Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KAJIAN SEMANTIK
( Makna ditinjau dari segi Pemaknaan dan Pendefinisian )
Dosen Pengampu : Supriyadin, M.Pd.

Disusun oleh:
KELOMPOK 3

► Cecep Komarudin : P12022203

► Daman : P12022204

► Edo Rosada : P12022205

SEMANTIK
STKIP YASIKA MAJALENGKA
2022/2023
Makalah Semantik-Makna ditinjau dari segi pemaknaan dan pendefinisian

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah ini yang berjudul tentang “Makna ditinjau dari segi Pemaknaan dan
Pendefinisian” dengan baik dan tepat. Dalam penyusunanya penulis memperoleh
banyak bantuan dari berbagai pihak. Karena itu tak lupa kami ucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada :

1. Rosi Gasanti, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia yang terus membimbing kami.
2. Supriyadin, M.Pd selaku Dosen pengampu yang telah memberikan
kesempatan dan mengarahkan proses pembuatan tugas ini sehingga
dapat berjalan lancar.
3. Kedua orang tua kamiyang telah memberikan dukungan materil
maupun Do‟a dalam menyusun tugas ini sehingga dapat terselesaikan.
4. Teman-teman kami yang telah mendukung dan mengarahkan dalam segi
perhatian.
5. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang
membantu pembuatan makalah ini.

Makalah ini disusun bertujuan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah


semantic sebagai informasi dan pengetahuan mengenai hubungan ilmu semantik
dengan ilmu lainnya.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam pembuatan makalah ini


terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan tugas ini. Kami harap makalah ini dapat memberikan pengetahuan
dan bermanfaat bagi pembaca. Terimakasih.

Majalengka, 11 Maret 2023

Pemakalah,
ii
Makalah Semantik-Makna ditinjau dari segi pemaknaan dan pendefinisian

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .......... .................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan .......... .................................................................................... 1
C. Rumusan Masalah ......... .................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... ........ 2
A. Penamaan dan Pendefinisian ............................................................................... 2
1. Penanaman ................. .................................................................................... 2
1.1 Peniruan Bunyi............ ............................................................................. 2
2.1 Penyebutan Bagian ................................................................................... 3
3.1 Penyebutan sifat Khas.... ........................................................................... 3
4.1 Penemu dan Pembuat.............. .................................................................. 4
5.1 Tempat Asal........ . .................................................................................... 4
6.1 Bahan............... .... .................................................................................... 5
7.1 Keserupaan..... ...... .................................................................................... 5
8.1 Pemandakan..... .... .................................................................................... 5
9.1 Penamaan Baru........... .............................................................................. 6
2. Pendefinisian.............. ........................................................................ 6
BAB III PENUTUP ......................... ............................................................................................ 8
A. Kesimpulan ..................... .................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ................ .................................................................................... 9

iii
Makalah Semantik-Makna ditinjau dari segi pemaknaan dan pendefinisian

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sebagai alat komunikasi verbal bahasa merupakan suatu sistem
lambang bunyi yang bersifat arbitrer. Maksudnya, tidak ada hubungan wajib
antara lambang sebagai hal yang menandai yang berwujud kata atau leksem
dengan benda atau konsep yang ditandai, yaitu referen dari kata atau leksem
tersebut. Oleh karena itu, misalnya, kita tidak dapat menjelaskan mengapa
unggas yang pada umumnya tidak dapat terbang, dapat dijinakkan dan
dipelihara, berjengger, yang jantan berkokok dan bertaji, sedangkan yang
betina berkotek disebut dalam bahasa Indonesia dengan nama (ayam) dan
bukan nama lain, misal (maya), atau (amya). Lagi pula andaikata ada
hubungannya antara lambang dengan yang dilamangkannya itu, tentu orang
Sunda tidak akan menyembutnya (hayam), orang Arab menyebutnya
(Dajajah). Tentu mereka semua akan menyebutnya juga (ayam), sama
dengan orang Indonesia.
Plato menyatakan bahwa lambang itu adalah kata di dalam suatu
bahasa, sedangkan makna adalah objek yang diahayati di dalam dunia nyata
berupa rujukan, acuan, atau sesuatu yang ditunjuk oleh lambang itu. Oleh
karena itu, lambang-lambang atas kata-kata itu tidak lain dari pada nama atau
label yang dilapangkannya, mungkin berupa konsep, aktifitas, atau peristiwa,
Penamaan dan pendefinisian adalah dua proses perlambangan suatu
konsep untuk mengacu kepada suatu referen yang berada yang di luar
bahasa. Kedua proses itu walaupun banyak kesamaannya tapi juga banyak
perbedaannya. Pertanyaannya, apa sebenanya yang dimaksud penamaan?
Apa itu pendefinisian? Apa persamaan dan perbedaan di antara keduanya?
Pada makalah ini kami akan coba menjawab pertanyaan-pertanyaannya
itu lewat pembahasan berikut. Semoga usaha ini beroleh kebermanfaatan,
bagi pembaca umumnya dan bagi penyusun pada khususnya.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1
Makalah Semantik-Makna ditinjau dari segi pemaknaan dan pendefinisian

