni soal Qira'at ini untuk memberikan pertolongan yang lebihsempurna ketika di
butuhkan.*

C.Macam-macam Qira'at
Sebagian ulama menyebutkan bahwa Qira'at itu ada yang mutawatir, ahad, dan syadz. Menurut mereka,
Qira'at yang mutawatir adalah Qira'at yang tujuh Qira'at ahad ialah 3 Qira'at pelengkap menjadi 10
Qira'at, ditambah Qira'at para sahabat

Selain itu termasuk Qira'at syadz. Ada yang berpendapat, banwa 10 Qira'at itu mutawatir semua. Ada
juga yang berpendapat bahwa yang menjadi pegangan dalam hal ini adalah kaidah-kaidah tentang Qira
at yang shahin, baik dalam qira'at 7, qira at 10 maupum lainnya.

Qira'at syadz adalah qira'at yang sanad nya tidak sahih, yakni tidak memenuhi persyaratan yang diminta
untuk keabsahan sebuah qira'at. Misalnya tidak mutawatir, atau tidak sesuai dengan kaidah bahasa
Arab, atau tidak sesuai dengan tulisan Mushaf Utsman.

Di samping mutawatir dan syadz, juga terdapat jenis qiraat lain yang dikenal di dalam dunia ilmu Al-
Quran, yang dijelaskan di bawah ini

1. Masyhur Qiraat Masyhur adalah qiraat yang sanadnya sahih karena diriwayatkan oleh tokoh yang adil,
dhabith (mempunyai ketelitian tulisan atau hafalan yang baik), sesuai dengan kaidah bahasa Arab, dan
sesua dengan tulisan Mushaf Utsman. Selain itu, qirast vang bisa dikatakan masyhur juga mempunyai
riwayat yang berasal dan qari dan isiqat dan qari itu terkenal di kalangan para qari lainnya Yang
membedakan qiraat yang disebut terakhir ini dengan qiraat mutawatir hanya pada derajatniva yang
tidak memenuhi kriteria riwayat yang mutawatir, yaitu suatu informasi yang disampaikan oleh orang
banyak dan kepada orang banyak pula. Misalnya, qiraat yang diriwayatkan oleh satu dari tujuh qari
terkemuka yang diinventarisasi Ibnu Mujahid, sementara tokoh-tokoh qari' lainnya tidak meriwayatkan
qiraat tersebut.

2. Shahih Sanad. Qiraat macam ini sanadnya sahih, tetapi tidak sama dengan tulisan Mushaf Utsman
atau tidak seterkenal Qiraat Masyhur dan

Mutawatir Qiraat yang disebut terakhir ini tidak boleh dibaca dan tidak wajib diyakini kebenarannya
Misalnya qiraat yang dikeluarkan oleh Al Hakim dari jalur Ashim Al-Jahdariy, dari Abu Bakrah,
bahwasanya Nabi Muhammmad Saw pernah membaca

‫ملكين على رفرف خضر ومنتري حسان‬


Artinya Mereka bersandar pada bantal-bantal yang hijau dan permadani permadani yang indah" (QS. Al-
Rahman :76)

3. Maudhu'. Qiraat ini hanya dinisbahkan kepada orang tanpa asal usul yang pasti, bahkan tanpa asal-
usul sama sekali. Misalnya qiraat yang dikumpulkan oleh Muhammad bin Ja'far Al-Khuza'i dan ia
mengatakannya bersumber dari Abu Hanifah, padahal bukan Al Khuza'i yang membaca firman Allah Swt
yang berbunyi:

‫إنما يخشى هللا من عباده العلموا‬

Artinya

Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba Nya, hanyalah ulama (QS. Fathir : 28).

4. Qira'ah Tambahan, yaitu bacaan yang sesungguhnya sekedar penafsiran, tetapi di anggap qiraat.
Misalnya yang terjadi pada firman Allah yang berbunyi

‫ليس عليكم جناح أن تبتغوا فضال من ربكم‬

Artinya: "Bukanlah suatu dosa bagimu mencari karunia dari Tuhanmu"."

E. Faedah Mempelajari Qira'at Al-Qur'an

Ada beberapa manfaat yang dapat dipetik dalam mempelajari qura at Al Qur'an, antara lain

1. Dapat menguatkan ketentuan-ketentuan hukum bacaan yang telah disepakati para ulama.

2. Dapat men-takhrij (mencari solusi) hukum bacaan. yang diperselisihkan para ulama.
3. Dapat menggabungkan dua ketentuan hukum bacaan yang berbeda.

4. Dapat menunjukkan dua ketentuan hukum bacaan yang berbeda dalamkondisi berbeda pula

5. Dapat memberikan penjelasan terhadap suatu kata di dalam ayat ayat al-Qur'an yang mungkin sulit
untuk dipahami maknanya 8

Adapun bervariasinva qira'at yang shahih juga mengandung banyak

faedah dan fungsinya, di antaranya:

a. Menunjukkan betapa terjaganya Al Quran dan perubahan dan penyimpangan

b. Meringankan umat islam dan memudahkan untuk membaca Al

Qur'an

c. Bukti kemukjizatan Al-Qur'an dari segi kepadatan makna, karena setiap qira'at menunjukan sesuatu
hukum syarah' tertentu tanpa perlu pengulangan lahfadzh.

d. Penjelasan terhadap apa yang mungkin masih global dalam qira'at lainnya."

