Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH BAHASA INDONESIA

KUTIPAN, CATATAN KAKI, DAN BIBLIOGRAFI

Dosen Pengampu :
Eva Purwati, M.Pd

Nama Penyusun :
Andri Darmawan (231101009)
Mira (231101053)
Filgarian Sherly (231101031)
Tika Wulan Nuri (231101084)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK


JURUSAN KEPERAWATAN SINGKAWANG
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
TAHUN 2023/2024

i
VISI

Menjadi institusi Pendidikan Tinggi Keperawatan Vokasi dan Profesi sebagai Rujukan
Nasional Berkualitas Global

MISI

1. Menyelenggarakan kegiatan tridharma perguruan tinggi di bidang keperawatan vokasi


dan profesi keperawatan yang berkualitas global.
2. Menghasilkan lulusan keperawatan yang berintelektualitas tinggi, berbudi luhur dan
bersaing secara global.
3. Mengembangkan tata kelola perguruan tinggi di bidang keperawatan vokasi dan
profesi keperawatan yang mandiri, transparan, dan akuntabel.
4. Berperan aktif dalam kerja sama, pengembangan dan peningkatan sistem pendidikan
tinggi keperawatan ditingkat global.

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Kutipan,
Catatan Kaki, Dan Bibliografi” yang bertujuan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan
oleh ibu Eva Purwati, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah “Bahasa Indonsia”.

Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Direktur Poltekkes Kemenkes Pontianak Bapak Dr. Kelana Kusuma Dharma, S Kp., M.
Kes

2. Ketua Jurusan Keperawatan Bapak Ns. Raju Kapadia, S.Kep., M.Med Ed

3 Ketua Program Studi D-III Keperawatan Singkawang Ibu Nurbani, S.Kp,. M.Kes.

4. Dosen Koordinator Mata Kuliah Bahasa Indonesia Ibu Eva Purwati, M.Pd

5. Dosen Pengampu Mata Kuliah Bahasa Indonesia Ibu Eva Purwati, M.Pd

Lebih lanjut, dengan segala kerendahan hat penulis menyadari masih banyak terdapat
kekurangan dalam penulisan makalah ini, sehingga penulis mengharapkan adanya saran dan
kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Singkawang, 16 September 2023

iii
DAFTAR ISI

Cover………………………………………………………………………..………………….i
Visi Dan Misi………………………………………………………………………………….ii
Kata Pengantar……………………………………………………….……………………….iii
Daftar Isi……………………………....…………………..…………………………………..iv
Bab I Pendahulan………………………………………..…………………………………….5
A. Latar Belakang…………………...…………………...……………………………….5
B. Rumusan Masalah………………….………………………………………………….5
C. Tujuan…………………………………………………………………………….……5
1. Tujuan Umum…………………………………….……………………………….6
2. Tujuan Khusus…………………………………………………………………….6

Bab II Tinjauan Teori………………………………………………………………………….6


Bab III Pembahasan……………………...…………….......………………………………….8
A. Kutipan Disertai Catatan Kaki………………………………….8
B. ……………………………………………………..………………….9
C. Prinsip Pembelajaran Berbasis Teks…………………………………………………10

Bab IV Penutup…………………………………………………...………………………….12
A. Kesimpulan………………………………………………...…………………………12
B. Saran………………………………………………………………………………….12