1. Untuk memahami apa yang dimaksud penamaan


2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud pengistilahan
3. Untuk memahami apa yang dimaksud pendefinisian

C. Rumusan Masalah
1. Apa itu penamaan dan sebab apa saja yang melatarbelakangi terjadi
penamaa tersebut?
2. Apa itu pendefinisian dan bagaiman cara membuat definisi itu?

2
Makalah Semantik-Makna ditinjau dari segi pemaknaan dan pendefinisian

BAB II

PEMBAHASAN

A. Penamaan dan Pendefinisian


1. Penamaan
Penamaan dan pendefinisian adalah dua buah proses pelambangan
suatu konsep untuk mengacu kepada sesuatu referen yang berada di luar
bahasa. Penamaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti
proses, cara, perbuatan menamakan. Sementara oleh Kridalaksana
diartikan (1993), sebagai proses pencarian lambang bahasa untuk
menggambarkan objek konsep, proses, dan sebagainya; biasanya
dengan memanfaatkan perbendaharaan yang ada; antara lain dengan
perubahan-perubahan makna yang mungkin atau dengan penciptaan
kata atau kelompok kata.
Nama merupakan kata-kata yang menjadi label setiap makhluk, benda,
aktivitas, dan peristiwa di dunia. Anak-anak mendapat kata-kata dengan
cara belajar, dan menirukan bunyi-bunyi yang mereka dengar untuk
pertama kalinya. Nama-nama itu muncul akibat dari kehidupan manusia
yang kompleks dan beragam, alam sekitar manusia berjenis-jenis.
Dalam pembicaraan mengenai hakikat bahasa ada dikatakan bahwa
bahasa adalah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer. Maksudnya,
antara suatu satuan bahasa sebagai lambang, misalnya kata dengan
sesuatu benda atau hal yang dilambangkannya bersifat sewenang-
wenang tidak ada hubungan “wajib” di antara keduanya. Oleh karena itu,
misalnya, kita tidak dapat menjelaskan mengapa binatang berkaki dua,
bersayap dan berbulu, dan biasanya dapat terbang disebut dalam bahasa
Indonesia dengan nama (burung) dan bukan nama lain, misal (ngurub),
atau (bungur). Lagi pula andaikata ada hubungannya antara lambang
dengan yang dilamangkannya itu, tentu orang Inggris tidak akan
menyembutnya (bird), orang Arab menyebutnya (Thoir). Tentu mereka
semua akan menyebutnya juga (burung), sama dengan orang Indonesia.

3
Makalah Semantik-Makna ditinjau dari segi pemaknaan dan pendefinisian

Plato di dalam suatu percakapan yang berjudul “cratylos” menyatakan


bahwa lambang itu adalah kata di dalam suatu bahasa, sedangkan makna
adalah objek yang dihayati di dunia nyata berupa rujukan, acuan, atau
sesuatu yang ditunjuk oleh lambang itu. Oleh karena itu, lambang-
lambang atau kata-kata itu tidak lain daripada nama atau label yang
dilambangkannya, mungkin berupa benda, konsep, aktivitas, atau
peristiwa.
Aristoteles menyatakan bahwa pemberian nama adalah soal konvensi
atau perjanjian belaka di antara sesama anggota suatu masyarakat
bahasa.

