Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PSIKOLINGISTIK
TENTANG PEMEROLEHAN SEMANTIK

Disusun Oleh:
Kelompok 3
1. Julian Nur Nim. 2103041007
2. Veny Nim. 2103041022

Dosen Pengampu:
Faradilla Intan Sari, M.Pd.

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS DHARMAS INDONESIA
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya makalah ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya. Adapun judul makalah
kami tentang Pemerolehan Semantik.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini, terutama kepada Ibu Dosen pembimbing mata kuliah, yang telah
memberikan arahan serta bimbingannya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Dan
terima kasih juga kepada teman-teman yang telah memberikan dukukangannya kepada kami.

Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan makalah ini,
oleh karenannya kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
perbaikan makalah ini.

Dharmasraya, 18 Maret 2023

Penulis

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
Daftar Isi ........................................................................................................ i
Kata Pengantar ............................................................................................ ii
Daftar Isi........................................................................................................ iii
BAB I Pendahuluan ........................................................................ 4
A. Latar Belakang .......................................................................................4
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4
C. Tujuan ................................................................................................... 4
BAB II Pembahasan .................................................................... 5
A. Pemerolehan Semantik ....................................................................... 5
1. Teori fitur semantik.........................................................................6
2. Teori hipotesis gramatikal.............................................................. 6
3. Teori Hipotesis generalisasi.......................................................... 7
4. Teori primitif universal....................................................................7
BAB III Penutup ............................................................................................ 8
A. Kesimpulan .....................................................................................8
B. Saran ..............................................................................................9
Daftar Rujukan ..............................................................................................10
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manfaat mempelajari Semantik: Dapat memahami suatu makna atau arti dari suatu
simbol. Dapat meningkatkan kemampuan berbahasa seseorang. Dapat memudahkan
wartawan dalam mengolah kata saat memberikan informasi kepada masyarakat.

Ferdinand de Saussure salah seorang ahli bahasa modern pernah mengatakan bahwa
makna adalah "pengertian" atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada sebuah tanda
linguistik. Disamping itu ada juga yang menyatakan bahwa makna itu tidak lain daripada
sesuatu/referen yang diacu oleh kata/leksem itu. Semantik merupakan salah satu objek
garapan yang dibahas dalam linguistik, dalam istilah arab ini dikenal dengan Ilmu ad-Dilalah
(ilmu yang mempelajari makna kata). Semantik secara bahasa berasal dari bahasa Yunani,
mengandung makna to signify atau memaknai, semantik mengandung pengertian studi
tentang makna[1].

Dalam proses menyusun dan memahami pesan lewat kode kebahasaan, unsur-unsur
kejiwaan seperti kesadaran batin, pikiran, asosiasi, maupun pengalaman, jelas tidak dapat
diabaikan. Untuk mengkaji pemerolehan bahasa, di samping teori sintaksis, perlu dikaji pula
bentuk makna dan arti kata melalui kajian semantik[2]. Berikut adalah beberapa teori –
hipotesis yang memiliki keterkaitan dengan pemerolehan semantik.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah dari makalah ini, antara lain:
1. Apa saja cara memperoleh semantik ?
2. Apa itu teori fitur semantik
3. Apa itu teori hipotesis hubungan gramatikal?
4. Apa itu teori hipotesis generalisasi?
5. Apa itu primitif universal?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuannya makalah inu sebagai berikut:
1. Mengetahui cara memperoleh semantik ?
2. Mengetahui teori fitur semantik
3. Mengetahui teori hipotesis hubungan gramatikal?
4. Mengetahui teori hipotesis generalisasi?
5. Mengetahui teori primitif universal?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pemerolehan Semantik
Untuk dapat mengkaji memperoleh semantik kanak-kanak kita perlu terlebih dahulu
memahami apa yang dimaksud dengan makna atau arti itu. Ada beberapa teori mengenai
makna dan semantik itu. Menurut salah satu teori semantik yang baru, makna dapat di
jelaskan berdasar apa yang disebut fitur-fitur atau penanda-penanda semantik. Ini berarti,
makna sebuah kata merupakan gabungan dari fitur-fitur semantik ini (larzon, 1989). Namun,
ada satu masalah yang suka dipecahkan oleh teori-teori semantik yaitu masalah bagaimana
menarik garis pemisah antara yang disebut sintaksis dan yang disebut samantik. Demikian
juga yang disebut makna dengan disebut pengetahuan kognitif (Bolinger, 1965).