Daftar Pustaka………………………………………………………………………….…….13

iv
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembelajaran berbasis teks sering disebut dengan pembelajaran berbasis
genre. Menurut bahasa genre diartikan sebagai jenis teks. Sedangkan menurut istilah,
genre didefinisikan sebagai "a staged, goal-oriented social process", yaitu proses
sosial yang herorientasi kepada tujuan yang dicapai secara bertahap. Sebagai ilustrasi
dapat disebutkan bahwa teks dengan genre eksposisi mempunyai tujuan sosial untuk
menyampaikan gagasan agar gagasan itu diterima oleh pihak lain. Untuk itu, teks
eksposisi disusun dengan struktur teks: pernyataan tesis argumentasi pernyataan ulang
tesis (Tanda berarti diikuti oleh).
Sementara itu, teks dapat didefinisikan sebagai satuan bahasa yang dapat
dimediakan secara tulis atau lisan yang ditata menurut struktur teks tertentu yang
mengungkapkan makna secara kontekstual (Wiratno, 2003; Wiratno, 2009). Dari
definisi itu, dapat diungkapkan bahwa teks tidak selalu berwujud bahasa tulis,
sebagaimana telah lazim dipahami oleh masyarakat, misalnya teks Pancasila yang
sering dibacakan pada saat upacara. Teks dapat berwujud tulisan maupun lisan.
Pendekatan pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks di perguruan tinggi
merupakan kelanjutan dari pendekatan yang sama di SMP/MTs dan SMA/MA. Teks
dan fungsi sosialnya serta unsur-unsur kebahasaan yang dikandung di dalamnya
menjadi fokus kegiatan pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran, perlu ditunjukkan bahwa unsur-unsur dan
struktur teks itu digunakan di dalam teks untuk memenuhi fungsi/tujuan sosialnya.
Karena teks yang satu memiliki fungsi tujuan sosial yang berbeda. teks yang berbeda
juga memanfaatkan unsur-unsur kebahasaan dan struktur teks yang berbeda pula.
Setiap bab pada buku Bahasa Indonesia untuk perguruan tinggi yang diterbitkan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terdapat empat bagian kegiatan belajar (A,
B, C, dan D).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran berbasis teks?
2. Jenis-jenis teks apa sajakah yang termasuk dalam pembelajaran berbasis teks?
3. Apa prinsip-prinsip yang terkandung dalam pembelajaran berbasis teks?

5
C. Tujuan
1. Tujun Umum
Untuk mengetahui teori dari pembelajaran berbasis teks.
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui dan memahami jenis teks apa sajakah yang terkait dalam
pembelajaran berbasis teks.
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip apa sajakah yang termasuk dalam
pembelajaran berbasis teks.

BAB II TINJAUAN TEORI

Teks adalah naskah yang berupa kata-kata asli dari pengarang, kutipan dari kitab suci
untuk pangkal ajaran atau alasan; bahan tertulis untuk bahan dasar memberikan pelajaran,
berpidato, dsb. Halliday dan Hasan (1994: 14) mengatakan bahwa teks merupakan produk
dalam arti bahwa teks itu merupakan keluaran (output), sesuatu yang dapat direkam dan
dipelajari, karena mempunyai susunan tertentu yang dapat diungkapkan dengan peristilahan
yang sistematik. Teks merupakan proses dalam arti merupakan proses pemilihan makna yang
terus-menerus, sesuatu perubahan melalui jaringan tenaga makna, dengan setiap perangkat
pilihan yang membentuk suatu lingkungan bagi perangkat yang lebih lanjut. Sedangkan
menurut Mulyana (2005: 9) teks adalah esensi wujud bahasa. Teks diucapkan dalam bentuk
'wacana. Menurut Eriyanto (2011: 9) teks adalah semua bentuk bahasa, bukan hanya kata-
kata yang tercetak dilembar kertas tetapi juga semua jenis ekspresi komunikasi, ucapan,
musik. gambar, efek suara, citra, dan sebagainya. Berdasarkan beberapa ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa teks adalah semua bentuk bahasa baik berupa tulisan maupun ucapan,
gambar dan sebagainya, dapat dipelajari secara terus-menerus sesuai perubahan lingkungan
pembentuk makna. Istilah teks berasal dari bahasa Latin yang berarti menenun. Teks,
menurut Halliday (1975), merupakan kesatuan makna. Sejalan dengan defnisi Halliday,
Christie dan Mason (1998) mendefnisikan teks sebagai kata-kata atau kalimat yang ditenun
untuk menciptakan satu kesatuan yang utuh. Lebih lanjut, teks digambarkan sebagai bahasa
yang diproduksi dan dipahami orang secara reseptif, apa yang dikatakan dan ditulis, dan
dibaca dan didengar dalam kehidupan sehari-hari. Istilah teks mencakup baik teks lisan

6
maupun tulis. Memperkuat defnisi tersebut, mengutip pendapat Kress (1993) dan Eggin
(1994), Emilia (2011) menyatakan bahwa teks merupakan satu kesatuan bahasa yang lengkap
secara sosial dan kontekstual yang mungkin bisa dalam bentuk bahasa lisan maupun tulis.