1.1 Peniruan Bunyi


Dalam bahasa Indonesia ada sejumlah kata yang terbentuk
sebagai hasil peniruan bunyi. Maksudnya nama-nama benda atau hal
tersebut dibentuk berdasarkan bunyi dari benda tersebut atau suara
yang ditimbulkan oleh benda tersebut. Misalnya, binatang sejenis reptil
kecil yang melata di dinding disebut cecak karena bunyinya “cak, cak,
cak-,”. Begitu juga dengan tokek diberi nama seperti itu karena bunyinya
“tokek, tokek”. Contoh lain meong nama untuk kucing, gukguk nama
untuk anjing, menurut bahasa kanak-kanak adalah karena bunyinya
begitu. Kata-kata yang dibentuk berdasarkan tiruan bunyi ini disebut
kata peniru bunyi atau onomatope.
Kata-kata yang dibentuk berdasarkan tiruan bunyi ini sebenarnya
juga tidak persis sama, hanya mirip saja, karena benda atau binatang
yang mengeluarken bunyi itu tidak mempunyai alat fisiologis seperti
manusia dan karena sister fonologi setiap bahasa tidak sama. Itulah
sebabnya barangkali mengapa orang sunda menirukan kokok ayam
jantan sebagai (kongkorongok), orang melayu Jakarta sebagai
(kukuruyuk), sedangkan orang Belanda sebagai (kukeleku).
2.1 Penyebutan Bagian

4
Makalah Semantik-Makna ditinjau dari segi pemaknaan dan pendefinisian

Dalam bidang kesusastraan ada istilah pars prototo yaitu gaya


bahasa yang menyebutkan bagian dari suatu benda atau hal, padahal
yang dimaksud adalah keseluruhannya. Misalnya kata kepala pada
kalimat ‘setiap kepala menerima bantuan seribu rupiah’, bukanlah dalam
arti “kepala” itu saja, melainkan seluruh orangnya sebagai satu
kesatuan.
Penamaan sesuatu benda atau konsep berdasarkan bagian dari
benda itu biasanya berdasarkan ciri yang khas atau yang menonjol dari
benda itu dan yang sudah diketahui umum. Misalnya pada tahun enam
puluhan kalau ada orang yang mengatakan “ingin membeli rumah tetapi
tidak ada Sudirmannya” maka dengan kata Sudirman yang
dimaksudkan adalah uang karena pada waktu itu uang bergambar
almarhum Jenderal Sudirman. Sekarang mungkin dikatakan orang tidak
ada Soekarno-Hatanya sebab uang kertas sekarang bergambar
Soekarno-Hata (lembar seratus ribu)
Kebalikan dari pars prototo adalah gaya retorika yang disebut
totem proparte yaitu menyebut keseluruhan untuk sebagian. Misalnya
kalau dikatakan “Indonesia memenangkan medali perak di Olimpiade”,
yang dimaksud hanyalah tiga orang atlet panahan putra. Begitu juga
kalau dikatakan semua perguruan tinggi ikut dalam lomba baca puisi,
padahal yang dimaksud hanyalah peserta-peserta lomba dari perguruan
tinggi tersebut.
3.1 Penyebutan Sifat Khas
Hampir sama dengan pars prototo yang dibicarakan di atas
adalah penanaman sesuatu benda berdasarkan sifat khas yang ada
pada benda itu. Di sini terjadi perkembangan yaitu berupa cirri makna
yang disebut dengan kata sifat itu mendesak kata bendanya karena
sifatnya yang amat menonjol itu; sehingga akhirnya, kata sifat itulah
yang menjadi nama bendanya. Umpamanya, orang yang sangat kikir
lazim disebut si kikir atau si bakhil. Anak yang tidak dapat tumbuh
menjadi besar, tetap saja kecil, disebut si kerdil; yang kulitnya hitam
disebut si hitam; dan yang kepalanya botak disebut si botak.