Dalam perkembangan psikolinguistik ada beberapa teori mengenai proses pemerolehan


semantik. Tiga di antaranya yaitu:

1. Teori hipotesis fitur semantik

Menurut beberapa ahli psikolinguistik perkembangan, kanak-kanak memperoleh makna


suatu kata dengan cara menguasai fitur-fitur semantik kata itu satu demi satu sampai semua
fitur samantik itu dikuasai, seperti yang dikuasi oleh orang dewasa
(Mc.Ne.il,1970,clark,1977) Clark memberi contoh, pada mula nya kanak- kanak yang
berbahasa Inggris menyembur semua binatang berkaki empat doggie atau kitty, atau apa saja
karena pada mulanya kanak-kanak itu hanya menguasai beberapa fitur semantik saja, yaitu [+
Human], [+ animal], dan [+ four ledeggen]. Lama kelamaan fitur-fitur semantik lain juga di
kuasai sehingga pada umur tertentu kanak-kanak itu saat membedakan doggie dan Kitty.

Akhirnya Clark (1977) secara umum menyimpulkan perkembangan pemerolehan semantik


ini ke dalam empat tahap yaitu sebagai berikut:

1. Tahap penyempitan makna

Tahap ini berlangsung antara umur satu sampai satu setengah tahun (1:0-1:6).

2. Tahap generalisasi berlebihan


Tahap ini berlangsung antara usia satu tahun setengah sampai dua tahun setengah (1:6-
2:6).

3. Tahap Medan semantik

Tahap ini berlangsung antara usia dua setengah sampai lima tahun( 2:6- 5:6).

4. Tahap generalisasi

Tahap ini berlangsung setelah kanak-kanak berusia lima tahun.

2. Teori hipotesis hubungan-hubungan gramatikal

Teori hipotesis hubungan-hubungan gramatikal ini diperkenalkan oleh Mc. Neil (1970).
Menurut Mc. Neil pada waktu di lahirkan kanak-kanak telah dilengkapi dengan hubungan-
hubungan gramatikal dalam yang nurani. Oleh karena itu, kanak-kanak pada awal proses
pemerolehan bahasanya telah berusaha membentuk satu “ Kamis makna kalimat” ( sentences-
meaning dictionary), yaitu setiap butir leksikal di cantumkan dengan semua hubungan
gramatikal yang digunakan secara lengkap pada tahap holofrasis.

Contoh: mim, minum susu, minum teh. Mam, makan bubur, makan nasi, makan pagi, makan
siang, makan malam. Ndong, gendong papa, gendong belakang, gendong ayun. Secara
vertikal artinya kanak-kanak secara serentak memasukkan semua fitur semantik sebuah kata
ke dalam kamusnya, tetapi kata itu terpisah satu sama lain. Artinya, fitur ini sama dengan
fitur-fitur semantik orang dewasa. Contoh: makan bubur-makan asam garam. Makan telur-
makan hati. Anjing mati-Lampu mati. Ayam jantan-ayam kampung. Burung merpati-burung
dipotong.

3. Teori hipotesis generalisasi

Teori hipotesis generalisasi ini diperkenalkan oleh Anglin (1975,1977). Menurut Anglin
perkembangan semantik kanak-kanak mengikuti satu proses generalisasi, yakni kemampuan
kanak-kanak melihat hubungan-hubungan semantik antara nama-nama benda (kata-kata)
mulai dari yang konkret yang khusus di antara benda-benda itu. Bila usianya bertambah
mereka membuat generalisasi terhadap kategori-kategori abstrak yang lebih kanak-kanak
telah mengetahui kata-kata melati dan mawar melalui hubungan konkret antara kata itu
dengan bunga-bunga tersebut. Pada tahap berikutnya setelah mereka semakin matang, mereka
akan menggolongkan kata-kata ini dengan butir leksikal yang lebih tinggi kelasnya atau
superordinatnya melalui generalisasi yaitu bunga.

Selanjutnya, setelah usia mereka semakin bertambah, maka Meraka pun akan memasukkan
bunga ke dalam kelompok-kelompok yang lebih tinggi, yaitu tumbu-tumbuhan.

Selanjutnya, setelah usia mereka semakin bertambah, maka mereka pun akan memasukkan
bunga ke dalam kelompok-kelompok yang lebih tinggi, yaitu tumbuh-tumbuhan.
Pemerolehan bahasa diterima kanak-kanak melalui proses generalisasi. Mereka semakin hari
semakin memiliki perbendaharaan semantik yang makin luas. Ada ayam betina, manusia
lelaki, ikan jantan. Tetapi tidak ada kursi jantan, mobil jantan, atau perahu betina. Contoh
lain, generalisasi terhadap kendaraan tidak bermesin sepeda, becak, perahu, paralayang. Lalu
ada sepeda motor, bemo, mocak, speedboat, helikopter.