Teks selalu dibuat dalam konteks. Kata konteks mengacu pada elemen-elemen yang
menyertai teks (Christie dan Mason, 1998 dalam Emilia, 2011). Konteks memiliki peran yang
sangat penting dalampenggunaan bahasa karena apa yang ditulis atau dikatakan sangat
tergantung pada topik, kapan dan dalam kesempatan apa. Halliday (1976) membedakan dua
konteks, yaitu konteks situasi dan konteks budaya. Keduanya berdampak pada penggunaan
bahasa. Konteks situasi mencakup tiga aspek, yaitu feld, mode, dan tenor. Field mengacu
pada topik atau kegiatan yang sedang berlangsung atau yang diceritakan dalam teks, atau apa
yang terjadi. Tenor merupakan hakikat hubungan antara pengguna bahasa dalam satu konteks
tertentu yang berkenaan dengan siapa penulis/pembicara kepada siapa. Tenor mengacu pada
perangkat simbolik yang berfungsi untuk menunjukkan atau meniratkan hubungan penulis
dengan pembacanya atau pembicara dengan penulisnya. Bahasa yang digunakan untuk
berkomunikasi dengan teman akrab berbeda dengan bahasa yang digunakan untuk
berkomunikasi dengan seseorang yang baru dikenal. Mode mengacu pada saluran komunikasi
(channel of communication), pertimbangan apakah bahasa yang dipakai merupakan bahasa
tulis atau bahasa lisan,jarak antara orang yang berkomunikasi dalam ruang dan waktu. Ketiga
unsur konteks situasi tersebut di atas disebut sebagai register.Sangat penting bagi siswa untuk
memahami topik (feld) yang akan ditulis atau dibicarakan, kepada siapa (tenor) dia menulis
atau berbicara, kapan dan apakah menggunakan bahasa tulis atau lisan (mode).

Jenis konteks yang kedua adalah konteks budaya, yang disebut juga genre. Genre
diartikan sebagai jenis teks (text type). Menyitir berbagai pendapat ahli, Emilia (2011)
menyebutkan pengertian-pengertian genre. Macken-Horarik (1997) menganggap teks sebagai
konstruk social yang mempunyai struktur yang dapat diidentifkasi. Sebagai konstruk, struktur
dan fungsi sosial teks dapat didekonstruksi. Oleh ahli lain, genre didefnisikan sebagai the
ways we get things done through language – the ways we exchange information , and
knowledge and interact socially (Callaghan, Knapp dan Knoble, 1993). Selanjutnya, genre
oleh Martin, Christie, Rothery (1987), Christie (1991), dan Martin dan Rose (2008)
didefnisikan sebagai proses sosial yang bertahap dan berorientasi pada tujuan.

7
BAB III PEMBAHASAN

A. Teks Sebagai Bahasa Dasar Dalam Pembelajaran

Pembelajaran Berbasis Teks merupakan pembelajaran yang berorientasi pada


kemampuan siswa untuk menyusun teks. Metode pembelajaran ini mendasarkan diri pada
pemodelan teks dan analisis terhadap fitur-fiturnya secara eksplisit serta fokus pada
hubungan antara teks dan konteks penggunaannya. Perancangan unit-unit pembelajarannya
mengarahkan siswa agar mampu memahami dan memproduksi teks baik lisan maupun tulis
dalam berbagai konteks. Untuk itu siswa perlu memahami fungsi sosial, struktur, dan ftur
kebahasaan teks.

Dalam Pembelajaran Berbasis Teks, guru mengenalkan teks dan tujuannya, serta fitur-
fiturnya, dan membimbing siswa memproduksi teks melalui proses pemberian bantuan
(scaffolding). Pembelajaran Berbasis Teks melibatkan proses di mana guru membantu siswa
dalam memproduksi teks dan secara bertahap mengurangi bantuan tersebut sampai siswa
mampu menproduksi teks sendiri. Pembelajaran diorganisasikan dengan menggunakan
berbagai macam teks yang terkait dengan kebutuhan siswa, dan siswa diberikan latihan dalam
berbagai macam teks sampai mereka mampu memproduksi teks tanpa bantuan dan
bimbingan guru (Richards, 2015).