5
Makalah Semantik-Makna ditinjau dari segi pemaknaan dan pendefinisian

4.1 Penemu dan Pembuat


Banyak nama benda dalam kosakata bahasa Indonesia yang
dibuat berdasarkan nama penemunya, nama pabrik pembuatnya, atau
nama dalam peristiwa sejarah. Nama-nama benda yang demikian
disebut dengan istilah appelativa.
Nama benda yang berasal dari nama orang, antara
lain, mujahir atau mujair yaitu sejenis ikan laut tawar yang mula-mula
ditemukan dan diternakan oleh seorang yang bernama mujair di Kediri,
Jawa Timur. Contoh lain nama, Volt nama satuan kekuatan aliran listri
yang diturukan dari nam penciptanya yaitu Volta (1745-1787) seorang
sarjana fisika dari Italia. Selanjutnya dalam dunia ilmu pengetahuan kita
kenal juga nama dalil , kaidah, atau aturan yang didasarkan pada nama
ahli yang mmebuatnya. Misalnya, dalil arkhimides, hukum kepler, hukum
var der Tunk, dan sebagainya.
Nama orang atau nama pabrik dan merek dagang kemudian
menjadi nama benda hasil produksi seperti aspirin obat sakit kepala,
ciba obat sakit perut, miwon bumbu masak dan sebagainya.
Dari peristiwa sejarah banyak kita dapati nama orang atau nama
kejadian menjadi kata umum. Misalnya kata boikot, bayangkara,
laksamana, dan sebagainya. Kata Lloyd seperti yang terdapat pada
nama persahaan pelayaran seperti Djakarta Lloyd dan Rotterdamse
Lloyd di turunkan dari nama seorang pengusaha warung kopi di kota
London pada abad XVII, yaitu Edward Lloyd. Warung kopi itu banyak
dikunjungi oleh para pelaut dan makelar perkapalan. Maka itulah
namanya dipakai sebagai atribut perusahaan pelayaran yang searti
dengan kata kompeni atau perserikatan, khususnya perserikatan
pelayaran.
5.1 Tempat Asal
Sejumlah nama benda dapat ditelusuri berasal dari nama tempat
asal benda tersebut. Misalnya kata magnet berasal dari nama tempat
Magnesia; kata kenari, yaitu nama sejenis burung, berasal dari nama
Pulau Kenari di Afrika dan sebagainya.

6
Makalah Semantik-Makna ditinjau dari segi pemaknaan dan pendefinisian

Banyak juga nama piagam atau prasasti yang disebut


berdasarkan nama tempat penemunya seperti piagam kota kapur,
prasasti. Kedudukan bukit, piagam telaga batu dan piagam
Jakarta. Selain itu banyak juga kata kerja yang dbentuk dari nama
tempat misalnya, didigulkan yang berarti dibuang ke digul di irian jaya;
dinusakambangankan yang berarti dibawa atau dipenjarakn di pulau
nusakambangan dan sebagainya.
6.1 Bahan
Ada sejumlah benda yang namanya diambil dari nama pokok
benda itu. Misalnya, karung yang dibuat dari goni yaitu sejenis serta
tumbuh-tumbuhan yang dalam bahasa latinnya Corchorus
capsularis, disebut jyga goni atau guni. Jadi, kalau dikatakan membeli
beras dua goni, maksudnya membeli beras dua karung.
Contoh lain, kaca adalah nama bahan. Lalu bahan-bahan lain
yang dibuat dari kaca disebut juga kaca seperti kaca mata, kaca jendela,
kaca spion, dan kaca mobil. Begitu juga bambu runcing adalah nama
senjata yang digunakan rakyat indonesia dalam perang kemerdekaan
dulu. Bambu runcing dibuat dari bambu yang ujungnya diruncingi
sampai tajam. Maka disini nama bahan itu, yaitu bambu, menjadi nama
alat senjata itu.
7.1 Keserupaan
Dalam praktik berbahasa banyak kata yang digunakan secara
metaforis. Artinya kata itu digunakan dalam suatu ujaran yang
maknanya dipersamakan atau diperbandingkan dengan makna leksikal
dari kata itu. Misalnya kata kaki ada frase kaki meja, kaki gunung, dan
kaki kursi. Disini kata kaki mempunyai kesamaan makna dengan salah
satu ciri makna dari kata kaki itu yaitu, “alat penopang berdirinya tubuh”
pada frase kaki meja dan kaki kursi, dan ciri “terletak pada bagian
bawah” pada frase kaki gunung.
Dalam pemakaian bahasa sekarang banyak nama benda yang
dibuat berdasarkan kesamaan sifat atau ciri dari makna leksikal dari kata
itu. Misalnya kata raja frase raja kumis, raja minyak, raja kayu lapis, raja