4. Teori Hipotesis Primitif-primitif Universal

Teori ini mula-mula diperkenalkan oleh postal (1966), lalu dikembangkan oleh Bierwisch
(1970) dengan lebih terperinci, menurut postal semua bahasa yang ada di dunia ini dilandasi
oleh satu perangkat primitif-primitif semantik universal (yang kira-kira sama dengan
penanda-penanda semantik dan fitur-fitur samantik), dengan rumus-rumus untuk
menggabungkan primitif-primitif semantik ini dengan butir-butir leksikal. Sedangkan setiap
primitif semantik itu mempunyai satu hubungan yang sudah ditetapkan sejak awal dengan
dunia yang ditentukan oleh struktur biologi manusia itu sendiri.

Bierwisch (1970) menyatakan bahwa primitif-primitif semantik atau komponen-


komponen semantik ini mewakili kategori-kategori atau prinsip-prinsip yang sudah ada sejak
awal yang digunakan oleh manusia untuk menggolong-golongkan struktur benda-benda atau
situasi-sitiuasi yang diamati oleh manusia itu.

Menurut Bierwisch selanjutnya, bahwa dalam pemerolah makna kanak-kanak tidak perlu
mempelajari komponen-komponen makna itu karena komponen-komponen makna itu sejak
dia lahir. Yang perlu dipelajari adalah hubungan-hubungan komponen ini dengan “milik-
milik” fonologi dan sintaksis bahasanya.

Kanak-kanak di pesisir, memperoleh konsep-konsep makna seperti pantai, pasir, laut,


nelayan, jaring angin, ikan, udang, bulan, matahari, layar. Kanak-kanak di kota, memperoleh
konssep-konsep dari sekelilingnya. Seperti televisi, radio, sekolah, internet, teknologi, mal,
sepatu, kemeja, kaos, rompi. Pemerolehan semantik kanak-kanak yang berbeda lingkungan
sosialnya akan berbeda satu sama lain. Karena meskipun prinsip alaminya sama, tetapi pada
perkembangannya akan berubah sesuai perkembangan kognitif dan sosial. Contohnya adalah
malam tidak selamanya gelap bagi kanak-kanak di kota besar. Ada lampu, ada mal, ada
suasana yang ramai, nonton televisi. Berbeda dengan di desa yang kalau malam hari gelap,
sepi, tidur, bunyi jangkrik dan lain-lain.

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Dari pembahasan di atas, pemerolehan semantik diperoleh melalui berbagai cara
dan tahap. Pertama, menurut teori fitur semantik, pemerolehan bahasa didapat melalui
tahap-tahap dengan memberikan makna pada fitur-fitur yang ada pada kata dimaksud.
Tekniknya melalui beberapa tahap, yakni penyempitan makna, generalisasi
berlebihan, medan semantik dan generalisasi. Kedua, pemerolehan semantik menurut
hubungan gramatikal berawal dari makna kalimat yang dibawa secara alami baru
kemudian berkembang pada konsep makna kata. Ketiga, melalui generalisasi,
pemerolehan semantik melalui tahap kata yang kongkret pada yang abstrak yang
sesuai dengan makna yang ada pada orang dewasa. Keempat,Sementara teori prinsip
primitif universal, pemerolehan semantik didapat melalui perangkat primitif yang
tersedia sejak lahir dan dihubungkan dengan keadaan sosial. Pemerolehan semantik
didapat saat kanak-kanak belajar bahasa pertama. Dan konsep ini dapat juga
diterapkan dalam pemerolehan bahasa kedua.

B. Saran
Demikianlah makalah yang kami buat, semoga bermanfaat bagi para pembaca dan
pendengar. Kami mohon maaf apabila makalah yang kami buat ada penulisan kata
dan kalimat yang kurang jelas,dan penyampaian kami kurang baik kami mohon maaf.
Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca dan pendengar untuk
memberi kesempurnaan makalah yang kami buat ini agar ke depannya lebih baik lagi,
sekian dari kami terima kasih.
DAFTAR RUJUKAN

Aminuddin. Semantik, Pengantar Studi tentang Makna. (Malang : Sinar Baru Algesindo, 2003 )

Chaer, Abdul. Linguistik Umum. (Jakarta: Rineka Cipta, 2014)

Dardjowidjojo, Soenjono. Psikolinguistik : Pengantar Pemahaman Manusia. (Jakarta : Yayasan Obor


Indonesia, 2003)

Harras, Kholid A dan Andhika Dutha Bachari. Dasar-Dasar Psikolinguistik. (Depok: UI Press, 2009)

Maksan, Marjusman. Psikolinguistik. (Padang: IKIP Padang Press, 1995)

Simanjuntak, Mangantar . Pengantar Psikolinguistik Modern. (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan
Pustaka, 1990)

Verhaar, J.W.M. Asas-Asas Linguistik Umum. (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2010).

Anda mungkin juga menyukai