Pendekatan pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks di perguruan tinggi


merupakan kelanjutan dari pendekatan yang sama di SMP/MTs dan SMA/MA. Teks dan
fungsi sosialnya, serta unsur-unsur kebahasaan yang dikandung di dalamnya menjadi fokus
kegiatan pembelajaran. Fungsi sosial teks itu merupakan tujuan teks tersebut. Sudah barang
tentu unsur- unsur kebahasaan di dalam teks tidak lagi diajarkan secara terpisah-pisah, tetapi
secara integratif dengan struktur teks dan fungsi tujuan sosialnya. Dalam proses
pembelajaran, perlu ditunjukkan bahwa unsur-unsur dan struktur teks tersebut dapat
digunakan pada teks untuk memenuhi fungsi/tujuan sosialnya. Karena teks yang satu

8
memiliki fungsi/tujuan sosial yang berbeda, teks yang berbeda juga memanfaatkan unsur-
unsur kebahasaan dan struktur teks yang berbeda pula.

Telah disampaikan di atas bahwa teks berada dalam konteks. Teks diliputi oleh dua
konteks, yaitu konteks situasi dan konteks budaya, Konteks situasi berkenaan dengan
penggunaan hahasa yang di dalamnya terdapat register yang melatarbelakangi lahirnya teks,
yaitu adanya sesuatu (pesan, pikiran, gagasan, ide) yang hendak disampaikan (field), sasaran
atau partisipan yang dituju oleh pesan, pikiran, gagasan, atau ide itu (tenor), dan format
bahasa yang digunakan untuk menyampaikan atau mengemas pesan. pikiran, gagasan, atau
ide tersebut (mode). Terkait dengan format bahasa tersebut, teks dapat diungkapkan ke dalam
berbagai jenis atau genre, misalnya deskripsi, laporan, prosedur, eksplanasi, eksposisi,
diskusi, naratif. cerita petualangan, anekdot, dan lain sebagainya. Jenis-jenis itu tergolong ke
dalam genre mikro dan sudah dipelajari di SMP atau MTs dan SMA alan MA. Di perguruan
tinggi, pembelajaran dipusatkan pada genre makro. Konteks yang kedua adalah konteks
budaya masyarakat tutur bahasa yang menjadi tempat jenis-jenis teks tersebut diproduksi.
Konteks situasi merupakan konteks yang terdekat yang menyertai penciptaan teks, sedangkan
konteks budayalebih bersifat institusional dan global.

B. Jenis-Jenis Teks

Di atas telah menyatakan bahwa jenis teks dimaknai sebagai genre. Genre sebagai
jenis teks dapat digolongkan menjadi genre faktual dan genre fiksional atau genre rekaan.
Genre faktual adalah jenis teks yang dibuat berdasarkan kejadian, peristiwa, atau keadaan
nyata yang berada di sekitar lingkungan hidup. Genre fiksional adalah jenis teks yang dibuat
berdasarkan imajinasi, bukan berdasarkan kenyataan yang sesungguhnya. Tujuan utama dari
teks ini adalah menghibur pembaca atau pendengar dengan menghadirkan cerita yang fiktif
atau tidak nyata.

Genre faktual meliputi: laporan, deskripsi, prosedur, rekon (recount), eksplanasi.


eksposisi, dan diskusi. Sementara, genre fiksional mencakup: rekon, anekdot, cerita/naratif,
dan eksemplum. Genre yang dipelajari pada mata kuliah Bahasa Indonesia adalah genre
faktual, bukan genre fiksional. Tujuan utama dari teks ini adalah untuk memberikan fakta,
data, atau informasi yang dapat dipercaya kepada pembaca tanpa bias atau opini pribadi
penulis. Teks genre faktual sering ditemukan dalam berita, laporan ilmiah, artikel ilmiah,
ensiklopedia, buku teks, dan dokumentasi.

9
Di pihak lain. genre dapat dijelaskan dari sudut pandang makro dan mikro. Nama-
nama genre yang disebutkan di atas meliputi: laporan, deskripsi, prosedur, rekon, eksplanasi.
eksposisi, dan diskusi (untuk yang faktual) dan rekon, anekdot, cerita/narartif. dan
eksemplum (untuk genre fiksional) adalah nama-nama genre mikro. Kenyataannya, teks-teks
yang dijumpai di masyarakat merupakan campuran dari beberapa genre mikro. Genre yang
digunakan untuk menamai jenis teks itu secara keseluruhan disebut genre makro.