7
Makalah Semantik-Makna ditinjau dari segi pemaknaan dan pendefinisian

jalanan, raja dangdut dan raja bandel.raja adalah orang yang paling
berkuasa atau yang paling tingi kedudukannya di negaranya. Maka raja
kumis diartikan sebagai “orang yang memiliki kumis palig hebat”.
Sifat metaforis dari kata-kata itu tampaknya sudah luntur karena
kata-kata itu telah menjadi istilah umum dalam pemakaian bahasa
sehari-hari.
8.1 Pemendekan
Dalam perkembangan bahasan terakhir ini banyak kata-kata
dalam bahasa indonesia yang terbentuk sebagai hasil penggabungan
unsur-unsur huruf awal atau suku kata dari beberapa kata yang
digabungkan menjadi satu. Kata-kata yang tebentuk sebagai hasil
penyingkatan ini lazim disebut akronim. Kata-kata yang berupa akronim
ini dapati hampir semua bidang kegiatan. Misalnya, abri yang berasal
dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, KONI yang berasal dari
Komite Olahraga Nasional Indonesia, rudal berasal dari peluru kendali,
lemhanas berasal dari lembaga pertahanan naisonal.
Suatu gejala yang bersifat humor dan tidak perlu ditanggapi
secara serius dewasa ini adalah adanya dikalangan remaja di kota-kota
besar (terutama Jakarta) untuk memberi kepanjangan atau menafsirkan
lain dari akronim atau singkatan itu. Misalnya, ASMI yang ditafsirkan
sebagai kependekan dari Akademi Santapan Manajer Indonesia
(padahal sebenarnya Akademi Sekertaris Manajemen Indonesia),
Tekab ditafsirkan sebagai kependekan dari tekanan bati (padahal
sebenarnya team khusus anti banditisme). Malah banyak pula kata
biasa yang diperlukan sebagai akronim dan diberi tafsiran yang bukan-
bukan, seperti benci yang ditafsirkan sebagai benar-benar cinta; apik
yang ditafsirkan sebagai kependekan dari agak pikun; pilot yang
ditafsirkan sebagai kpendekan dari papi kolot, dan sebagainya.
9.1 Penamaan Baru
Penamaan baru ialah kata atau istilah baru yang dibentuk untuk
menggantikan kata atau istilah yang sudah ada diganti dengan kata-kata

8
Makalah Semantik-Makna ditinjau dari segi pemaknaan dan pendefinisian

baru atau sebutan baru, ini terjadi karena kata-kata lama dianggap
kurang tepat, tidak rasional, kurang ilmiah dan kurang halus.
Contoh penamaan baru atau penggantian kata :
Kata turisme menjadi pariwisata.
Kata piknik menjadi darma wisata.
Kata onderdil menjadi suku cadang.
Kata-kata turisme, piknik dan onderdil diganti karena dianggap
tidak bersifat nasional, karena itu diganti dengan yang bersifat nasional.
Kata bui/penjara menjadi lembaga pemasyarakatan.
Kata demonstrasi menjadi unjuk rasa.
Kata-kata bui dan demonstrasi diganti karena konsepnya
memang dianggap berbeda.
Kata gelandangan menjadi tuna wisma
Kata pelacur menjadi tuna susila
Kata buta huruf menjadi tuna aksara
Kata-kata gelandangan, pelacur, buta huruf diganti karena
kuarang halus dan sopan.
2. Pendefinisian
Pengertian pendefinisian adalah usaha yang dilakukan dengan
sengaja untuk mengungkapkan dengan kata-kata akan suatu benda,
konsep, proses, aktivitas, peristiwa dan sebagainya.
Ada empat (4) macam pendefinisian
 Definisi sinonimis (sinonim)
ialah definisi yang paling rendah tingkat kejelasannya karena
hanya berputar balik, misalkan kata ayah didefinisikan dengan
kata bapa, kata tinta dengan kata air.
 Definisi formal
ialah konsep atau ide yang akan didefinisikan itu disebut dulu ciri
umumnya lalu ke cirri khususnya.
Misalkan konsep (bus)-ciri umum (kendaraan umum)-ciri khusus
(dapat memuat banyak penumpang). Dapat di definisikan

9
Makalah Semantik-Makna ditinjau dari segi pemaknaan dan pendefinisian

menjadi : bus adalah kendaraan umum yang dapat memuat


penumpang.