Ayat Yang Turun Pertama dan Terakhir

A. YANG TURUN PERTAMA KALI.

alhikmah.ac.id – Ada dua pendapat yang dikenal tentang ayat yang turun pertama kali, masing-masing
dengan dalil sebagai berikut:
Pendapat Pertama : Surat Al-Alaq 1-5

Yang paling sahih mengenai yang pertama kali turun ialah firman Allah :

َ ُّ‫) ا ْق َرْأ َو َرب‬2( ‫ق‬


)5( ‫) عَلَّ َم اِإْل ْنسَانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ْم‬4( ‫) الَّ ِذي عَلَّ َم بِ ْالقَلَ ِم‬3( ‫ك اَأْل ْك َر ُم‬ ٍ َ‫ق اِإْل ْنسَانَ ِم ْن َعل‬ َ َ‫ا ْق َرْأ بِاس ِْم َربِّكَ الَّ ِذي َخل‬
َ َ‫) خَ ل‬1( ‫ق‬

Artinya : `Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar dengan perantaran
kalam , Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.` (al-`Alaq : 1-5 ).

Pendapat ini didasarkan pada suatu hadis yang diriwayatkan oleh dua syeikh ahli hadis dan yang lain,
dari Aisyah r.a yang mengatakan :

Sesungguhnya apa yang mula-mula terjadi bagi Rasulullah SAW adalah mimpi yang benar diwaktu tidur.
Dia melihat dimimpi itu datangnya bagaikan terangnya dipagi hari. Kemudian dia suka menyendiri, dia
pergi kegua Hira` untuk beribadah beberapa malam. Untuk itu ia membawa bekal, kemudian ia pulang
kepada Khadijah r.a maka Khadijah membekali seperti bekal yang dulu. Di gua Hira` dia dikejutkan oleh
suatu kebenaran. Seorang malaikat datan kepadanya dan mengatakan : ` Bacalah` Rasulullah SAW
menceritakan, maka akupun menjawab `aku tidak pandai membaca` . malaikat tersebut kemudian
memelukku sehingga aku merasa amat payah. Lalu aku dilepaskan, dan dia berkata lagi ` Bacalah`! maka
akupun menjawab `Aku tidak pandai membaca`. Kemudian dia merangkulku dengana kedua kali,
sehingga aku merasa amat payah. Kemudian ia lepaskan lagi, dan berkata ` Bacalah` Aku menjawab ` aku
tidak pandai membaca` maka ia merangkulku untuk ketiga kali, sehinggga aku kepayahan, kemudian ia
berkata ` Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakan…` samapi dengan ….` Apa
yang tidak diketahuinya`, ( Hadis ).

Pendapat Kedua : Surat Al-Muddattsir


Dikatakan pula, bahwa yang pertama kali turun adalah firman Allah :

)1( ‫يَا َأيُّهَا ْال ُم َّدثِّ ُر‬

( wahai orang yang berselimut ).

Ini didasarkan pada hadis yang diriwayatkan oleh dua syaikh ahli hadis :

Dari Abu Salamah bin Abdurrahman; dia berkata : Aku telah bertanya kepada Abu Jabir bin Abdullah;
yang manakah diantara Qur`an itu yang turun pertama kali ? dia menjawab : Yaa ayyuhal mudassir. Aku
bertanya lagi : ataukah Iqra` Bismi rabbik ? dia menjawab : Aku katakan kepadamu apa yang dikatakan
Rasulullah SAW kepada kami : ` Sesungguhnya aku berdiam diri di gua hira`. Maka ketika habis masa
diamku, aku turun dan aku telusuri lembah. Aku lihat kemuka, kebelakang, kekanan dan kekiri. Lalu aku
lihat kelangit, kemudian aku melihat jibril yang amat menakutkan. Maka aku pulang ke Khadijah.
Khadijah memerintahkan mereka untuk menyelimuti aku. Lalu Allah menurunkan ` Wahai orang yang
berselimut; bangkitlah lalu berilah peringatan.`

Selain pendapat di atas ada juga pendapat yang menyatakan bahwa yang pertama kali turun adalah
surat al-fatihah dan lafal basmallah, tapi dalil kedua pendapat ini lemah dan kurang berdasar.

Perbandingan dua Pendapat :

Para ulama ulumul quran dengan kesungguhan mereka mencoba mempertemukan pendapat di atas,
dan menjelaskan beberapa hal sebagai berikut :

a) Maksud Jabir dalam hadits di atas adalah surah yang diturunkan secara penuh. Jabir menjelaskan
bahwa surah al Mudassirlah yang turun secara penuh sebelum surah Iqra` selesai diturunkan. Karena
yang turun pertama sekali dari surah Iqra` itu hanya permulaan saja.
b) Atau maksud Jabir bahwa surat Mudassir itu adalah surah pertama yang diturunkan setelah masa
terhentinya wahyu.

c) Ada yang mengatakan maksud Jabir ra : Surat al-muddatsir adalah yang pertama turun berkaitan
dengan kerasulan (risalah) atau perintah berdakwah. Sedangkan ayat pertama surat al-alaq adalah yang
pertama turun berkaitan dengan kenabian (nubuwwah), ata

Anda mungkin juga menyukai