Genre makro berfungsi sebagai payung yang membawahi genre-genre mikro yang ada

di dalamnya. Teks genre makro bisa merujuk pada teks yang membahas atau menganalisis
topik atau tema yang bersifat umum, luas, dan komprehensif dalam suatu konteks. Ini dapat
mencakup karya-karya yang menyelidiki fenomena sosial, ekonomi, politik, atau budaya
secara luas, tanpa fokus yang terlalu sempit pada sub-topik tertentu. Teks genre makro
mungkin mencoba untuk memberikan pandangan holistik atau pemahaman menyeluruh
tentang suatu bidang atau topik. Sebagai contoh, dapat disebutkan teks editorial. Nama
editorial sekaligus digunakan sebagai nama genre makro editorial.

Di dalam editorial, mungkin ditemukan campuran genre mikro deskripsi, laporan,


eksplanasi, dan rekon. Akan tetapi, sangat mungkin keseluruhan editorial itu hanya ditulis
dengan genre eksposisi atau diskusi. Dengan demikian, nama genre makronya adalah
editorial, dan nama genre mikro yang ada di dalamnya adalah genre eksposisi atau diskusi.
Namun, berdasarkan pemahaman umum tentang sastra dan teks, "teks genre mikro"
kemungkinan merujuk pada jenis karya sastra yang sangat singkat dan memiliki cakupan
yang terbatas. Jenis teks ini dapat mencakup cerita pendek, puisi, esai pendek, fiksi singkat,
dan mikrofiksi.

C. Prinsip pembelajaran berbasis teks

Pembelajaran berbasis teks berdasar pada pandangan bahwa bahasa adalah fenomena
sosial dengan pengertian bahwa bahasa adalah sumber daya untuk membuat arti
antarmanusia. Dengan sifat bahasa sebagai fenomena sosial, belajar bahasa akan lebih efektif
jika pembelajar belajar menggunakan teks dalam konteks sosial yang otentik. Guru dan
pembelajar terbabit dalam interaksi untuk menyampaikan arti dengan teks. Dengan kata lain,
guru dan pembelajar terbabit dalam upaya pembentukan teks dalam konteks sosial yang
berterima atau alamiah. Walaupun tidak terpusat pada guru (teacher-centered), peran guru

10
tidak dapat dihilangkan atau dihindarkan dari memberi model, dengan melepas siswa belajar
sendiri. Dengan kata lain, intervensi guru dalam pembelajaran tidak dapat dihindarkan.
Intervensi guru terealisasi pada upayanya membingkai (scaffolding) kegiatan pembelajar
untuk mencapai tujuan atau fokus pembelajaran pada setiap tahap dalam siklus pembelajaran
berbasis teks.

Adapun prinsip-prinsip dalam pembelajaran berbasis teks, antara lain sebagai berikut:

1. Menekankan pentingnya guru mengembangkan kesadaran siswa bahwa setiap teks


merupakan kreasi unik dari seorang penulis yang unik dan bersifat relatif bagi
sekolompok orang dan konteks tertentu.
2. Menganggap belajar Bahasa sebagai aktivitas sosial yang memastikan adanya
kebergantungan antar siswa dan masyarakat, dalam hal ini dapat dikatakan teman.
guru, ataupun orang dewasa lainnya yang bisa membantu siswa mencapai hasil belajar
yang lebih baik, termasuk orang tua.
3. Menegaskan bahsa siswa belajar di bawah bimbingan guru.
4. Berkeyakinan bahwa pengajaran tata Bahasa merupakan bagian penting untuk
menuntun siswa terhadap pengetahuan mengenai bagaimana bahasa berfungsi. serta
pengetahuan yang dapat melahirkan pemberdayaan lebih luas bagi siswa.

Selain itu pada pengajaran dan pembelajaran berbasis teks, terdapat empat tahap yang
harus ditempuh (Rose & Martin, 2012), yaitu:

1. Tahap pembangunan konteks


2. Tahap pemodelan teks
3. Tahap pembuatan teks secara bersama-sama
4. Tahap pembuatan teks secara mandiri

Keempat tahap itu berlangsung secara siklus. Dosen dapat memulai kegiatan belajar-
mengajar dari tahap mana pun, meskipun pada umumnya tahap-tahap itu ditempuh secara
urut. Selain itu, apabila kegiatan belajar-mengajar mengalami kesulitan pada tahap tertentu,
misalnya pembuatan teks secara bersama-sama, dosen boleh mengarahkan mahasiswa untuk
kembali kepada tahap pemodelan.

11
Setiap bab pada buku Bahasa Indonesia untuk perguruan tinggi yang diterbitkan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini terdapat empat bagian kegiatan belajar (A. B.
C. dan D). Bagian A berkenaan dengan tahap pembangunan konteks, yang dimaksudkan
sebagai langkah-langkah awal yang dilakukan oleh dosen bersama mahasiswa untuk
mengarahkan pemikiran ke dalam pokok persoalan yang akan dibahas pada bab itu. Bagian B
adalah tahap pemodelan, yaitu tahap yang berisi tentang pembahasan teks yang diberikan
sebagai model pembelajaran. Pembahasan diarahkan kepada semua aspek kebahasaan yang
membentuk teks itu secara keseluruhan. Bagian C adalah tahap pembangunan teks secara
bersama-sama. Pada bagian ini, karena pada dasarnya mahasiswa belum dapat membangun
teks secara mandiri, mahasiswa masih membutuhkan fasilitasi dari pihak lain. Fasilitasi itu
dapat berasal dari dosen, teman sejawat, atau siapa pun. Dengan demikian, pada tahap ini
mahasiswa bersama-sama mahasiswa lain dan dosen sebagai fasilitator menyusun kembali
teks seperti yang ditunjukkan pada model. Tugas-tugas yang diberikan berupa semua aspek
kebahasaan yang sesuai dengan ciri-ciri yang dituntut pada jenis teks yang dimaksud. Adapun
Bagian D adalah tahap belajar mandiri. Pada tahap ini, mahasiswa diharapkan dapat
mengaktualisasikan diri dengan menggunakan teks sesuai dengan jenis dan ciri-ciri seperti
yang ditunjukkan pada model tanpa bantuan dari mana pun.

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Pembelajaran berbasis teks adalah pembelajaran yang menjadikan teks sebagai dasar,
asas, pangkal, dan tumpuan. Adapun teks meliputi teks tertulis dan teks lisan. Bahasa
sepenuhnya milik manusia yang dibangun dan disempurnakan mengikuti perubahan
peradaban jaman. Pengekspresian rasa, pikiran emosi yang terikat dalam tatanan norma sosial
dan budaya manusia terakumulasi dalam bentuk teks. Teks selalu ditemani oleh dua mitra
sejati genre dan register. Kebermaknaan teks tersebut diimplikasikan dalam tatanan formal
pembelajaran Bahasa Indonesia yang diperkenalkan kepada seluruh peserta didik, guna
membedah, membidik dan memekakan cakrwala pengetahuannya.Pembelajaran teks dalam
Bahasa Indonesia bergaris lurus dengan pendekatan ilmiah yang mengedepankan sisi
kesistematisan, terkontrol, empiris, dan kritis. Representasi dari hal itu, tereksplisitkan pada
genre teks yang dibelajarkan terdiri atas teks tunggal (mikro) dan teks majemuk (makro). Hal
baik yang dapat diperoleh dari pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis teks ini yaitu dapat

12
berlatih untuk berpikir metodologis, sebagai suatu kemampuan berpikir yang dibutuhkan
pada masa yang akan datang, dan mampu mengembangkan kemampuan membaca
pemahaman, serta kemampuan menulis juga semakin berkembang dengan baik.

B. Saran

Hal baik yang dapat diperoleh dari pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis teks ini yaitu
dapat berlatih untuk berpikir metodologis, sebagai suatu kemampuan berpikir yang
dibutuhkan pada masa yang akan datang, dan mampu mengembangkan kemampuan
membaca pemahaman, serta kemampuan menulis juga semakin berkembang dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Afifah Humairah, Firla Amaria Putri, Muhammad Haslim, Ashari Aulya & Dwi Maharani,
2021, Pembelajaran Berbasis Teks, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Makassar.

Ahmad Farhan Alisnaini, Fizna Syahira, Vera Ariyani, Syahrial, Silvina Noviyanti, 2022,
Penerapan Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Sekolah Dasar Berbasis Teks Dalam
Kurikulum 2013, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jambi.

Annisa Dhita Adelia, Ika Aprilia Putri, Ilham Saepul Akbar, Muhammad Fatin Amin & Putri
Sarah, 2019, Pembelajaran Berbasis Teks, Insitut Medika Drg. Suherman Cikarang.

I Wayan Wendra & Ade Asih Suasiari Tantri, 2021, Pembelajaran Bahasa Indonesia
Berbasis Teks Di Bali, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha.

13

Anda mungkin juga menyukai