 Definisi logis
ialah mendefinisikan secara tegas objek, ide atau konsep dengan
sedemikian rupa, sehingga objek tersebut berbeda secara nyata
dengan objek-objek yang lain, dan lebih luas dari definisi formal.
Contoh : Air adalah zat cair yang jatuh dari awan sebagai hujan,
mengaliri sungai, menggenagi danau dan lautan, meliputi dua
pertiga bagian dari permukaan bumi, merupakan unsure pokok
dari kehidupan, tidak berbau, tanpa rasa, tanpa warna namun
tampak kebiru-biruan pada lapisan yang tebal, membeku pada
suhu nol drajat celcius dan mendidih pada suhu 100 drajat
celcius, mempunyai brat jenis maksimum 4 drajat celcius.
 Definisi ensiklopedis
ialah definisi yang lebih luas lagi dari definisi logis sebab definisi
ensiklopedis menerangkan secara lengkap dan jelas serta cermat
akan segala sesuatu yang berkitan dengan konsep/ide.

BAB III

10
Makalah Semantik-Makna ditinjau dari segi pemaknaan dan pendefinisian

PENUTUP

B. Simpulan
Penamaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti
proses, cara, perbuatan menamakan. Sementara oleh Kridalaksana diartikan
(1993), sebagai proses pencarian lambang bahasa untuk menggambarkan
objek konsep, proses, dan sebagainya; biasanya dengan memanfaatkan
perbendaharaan yang ada; antara lain dengan perubahan-perubahan makna
yang mungkin atau dengan penciptaan kata atau kelompok kata.
Sebab-sebab dan peristiwa-peristiwa yang melatarbelakangi terjadinya
penamaan antara lain ; peniruan bunyi, penyebutan bagian, penyebutan sifat
khas, penemu dan pembuat, tempat asal, bahan, keserupaan, pemendekan,
penamaan baru.
Istilah dalam KBBI berarti : 1 kata atau gabungan kata yang dengan
cermat meng-ungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yg khas
dalam bidang tertentu; 2 sebutan; nama: janda muda disebut dengsn – “janda
kembang”; 3 kata atau ungkapan khusus, Sedangkan pengistilahan berarti
proses, cara, perbuatan mengistilahkan.
Definisi adalah kata, frasa, atau kalimat yang mengungkapkan makna,
keterangan, atau ciri utama dari orang, benda, proses, atau aktivitas; batasan
(arti); 2 rumusan tentang ruang lingkup dan ciri-ciri suatu konsep yg menjadi
pokok pembicaraan atau studi;
Pengertian pendefinisian adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja
untuk mengungkapkan dengan kata-kata akan suatu benda, konsep, proses,
aktivitas, peristiwa dan sebagainya.
Ada empat (4) macam pendefinisian, yakni : definisi sinonimis, definisi
formal, definisi logis, definisi ensiklopedis.

Daftar Pustaka

11
Makalah Semantik-Makna ditinjau dari segi pemaknaan dan pendefinisian

CChaer, Abdul. 1995. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
DDjajasudarma, Fatimah. 2008. Semantik 1, makna leksikal dan Gramatikal. Bandung : PT.
Refika Aditama
RResmini, Novi. 2012. Unsur Semantik dan Jenis Makna. Buku Elektronik
SSyafaat, Asep. 2012. Penamaan dan Pendefinisian (online) http://syafaat-
syifa.blogspot.com, diakses, 04 Oktober 2012
Tantrapuan. 2009. Penamaan, Pengistilahan dan
Pendefinisian (online) http://tantrapuan.wordpress.com, diakses, 04 oktober 2012

12

Anda mungkin juga menyukai