Anda di halaman 1dari 6

TERMINOLOGI HADIST

NABI
Nama Kelompok 1:
Rifdah Nazilatul Rizqiyyah 934300120
Anisa Indar Alifah 934300220
Lukman Hakim 934300320
A.Pengertian Hadist
Hadits merupakan sumber ajaran islam
kedua setelah Al-Qur’an. Istilah hadits
mengacu pada segala sesuatu yang disandarkan
kepada Nabi Muhammad SAW berupa sabda,
perbuatan, persetujuan, dan sifat (fisik
ataupun psikis), baik yang terjadi sebelum
kenabian maupun setelah kenabian. Dalam
termnologi muhaditsin hadits adalah perkataan,
perbuatan, persetujuan dan juga sifat yang
disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Dalam terminologi hadits, ada isitilah hadits palsu (al-
maudhu’i), hadits lemah(al-dhaif), dan hadits munkr(hadits al
munkar). Berikut ini pengertiannya:
a. Hadits Maudhu’i
Para ahli hadits mendefinisikan bahwa maudhu adalah hadits
yang diciptakan dan dibuat-buat oleh orang-orang pendusta dan
kemudian dikatakan bahwa itu adalah hadits Rasululah SAW.
b. Hadits Al – Dhoif
Dhaif secara bahasa adalah lemah, sebagai lawan dari Qawiy
yang artinya kuat. Hadits dhaif adalah hadits yang lemah tidak
terkumpul pada sifat – sifat hadits shahih dan hasan yang
dapat diterima riwayatnya. Dengan kata lain, hadits dha’if
merupakan lawan dari hadits maqbul.
c. Hadits Pada Masa Rasulullah SAW
Wahyu yang diturunkanAllah SWT dijelaskan Nabi mealui
perkataan, perbuatan, dan taqrirnya. Sehingga apa yang
didengar dan didengar dan disaksikan oleh para sahabat
merupakan pedoman bagi amaliah dan ubudilah mereka.
d. Abu Bakar as – shiddiq
Abu Bakar adalah sahabat Nabi yangpertama – tama
menunjukkan kehati – hatinnya dalam periwayatan hadits.
e. Umar Bin Khattab
Umar bin khattab juga dikenal sebagai sahabat yang sangat
berhati – hati dalam periwayatan hadits, seperti halnya Abu
Bakar as – shiddiq.
f. Usman Bin Affan
Secara umum kebijakan Usman Bin Affan Tidak jauh
berbeda dengan kebijakan khalifah sebelumnya. Baik sikap Abu
Bakar ataupun Umar Bin Khattab tersebut diikuti oleh Usman
Bin Affan dan juga Ali Bin Abi Thalib.
g. Ali Bin Abi Thalib
Secara umum Ali Bin Abi Thlib baru bersedia menerima
periwayatan hadits setelah periwayat hadits yang
bersangkutan mengucapkan sumpah bahwa hadits yang
disampaikan itu benar – benar dari Rasulullah. Hanyalah
terhadap periwayat hadits yang benar – benar dipercaayainya,
Ali bin Abi Thalib tidak tidak meminta periwayat hadits untuk
bersumpah seperti ketika menerima riwayat hadits dari Abu
Bakar As – Shiddiq.
SEKIAN
DAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai